Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penuaan merupakan fenomena natural yang akan dialami oleh semua organisme
yang hidup. Proses penuaan yang terjadi akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Kaur et al.,2007). Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat
lebih tinggi dari pada populasi lansia diwilayah Asia dan global setelah tahun 2050
(Kemenkes RI,2013).
Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang dialami oleh kaum lanjut usia
terutama dari segi fisik. Perubahan ini mengakibatkan fungsi tubuh menurun sehingga
muncul masalah kesehatan diantaranya penyakit infeksi, penyakit endokrin, penyakit
ginjal, penyakit kardiovaskuler, stroke, dan penyakit sendi (Tamher dan Noorkasiani,
2011).
Penyakit sendi yang dialami merupakan proses degeneratif dan menimbulkan nyeri
sendi pada lansia. Angka insidensi nyeri sendi ini banyak terjadi pada wanita lansia karena
perubahan hormonal secara signifikan ( Smeltzer et al., 2010). Ketika wanita memasuki
masa menopause terjadi perubahan kadar hormon estrogen sehingga akan terjadi
penurunan osteoblas dan membuat tulang menejadi berongga, sendi kaku, pengelupasan
rawan sendi sehingga muncul nyeri sendi (Riyanto,2011).
Data laporan Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa persentase lansia yang
menderita penyakit sendi di Indonesia adalah 24,7%. Pada wanita lansia 13,4% dan pria
lansia 11,3%. Data tersebut menunjukan bahwa wanita lansia dominan mengalami nyeri
sendi dari pada pria lansia.
Factor berdasarkan kesepakatan para ahli dibidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan tanda. Dari kesepakatan dinyatakan ada 3 keluhan utama
pada sistem Muskuloskeletal yaitu, nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu : pembengkan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak
(Divisi Geriatri Bagian/Smf Penyakit Dalam Rsup.H.Adam Malik Medan). Nyeri adalah
proses biologis, psikologis, dan social yang kompleks dan faktor penting yang
mempengaruhi fungsi dan kualitas hidup bagi individu dengan arthritis (Sridhor dkk,2003)
Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat topic permasalahan rheumathoid
arthritis karena penyakit ini sangat banyak diderita oleh lansia dan sebagai seorang perawat
bisa dapat memberikan intervensi keperawatan dan dikolaborasikan dengan intervensi
komplementer keperawatan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terapi kompres jahe efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
dengan rheumathoid arthritis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. INTERVENSI

Salah satu intervensi non farmakologis yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arthritis yaitu dengan kompres
jahe (Santoso, 2013). Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang
beragam antara lain sebagai rempah minyak atsiri, pemberian aroma, ataupun
sebagai obat. Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik,
asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, teggorokan, kram, hipertensi, mual,
demam, dan infeksi (Ali et al, 2008 dalam Hernani & Winarti, 2010). Bebrapa
komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek
farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik,
antikarsinigenik (Stoilova et al. 2007 dalam Hernani & Winarti,2010).
Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai
enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa
menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan
Boylan, 2002). Senyawa gingerol telah terbukti mempunyai aktivitas sebagai
antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi dan analgesik (Surch et al. 1999
dalam Hernani & Winarti, 2010)
Adapun efek analgesik kompres jahe berhubungan dengan unsur-unsur
yang terkandung dalam jahe. Senyawa-senyawa gingerol, shogaol, zhingerole,
diary (heptanoids dan derivatnya) terutama paradol diketahui dapat menghambat
sikooksigenase sehingga terjadi penurunan pembentukan atau biosintesis dari
prostaglandin yang menyebabkan berkurangnya rasa nyeri (Hernani dan
Winanti,2010).
Ramuan jahe dan cara pemberian kompres pada area nyeri sendi (Chan,
2011)
a) Cuci bersih jahe 3-5 ruas
b) Kemudian, parut jahe dan tempatkan didalam mangkok
c) Aduk sampai menjadi seperti bubur
d) Balurkan parutan jahe tersebut pada sendi yang sakit selama ±15 menit
kemudian sisa parutan jahe perbankan pada sendi yang bengkak

B. KEEFEKTIVITASAN INTERVENSI
Hasil penelitian Rustono (2014) memperoleh hasil bahwa pemberian
kompres jahe efektif untuk mengurangi intesitas nyeri pada penderita asam urat,
bahwa pemberian kompres jahe sangat perlu disosialisasikan kepada semua
kalangan khususnya pada lansia karena selain harganya yang efektif dijadikan
sebagai kompres pada area sendi yang mengalami sakit karena berbagai penyakit
baik penyakit rematik, asam urat maupun keluhan sendi dengan penyakit lainnya.
Kompres jahe dapat dijadikan tindakan non farmakologis untuk menangani
nyeri. Menurut Haghighi M, Khalvat (2005), dalam Rusnoto (2014), Berdasarkan
hasil penelitian di Iran membuktikan kompres jahe mempunyai efek yang sama
dengan ibuprofen dalam mengatasi gejala osteoarthritis, termasuk nyeri.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Susanti pada tahun 2014, melihat
pengaruh kompres jahe efektif terhadap penurunan skala nyeri arthritis
rheumathoid pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kompres jahe terhadap
penurunan skala nyeri arthritis rheumathoid pada lansia dan dilakukan pengukuran
kembali dengan menggunakan skala penilaian numeric (NRS) 0-10, dan setelah
pengukuran tersebut dapat diketahui pengaruh kompres jahe terhadap intensitas
nyeri arthritis rheumathoid, rata-rata lanjut usia mengalami penurunan intensitas
nyeri yang dirasakan dan merasa lebih nyaman setelah pemberian kompres jahe
pada daerah yang terasa nyeri tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rematik atau yang biasa di sebut dengan Rheumatoid Arthritis (RA) adalah
penyakit inflamasi sistemik kronis yang yang tidak diketahui penyebabnya.
Karakteristik rematik adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membrane
synovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan
timbulnya penyakit ini (Lukman,2009 : 216). Salah satu intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri
rheumathoid arthritis yaitu dengan kompres jahe. Adapun efek analgesik kompres
jahe berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam jahe. Senyawa-
senyawa gingerol, shogaol, zhingerole, diary (heptanoids dan derivatnya) terutama
paradol diketahui dapat menghambat sikooksigenase sehingga terjadi penurunan
pembentukan atau biosintesis dari prostaglandin yang menyebabkan berkurangnya
rasa nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian di Iran membuktikan kompres jahe
mempunyai efek yang sama dengan ibuprofen dalam mengatasi gejala
osteoarthritis, termasuk nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, S., Siska, T. Y. (2014). Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih
Sayang Ibu Kanagarian Cubadak Batu Sangkar 2012. Jurnal ilmu kesehatan ‘afiyah. Vol. 1
No. 2. Diperoleh pada tanggal 08 oktober 2019, dari
http://www.ejournal.stikesyarsi.ac.id/index.php/JAV1N1/article/view/27/160.

Ferawati. (2017). Efektifitas kompres jahe merah hangat dan kompres serai terhadap penurunan
intensitas nyeri arthritis remathoid pada lanjut usia di desa mojoranu kecamatan dander
kabupaten Bojonegoro. Jurnal ilmu kesehatan MAKIA. Vol 5 No. 1, Agustus 2017.
Diperoleh pada tanggal 08 Oktober 2019, dari
http://jurnal.stikesicsada.ac.id/index.php/JMAKIA/article/view/21

Rahmawati, N. (2015). Pengaruh terapi kompres air hangat dengan jahe terhadap penurunan skala
nyeri sendi pada wanita lanjut usia di graha werdha maria joseph pontianak dan graha werdha
kasih bapa kabupaten kubu raya. Jurnal proners. Vol. 3 No. 1. Diperoleh pada tanggal 08
oktober 2019, dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/26943.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan
kementrian kesehatan RI. Diakses 18 juni 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Siwi, T.K.N. (2016). Pemberian kompres jahe dalam mengurangi nyeri sendi pada lansia di upt
pstw khusnul khotimah pekanbaru. Jurnal photon. Vol. 6 No. 2, Mei 2016. Diperoleh pada
tanggal 08 Oktober 2019, dari http://ejurnal.umri.ac.id/index.php/photon/article/view/437

Syapitri, H. (2018). Kompres jahe berkhasiat dalam menurunkan intensitas nyeri pada penderita
rheumathoid arthritis. Jurnal mutiara ners. Vol. 1 No.1:57-64 Diperoleh pada tanggal 08
Oktober 2019 , dari http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/NERS/article/view/163

Anda mungkin juga menyukai