Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Naskah Psikiatri
F.25.2 Skizoafektif Tipe Campuran
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL – RSJ HB SAANIN
PADANG
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang memiliki gambaran
baik skizofrenia dan gangguan afektif (saat ini disebut dengan gangguan mood).
Berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif telah menggunakan berbagai
kriteria diagnostik.1
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari satu
persen, berkisar antara 0,5 - 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut masih
merupakan perkiraan. Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah dan usia
awitan untuk perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia.2
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas pada
pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik
itu manik maupun depresif.1,3
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu,
sebagian besar merupakan refleksi perubahan kriteria diagnostik skizofrenia dan
gangguan mood, namun, tetap merupakan diagnosis yang paling baik untuk pasien
yang mempunyai gejala campuran keduanya. Diagnosis gangguan skizoafektif
ditegakkan bila memenuhi kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V ataupun
PPDGJ-III. Diagnosis banding gangguan skizoafektif biasanya mencakup semua
bentuk gangguan mood dan skizofrenia. Pada setiap diagnosis banding gangguan
psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik. Mood stabilizer merupakan cara utama pengobatan gangguan
bipolar dan diharapkan dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan
gangguan skizoafektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
2
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Pada laporan kasus ini, akan dibahas
secara menyeluruh tentang skizoafektif tipe manik.1,3,4
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif merupakam penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.1
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1
persen, kemungkinan berkisar 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut
merupakan perkiraan oleh karena berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif
menggunakan berbagai macam kriteria diagnosis. Pada praktis klinis, diagnosis
permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang klinisi tidak yakin
akan diagnosis. 1
Insiden pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada wanita lebih
besar daripada pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering,
sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar. Laki-
laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku
antisosial.5
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti
serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan
skizoafektif mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor
lingkungan. 1,6,5
4
2.4 Manifestasi Klinis
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood dan gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang
sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala
skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan
disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan begitupun sebaliknya pada
gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.1
Gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
5
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.c
6
Berikut ini adalah manifestasi klinis gangguan skizoafektif berdasarkan
subtipe.
7
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran3
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.
2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-V, yaitu:5
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu
waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu
episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk
skizofrenia. Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1:
mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis
umum
Diagnosisnya adalah episode mood yang menumpang tindih skizofrenia.
Sebagian besar diagnosis psikiatri, gangguan afektif sebaiknya tidak digunakan
jika gejala disebabkan penyalahgunaan zat atau keadaan medis sekunder.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-
gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-
gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali
dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan
(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.1,4
8
Pedoman diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III, anttara lain:4
A. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously),
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.
B. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
C. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia).
D. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik
atau depresi (F30-F33).
9
gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin
mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu.
Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala
psikosis yang paling akut telah terkendali.1,4
10
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efek
antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.1
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik.7
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan
pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan
sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.7
11
dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri.
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan
bipolar dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-
lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala
defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami
remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing
karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak
adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.
12
I. IDENTITAS PASIEN
A. Keluhan Utama
X.
B. Sebab Utama
X.
0
- X.
- X.
- X.
- X.
- X.
- X.
1
Pasien dapat melalaui masa kanak dengan baik dan normal seperti anak
sebayanya. Pasien memiliki banyak teman saat sekolah. Tidak pernah tinggal
kelas. Pasien selama masa ini tinggal di Pariaman.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
o SD : X, tamat 6 tahun, prestasi biasa.
o SMP : X, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
o SMA : X, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja secara formal dan hanya membantu – bantu
kegiatan keseharian di rumah pasien.
c. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
d. Riwayat agama
Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien mengaku tidak pernah berhubungan seksual.
f. Aktivitas sosial
Pasien memiliki hubungan baik dengan orang sekitar.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pelanggaran hukum tidak ada.
2
F. Riwayat Keluarga
Keterangan : : Pria
: Wanita
: yang memiliki gangguan psikiatri
: Pasien
Saat ini pasien tinggal serumah dengan abang, kakak ipar, dan satu anak mereka. Abang
pasien bekerja sebagai pegawai sipil negri. Pasien dan keluarga tinggal dirumah
permanen, listrik ada, air dari sumur galian. Penghasilan perbulan sekitar 5 – 10 juta per
bulan.
3
Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan cepat kembali kerumah dan beraktifitas
seperti biasa. Keluarga juga berharap pasien tidak kambuh lagi.
II. Autoanamnesis
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
Perkenalan Wa’alaikumsalam. Kesadaran
komposmentis
4
Suhu : 36,70c
Tinggi Badan : 162 cm
Berat Badan : 74 kg
Status Gizi : baik
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ada
V. STATUS MENTAL
I. Keadaan Umum.
8
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
17 Oktober 2016 18 Oktober 2016 19 Oktober 2016
Hb : 9,2 gr/dl GDS : 80 mg/dl (hipo) GDS : 118 mg/dl
Leukosit: 5.400 /mm3
Trombosit: 345.000/mm3
MCV: 79 fL (normo)
MCH: 25 pg (hipo)
MCHC: 32 gr/dl (normo)
Creatinin: 1,20 mg/dl
(hiper)
GDS : 75 mg/dl (hipo)
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
9
Quo ad sanationam : dubia ad malam
10
XII. ANALISIS KASUS
.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2010.
Hlm170-96.
Kantrowitz, JT, Cintromer L. Schizoaffective Disorder: A Review of Current Research
Themes and Pharmacological Management. CNS Drugs; 2011:25 (4). Pg 317-31.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Science/ Clinical Psychiatry Eleven Edition. Wolters Kluwer, New
York. 2015. Pg 685-724.
Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unita Atma Jaya, Jakarta. 2001. Hlm 48-57.
11
FOLLOW UP DAN PENGOBATAN DOKTER SELAMA DI RSJ PROF HB.
SAANIN
24 Oktober 2016
S : Pasien sudah tidak mengeluhkan kaku, masih sering menangis dan berkata dirinya
berdosa, mandi sering, dan masih sulit tidur.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C
25 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, kaku berkurang, masih sering
menangis dan berkata dirinya berdosa dan sering mandi, BAB dan BAK dicelana.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C
12
Psikomotor : hiperaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg
26 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C
13
27 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C
28 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C
14
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg
29 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi, minum obat
mau.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 82x/i 20 x/i 36,60C
15
30 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa, sering mandi, tidur cukup, makan dan minum obat teratur
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 120/70 mmHg 88x/i 20 x/i 36,50C
31 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, menangis berkurang dan masih
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur cukup, makan dan minum obat teratur
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 82x/i 20 x/i 36,50C
16
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : Baik/ tilikan VI
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg
17
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT