Anda di halaman 1dari 12

HAK ASASI MANUSIA

Oleh :

Kelompok VII

Junita Damanik (2183141010)

Gina wandira (2183141012)

Tony hermawan (2183141013)

Nuralifia neami nst (2183141011)

REGULER A

Dosen Pengampu :

Drs. Ramli, MA.

Mata Kuliah : Agama Islam

PRODI PENDIDIKAN TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari dosen pengampu yang telah membantu dan memberikan penjelasan
tentang tugas makalah ini.
Dan harapan kami makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya kami dapat membuat makalah
dengan lebih baik
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah dengan judul pembahasan “Hak
Asasi Manusia” dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Medan, Oktober 2019

Kelompok VII
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Pembatasan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II ISI

A. Sejarah Hak Asasi Manusia


B. Pengertian Hak Asasi Manusia
C. HAM Dengan Penerapan Shariat Islam Dalam Arena Publik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu hal yang tidak asing di kehidupan kita.
Meskipun hal tersebut tidak asing, namun masih banyak orang yang tidak paham dengan apa
yang dimaksud “Hak Asasi Manusia (HAM)”. Tentunya untuk mengetahui HAM kita juga perlu
mengetahui sejarah dari HAM itu sendiri. Kemudian Kita sebagai umat islam pastinya tau
bahwa islam merupakan agama yang didalamnya mengajarkan segalanya tentang kebaikan.
Islam juga merupakan agama yang menjelaskan suatu amalan-almalan baik yang harus
dikerjakan dan amalan-amalan buruk yang harus ditinggalkan oleh umat manusia. Nah,
bagaimana hubungan Islam dengan Hak Asasi Manusia? Tentu saja masih banyak orang yang
belum memahami bagaimana konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam.

Berbicara mengenai HAM, tidak lepas dari permasalahan-permasalahan HAM.


Permasalahan-permasalahan HAM di Indonesia begitu banyak. Permasalahan HAM di Indonesia
dapat berupa pelanggaran HAM yang kerap terjadi. Seperti halnya persitiwa-peristiwa
pembunuhan, penghinaan antar suku dan lain-lain. Perlu kita ketahui mengapa pelanggaran
HAM bisa terjadi di negara kita ini?

B. Pembatasan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan HAM?
 Bagaimana sejarah HAM?
 Bagaimana HAM menurut islam?
 Apa saja permasalahan HAM?
C. Tujuan
Memberi pemahaman mengenai pengertian, sejarah dan permasalahan-permasalahan
HAM.
D. Manfaat
Memahami pengertian, sejarah dan permasalahan-permasalahan HAM.
BAB II

ISI

A. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)

Zaman Islam

Abad ke 7 M sejak datangnya Islam telah menebarkan seruan akan persamaan kedudukan
umat manusia dan menghapus perbudakan.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”
(Qs. Al-Hujurat 49:13)

Ayat di atas menunjukkan hilangnya sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, ras, warna kulit,
status sosioal, kekayaan, jabatan dan lain sebagainya, kedudukan mereka adalah sama. Pembeda
utama antara mereka adalah taqwa.

Salah satu hikmat dipanggil manusia dengan sebutan “hai manusia” atau “hai orang-
orang beriman” atau kalimat “hai anak cucu Adam” dalam al-Qur’an. Menurut Al-Syekh Ali Ali
al-Khinany, hal itu merupakan manifestasi dari persamaan sosial dalam Islam di tengah-tengah
bermacam-macam nama bangsa. Islam tidak mengenal perbedaan.

Menurut Jan Materson dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB, hak asasi manusia adalah
hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. Menurut Baharuddin Lopa, kalimat “mustahil dapat hidup sebagai manusia”
hendaklah diartikan “mustahil dapat hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab”. Alasan
penambahan istilah bertanggung jawab ialah disamping manusia memiliki hak, juga memiliki
tanggungjawab atas segala yang dilakukannya.

Di Perancis

Tahun 1789 lahir The French Declaration, atas desakan wakil-wakil rakyat Perancis yang
didukung oleh kaum foedal dan gereja yang menuntut kemerdekaan dari kuasa Raja yang tidak
terbatas. Pada deklarasi ini hak-hak rakyat dituangkan lebih rinci yang melahirkan dasar hukum
(the rule of law) antara lain dinyatakan:

1. Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena termasuk ditangkap
tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat
yang sah.
2. Presumption of innocence artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yanng menyatakan ia bersalah.
3. Freedom of expression, bebas mengeluarkan pendapat.
4. Freedom of religion, bebas menganut keyakinan beragama.
5. The right of property, perlindungan terhadap hak milik dan hak-hak dasar lainnya.

Tahun 1791, Desember 3, Deklarasi Perancis dicanntumkan dalam Undang-Undang


Dasar Perancis.

Di Amerika

Tahun 1775-1783 Amerika memberontak ingin merdeka dari kerajaan induknya, yaitu
Inggris.

Tahun 1776, Juli 4 setahun setelah pergolakan pemberontakan, pemimpin-pemimin


Amerika mengeluarkan deklarasi kemerdekaan yang terkenal yang menyatakan seakan-akan
sebagai sebuah penegasan bahwa manusia itu adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus belenggu.

Tahun 1941, Januari 6, Presiden Amerika Roosevelt mencanangkan “The Four


Freedms”, hal ini dapat dilihat di Encyclopedia Americana, P. 654 yang isinya adalah sebagai
berikut:

“The first is freedom of speech and expression everywhere in the world.

The secondis freedom of every person to worship God in his own way-everywhere in the world.

The third is freedom from want which, translated into world terms, means a worldwide reduction
of armaments to such a points and in such a through fashion that no nation will be in aposition
to commit an act of physical agression againts any neighbore anywhere in the world.”

Di Indonesia

Tahun 1945 dalam Undang-Undang 45 walau masih sedikit tentang HAM telah
memuatnya pada pasal 7 dan dalam pembukaan UUD 1945 didapati suatu tekad bangsa
Indonesia untuk menegakkan HAM yang berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan.”

PBB

Sesudah Perang Dunia II (setelah Hitler membantai berjuta-juta manusia) dijadikan dasar
pemikiran untuk melahirkan rummusan HAM yang bersifat Universal yang kemudan dikenal
dengan The Universal Declaration of Human Rights yang diciptakan oleh PBB tahun 1948.
B. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan oleh Allah SWT. Sang pencipta
seluruh alam yang termasuk didalamnya manusia (hak-hak kodrati), oleh karena tidak ada
sesuatu kekuatan atau kekuasaan apapun didunia yang dapat mencabutnya.

Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya,
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan
sebaliknya, hak-hak asasi manusia dilihat dari pandangan Islam bersifat teosentris, artinya segala
sesuatu berpusat kepada Tuhan. Dalam hubungan ini A.K. Brohi menyatakan : “berbeda dengan
pendapatan Barat, strategi Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan
kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang
terpatri didalam hati, pikiran dan jiwa penganut-penganutnya”. Perspektif Islam sungguh-
sungguh bersifat teosentris.

Menurut ajaran Islam, manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada
Allah. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya. Dalam Q.S
(al-Zariyat) : 51 : 56

‫س الْ ِج ن َخ ل َ قْ ت َو َم ا‬ ِ ْ ‫لِ ي َ عْ ب د و ِن إ ِ ّل َو‬


َ ْ‫اْل ن‬
artinya : “ Tidaklah Ku-jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”

Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban ketentuan-ketentuan yang ditetapkan


oleh Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia dapat dibagi kedlam 2 kategori,
yaitu huququllah dan huququl ‘ibad. Huququllah (hak-hak Allah) adalah kewajiba-kewajiban
manusia terhadap Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai ritual ibadah sedangkan Huququl
‘ibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan
terhadap makhluk-makhluk Allah lainnya.

Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain yang dapat
memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas seseorang yang harus dipenuhi
hak nya. Bahkan suatu negara Islam pun tidak dapat memaafkan pelanggaran hak-hak yang
dimiliki oleh seseorang. Negara harus terikat memberi hukuman kepada pelanggaran HAM dan
memberi bantuan kepada pihak yang dilanggar HAM nya, kecuali pihak yang dilanggar HAM
nya telah memaafkan pelanggar HAM tersebut.

Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Rights


dilukiskan dalam berbagai ayat. Apabila prinsip-prinsip Human Right dalam Universal
Declaration of Human Rights dibandingkan dengan hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam
ajaran Islam, maka dalam Al-qur’an dan as-Sunnah akan dijumpai Islam antara lain, prinsip-
prinsip “human rights” berikut :
a. Martabat manusia
b. Prinsip persamaan
c. Prinsip kebebasan menyatakan pendapat
d. Prinsip kebebasan beragama
e. Hak atas jaminan sosial
f. Hak atas harta benda

C. Hak Allah dan Hak Hamba

1. Definisi Hak

Secara etimologi, hak mengandung pengertian yang banyak dan bermacam-macam,


namun semuanya mengacu kepada arti ketetapan dan kepastian, seperti milik, bagian, keadilan,
kewajiban, dan kebenaran.

Dalam al-Qur’an, pengertian hak tersebut disebutkan dalam firman-firman Allah SWT. Seperti
hak yang berarti milik, sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 26 :

‫تبذيرا تبذر وال السبيل وابن والمسكين حقه ذاالقربى ات و‬

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Hak yang berarti kebenaran atau yang benar, lawan kebatilan, termaktub dalam surat al-Isra’ ayat 81:

‫زهوقا كان الباطل إن الباطل وزهق الحق جاء وقل‬

“Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang
batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”

Hak yang berarti keadilan, lawan dari kelaliman, telah termaktub dalam firman Allah SWT surat
Ghafir ayat 78 :

‫يأتي أن لرسول كان وما عليك نقصص لم من منهم و عليك قصصنا من منهم قبلك من رسال أرسلنا ولقد‬
‫المبطلون هنالك وخسر بالحق قضي هللا أمر جاء فإذا ۚ هللا بإذن إال بئاية‬

“Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.
tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila
Telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu Rugilah orang-orang
yang berpegang kepada yang batil.”

Secara istilah, Mustafa Ahmad al-Zarqa’ mendefinisikan hak sebagai kekhususan yang ditetapkan
oleh syara’ dalam bentuk kekuasaan atau taklif. Adapun sumber hak adalah Allah SWT, karena Allah
SWT adalah pembuat syariat, undang-undang dan hukum atas manusia dan seluruh alam. Oleh karena itu,
hak selalu terkait dengan kehendak Allah SWT dan merupakan pemberianNya, yang dapat diketahui
berdasarkan sumber-sumber hukum Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

2. Pembagian Hak

Mazhab Hanafi membagi hak menjadi empat macam, yaitu :


1. Hak Allah Murni
2. Hak hamba murni
3. Hak yang didalamnya tergabung antara hak Allah SWT dan hak hamba, namun hak Allah SWT lebih
dominan. Seperti Had al-Qadf (hukuman untuk seseorang yang menuduh orang lain berbuat zina).
4. Hak yang didalamnya tergabung antara hak Allah SWT dan hak hamba, namun hak hamba lebih
dominan. Seperti Qisas.
Adapun Imam Shatibi membagi hak menjadi tiga macam, yaitu :
1. Hak Allah Murni, seperti ibadah
2. Hak yang didalamnya tergabung antara hak Allah SWT dan hak hamba, namun hak Allah SWT lebih
dominan.
3. Hak yang didalamnya tergabung antara hak Allah SWT dan hak hamba, namun hak hamba lebih
dominan.
Namun secara umum, hak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hak Allah SWT adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
mengagungkanNya dan mesyi’arkan agamaNya. Atau sesuatu yang dimaksudkan untuk mewujudkan
kepentingan, manfaat, dan kemaslahatan orang banyak tanpa kekhususan pada orang tertentu. Hak
tersebut dinisbahkan kepada Allah SWT karena hak tersebut merupakan hak masyarakat dan pensyariatan
hukumnya dimaksudkan untuk kemaslahatan umum.

2. Hak hamba adalah suatu hak yang dimaksudkan untuk memelihara kemaslahatan dan kepentingan
perorangan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Hak yang bersifat umum seperti hak pemeliharaan
kesehatan, anak, dan harta benda, serta terwujudnya keamanan dan penikmatan sarana umum milik
Negara. Adapun yang bersifat khusus, seperti hak pembeli atas barang yang dibelinya, hak istri untuk
mendapatkan nafkah lahir dan batin dari suaminya, hak ibu untuk memelihara anaknya yang masih kecil,
dan lain sebagainya.

D. Permasalahan HAM

Permasalahan-permasalahan HAM dapat berupa pelanggaran yang menimbulkan berbagai


masalah. Pelanggaran HAM masih sering terjadi, baik kasus pelanggaran HAM internasional ataupun
pelanggaran HAM di Indonesia. Kasus pelanggaran di Indonesia sudah ada sejak dulu, mulai era setelah
kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru dan juga setelah reformasi. Berikut contoh permasalahan
HAM di Indonesia:

1. Kasus Pembantaian Rawagede (1945)


2. Kasus Penghianatan G30S/PKI (1965)
3. Kasus Organisasi Papua Merdeka (1960-an)
4. Kasus Pemberontakan GAM (1976)
5. Peristiwa Tanjung Priok (1984)
6. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi (1998)
7. Peristiwa Trisakti (1998)
8. Tragedi Semanggi I (1998)
9. Tragedi Semanggi II (1999)
10. Konflik Sampit Suku Dayak dan Madura (2001)
11. Tragedi Bom Bali (2002)
12. Peristiwa di Abepura, Papua (2003)
13. Kasus Bulukumba (2003)
14. Pembantaian Petani (2011)
15. Perbudakan Buruh Panci (2013)

Permasalahan-permasalahan HAM dalam Islam juga sering terjadi. Misalnya pelanggaran hak
Allah, seseorang yang tidak melaksanakan ibadah, tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan
tidak menjauhi segala larangan-Nya. Dalam lingkungan sekitar kita sering kita lihat seseorang yang
melanggar hak Allah. Hal tersebut terlihat sepele namun kita tidak boleh menyepelekkannya, kita harus
ingat setiap perbuatan pasti akan mendapat balasan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap muslim memiliki dua hak, yaitu hak Allah dan hak hamba. Hak Allah harus
dilaksanakan lebih dulu, dengan kata lain hak Allah menjadi kewajiban bagi setiap muslim,
seperti salat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Setelah hak Allah terpenuhi, maka hak hamba
juga akan terpenuhi.

B. Saran

Perbanyak membaca dan mencari referensi lain untuk mendapatkan wawasan yang lebih
luas. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda, maka dari itu carilah referensi
lainnya sebagai pembanding agar pengetahuan yang didapat lebih konkrit.
DAFTAR PUSTAKA

Matondang, HA. 2017. Islam Kaffah. Medan: Perdana Publishing

Aminuddin, Wahid, Rofiq, M. 2006. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu

Djajaatmadja, BI. 2005. Hak-hak Asasi Manusia Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/07/islam-dan-permasalahan-
ham.html?m=1

https://www.zonareferensi.com/contoh-kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia/

http://pusathukum.blogspot.com/2015/03/Contoh-kasus-pelanggaran-HAM-di-
Indonesia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai