Si t a Wa r d h a n i S , S E , M S c
No v e lia , M . S i
N. Wa r a n e y G era ld M a s s ie , S E
EDITOR
Ag u n g M . F atw a
DESAIN VISUAL
Ar i za r G h iffa ri
DAFTAR ISI
05 DAFTAR
GAMBAR
08 DAFTAR
TABEL
10 RINGKASAN
EKSEKUTIF
18 BAB I
PENDAHULUAN
20 I.1
Latar Belakang
27 I.2
Permasalahan
29 I.3
Tujuan Penelitian
30 I.4
Metodologi Penelitian
31 I.5
Kerangka Penelitan
33 BAB II
INDUSTRI PLASTIK INDONESIA
35 II.1
Persediaan
42 II.2
Permintaan
01
43 II.3
Ekspor dan Impor
49 II.4
Industri plastik
53 II.5
Kontribusi sektor Plastik Terhadap Perekonomian
63 III.1
Plastik
66 III.2
Jenis-Jenis Plastik
74 III.3
Plastik dan Lingkungan
81 IV.1
Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
89 IV.1.1
Permasalahan Sampah Secara Umum
95 IV.1.2
Permasalahan Sampah Plastik
101 IV.2
Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia
02
103 IV.2.1
Pembatasan Sampah (Reduce) Plastik
111 IV.2.2
Pemilahan Sampah
113 IV.2.3
Pemrosesan Akhir
117 IV.2.4
Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta
119 IV.2.5
Tanggung Jawab Pengelolaan Sampah
127 V.1
Kebijakan Cukai di Indonesia
131 V.1.1
Rencana Pengenaan Cukai Terhadap Plastik
137 V.2.2
Kebijakan Cukai Kepada Plastik
149 VI.1
Studi Sebelumnya: Dampak Cukai Plastik
03
151 VI.2
Dampak Cukai Plastik Terhadap Ekonomi
155 VI.3.1
Metodologi
157 VI.3.2
Hasil Survei
179 VI.4
Wawancara Pedagang
187 REFERENSI
04
DAFTAR GAMBAR
23 Gambar 1.1 Konsumsi Plastik Berdasar
Industri Pengguna
43 Gambar 2.2
Ekspor dan Impor Etilen
46 Gambar 2.3
Ekspor Impor Propilen
47 Gambar 2.4
Tujuan Utama Ekspor Plastik Indonesia
48 Gambar 2.5
Asal Utama Impor Plastik Indonesia
49 Gambar 2.6
Ekspor dan Impor Produk Plastik (HS 39)
51 Gambar 2.7
Ekspor Plastik (HS 4 Digit)
52 Gambar 2.8
Impor Plastik (HS 4 Digit)
64 Gambar 3.1
Proses Destilasi Minyak Bumi dan Hasilnya
75 Gambar 3.2
Siklus Hidup Plastik di Indonesia
05
88 Gambar 4.2
Persentase Pengelolaan Sampah di Indonesia
06
167 Gambar 6.8
Hasil Survei 8
07
DAFTAR TABEL
21Tabel 1.1
Negara Penghasil Sampah Terbesar
39Tabel 2.2
Realisasi Kinerja Operasi Kilang Tahun 2016
54Tabel 2.3
Tabel IO Indonesia 2010 Sebagian
71Tabel 3.1
Jenis Plastik dan Kode Komersilnya
127Tabel 5.1
Produk Kena Cukai Di Indonesia
08
152 Tabel 6.2
Simulasi Pendapatan Cukai Plastik
09
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Pada tahun 2016, pemerintah mengeluarkan wacana penerapam cukai terhadap plastik.
Rencana pemerintah menetapkan cukai untuk plastik dilatarbelakangi oleh dampak
negatif plastik terhadap lingkungan. Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa butuh
puluhan hingga ratusan tahun untuk plastik dapat terdegradasi secara alami oleh
lingkungan. Selain itu, plastik yang terbawa ke laut ditemukan telah dikonsumsi oleh
habitat laut, termasuk ikan yang setiap hari dikonsumsi masyarakat.
Urgensi pengelolaan sampah plastik oleh pemerintah Indonesia mencuat setelah ada
publikasi studi yang dilakukan oleh Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, Amerika
Serikat tentang negara produsen sampah di laut tahun 2015. Dalam studinya yang
dilakukan di tahun 2010, ditemukan bahwa terdapat 4,8 juta hingga 12,7 juta metrik
ton sampah plastik mencemari laut. Dan dari angka tersebut, Indonesia merupakan
kontributor sampah plastik di laut terbesar kedua setelah China. Studi dilakukan
dengan mengambil sampel dari daerah dengan radius 50 kilometer dari pesisir pantai.
Fakta lain mengenai Indonesia yang dicatat dalam studi Jenna Jambeck (2015)
tersebut adalah bahwa rata-rata sampah plastik yang dihasilkan penduduk Indonesia
adalah 0,52 kg/orang/hari. Secara rata-rata, nilai sampah yang dihasilkan masyarakat
Indonesia masih lebih kecil, dibanding Malaysia, sebesar 1,52kg/orang/hari, atau
bahkan masyarakat AS, sebesar 2,58 kg/orang/hari. China sendiri menghasilkan 1,10
kg/orang/hari. Namun jumlah sampah plastik yang dihasilkan ke laut sangat besar,
sebab penduduk yang berdomisili di pesisir pantai jumlahnya kedua terbesar, setelah
China sebesar 262,9 juta orang; Malaysia sebesar 22,9 juta, dan AS sebsar 112,9 juta.
Fakta menarik lain dari studinya ini adalah permasalahan pengelolaan sampah. Dari
20 negara yang menjadi objek studi, sebagian besar dari sampahnya mengalami
pengelolaan yang buruk, yang berakibat pada pencemaran tidak hanya di darat, tetapi
di laut. Hanya dua negara dengan angka sampah yang tidak terkelola dengan baik
(mismanaged waste) kecil, yaitu AS (2%) dan Brasil (11%). Hal ini menunjukkan
bahwa, pengelolaan sampah juga merupakan permasalahan utama di sebagian besar
negara.
Di satu sisi, sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik membawa permasalahan
bagi lingkungan. Di sisi lain, plastik sudah menjadi barang yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sebagian besar produk yang kita gunakan
mengandung/terbuat dari plastik. Bahkan berbagai kemasan produk terbuat dari
plastik, seperti kemasan produk kosmetik, produk kebersihan rumah tangga, botol
minum, televisi, pulpen, dan berbagai benda lainnya yang berada di sekitaran sebagian
besar terbuat dari plastik.
Plastik sendiri bersifat ringan, menawarkan biaya produksi yang murah, serta
kepraktisan. Plastik juga digunakan di berbagai industri, tidak hanya makanan, tetapi
juga otomotif, mainan, konstruksi, mebel, dan masih banyak lagi.
11
Sifat plastik yang tahan panas dan tahan air, serta bisa di desain dengan berbagai
warna sehingga menarik membuat plastik menggantikan bahan lain, seperti logam
dan kayu sebagai bahan baku. Selain itu, seiring dengan pertambahan populasi serta
menipisnya sumber daya alam, plastik menjadi bahan baku alternatif. Misalnya,
dahulu kemasan jajanan di pasar dibungkus oleh daun, tetapi sekarang telah
tergantikan oleh plastik. Bahkan untuk produk furniture, seperti kursi rotan saat ini
pun sudah tergantikan oleh rotan plastik.
Industri kemasan merupakan industri pemakai plastik yang paling banyak, dan
konsumen dari industri kemasan ini terutama adalah industri makanan dan minuman.
Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, tentunya konsumsi
makanan akan terus meningkat pula. Selain itu, gaya hidup, utamanya kaum urban,
menuntut produk yang praktis dan cepat. Makanan yang dikemas atau makanan cepat
saji tentunya akan semakin dibutuhkan. Permintaannya meningkat, dan kemasan
makanan, dalam hal ini plastik, pun akan terus meningkat.
Selain industri makanan dan minuman, sektor pertanian merupakan sektor yang
menggunakan kemasan plastik terbesar. Sebab untuk mendistribusikan komoditas
maupun pupuk, biasanya petani/tengkulak akan membungkus komoditasnya dalam
karung plastik. Industri konstruksi, otomotif, serta peralatan listrik, elektronik, dan
telekomunikasi merupakan industri yang menggunakan plastik sebagai bahan baku.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat juga akan meningkat.
Permintaan akan perumahan serta mobil ataupun motor akan juga meningkat. Hal ini
akan berimbas pada kenaikan permintaan bahan baku plastik.
Kegunaan plastik yang sedemikian besar dalam kehidupan sehari-hari dan dampaknya
bagi lingkungan menyebabkan pemerintah merasa perlu untuk mengelola atau bahkan
membatasi konsumsi plastik, terutama plastik kemasan. Berdasarkan studi yang
dilakukan Visi Teliti Saksama, rencana awal pemerintah adalah menetapkan cukai
untuk kantong plastik atau lebih dikenal sebagai kantung kresek. Latar belakang
penerapan cukai adalah plastik kemasan, namun pada penerapannya diputuskan cukai
diberlakukan untuk kantung kresek.
Cukai merupakan sebuah bentuk pajak yang digunakan pemerintah terhadap konsumsi
barang atau jasa yang dapat menimbulkan eksternalitas negatif. Di Indonesia, baru tiga
jenis barang yang dikenakan cukai, yaitu etil alkohol (EA) atau etanol, minuman yang
mengandung etil alkohol (MMEA), dan hasil tembakau atau rokok.
Di tahun 2018, wacana cukai plastic ini sudah dimasukkan sebagai pendapatan
dalam APBN 2018. Pendapatan cukai dalam APBN tahun 2018 ditargetkan sebesar
Rp155.400,0 miliar, terdiri atas cukai hasil tembakau sebesar Rp148.230,0 miliar,
cukai etil alkohol sebesar Rp170,0 miliar, cukai minuman mengandung etil alkohol
(MMEA) sebesar Rp6.500,0 miliar, dan pendapatan cukai lainnya yang diharapkan
berasal dari cukai kantong plastik sebesar Rp500,0 miliar.
12
Berdasarkan wawancara Visi Teliti Saksama dengan Badan Kebijakan Fiskal, tujuan
utama pemerintah menetapkan cukai adalah untuk membatasi penggunaan plastik.
Sebelumnya, pemerintah pernah menetapkan kebijakan plastik berbayar. Kebijakan
ini dilakukan di tingkat pemerintah daerah. Namun kemudian kebijakan ini tidak
berlanjut. Alasan utamanya adalah ketiadaan dasar hukum untuk pengenaan pajak
plastik/plastik berbayar tersebut. Akibatnya tidak ada mekanisme dari sisi pemerintah
dalam pengelolaan uang dari pajak plastik ini.
Dengan cukai plastik ini maka mekanisme pengelolaan uang menjadi jelas, dan
pengenaan plastik berbayar pun koridor hukumnya juga ada. Cukai dikenakan kepada
produsen plastik. Akibatnya, harga plastik akan meningkat, sebesar pengenaan cukai.
Besaran kenaikan harga plastik ini dapat ditransfer oleh pengguna plastik kepada
konsumen. Ilustrasinya adalah sebagai berikut.
Pabrik A dalah produsen plastik. Sebelum ada cukai plastik, harga plastik yang
diproduksi pabrik A adalah Rp10 ribu/100 lembar plastik. Setelah diterapkan cukai
plastik, harga plastik menjadi Rp12 ribu, di mana Rp2ribu adalah besaran cukai yang
akan dibayarkan kepada pemerintah. Kemudian misalkan Dinomaret adalah konsumen
plastik dari Pabrik A, dengan kenaikan harga plastik ini, Dinomaret dapat menetapkan
kebijakan plastik berbayar, sebesar kenaikan harga dari plastik yang dibeli dari pabrik
A. Dengan demikian, cukai plastik menjadi mekanisme yang memperjelas pengenaan
plastik berbayar.
Tujuan lain dari pengenaan cukai plastik ini adalah agar masyarakat semakin
menyadari bahwa plastik tidak dapat lagi digunakan semena-mena. Sebelumnya,
ketika konsumen berbebelanja, mereka dapat dengan bebas menggunakan kantong
kresek secara gratis untuk membawa belanjaan mereka. Namun nanti jika cukai
diberlakukan tidak lagi. Konsumen harus membayar untuk setiap lembar kantung
kresek yang mereka gunakan.
Pengelolaan sampah plastik sudah menjadi urgensi bagi pemerintah. Namun demikian
masalah sampah bukan hanya masalah pemerintah, namun juga berbagai stakeholder.
Permasalahan sampah plastik bukan hanya mengenai jumlah sampah plastik yang
dihasilkan, namun juga pengelolaannya. Dalam hal ini, terdapat masalah lain, yaitu
kesiapan masyarakat untuk mengelola sampahnya sendiri.
Isu lain yang perlu juga dipertimbangkan pemerintah adalah dampak cukai terhadap
industri plastik. Pada tahun 2017, Kemenperin mencatat, jumlah industri plastik
hingga saat ini mencapai 925 perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk
plastik. Sektor ini menyerap tenaga kerja sebanyak 37.327orang dan memiliki total
produksi sebesar 4,68 juta ton. Bahkan industri kemasan plastik yang merupakan
sektor kimia hilir pertumbuhannya sangat tinggi dan memiliki potensi besar.
Terkait pengenaan cukai plastik ini, akan lebih tepat jika beban cukai ditanggung
oleh konsumen. Apalagi jika tujuan cukai adalah untuk mengubah perilaku konsumen
13
terhadap penggunaan plastik. Ditambah lagi, dari sisi beban pembayaran cukai. Jika
dikenakan kepada konsumen, akan terasa tidak terlalu memberatkan sebab beban
cukai adalah per lembar plastik. Beda jika dikenakan kepada produsen, produsen
menanggung beban cukai secara gelondongan. Dengan tiga skenario harga cukai, per
bulannya satu produsen kantung kresek secara rata-rata dapat menanggung beban
cukai sebesar (minimal) Rp813,953 miliar hingga Rp4,070 triliun. Potensi pendapatan
pemerintah dari cukai kantung kresek mengorbankan produsen plastik kresek. Belum
lagi jika produsennya adalah produsen dengan skala UMKM. Kewajiban cukai
yang ditanggung dulu oleh produsen tentunya akan sangat memberatkan dan dapat
menambah ongkos produsen.
Target regulasi pemerintah saat ini untuk mengenakan cukai terhadap produsen
kantung kresek sebetulnya tidaklah tepat. Selain alasan beban kepada produsen yang
sangat besar, argumen lainnya adalah (1) tujuan pengenaan cukai untuk mengubah
perilaku konsumen tidak akan tercapai dan (2) pengalihan pada produk impor.
Di sisi lain, harga pengenaan cukai terhadap satu lembar plastik tidak sampai Rp100.
Padahal berdasar hasil survei Visi Teliti Saksama, switching price rata-rata adalah
Rp1.000. Jika peritel melakukan transfer pricing dengan menerapkan kantong
kresek berbayar dengan harga Rp200 pun, seperti harga yang pernah diterapkan pada
program kantung kresek berbayar sebelumnya, atau bahkan lebih rendah lagi, besar
kemungkinan tujuan cukai mengurangi konsumsi kantung kresek tidak akan tercapai.
Terkait argumen kedua, jika cukai dikenakan kepada produsen plastik, produsen
plastik dalam negeri akan menurun daya saingnya, karena harga kantung plastik dalam
negeri meningkat akibat cukai. Konsumen, dapat beralih dengan membeli kantung
plastik impor yang tidak terkena cukai. Akibatnya, lagi-lagi, tujuan pemerintah untuk
mengurangi konsumsi kantung plastik dengan mengenakan cukai tidak tercapai.
Plastik masih menjadi salah satu favorit di industri pangan olahan, karena sifatnya
yang elastis, mudah dibentuk, kuat dan terjangkau. Kemasan memang bukan hal utama
dalam industri pangan olahan, namun memegang peranan penting dalam memasarkan
sebuah produk, untuk mendapatkan hati konsumen menentukan pilihan. Fungsinya
penting dari kemasan adalah dapat menjaga keawetan dan higienitas produk yang
dijual, serta fungsi penyimpanan dan distribusi.
Pengaruh cukai plastik terhadap industri plastik dapat terjadi ketika terjadi penurunan
permintaan akibat dari kenaikan harga. Besaranya dampak cukai terhadap penurnan
14
permintaan dan pengaruhnya pada industri, merupakan salah satu tujuan dari studi ini.
Dalam jangka pendek, mungkin penurunannya tidak signifikan, tetapi dalam jangka
panjang, bisa menjadi signifikan memengaruhi industri kemasan plastik, atau bahkan
juga industri makanan dan minuman dalam negeri.
Pengenaan cukai akan menyebabkan harga naik, dan permintaan turun. Berdasarkan
perhitungan Visi Teliti Saksama, jika cukai diasumsikan menyebabkan permintaan
plastik turun senilai Rp1 miliar maka seluruh perekonomian juga akan menyusut
sejumlah Rp1,9 miliar. Dampaknya pada industri plastik sendiri adalah penurunan
pendapatan sejumlah Rp2,84 miliar. Selain itu, pengaruhnya pada pendapatan rumah
tangga adalah total pendapatan rumah tangga dari masyarakat Indonesia diprediksi
akan mengalami penurunan sejumlah Rp230 juta.
Plastik merupakan industri yang penting bagi Indonesia, dan juga bagi masyarakat.
Sebab plastik merupakan produk yang tahan lama, ringan, praktis dan murah. Meski
demikian, plastik juga membawa permasalahan yang cukup besar, dan menganggu
kehidupan manusia, jika sampahnya tidak dikelola dengan benar. Cukai bukan
merupakan jalan keluar satu-satunya dalam mengatasi permasalahan sampah plastik.
Perlu ada keterlibatan berbagai pihak dalam menangani permasalahan ini.
15
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar
Belakang
20
Tabel 1.1 Negara Penghasil Sampah Terbesar
Sumber: (Jambeck, et al., “Plastic waste inputs from land into the ocean”, 2015)
Di satu sisi, sampah plastik yang mainan, konstruksi, mebel, dan masih
tidak terkelola dengan baik membawa banyak lagi.
permasalahan bagi lingkungan. Di sisi
lain, plastik sudah menjadi barang yang Sifat plastik yang tahan panas dan tahan
tidak terpisahkan dalam kehidupan air serta bisa didesain dengan berbagai
sehari-hari. Saat ini sebagian besar warna sehingga menarik, membuat plastik
produk yang kita gunakan mengandung/ menggantikan bahan lain, seperti logam
terbuat dari plastik. Bahkan berbagai dan kayu sebagai bahan baku. Selain itu,
kemasan produk terbuat dari plastik, seiring dengan pertambahan populasi
yakni kemasan produk kosmetik, produk serta menipisnya sumber daya alam,
kebersihan rumah tangga, botol minum, plastik menjadi bahan baku alternatif.
televisi, pulpen, dan berbagai benda Sebagai contoh, dahulu kemasan jajanan
lainnya yang berada di sekitar sebagian di pasar dibungkus oleh daun, tetapi
besar terbuat dari plastik. Plastik bersifat sekarang telah tergantikan oleh plastik.
ringan, menawarkan biaya produksi Bahkan untuk produk furniture seperti
yang murah, serta kepraktisan. Plastik kursi rotan saat ini pun sudah tergantikan
digunakan di berbagai industri, tidak oleh rotan plastik.
hanya makanan, tetapi juga automotif,
21
Gambar 1.1 Konsumsi Plastik Berdasar Industri Pengguna
Sumber: Trucost
Secara global, sektor yang paling banyak Konsumsi plastik di Indonesia saat ini
menggunakan plastik adalah industri mencapai 17 kg per kapita pertahunnya,
mainan. Pada tahun 2016, industri mainan besaran ini masih rendah dibandingkan
mengonsumsi plastik sebanyak 37,5 negara tetangga, seperti Malaysia dengan
juta ton per US$1 juta pendapatan yang tingkat konsumsi plastik 35kg/kapita/
diterima industri ini. Industri peralatan tahun, dan Thailand sebesar 40kg/kapita/
olahraga merupakan konsumen kedua tahun. Meski rendah konsumsi plastik
sebesar 16,7 juta ton per US$1 juta domestik masih akan terus meningkat.
pendapatan industri ini, dan peringkat Selain itu, jika dilihat secara total,
ketiga adalah peralatan rumah tangga konsumsi plastik Indonesia masih lebih
yang tahan lama sebesar 16,2 juta ton tinggi dibanding dibanding Malaysia,
per US$1 juta pendapatan. Sektor-sektor namun masih lebih rendah dibanding
lain yang menggunakan plastik dalam Thailand. Di tahun 2013, konsumsi
industrinya dapat dilihat pada Gambar Malaysia, Indonesia, dan Thailand secara
1.1. Di Indonesia sendiri, sektor yang berturut-turut adalah sebesar 2,15 juta
paling banyak menggunakan plastik ton, 3,98 juta ton dan 3,982 juta ton.
adalah sektor kemasan, terutama untuk
pengemasan makanan dan minuman. Kegunaan plastik yang sedemikian
23
besar dalam kehidupan sehari-hari pengenaan pajak plastik/plastik berbayar
dan dampaknya bagi lingkungan tersebut. Akibatnya tidak ada mekanisme
menyebabkan pemerintah merasa perlu dari sisi pemerintah dalam pengelolaan
untuk mengelola atau bahkan membatasi uang dari pajak plastik ini.
konsumsi plastik terutama plastik
kemasan. Mengapa plastik kemasan? Dengan cukai plastik ini, mekanisme
Alasannya adalah karena sifatnya pengelolaan uang menjadi jelas, dan
yang sekali pakai. Sebagai contoh, pengenaan plastik berbayar pun koridor
kemasan makanan, kantong kresek dan hukumnya juga ada. Cukai dikenakan
botol minuman. Kecenderungannya, kepada produsen plastik. Akibatnya,
konsumen akan langsung membuang harga plastik akan meningkat, sebesar
kemasan setelah makanan/minuman habis pengenaan cukai. Besaran kenaikan harga
dikonsumsi. Perilaku ini yang membuat plastik ini dapat ditransfer oleh pengguna
sampah menggunung. plastik kepada konsumen. Ilustrasinya
adalah sebagai berikut.
Salah satu mekanisme yang akan
dikenakan pemerintah adalah cukai. Pabrik A adalah produsen plastik.
Cukai merupakan sebuah bentuk pajak Sebelum ada cukai plastik, harga
yang digunakan pemerintah terhadap plastik yang diproduksi pabrik A
konsumsi barang atau jasa yang dapat adalah Rp10 ribu/100 lembar plastik.
menimbulkan eksternalitas negatif. Di Setelah diterapkan cukai plastik, harga
Indonesia, baru tiga jenis barang yang plastik menjadi Rp12 ribu, di mana
dikenakan cukai, yaitu etil alkohol (EA) Rp2 ribu adalah besaran cukai yang
atau etanol, minuman yang mengandung akan dibayarkan kepada pemerintah.
etil alkohol (MMEA), dan hasil tembakau Kemudian misalkan Dinomaret adalah
atau rokok. konsumen plastik dari pabrik A, dengan
kenaikan harga plastik ini, Dinomaret
Berdasarkan wawancara dengan dapat menetapkan kebijakan plastik
Badan Kebijakan Fiskal, tujuan berbayar sebesar kenaikan harga
utama pemerintah menetapkan dari plastik yang dibeli dari pabrik
cukai adalah untuk A. Dengan demikian, cukai plastik
membatasi penggunaan menjadi mekanisme yang memperjelas
plastik. Sebelumnya, pengenaan plastik berbayar.
pemerintah pernah
menetapkan kebijakan Tujuan lain dari pengenaan cukai
plastik berbayar. plastik ini adalah agar masyarakat
Kebijakan ini dilakukan semakin menyadari bahwa plastik
di tingkat pemerintah tidak dapat lagi digunakan semena-
daerah, namun mena. Sebelumnya, ketika konsumen
kemudian kebijakan berbelanja, mereka dapat dengan bebas
ini tidak berlanjut. menggunakan kantong kresek untuk
Alasan utamanya membawa belanjaan mereka, namun
adalah ketiadaan nanti jika cukai diberlakukan tidak
dasar hukum lagi. Jika sebelumnya harga
untuk sebotol air mineral adalah
24
25
Rp2.000/kemasan 600 ml, nanti dengan coba tiga bulan pertama, di mana 87,2%
cukai harganya akan naik. masyarakat menyatakan dukungannya
dan 91,6% bersedia membawa kantong
Besaran cukai jika ditransfer ke belanja sendiri dari rumah.
konsumen dengan menetapkan harga
terhadap pemakaian kantong kresek, Pengelolaan sampah plastik sudah
mungkin tidak besar. Demikian juga menjadi urgensi bagi pemerintah. Meski
dampaknya terhadap kenaikan harga demikian masalah sampah bukan hanya
sebotol air mineral kemasan. Namun, masalah pemerintah, namun juga berbagai
pemerintah memiliki tujuan awal untuk stakeholder. Permasalahan sampah plastik
edukasi masyarakat terkait kesadaran bukan hanya mengenai jumlah sampah
mengenai kemasan plastik. Hal ini pula plastik yang dihasilkan, namun juga
yang terjadi ketika diterapkan plastik pengelolaannya. Dalam hal ini, terdapat
berbayar. Berdasarkan hasil pemantauan masalah lain, yaitu kesiapan masyarakat
dan evaluasi Kementerian Lingkungan untuk mengelola sampahnya sendiri.
Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang
dimuat dalam (Liputan6.com, 2016), Isu lain yang perlu juga dipertimbangkan
terlihat penurunan penggunaan kantong pemerintah adalah dampak cukai terhadap
plastik sebesar 25—30% selama masa uji industri plastik. Pada tahun 2017,
26
Di tahun 2018, wacana cukai plastik ini sudah dimasukkan sebagai pendapatan dalam
APBN 2018. Pendapatan cukai ditargetkan tercapai sebesar Rp155.400 miliar, terdiri
atas cukai hasil tembakau sebesar Rp148.230 miliar, cukai etil alkohol sebesar Rp170
miliar, cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) sebesar Rp6.500 miliar, dan
pendapatan cukai lainnya yang diharapkan berasal dari cukai kantong plastik sebesar
Rp500 miliar.
Pendapatan cukai dalam APBN tahun 2018 tersebut naik 1,5% dibandingkan targetnya
dalam APBNP tahun 2017. Hal-hal yang menyebabkan naiknya target pendapatan
cukai antara lain adanya penyesuaian naik tarif cukai hasil tembakau dan adanya
rencana penambahan barang kena cukai (BKC) baru berupa kantong plastik.
Di satu sisi, cukai dikenakan sebagai alat untuk mengendalikan sampah plastik.
Dengan cukai, harga produk plastik yang dikenakan cukai akan meningkat, dan
akhirnya akan mengurangi konsumsi masyarakat terhadap plastik. Di awal, rencana
pemerintah adalah mengenakan cukai untuk kantong plastik/kantong kresek (Kontan.
co.id, 2018). Namun beberapa sumber menyatakan cukai akan dikenakan juga untuk
botol kemasan air mineral.
Terdapat beberapa permasalahan yang ingin dikaji dalam studi ini, di antaranya adalah
sebagai berikut.
i. Apa tujuan dan mekanisme penerapan cukai plastik?
ii. Produk apa saja yang pasti akan dikenakan cukai plastik ini?
iii. Permasalahan dan pengelolaan sampah plastik di Indonesia
a. Apa saja dan dari mana saja sumber-sumber sampah plastik?
b. Bagaimana tren perkembangan sampah plastik dibandingkan sampah jenis
lainnya?
iv. Bagaimana kebijakan pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, melalui
mekanisme cukai maupun non cukai yang dilakukan di negara lain?
v. Apa saja alternatif kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengelola limbah
plastik ?
vi. Bagaimana seluk beluk cukai plastik dan dampaknya pada perekonomian?
a. Bagaimana penerapan cukai ini memengaruhi biaya produsen dan konsumen
serta pendapatan pemerintah?
27
I.3
Tujuan
Penelitian
29
I.4
Metodologi
Penelitian
30
I.5 BAB I: Pendahuluan plastik, dalam upayanya
mengelola sampah
Kerangka Pada bab ini akan plastik. Selain itu,
Penelitian dijelaskan mengenai latar akan dibahas mengenai
belakang, tujuan, ruang perilaku recycle di
Penulisan studi ini akan lingkup, serta metodologi Indonesia, baik dari sisi
dilakukan dalam enam yang mendasari produsen dan dari sisi
pembabakan, yaitu sebagai dilaksanakannya studi. konsumen/rumah tangga.
berikut.
BAB II: Industri Plastik BAB V: Cukai:
Indonesia Penerapan di Indonesia
dan Komparasi Cukai di
Bab ini akan menjelaskan Negara Lain
mengenai perkembangan
dan kontribusi Untuk bagian kedua ini,
industri plastik pada akan disajikan mengenai
perekonomian Indonesia. studi komparasi
penggunaan cukai di
BAB III: Plastik dan negara lain. Apa saja
Dampaknya Terhadap produk yang dikenakan
Lingkungan dan negara mana saja
yang mengenakan cukai
Pada bagian ini akan untuk plastik. Selain
dijelaskan mengenai itu, akan dibahas juga
sifat dan karakteristik alternatif kebijakan
dari produk plastik, yang digunakan dalam
khususnya yang pengelolaan sampah
akan menjadi objek plastik.
cukai. Selain itu,
akan dijelaskan pula BAB VI: Dampak Cukai
bagaimana produk Plastik: Studi Perilaku
plastik ini dapat Konsumen
mencemari lingkungan.
Pada bab ini akan
BAB IV: Permasalahan dijelaskan mengenai
dan Pengelolaan Sampah dampak cukai terhadap
Plastik Di Indonesia perilaku konsumen
dalam konsumsi plastik
Pada bab ini akan berdasarkan survei yang
dibahas secara detail dilakukan. Selain itu,
mengenai permasalahan akan dijelaskan pula
sampah yang dihadapi pandangan pedagang di
di Indonesia. Dengan pasar tradisional terhadap
demikian dapat diketahui cukai.
akar masalah dari
sampah, khususnya Bab VII: Kesimpulan
sampah plastik. Maka
dari itu, pemerintah dapat Kesimpulan terhadap
memberikan kebijakan studi disajikan pada bab
pendukung, selain terakhir ini.
31
BAB III
BAB
INDUSTRI
PLASTIK
INDONESIA
Pada tahun 2017, Plastik masih menjadi higienitas produk yang
Kemenperin mencatat salah satu favorit di dijual, serta fungsi
jumlah industri plastik industri pangan olahan penyimpanan dan
hingga saat ini mencapai karena sifatnya yang distribusi.
925 perusahaan yang elastis, mudah dibentuk,
memproduksi berbagai kuat, dan terjangkau. Namun plastik tidak
macam produk plastik. melulu digunakan
Sektor ini menyerap Kemasan memang bukan untuk kemasan, tapi
tenaga kerja sebanyak hal utama dalam industri juga berbagai fungsi
37.327 orang dan memiliki pangan olahan, namun lainnya. Inovasi dalam
total produksi sebesar 4,68 memegang peranan pengolahan plastik
juta ton. Bahkan industri penting dalam memasarkan menjadikan plastik dapat
kemasan plastik yang sebuah produk, untuk digunakan untuk berbagai
merupakan sektor kimia mendapatkan hati hal di berbagai industri.
hilir pertumbuhannya konsumen dalam Jadi, dapat dikatakan
sangat tinggi dan memiliki menentukan pilihan. plastik merupakan
potensi besar. Fungsi penting dari industri potensial untuk
kemasan adalah dapat dikembangkan.
menjaga keawetan dan
II.1
Persediaan
Menurut (Kementerian dalam jumlah yang relatif
Perindustrian, 2014) sepanjang kecil. Kekurangan pasokan
kurun waktu 2015-2019 propylene merupakan peluang
diperkirakan Indonesia akan investasi dan diperkirakan akan
mengalami kekurangan supply terjadi mulai tahun 2019, yang
ethylene. Berdasarkan data jumlahnya mendekati 200.000
Direktorat Industri Kimia Dasar ton.
Kementerian Perindustrian,
pada tahun 2013 kekurangan Ketersediaan bahan baku
pasokan (shortage) ethylene menjadi permasalahan
sudah lebih dari maksimum utama dalam industri plastik
kapasitas industri di dalam Indonesia. Dapat dilihat pada
negeri saat ini dan tahun Tabel 2.1, total permintaan
2019 shortage tersebut yang dihadapi industri plastik
diperkirakan akan mencapai Indonesia adalah sebesar
1,5 kali kapasitas maksimum 5,85 juta metrik ton (MT)/
industri ethylene yang sebesar tahun. Namun produksi hanya
600.000 ton per tahun. Industri mencapai 2,53 MT/tahun. Oleh
dalam negeri diperkirakan karena itu, kekurangan dari
akan mengalami kekurangan produksi dipenuhi dari impor
pasokan propylene, tetapi dan daur ulang.
35
Tabel 2.1 Industri Plastik Indonesia - PP,PE,PS,PVC (dalam juta metrik ton/tahun)
Sumber: Inaplas
37
Ethylene/polyethylene dipasok dari dalam negeri (HDPE). Sedangkan TPN
(PE) dan propylene/ dan 60% impor. memproduksi HDPE dan
polypropylene (PP) yang low density polyethylene
merupakan produk turunan Di Indonesia terdapat (LDPE).
dari nafta, merupakan dua produsen PE,
bahan baku yang akan yaitu PT Chandra Asri CAPC memiliki total
diolah menjadi bijih Petrochemical Centre kapasitas produksi PE
plastik atau plastik. (CAPC) dan PT Titan sebesar 300.000 ton
Pertamina merupakan satu- Petrokimia Nusantara yang terdiri dari LLDPE
satunya pemasok nafta (TPN). CAPC merupakan 200.000 ton dan HDPE
di Indonesia. Dari tahun produsen petrokimia 100.000 ton per tahun.
ke tahun, pasokan nafta hulu yang terintegrasi Sedangkan TPNI memiliki
terus menurun. Sedangkan dengan hilirnya yang total kapasitas produksi
pada 2010 ini peta menghasilkan ethylene sebesar 450.000 ton yang
outsourcing pengadaan dan propylene. Produksi terdiri dari LLDPE dan
nafta bagi kebutuhan hulunya menghasilkan HDPE masing-masing
industri petrokimia hulu bahan baku plastik jenis 225.000 ton per tahun.
diperkirakan sebesar 40% high density polyethylene
38
39
II.1.1
Industri Petrokimia
Sebagai Sumber
Bahan Baku Plastik
Sumber nafta domestik diproduksi oleh 8—11 % dari volume produksi kilang.
Pertamina,namun saat ini produksi kilang Sepuluh produk utama BBM dari kilang
minyak masih diprioritaskan untuk BBM. minyak Indonesia adalah premium,
Mengacu pada Tabel 2.2, dapat dilihat minyak tanah, solar, minyak diesel,
bahwa produksi kilang di Indonesia minyak bakar, avigas, avtur, pertamax
masih diutamakan untuk produksi BBM. plus, dan Pertamina dex. Sedangkan
Sedangkan produksi non-BBM, yang produksi non-BBM adalah untuk
salah satunya untuk petrokimia hanya petrokimia, solven, dan non-BBM.
42
II.3
Ekspor dan Impor
Bahan baku utama industri plastik di propylene yang diolah menjadi plastik.
Indonesia adalah nafta yang berasal
dari minyak bumi. Meskipun bisa Pada kenyataannya, Indonesia mengalami
juga didapatkan dari batu bara dan defisit dalam produksi bahan baku plastik.
gas, saat ini bahan baku plastik masih Untuk itu, pemerintah memiliki target
mengandalkan dari hasil olahan minyak pada tahun 2021 atau 2022, kapasitas
bumi. Pengembangan dari batu bara dan produksi ethylene mencapai 2 juta
gas di Indonesia masih dalam proses (Bisnis.com, 2018). Namun, saat ini
pelaksanaan. untuk bahan baku plastik sendiri masih
sepenuhnya impor. Salah satu alasannya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, karena minyak bumi domestik masih
nafta merupakan hasil destilasi minyak diprioritaskan untuk bahan bakar, bukan
bumi yang kemudian diolah lagi menjadi untuk industri kimia.
produk turunan, yakni ethylene dan
43
Gambar 2.3 Ekspor dan Impor Propilen
Sumber: UNCOMTRADE
Bahan baku utama industri Seperti yang telah itu, pemerintah memiliki
plastik di Indonesia adalah dijelaskan sebelumnya, target pada tahun 2021
nafta yang berasal dari nafta merupakan hasil atau 2022, kapasitas
minyak bumi. Meskipun destilasi minyak bumi produksi ethylene
bisa juga didapatkan dari yang kemudian diolah mencapai 2 juta (Bisnis.
batu bara dan gas, saat ini lagi menjadi produk com, 2018). Namun, saat
bahan baku plastik masih turunan, yakni ethylene ini untuk bahan baku
mengandalkan dari hasil dan propylene yang diolah plastik sendiri masih
olahan minyak bumi. menjadi plastik. sepenuhnya impor. Salah
Pengembangan dari batu satu alasannya karena
bara dan gas di Indonesia Pada kenyataannya, minyak bumi domestik
masih dalam proses Indonesia mengalami masih diprioritaskan untuk
pelaksanaan. defisit dalam produksi bahan bakar, bukan untuk
bahan baku plastik. Untuk industri kimia.
46
Gambar 2.4 Tujuan Utama Ekspor Plastik Indonesia
Sumber: UNCOMTRADE
47
Gambar 2.5 Asal Utama Impor Plastik Indonesia
Sumber: UNCOMTRADE
48
II.4
Industri plastik
Jika dilihat berdasarkan kode HS 4 digit, expoxides & polyesters, primary forms;);
tiga besar ekspor produk plastik Indonesia dan 3923 (containers (boxes, bags etc),
adalah 3920 (plates, sheets, film etc no closurers etc, plast;).
ad, non-cel etc, plast;) ; 3907 (polyethers,
49
Gambar 2.7 Ekspor Plastik (HS 4 Digit)
Sumber: UNCOMTRADE, diolah
51
Gambar 2.8 Impor Plastik (HS 4 Digit)
Sumber: UNCOMTRADE, diolah
Perbandingan ekspor dan impor produk bahan baku plastik. Sedangkan ekspor
plastik berdasarkan Kode HS 4 digit, lebih pada produk akhir atau bijih plastik
mengacu pada Gambar 2.8, impor lebih yang sudah diolah.
banyak untuk produk-produk polimer atau
52
II.5
Kontribusi sektor
Plastik Terhadap
Perekonomian
Dalam melihat bagaimana peran industri Dengan metode IO ini efek yang mungkin
plastik dan dampak cukai terhadap diciptakan oleh kebijakan cukai dapat
industri plastik, metode analisis yang dihitung dengan mengasumsikan adanya
digunakan adalah metode input-output. perubahan negatif pada permintaan akhir
Input-output (IO) sendiri adalah sebuah dari sektor plastik setelah kebijakan cukai
perangkat analisis yang kerap digunakan tersebut diterapkan. Tabel input-output
dalam studi ekonomi, regional, dan Indonesia yang terakhir dipublikasikan
perencanaan pembangunan untuk melihat oleh BPS adalah tabel IO tahun 2010.
bagaimana interelasi antara beberapa Tabel IO yang digunakan memiliki 185
sektor yang ada dalam sebuah negara atau sektor, dengan matriks 185 x 185 yang
region. Karena kegunaannya yang dapat menggambarkan barang antara yang oleh
melihat tidak hanya hubungan antar- setiap sektor dengan sektor lainnya. 2.3
sektor, namun juga dampak dari shock berikut menyajikan sebagian dari tabel IO
pada suatu sektor tertentu, hal itu akan yang digunakan.
digunakan sebagai simulasi.
53
Tabel 2.3 Tabel IO Indonesia 2010 Sebagian
54
Tabel 2.4 Hasil estimasi multiplier tertentu terhadap shock 1 unit
sektor Barang-Barang dari Plastik
Maka dari itu, dengan melihat Tabel 2.4 pengurangan permintaan akhir plastik
di atas, beberapa inferensi. Pertama, akan sangat mungkin terjadi. Efeknya,
dalam hal output multiplier. Angka setiap penurunan 1 unit permintaan
output multiplier sejumlah 1,9 dapat plastik, seluruh perekonomian akan
diinterpretasikan bahwa jika terjadi mengalami penyusutan total output
perubahan permintaan akhir dari sektor sejumlah 1,9 unit. Jika dilakukan scaling
plastik sejumlah 1 unit, akan terjadi up terhadap keseluruhan kebijakan ini,
perubahan sejumlah 1,9 unit terhadap bila permintaan plastik diasumsikan
seluruh output dari perekonomian. untuk turun senilai Rp1 miliar, seluruh
perekonomian juga akan menyusut
Logikanya, jika terjadi peningkatan sejumlah Rp1,9 miliar juga. Melihat hasil
1 unit plastik yang dikonsumsi oleh ini, pemerintah tentu perlu berhati-hati
final demand, diperlukan juga dan mempertimbangkan calon kebijakan
peningkatan pada bahan- tersebut dengan sangat matang
bahan baku dan “antara” sebelum melakukan eksekusi
yang digunakan untuk dan enforcement.
pembuatan plastik
sendiri. Peningkatan Pada bagian income
permintaan bahan-bahan multiplier, hasil yang dapat
baku tersebut juga akan diobservasi adalah sejumlah
menciptakan permintaan 0,23. Mirip dengan analisis
baru lagi untuk bahan pembahasan di atas, angka
baku dan “antara” dari tersebut dapat diintepretasikan
mereka masing-masing, sebagai seberapa besar perubahan
dan efek yang serupa akan terus berlanjut yang akan terjadi, kali ini dalam satuan
hingga mencapai 1,9 unit, meskipun pendapatan rumah tangga, dari perubahan
awalnya peningkatan hanya sejumlah 1 1 unit permintaan akhir plastik adalah
unit. sejumlah 0,23 unit pendapatan. Artinya,
jika dengan implementasi dari cukai
Dengan kata lain, hal yang sama dapat pada plastik terjadi penurunan sejumlah,
diobservasi untuk kasus pengurangan misalkan, Rp1 miliar, total pendapatan
permintaan. Jika dilihat dalam konteks rumah tangga dari masyarakat Indonesia
Indonesia, dengan kemungkinan juga diprediksi akan mengalami
implementasi cukai pada plastik, penurunan sejumlah Rp230 juta.
55
Begitu juga dengan income multiplier pendapatan sejumlah Rp2,84 miliar.
bagi sektornya sendiri, melihat angka Melihat dua hal tersebut juga, pemerintah
sebesar 2,84. Artinya, dalam kasus ini, tentu perlu mempertimbangkan efek dari
akan terjadi perubahan sejumlah 2,84 unit calon kebijakan ini kepada pendapatan
pendapatan bagi sektor plastik sendiri masyarakat.
setiap perubahan 1 unit permintaan
akhir dari plastik. Hal ini cukup kontras Berikutnya, dalam analisis ini akan
dengan income multiplier agregat yang menghitung besaran backward linkage
hanya 0,23, di mana bagi industri sendiri dan forward linkage dari industri plastik.
perubahan yang akan terjadi ada pada Dalam penghitungan, penulis menghitung
sekitar 120% dari pendapatan agregat. nilai backward dan forward linkage tanpa
Artinya, setiap penurunan Rp1 miliar normalisasi, dengan normalisasi, dan
permintaan akhir dari plastik, industri juga angka multiplier. Hasil terkait dapat
plastik akan menderita penyusutan dilihat dalam Tabel 2.5 di bawah ini.
56
dibutuhkan oleh industri-industri (backward linkage), serta relatif kecil
setelahnya, yang lebih downstream ketergantungan yang tercipta kepada
darinya. Hal ini sering diobservasi dalam industri plastik sendiri oleh industri
industri-industri yang kerap menjadi downstream-nya (forward linkage).
bahan baku atau “bahan antara” dari Dalam angka multiplier product sendiri,
industri lainnya, seperti barang-barang yang merupakan hasil kali backward dan
komoditas. forward linkage setelah normalisasi, yaitu
0,015, ia memiliki urutan yang cukup
Dapat dilihat bahwa angka forward rendah yaitu 169 dari 185 sektor.
linkage dari industri plastik berada pada
2,4 dan 1,46 (setelah normalisasi). Dalam Dalam analisis dengan input-output
urutan, industri plastik memiliki forward kita kali ini, kita dapat melihat bahwa
linkage pada urutan ke-166 dari 185 secara makro, industri plastik bukan
industri. Hal ini dapat merupakan sebuah industri yang memiliki
diinterpretasikan signifikansi yang besar terhadap industri
bahwa plastik dan sektor lainnya. Meskipun
merupakan salah demikian, dengan melihat
satu industri yang angka-angka yang
lemah dalam dihasilkan dalam
forward linkage, perhitungan
berarti tidak banyak ketergantungan multiplier effect,
yang dimiliki oleh industri-industri efek dari penerapan cukai dalam
yang berada lebih downstream darinya hal kesejahteraan suatu negara dan
kepadanya. kesejahteraan pendapatan rumah tangga
tetap tidak bisa diabaikan. Dengan
Melihat kedua hasil di atas, inferensi angka-angka multiplier seperti di atas
yang didapatkan adalah bahwa industri (terutama output multiplier 1,9 dan
plastik merupakan salah satu industri income multiplier on own sector 2,84),
yang sejatinya memiliki signifikansi dampak yang cukup besar dapat tercipta
terhadap seluruh sektor yang relatif jika permintaan akhir dari industri plastik
kecil. Ia memiliki ketergantungan mengalami shock penurunan.
terhadap industri upstream yang lemah
Gambar 2.9 Jumlah Tenaga Kerja Industri Plastik Indonesia 2010-2011; 2013-2014
Sumber: Statistik Industri
57
Tabel 2.6 Jumlah Tenaga Kerja Industri Plastik Indonesia 2010-2011; 2013-2014;
Jika menilik data dari Statistik Industri, cukai ini tidak hanya akan berdampak
efek tersebut akan dapat dilihat dengan kepada masyarakat sebagai konsumen,
lebih jelas. Terlihat dalam grafik di namun juga kepada 100.000 lebih pekerja
atas, bahwa pada tahun 2014, terdapat yang bekerja dalam industri plastik
secara total 204.872 orang pekerja pengemasan, dan kelak 200.000 orang
dalam industri plastik keseluruhan, lebih dari industri plastik keseluruhan,
dan hampir 48,87% di antaranya, jika cukai ini kelak diterapkan untuk
yaitu sejumlah 100.124 orang keseluruhan industri.
pekerja ada di dalam industri
barang dari plastik untuk Mengingat kebijakan yang dalam
pengemasan. Dengan wacana jangka pendek ini akan terlebih
diterapkannya cukai untuk dahulu dicanangkan untuk
plastik yang dicanangkan kantong plastik kresek, dampak
oleh pemerintah, dengan yang dapat dilihat mungkin akan
mengombinasikan efek-efek cukup signifikan. Hal tersebut
yang dapat dihitung dalam didukung oleh fakta bahwa
analisis input-output di atas, setiap tahunnya, proporsi tenaga
dampak yang cukup besar kerja yang disumbangkan oleh
akan dirasakan oleh angka jumlah industri plastik untuk pengemasan
pekerja di atas. selalu ada pada kisaran 50% dari seluruh
tenaga kerja industri plastik. Artinya,
Dalam studi ini, dapat dilihat bahwa jika diasumsikan bahwa multiplier
untuk pihak pemerintah, pertimbangan dari industri plastik berlaku untuk sub-
yang matang tentu diperlukan mengingat industrinya, efek yang cukup berdampak
dampak yang dapat ditimbulkan cukup akan dirasakan oleh para pekerja dalam
besar. Perlu diperhatikan bahwa efek dari industri terkait.
58
II.6
Permasalahan yang
Dihadapi Industri Plastik
Indonesia
59
BAB III
PLASTIK
DAN
DAMPAKNYA
PADA
LINGKUNGAN
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai sifat dan karakteristik dari produk plastik,
khususnya yang akan menjadi objek cukai. Selain itu, akan dijelaskan pula bagaimana
produk plastik ini dapat mencemari lingkungan.
III.1
Plastik
Plastik terbentuk dari unsur-unsur, menyimpan makanan maupun minuman.
yakni karbon, oksigen, hidrogen, klorin, Sesuai fakta yang ada bahwa polimer
belerang, dan nitrogen, serta sebagai rantai - panjang limbah plastik sulit
bahan dasar dari plastik adalah minyak untuk diuraikan secara alami, untuk
dan gas bumi. Proses pembuatan plastik menguraikan limbah sendiri dibutuhkan
dari minyak bumi secara singkat adalah beberapa ratus tahun.
dilakukannya proses pemurnian minyak
bumi di kilang minyak (refinery) bersama Secara umum, bahan baku plastik dapat
dengan gas bumi, yang menghasilkan dibagi dua, yakni berasal dari minyak
produk-produk petrokimia, seperti etana, bumi dan berasal dari gas. Bahan baku
propana dan berbagai produk petrokimia yang berasal dari produk kilang minyak
lainnya. Selanjutnya, etana dan propana (refinery) di antaranya adalah fuel gas,
dipecah dengan menggunakan tungku gas propana dan butana, mogas,
bersuhu tinggi sehingga terbentuk nafta, kerosin/ minyak
ethylene dan propylene. Dalam reaktor tanah, gas oil, fuel oil,
ethylene dan propylene short residue/waxy residue.
yang Sedangkan bahan baku
yang berasal dari gas bumi atau
gas alam di antaranya adalah metana
(CH4), etana (C2H6), propana (C3H8),
terbentuk digabungkan dengan butana (n- C4H10), kondensat (C5H12 –
katalis membentuk polimer plastik yang C11H24).
selanjutnya menjadi pelet/bijih plastik.
Bijih plastik yang terbentuk kemudian Menurut Kumar dkk. (2011), salah
diproses menjadi aneka produk plastik, satu bahan baku atau dasar yang sering
yakni sisir, botol plastik, kantong plastik, digunakan untuk membuat plastik adalah
sampul plastik, ember plastik, gigi nafta, yakni bahan yang dihasilkan dari
palsu, pipa paralon, produk elektronik, penyulingan minyak bumi atau gas alam.
komputer, peralatan telekomunikasi, Sebagai gambaran, untuk membuat 1
hingga plastik untuk industri sepeda, kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak
motor, mobil, kereta api, hingga pesawat bumi, baik dalam memenuhi kebutuhan
terbang. bahan bakunya maupun kebutuhan energi
prosesnya. Gambar 3.1 memperlihatkan
Ada beberapa plastik berbahan nafta, sebagai bahan baku plastik, sebagai
dasar minyak dan gas bumi yang hasil dari destilasi minyak bumi. Meski
peruntukannya hanya untuk sekali pakai demikian, bahan baku plastik tidak hanya
saja dan tidak aman untuk penggunaan berasal dari minyak bumi dan gas, tetapi
lebih dari sekali terutama untuk tempat dapat juga dihasilkan dari batu bara.
63
Gambar 3.1 Proses Destilasi Minyak Bumi dan Hasilnya
Sumber: Science-resources.co.uk
64
65
berada dalam bentuk cair. Plastik yang motor, mobil, kereta api, hingga pesawat
berada dalam bentuk cair ini dibiarkan terbang.
mendingin dan kemudian pelletizer
digunakan untuk membentuk polimer Pada tahun 2009, perusahaan Novomer
menjadi pelet-pelet kecil (bijih plastik). mengumumkan dimulainya komersialisasi
Bijih plastik ini kemudian dikirim ke para bahan polypropylene carbonate (PPC)
pelanggan atau industri untuk selanjutnya dengan menggunakan gabungan dari
dibuat menjadi aneka produk plastik. karbon dioksida dan minyak bumi.
Pada saat ini, banyak produk plastik Dengan menambahkan karbon dioksida,
yang sangat dibutuhkan dan banyak minyak bumi yang dibutuhkan untuk
manfaatnya bagi kehidupan manusia. pembuatan plastik menjadi lebih hemat
yaitu bisa berkurang sampai setengahnya.
Ragam produk plastik yang banyak
manfaatnya tersebut, yakni botol plastik,
kantong plastik, sampul plastik, ember
plastik, gigi palsu, pipa paralon, produk
elektronik, peralatan telekomunikasi,
hingga plastik untuk industri sepeda,
66
III.2
Jenis-Jenis Plastik
Plastik merupakan bahan yang kelihatan Society of the Plastics Industry, pada
bersih, praktis sehingga barang-barang tahun 1988. Klasifikasi ini berguna
kebutuhan sehari-hari dibuat dari plastik, agar konsumen memahami berbagai
seperti botol minuman, piring, dan jenis plastik dan kemampuan plastik
kantong kresek. Maka dari itu, hampir tersebut untuk di daur ulang. Setiap
semua orang menggunakan barang- kategori memiliki kode angka yang
barang yang terbuat dari plastik karena mewakili setiap kategori plastik. Adapun
kepraktisannya. Plastik dapat dibedakan pengkategorian jenis-jenis tersebut adalah
menjadi tujuh kategori berdasarkan sebagai berikut, yang diurutkan sesuai
bahan serta tingkat keamanan dalam dengan kodenya.
pemakaiannya.
67
yang aman digunakan untuk kemasan Plastik PVC mengandung DEHA. Jika
tidak hanya makanan/minuman, namun digunakan untuk mengemas makanan
juga berbagai kemasan cairan yang yang mengandung minyak, DEHA
digunakan dalam rumah tangga, seperti dapat bercampur dengan makanan yang
berbagai cairan pembersih. Meski cukup dikemasnya ketika makanan dipanaskan.
aman digunakan untuk kemasan makanan Zat ini berpotensi membahayakan bagi
dan minuman, sebaiknya wadah plastik organ ginjal dan hati. Titik leleh plastik
jenis ini tidak terus menerus dugunakan PVC adalah 70 – 140ºC. Plastik PVC jika
karena plastik berbahan HDPE juga dibakar akan mengeluarkan racun.
melepaskan senyawa antimony trioksida.
Sangat tidak dianjurkan utnuk memakai 4) LDPE — Low Density Polyethylene
ulang botol atau kemasan HDPE yang Sifat plastik jenis LDPE adalah kuat, agak
sebelumnya tidak digunakan untuk tembus cahaya, fleksibel, dan permukaan
mengemas makanan atau minuman, agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC
untuk digunakan kembali sebagai wadah sangat resisten terhadap senyawa kimia,
makanan atau minuman. daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas
3) PVC — Polyvinyl Chloride yang lain seperti oksigen.
Plastik jenis ini lebih tahan terhadap zat
kimia, minyak, dan sebagainya. Sebagian Biasanya plastik jenis ini digunakan
besar bahan konstruksi, seperti pipa untuk tempat makanan, plastik kemasan,
menggunakan plastik jenis ini. botol yang lunak.
68
69
dan sistem syaraf. Bahan ini sulit minuman atau makanan jika suhunya
didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan dinaikkan karena pemanasan.
ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama. Jika dibakar, PS akan Botol susu merupakan salah satu
mengeluarkan api berwarna kuning- peralatan yang menggunakan PC, dan
jingga, dan meninggalkan jelaga. Titik terdapat kecenderungan masyarakat
leleh pada 95ºC. untuk mensterilisasi botol susu dengan
cara merebus atau memanaskan dalam
7) Lainnya microwave. Sebaiknya, hal ini dihindari.
Bahan dengan tulisan Other berarti
dapat berbahan styrene acrylonitrile SAN dan ABS memiliki resistensi
(SAN), acrylonitrile butadiene styrene yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
(ABS ), polycarbonate (PC), nylon. PC suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat
dapat mengeluarkan bahan utamanya kekerasan yang telah ditingkatkan. SAN
yaitu bisphenol-A ke dalam makanan dan ABS merupakan salah satu bahan
dan minuman yang berpotensi merusak plastik yang sangat baik untuk digunakan
sistem hormon, kromosom pada ovarium, sehari-hari.
penurunan produksi sperma, dan
mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan
untuk tidak digunakan untuk tempat
makanan ataupun minuman karena
bisphenol-A dapat berpindah ke dalam
Tabel 3.1 Jenis Plastik dan Kode Komersilnya
71
III.3
Plastik dan Lingkungan
Plastik dapat digolongkan berdasarkan 2. Termoset merupakan jenis plastik
sifat fisika yaitu : yang tidak bisa didaur ulang/dicetak lagi.
1. Termoplastik merupakan jenis plastik Pemanasan ulang akan menyebabkan
yang bisa didaur ulang/dicetak lagi kerusakan molekul-molekulnya. Contoh:
dengan proses pemanasan ulang. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-
PE, PS, ABS, PC. formaldehid.
Beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh sampah plastik yang tidak dikelola dengan
baik dan mencemari lingkungan (Sulistyono, 2016) sebagai berikut.
74
Di Indonesia, plastik paling banyak, jumlah tersebut sebesar 17,4% didaur
sekitar 40% digunakan untuk kemasan ulang kembali, dan sebanyak 29,4%
dan produk rumah tangga (20%). (atau sebesar 1,692 juta ton persegi)
Dari keseluruhan barang plastik yang berakhir menjadi sampah. Gambar 3.2
diproduksi setiap tahunnya, yang menjelaskan siklus hidup sampah plastik
kemudian menjadi sampah komposisinya di Indonesia.
adalah sebesar 46,8%. Namun dari
75
Tabel 3.2 Perkiraan Waktu Dekomposisi Sampah Secara Alami
Bahkan di tahun 2015, sebuah studi yang berbahaya sebab dapat mengganggu
dilakukan oleh Jambeck, et al., (“Plastic keseimbangan alam. Meski demikian,
waste inputs from land into the ocean”, sampah organik maupun anorganik dapat
2015) mengungkapkan bahwa Indonesia didaur ulang. Sampah organik dapat
menghasilkan sampah plastik di laut dijadikan pupuk, sedangkan sampah
antara 0,48 hingga 1,29 juta ton persegi anorganik, seperti plastik dapat didaur
per tahunnya dan menempati posisi kedua ulang dan digunakan kembali sebagai
terbesar setelah China. bahan baku. Oleh karena itu, pemerintah
dapat memberikan berbagai bentuk
Plastik, seperti sampah lainnya yang tidak instrumen kebijakan yang bertujuan untuk
dapat terdekomposisi oleh alam dalam mendukung perkembangan industri daur
jangka pendek, menjadi permasalahan ulang.
karena menyebabkan lingkungan
kotor, tidak sedap dipandang mata, dan
77
BAB IV
PERMASALAHAN
& PENGELOLAAN
SAMPAH PLASTIK
DI INDONESIA
Pada bab ini akan dibahas secara detail pendukung, selain plastik, dalam
mengenai permasalahan sampah yang upayanya mengelola sampah plastik.
dihadapi di Indonesia. Dengan demikian Selain itu, akan dibahas pula mengenai
dapat diketahui akar masalah dari perilaku recycle di Indonesia, baik dari
sampah khususnya sampah plastik. Jadi, sisi produsen dan dari sisi konsumen/
pemerintah dapat memberikan kebijakan rumah tangga.
IV.1
Permasalahan Sampah
Plastik di Indonesia
81
Gambar 4.1 Metode Pengelolaan Sampah Kumpul-Angkut-Buang
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum, 2012)
Awalnya mayoritas pengelolaan sampah akhir yang pada umumnya dengan cara
di Indonesia masih dilakukan dengan landfilling, yaitu metode penyingkiran
metode kumpul-angkut-buang (lihat limbah/sampah ke dalam tanah melalui
Gambar 4.1). Pertama, sampah yang pengurukan atau penimbunan yang
berasal dari berbagai sumber (rumah awalnya diterapkan pada sampah kota.
tangga, industri, maupun pertokoan) Landfilling sebenarnya bukan pemecahan
dikumpulkan di lokasi masing-masing. masalah sampah yang ideal karena
Setelah itu ia akan diangkut, baik ke memiliki banyak dampak negatif, salah
tempat pembuangan sementara (TPS) satunya pencemaran air tanah. Namun
maupun langsung dibuang ke tempat cara ini tetap dilakukan karena kerap
pemrosesan akhir. Sampah yang ‘transit’ dianggap satu-satunya cara untuk
di TPS juga kemudian akan diangkut menyingkirkan sampah setelah melalui
kembali ke TPA setelah dikumpulkan cara lain. Hal yang kemudian dilakukan
dengan sampah-sampah yang berasal dari untuk meminimalkan dampak negatif
sumber lain. metode ini adalah dengan merancang,
membangun, dan mengoperasikan secara
Sampah yang telah diangkut ke TPA baik, serta mengkaji calon lahan uruk
kemudian mengalami pemrosesan yang akan digunakan.
83
Pemda DKI kemudian melakukan upaya untuk mengubah sistem open-dumping
pengelolaan sampah yang lebih baik secara keseluruhan. Dalam Pasal 44
sesuai dengan amanat UU Nomor 18 regulasi tersebut diamanatkan bahwa
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah daerah harus membuat
yakni menjalankan prinsip pemilahan dan perencanaan penutupan TPA sampah
life circle sampah yang berupa reduce yang menggunakan sistem pembuangan
(mengurangi), reuse (menggunakan terbuka paling lambat satu tahun sejak
ulang), dan recycle (mendaur ulang). berlakunya regulasi, dan pemerintah
Meski begitu, penerapan pemilahan daerah juga harus menutup TPA sampah
sampah mulai dari sumbernya hingga yang menggunakan sistem pembuangan
metode daur ulang masih minim terbuka paling lambat lima tahun
dilakukan oleh masyarakat, khususnya di terhitung sejak berlakunya UU tersebut
kota-kota besar seperti Jakarta (Hakim, (Damanhuri and Padmi, 2010).
2018).
Nyatanya pengolahan sampah masih
Pengelolaan terkait metode landfilling memanfaatkan sistem konvensional
pada UU Nomor 18 Tahun 2008 juga berupa penumpukan atau metode open-
belum dapat direalisasikan dengan dumping, sementara itu teknologi
sempurna di Jakarta. Dalam regulasi tumpukan sampah atau sanitary landfill
ini sebenarnya telah ada kewajiban masih dalam tahapan lelang (Hakim,
85
2018). Sampah dari Jakarta yang dana Rp15 miliar. Apabila sistem sanitary
kini ditangani di TPST Bantargebang landfill dan fasilitas geomembran sudah
mencapai rata-rata 6.500-6.700 ton berjalan, umur TPST Bantargebang
per hari yang ditumpuk pada lahan diproyeksikan bisa lebih panjang, yakni
seluas 110 hektare yang terbagi di tiga akan berakhir pada 2032. Dengan fasilitas
wilayah kelurahan, yakni Sumur Batu, geomembran ini, otomatis gundukan
Ciketing Udik, dan Cikiwul Kecamatan sampah yang kini setinggi 20-25 meter
Bantargebang. Dengan metode open- akan menyusut karena terhalang hujan.
dumping, diperkirakan TPST ini hanya
sanggup menampung pembuangan Paradigma pengelolaan dengan sistem
sampah warga DKI Jakarta hingga tahun kumpul-angkut-buang dan pemusnahan
2027, jika pengelolaan sampahnya melalui landfilling masih menjadi andalan
dilakukan dengan cara menumpuknya utama banyak kota dalam menanggulangi
saja. permasalahan sampah yang ada.
86
Gambar 4.2 Persentase Pengelolaan Sampah di Indonesia
Sumber: (Sekretariat Adipura KLHK, 2015)
88
IV.1.1
Permasalahan Sampah
Secara Umum
89
Sumber Sampah yang mengganggu pandangan mata
Pengelolaan di level sumber sampah dengan sampah yang berserakan dan
artinya saat sampah tersebut baru saja terbengkalai.
dihasilkan yang biasanya berlokasi - Penyumbatan saluran-saluran air
di pemukiman, pasar, pertokoan, yang diakibatkan pembuangan sampah
industri, maupun taman atau jalanan. sembarangan dan berpotensi bencana
Pada tingkatan ini pada umumnya banjir.
permasalahan terkait erat dengan - Mudah beterbangan dan terbakarnya
kesadaran masyarakat tentang sampah-sampah kering, seperti
pengelolaan sampah yang baik, yaitu: tumpukan kertas dan puntung rokok
- Volume sampah terus meningkat dan yang masih menyala.
tidak meratanya persebaran penduduk. - Belum adanya pola baku bagi sistem
- Sampah yang ada jarang dipilah dahulu pembinaan masyarakat yang dapat
bila ada yang masih bisa dimanfatkan. dijadikan pedoman pelaksanaan.
- Sampah yang ada jarang dipilah dahulu - Masih banyak pengelola kebersihan
sesuai jenisnya. yang belum mencantumkan penyuluhan
- Keinginan dalam masyarakat untuk dalam programnya.
menjaga lingkungan masih belum
melembaga. Tidak semua dibuang
ke bak sampah. Sebagian juga
dibuang ke sungai, kebun, pekarangan,
fasilitas umum, dan sebagainya.
Hal ini menimbulkan masalah
estetika (keindahan) dan kenyamanan
91
Tempat Pembuangan Sementara lainnya, kemampuan pendanaan dan
Terkait TPS, beberapa kendala yang skala prioritas tergolong minim.
dialami dalam pengelolaan sampah - Jarak angkut ke TPA tergolong jauh,
sebagai berikut. sementara kondisi alat angkut seringkali
- Diperlukannya lokasi yang tepat dan tidak memadai dan bersifat terbuka,
jauh dari pemukiman penduduk agar menimbulkan polusi udara sepanjang
tidak mencemari udara serta perjalanan yang jauh.
mengganggu aktivitas warga sekitar. - Di ibu kota, jumlah truk pengangkut
- Tidak ada pemilahan yang dilakukan. sampah tidak sebanding dengan
- Masih banyak tempat penampungan produksi sampah, baik di permukiman
yang bersifat terbuka sehingga berbau maupun tempat umum lain. Saat ini
dan banyak menjadi sarang lalat. Dinas Kebersihan DKI memiliki 801
- Sampah-sampah yang telah berada di truk dan sebanyak 510 di antaranya
TPS seringkali menumpuk karena tidak tidak layak pakai. Hal ini dikarenakan
setiap hari diangkut ke TPA. per 31 Desember 2013, kontrak kerja
sama dengan 24 perusahaan pengangkut
Pengangkutan ke TPA sampah swasta telah dihentikan,
Setelah ditampung sementara di TPS, padahal sebelumnya 67% pengangkutan
sampah kemudian diangkut kembali sampah dilakukan perusahaan swasta
ke tempat pemrosesan akhir (TPA). (Hakim, 2018)
Selama perjalanan ini ada lagi beberapa - Jadwal angkut tidak rutin sehingga
permasalahan sebagai berikut. memungkinkan terjadinya timbunan
- Biaya angkut yang mahal. Di Indonesia sampah dalam kurun waktu tertentu.
dan beberapa negara berkembang - Tidak ada pemilahan yang dilakukan.
92
Tempat Pemrosesan Akhir sarang lalat.
Berikut permasalahan-permasalahan - Karena terakumulasi dalam jumlah
dalam pengelolaan sampah di level TPA: besar, dapat menjadi sarang berbagai
- Diperlukannya lahan yang cukup luas binatang yang yang menjadi vektor
dan jauh dari pemukiman penduduk penyakit misalnya lalat, tikus, kecoa,
sebagai lokasi pembuangan sampah. dan sebagainya. Berbagai organisme
- Kesulitan pengadaan tanah tertutup. patogen juga dapat berkembang
- Biaya pembangunan cenderung mahal. menjadi sumber penyakit bagi
Di Indonesia dan beberapa negara penduduk di sekitar lokasi pembuangan
berkembang lainnya, kemampuan sampah.
pendanaan dan skala prioritas tergolong - Infrastruktur pengelolaan persampahan
minim. tidak sebanding dengan timbulan
- Biaya OP mahal. sampah yang meningkat yang sebesar
- Masih didominasi sistem open-dumping 2-4% per tahun. Upaya pengurangan
yang berpotensi buruk bagi lingkungan sampah dengan metode 3R (reuse,
sekitar. reduce, recycle) belum memadai,
- Pengolahan lindi (leachate) yang masih terbatas, dan memerlukan upaya
terbatas. Dekomposisi biologis dari berkelanjutan (Kementerian Pekerjaan
sampah mengakibatkan lindi Umum 2012).
mempunyai potensi mencemari badan - Debu dan sampah hayati yang
air di sekelilingnya. Air tanah yang membusuk dapat mengakibatkan
tercemar lindi adalah masalah terberat pencemaran udara. Dekomposisi materi
dalam pengelolaan sampah. organik dan debu yang beterbangan
- Masih banyak yang bersifat terbuka menyebabkan bau yang akan
sehingga berbau dan banyak menjadi mengganggu saluran pernapasan.
93
IV.1.2
Permasalahan
Sampah Plastik
95
Tabel 4.1 Perkiraan Persentase Sampah Indonesia Tahun 1981 – 2002 (%)
96
Kendati jumlahnya yang tidak tidak dikelola dengan baik. Pembuangan
mendominasi total sampah di Indonesia, sampah plastik secara sembarangan dapat
sampah plastik tetap menjadi perhatian menyebabkan tersumbatnya selokan atau
karena kerap dipandang sebagai bahan badan air, rusaknya ekosistem di sungai
yang berdampak buruk bagi lingkungan. dan laut, serta termakan oleh hewan-
Sumber material kantong plastik, hewan. Pola pengelolaan sampah yang
misalnya, terbuat dari minyak bumi sembarangan ini kemudian mengantarkan
yang merupakan sumber daya alam tak Indonesia ke posisi kedua sebagai
terbarukan, dapat memicu perubahan penyumbang sampah plastik di perairan
iklim di negara-negara berkembang. terbesar di dunia (Jambeck, et al. 2015).
Hal ini dikarenakan seringnya limbah Indonesia menghasilkan 187,2 juta ton
pabrik dibuang secara sembarangan ke sampah plastik, sementara di peringkat
sungai dan pembakaran gas metana yang pertama China memimpin dengan total
menyebabkan emisi karbon ke udara. sumbangan 262,9 juta ton sampah plastik.
97
melakukan pembakaran mandiri sampah plastik lainnya memiliki rantai
terhadap jenis sampah yang tidak lagi karbon yang panjang sehingga sangat
dapat dimanfaatkan. Dalam kasus sulit diurai oleh mikroorganisme di tanah.
sampah plastik, ia dapat menyebabkan Waktu yang dibutuhkan sampah plastik
pencemaran dan gangguan pernapasan untuk terurai dapat mencapai ratusan
bagi yang menghirupnya. Selain itu, bahkan ribuan tahun sehingga dapat
bahan-bahan plastik yang digunakan menurunkan kesuburan tanah.
sebagai wadah makanan memiliki potensi
mengganggu kesehatan manusia karena Beberapa kantong plastik yang diklaim
racun atau komponennya yang tidak ramah lingkungan pun sebenarnya tetap
bersifat hayati dapat berpindah pada memakan waktu yang lama untuk terurai.
makanan, terutama bila makanan tersebut Bahkan plastik jenis ini akan lebih
masih panas. mencemari lingkungan karena sifatnya
yang cepat terurai menjadi mikroplastik.
Bahaya sampah plastik yang paling
populer adalah sifatnya yang sangat
lama terurai, terutama apabila terdapat di
perairan. Kantong plastik dan jenis-jenis
98
Gambar 4.3 Peta Persebaran Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Dunia
Sumber: (Jambeck, et al. 2015)
99
100
IV.2
Pengelolaan Sampah
Plastik di Indonesia
101
Gambar 4.4 Sistem Pengelolaan Sampah
Sumber: (Visi Teliti Saksama)
102
IV.2.1
Pembatasan Sampah
(Reduce) Plastik
103
Pendekatan Tiga Pilar: Pemerintah, adalah dengan KLHK, Pemerintah
Swasta, Masyarakat Kota Cimahi, Pemerintah Kabupaten
Meyakini perubahan pola penggunaan Bandung, Banjarmasin, dan Pemprov
kantong plastik tidak dapat serta merta DKI Jakarta. Beberapa kota lain
dilakukan satu pihak saja, GIDKP juga mulai didampingi untuk persiapan
memegang teguh prinsip erat tiga pilar kebijakan daerah untuk pembatasan
dalam kampanyenya. Tiga pilar yaitu kantong plastik.
melakukan upaya dengan kerja sama
maupun pendekatan ke tiga pihak 2. Corporate Engagement
yang berbeda yaitu advokasi (dengan Dilakukan melalui kerja sama
pemerintah), corporate engagement dengan berbagai retail, khususnya
(dengan swasta), dan edukasi (dengan retail modern. Retail modern dianggap
masyarakat). sebagai tempat yang dapat memberikan
1. Advokasi opsi selain kantong plastik, terutama
Dilakukan untuk mendorong setelah berbelanja. Contohnya dengan
pemerintah, baik pusat maupun menyediakan kardus atau tas kain yang
daerah, untuk memiliki regulasi terkait dijual sebagai pengganti kantong
pembatasan plastik. Pada tahun 2016, plastik.
GIDKP telah mendorong pemerintah
dalam program kantong plastik Kerja sama sudah dilakukan ke
berbayar. beberapa retail, di antaranya Superindo
dan Bodyshop Indonesia.
Kerja sama dalam hal advokasi
dilakukan dengan pemerintah, di 3. Edukasi
antaranya yang pernah dilakukan Dilakukan dengan menyasar ibu-ibu
105
dan anak muda sebagai targetnya. muda juga dapat turut teredukasi
Ibu-ibu dipilih karena dianggap sebagai dengan masalah plastik dengan cara
pengambil keputusan konsumsi di yang lebih menyenangkan.
tingkat rumah tangga. Kampanye telah
dilakukan dengan cara door-to-door di Sebelumnya, pada tahun 2015, GIDKP
Jakarta, Bandung, dan Cimahi. juga sempat menjalankan kampanye
edukasi ketingkatan institusi
Sementara untuk anak muda berfokus pendidikan yang peserta didiknya
pada siswa SMA dan perguruan tinggi. lebih muda (SD, SMP), namun
Untuk SMA, sejak 2016 telah terpaksa harus ditunda dahulu karena
dilakukan kampanye EnviroChallenge, menyadari bahwa edukasi terhadap
undangan untuk mengajak para siswa anak-anak memerlukan metode yang
menciptakan kegiatan terkait lebih sulit dalam penyampaiannya.
pelestarian lingkungan. Sekolah-
sekolah yang diundang biasanya Sampai saat ini, kerja sama telah
yang telah ada dalam database acara dilakukan dengan 14 SMA selama
sebelumnya, atau yang sudah memiliki tahun 2016-2017, komunitas daerah di
pengalaman melakukan kegiatan Surabaya, Batu, Tasikmalaya,
lingkungan. Bandung, Jakarta, dan komunitas-
komunitas lainnya yang memiliki misi
Sementara, di perguruan tinggi, sama dalam mengurangi penggunaan
GIDKP saat ini sedang kantong plastik.
mengembangkan aplikasi mobile
dengan augmented reality technology.
Hal ini dimaksudkan agar generasi
106
Menurut pihak GIDKP, ketiga pilar proses implementasi apabila regulasi
ini harus berjalan secara paralel dan sudah diresmikan, serta turut memberikan
saling sinergis. Pendekatan terhadap alternatif bagi para konsumen untuk
pemerintah untuk menyusun regulasi; menggantikan kantong plastik. Sementara
menentukan sanksi dan penghargaan sistem dan peraturan dibangun, konsumen
bagi masyarakat dalam pembatasan juga perlu dibangun kesadarannya agar
plastik. Pendekatan dengan korporasi siap untuk menjalankan bila waktunya
dilakukan agar perusahaan-perusahaan tiba.
terkait bersedia mengikuti, membantu
107
Urgensi Substitusi Produk Jadi
Faktor ada tidaknya barang substitusi menjadi
satu hal yang memengaruhi tingkat kesulitan
pembatasan konsumsi plastik. Kantong plastik
merupakan salah satu jenis barang berpotensi
sampah yang cukup mudah dikampanyekan
karena alternatifnya cenderung lebih mudah
ditemukan. Sementara styrofoam, pembalut,
dan popok lebih sulit karena alat substitusinya
juga masih jarang dan dianggap ‘menyusahkan’
(Nusantara, 2018). Sebagai contoh, kantong
plastik bisa digantikan dengan kantong kain
yang bisa dilipat dan tidak terlalu memakan
tempat penyimpanan, sementara untuk mengganti
styrofoam pembungkus, seseorang perlu
membawa kotak bekal yang memakan tempat
penyimpanan.
109
IV.2.2
Pemilahan Sampah
Dalam kasus sampah plastik, setelah program. Hingga April 2018, Program
dilakukan pembatasan konsumsi, yang Masaro sudah diikuti 210 kepala keluarga
tersisa akhirnya menjadi sampah bersama sebagai peserta atau sejumlah 50%
dengan jenis-jenis sampah lainnya. dari jumlah penduduk Desa Tinumpuk.
Sampah-sampah ini selanjutnya perlu CSR yang berupa pengelolaan dan
dipilah, untuk selanjutnya diproses pengolahan sampah desa ini bekerja sama
tergantung pada jenisnya. Langkah ini juga dengan Laboratorium Polimer dan
dinilai penting karena akan menjadi acuan Membran ITB yang dikepalai Ir. Akhmad
aktivitas pemrosesan akhir. Zainal Abidin, M.Sc, Ph.D. Sampah-
sampah Desa Tinumpuk yang diolah
Ada berbagai bentuk pemilahan yang melalui Program Masaro dipilah menjadi
dilakukan oleh masyarakat Indonesia. empat jenis, yaitu:
Pemilahan paling umum dan sederhana 1. Sampah membusuk (biasa disebut
adalah dengan memisahkan menjadi sampah organik secara umum, namun
sampah organik dan sampah anorganik. kepada Visi Teliti Saksama, Abidin
Namun pemilahan seperti ini dinilai (2018) menolak penggunaan istilah
kurang efektif karena sampah anorganik organik-anorganik dalam pemilahan
perlu dipilah kembali dalam beberapa sampah dengan alasan bahwa plastik,
jenis untuk dapat menghasilkan produk- yang kerap dikategorikan sebagai
produk daur ulang tertentu. anorganik, sesungguhnya 100%
berbahan dasar organik juga)
Salah satu pemilahan sampah yang cukup 2. Sampah plastik; terdiri dari segala
baik dilakukan pada Program Manajemen macam plastik (dari yang low value
Sampah Zero (Masaro). Program Masaro hingga high value, termasuk di
merupakan bentuk corporate social dalamnya sampah elektronik, seperti
responsibility (CSR) dari PT Polytama berbagai jenis remote control dan lain-
Propindo dengan CBO IBU TIN Berseri lain)
(Buruh Migran Tinumpuk), sebuah bank 3. Sampah lainnya (kertas, logam, dan
sampah di Desa Tinumpuk, Kecamatan kaca)
Juntinyuat, Indramayu. Hal ini dapat 4. Sampah residu/bakar; terdiri dari
ditangani perlahan dengan pembuktian sampah-sampah yang sudah tidak dapat
111
dimanfaatkan kembali. Tulang-tulang memiliki kendala terkait manajemen
hewan makanan juga termasuk ke pemilahan sampah. Langkah utama untuk
dalam golongan sampah ini karena mengatasi kendala ini adalah melalui
bersifat keras. sosialisasi dan edukasi, baik terkait
pengelolaan sampah secara umum hingga
Pemilahan sudah dilakukan di tingkat khusus pada proses pemilahan.
rumah tangga sesuai golongan sampah.
Setelah dipilah, sampah diambil setiap Usia anak-anak sangat tepat untuk
hari Senin dan Kamis untuk dibawa menanamkan sikap terkait pengelolaan
oleh para pengepul ke lokasi Industri dan konsumsi sampah. Hal ini sejalan
Pengolahan Sampah (IPS). Di lokasi dengan pelatihan yang dilaksanakan tim
pengolahan, selanjutnya sampah penyelenggara Masaro terhadap anak-
membusuk dan plastik dapat didaur ulang anak PAUD, TK, SD, dan SMP sebagai
menggunakan alat pengolahan yang persiapan program. Sementara, khusus
tersedia. Sampah lainnya terdiri dari untuk mengubah manajemen pemilahan
kertas, logam, dan kaca. Sampah kertas sampah, terutama di level rumah tangga,
yang masih bersih, logam, dan kaca penanganan dilakukan dengan edukasi
dapat dijual kembali. Sementara sampah oleh sepuluh mahasiswa/i ITB (untuk
kertas yang telah kotor (seperti kertas/ satu desa) secara door-to-door ke tempat
tisu kotor dan popok/pembalut bekas) tinggal warga. Edukasi dilakukan selama
dapat dikategorikan menjadi sampah sepuluh hari, kemudian dilanjutkan
bakar, sedangkan yang dalam kondisi sembari program berjalan. Apabila
baik dapat dijual. Bersama sampah yang peserta melakukan kesalahan, bimbingan
sudah tidak dapat dimanfaatkan (sampah kembali dilakukan. Langkah-langkah
bakar) lainnya, sampah jenis ini dibakar edukasi dan sosialisasi yang dilaksanakan
menggunakan insenerator. Masaro dapat menjadi inspirasi yang baik
untuk mulai membentuk sikap masyarakat
Sama seperti proses pembatasan sampah, yang seharusnya terkait pengelolaan
karena terjadi di tingkat sumber sampah sampah.
seperti rumah tangga, industri, ataupun
pertokoan, proses pemilahan sampah
112
IV.2.3
Pemrosesan
Akhir
Sampah-sampah yang telah dipilah sebelumnya kemudian mengalami pemrosesan
akhir sesuai dengan jenisnya. Ada sampah yang kemudian didaur ulang (recycle) dan
ada yang dapat langsung dimanfaatkan kembali (reuse), menyisakan sampah residu
yang dibuang atau dibakar.
113
Gambar 4.6 Proses Daur Ulang Sampah Plastik Dengan Pirolisator
Sumber: (Validnews, 2018)
114
Pemanfaatan Sampah (Reuse) controlled landfill, dan sanitary landfill.
Sampah yang langsung dapat digunakan Seperti dibahas sebelumnya, sebagian
kembali adalah jenis sampah lainnya, besar TPA di Indonesia masih menganut
di luar sampah membusuk dan sampah sistem open-dumping yang berisiko bagi
plastik, yang memiliki nilai guna dan kesehatan masyarakat dan lingkungan
jual. Sampah-sampah ini terdiri dari sekitar karena bersifat terbuka. Metode
kertas bersih, kaca, dan logam. Langkah yang dinilai terbaik adalah sanitary
pemanfaatan sampah-sampah ini landfill dengan adanya penutup harian
dilakukan dengan pembersihan terlebih dengan tanah pada lahan yang telah
dahulu, untuk selanjutnya diolah menjadi disiapkan. Beberapa TPA di Indonesia
kerajinan atau bentuk-bentuk lain yang juga telah mengenal controlled landfill, di
berharga bagi kebutuhan hidup manusia mana penutupan dilakukan secara berkala
sehari-hari. (tidak setiap hari).
115
Gambar 4.7 Proses Pemasukan Residu ke Dalam Insenerator Program Masaro
Sumber: (Validnews, 2018)
116
IV.2.4
Pengelolaan Sampah
di DKI Jakarta
117
setiap lingkungannya. Sementara saat ini, kota masih terkendala metode landfilling
Jakarta hanya memiliki sekitar 500-an yang masih berupa open-dumping dan
bank sampah yang dibangun atas inisiatif masih menunggu metode landfill.
masyarakat.
Upaya memperpanjang usia pemakaian
Upaya lain yang dilakukan Pemprov DKI lahan Bantargebang untuk sampah warga
Jakarta untuk mengatasi masalah sampah DKI juga dilakukan dengan membangun
adalah menyerahkan penanganan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF)
di pasar tradisional per 1 April kepada sebagai kantong sampah yang akan
PD Pasar Jaya. Selain itu, pengolahan tersebar di sejumlah lokasi di Jakarta.
sampah dalam kota juga terus dikerjakan Berbagai langkah terus dilakukan
di sejumlah TPST di Jakarta. pemerintah, khususnya di DKI Jakarta,
untuk mengelola sampah agar bisa
Bagaimanapun, seperti yang telah dibahas dikendalikan.
sebelumnya, TPST Bantargebang yang
menjadi lokasi pengolahan sampah ibu
118
IV.2.5
Tanggung Jawab
Pengelolaan Sampah
119
Peraturan/Hukum kondisi fisik kota, serta memerhatikan
Sebagaimana negara hukum, sendi-sendi masyarakat kota sebagai pihak yang
kehidupan Indonesia bertumpu pada dilayani. Perencanaan serta pembentukan
berbagai regulasi yang berlaku. Kekuatan organisasi disesuaikan dengan regulasi
dan dasar hukum sangat diperlukan pemerintah pembina, pola sistem
terkait manajemen persampahan kota, di operasional yang dijalankan, kapasitas
antaranya dalam kaitannya dengan: kerja sistem terkait, dan lingkup kerja
- Menjaga ketertiban umum yang yang harus ditangani.
berhubungan dengan penanganan sampah.
- Rencana utama sistem pengelolaan Dalam pengelolaan sampah kota secara
sampah kota. formal, kebijakan yang dijalankan di
- Bentuk lembaga serta organisasi Indonesia adalah seperti yang telah
pengelola sampah. diarahkan oleh Departemen Pekerjaan
- Tata cara/sistem penyelenggaraan Umum sebagai lembaga yang membina
pengelolaan sampah. persampahan perkotaan nasional. Bentuk-
- Besaran tarif pelayanan atau retribusi bentuk institusi yang dianut yaitu:
sampah. - Seksi Kebersihan di bawah suatu dinas,
- Kerja sama dengan berbagai pihak contohnya Dinas Pekerjaan Umum (PU)
terkait, di antaranya kerja sama terutama bila problema kebersihan kota
antardaerah atau dengan pihak swasta. masih bisa ditangani suatu seksi di bawah
dinas tersebut.
Selama ini ada beberapa regulasi yang - Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di
telah dibuat pemerintah terkait bidang bawah suatu dinas, contohnya Dinas PU
persampahan nasional (Kementerian terutama bila dalam struktur organisasi
Pekerjaan Umum, 2012), antara lain: belum ada seksi khusus di bawah dinas
1. UU Nomor 18 Tahun 2008, yang yang melakukan pengelolaan kebersihan,
berfokus pada pengurangan sampah, sehingga lebih memberi tekanan
penutupan TPA open-dumping pada pada masalah operasional, serta lebih
tahun 2013, serta monitoring kualitas mempunyai otonomi daripada seksi.
lingkungan pascapenutupan TPA sampai - Dinas Kebersihan akan memberikan
20 tahun. percepatan serta pelayanan kepada
2. Peraturan Menteri PU 21/PRT/2006, masyarakat dan bersifat nirlaba, yang
tentang peningkatan cakupan pelayanan perlu dibentuk karena aktivitas dan
dan kualitas sistem pengelolaan sampah. volume pekerjaan yang sudah meningkat.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 81 - Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan,
Tahun 2012, yang mengatur proses yaitu organisasi pengelola yang dibentuk
pemrosesan sampah dengan penggunaan apabila permasalahan di kota terkait
lahan uruk (landfill) dan teknologi ramah telah cukup luas dan kompleks. Bentuk
lingkungan. ini sesuai untuk jenis kota metropolitan.
Pada prinsipnya perusahaan daerah tak
Kelembagaan dan Organisasi lagi disubsidi pemerintah daerah (pemda),
Faktor organisasi dan manajemen adalah sehingga efektivitas penarikan retribusi
multidisiplin yang bertumpu pada prinsip akan lebih menentukan.
teknik dan pengelolaan terkait aspek-
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan Teknik Operasional
121
Pengelolaan sampah kota memiliki teknik berlaku.
operasional yang meliputi dasar-dasar
perencanaan untuk kegiatan pewadahan Retribusi persampahan adalah bentuk
sampah, pengumpulan sampah, konkrit partisipasi masyarakat dalam
pemindahan sampah, pengangkutan pembiayaan program pengelolaan sampah
sampah, pengolahan sampah, dan kota. Penarikan retribusi dibenarkan
pembuangan/pemrosesan akhir sampah. apabila pelaksananya adalah badan
formal yang diberikan kewenangan oleh
Aktivitas pemilahan dan daur ulang pemerintah.
sedapat mungkin dilakukan semenjak
pewadahan sampah hingga pembuangan Peran Serta Masyarakat
akhir dan harus bersifat terpadu sejak Akhirnya, meski semua program dan
sumbernya. Kegiatan pemilahan dapat sistem telah berjalan dengan baik,
dilakukan pada kegiatan pengumpulan partisipasi masyarakat tetap menjadi hal
dan pemindahan, namun diutamakan yang penting. Warga harus diantarkan
untuk dilakukan di awal. pada kebiasaan tingkah laku yang sesuai
dengan berbagai program penanganan
Pembiayaan/Retribusi sampah dan program-program pemerintah
Komponen pembiayaan pengelolaan lainnya yang terkait kebersihan. Aspek ini
sampah kota idealnya diperhitungkan lebih kurang terkait dengan:
menurut biaya investasi, biaya operasi - Cara mengubah persepsi masyarakat
dan pemeliharaan, biaya manajemen, terhadap pengelolaan sampah yang tertib
biaya untuk pengembangan, serta biaya dan teratur.
penyuluhan dan pembinaan masyarakat. - Berbagai faktor sosial, struktur, dan
budaya setempat.
Faktor pembiayaan adalah energi - Kebiasaan pengelolaan sampah yang
penggerak yang menjadi pemacu berjalan selama ini.
sehingga sistem pengelolaan dapat
bergerak lancar. Sistem pengelolaan
sampah di Indonesia diharapkan segera
menuju pembiayaan sendiri, termasuk
dengan dibentuknya perusahaan daerah
(Damanhuri and Padmi, 2010). Sistem
pembiayaan meliputi beberapa aspek,
yaitu:
- Proporsi APBN/APBD pengelolaan
sampah, antara retribusi dan biaya
pengelolaan sampah.
- Proporsi komponen biaya tersebut
untuk gaji, transportasi, pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan, serta
administrasi.
- Proporsi antara retribusi dengan
pendapatan masyarakat.
- Struktur dan penarikan retribusi yang
122
C
KO
BAB V
CUKAI:PENERAPAN
DI INDONESIA DAN
OMPARASI DENGAN
NEGARA LAIN
Untuk bagian kedua ini, akan disajikan
mengenai studi komparasi penggunaan
cukai di negara lain. Apa saja produk yang
dikenakan, dan negara mana saja yang
mengenakan cukai untuk plastik. Selain
itu, akan dibahas juga alternatif kebijakan
yang digunakan dalam pengelolaan sampah
plastik.
125
01
V.1
Kebijakan Cukai
di Indonesia
Penerapan cukai di Indonesia diatur besaran, yaitu untuk produk yang dibuat
melalui UU no 39 tahun 2007. Menurut di Indonesia dan untuk produk yang
UU tersebut, terdapat empat karakteristik diimpor. Untuk produk yang diproduksi
barang yang dikenakan cukai (Pasal di dalam negeri, cukai dapat dikenakan
2), yaitu (1) untuk komoditas yang maksimum sebesar 1.150% dari harga
perlu dikendalikan, (2) komoditas jual pabrik; atau sebesar 80% dari harga
yang peredarannya perlu diawasi; (3) jual eceran. Sedangkan untuk barang
konsumsi terhadap komoditas yang dapat impor, besaran cukai adalah 1.150%
menimbulkan dampak negatif kepada dari nilai pabean dari barang tersebut
masyarakat atau lingkungan hidup; (4) ditambah bea masuk; atau 80% dari harga
komoditas yang dalam pemakaiannya jual eceran.
perlu pembebanan pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan. Hingga studi ini dilaksanakan, baru
terdapat empat kategori produk yang
UU tersebut juga mengatur besaran dikenakan cukai di Indonesia. Produk-
pengenaan cukai (selain tembakau). produk tersebut terangkum dalam tabel di
Pengaturannya terdapat dalam pasal 5. bawah ini.
Terdapat dua klasifikasi untuk penentuan
127
Dalam hal pembayaran cukai terhadap
komoditas yang dikenakan cukai, diatur
dalam pasal 7. Dikatakan bahwa barang
yang dikenakan cukai, ketika keluar dari
pabrik atau tempat penyimpanan, sudah
harus lunas. Dengan demikian, ketika
dijual ke konsumen, harga jual produk
akan meningkat sebesar cukai yang
dikenakan. Demikian juga untuk produk
impor, pembayaran cukai diatur dalam
pasal 7 dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Cukai atas barang kena cukai yang
dibuat di Indonesia, dilunasi pada
saat pengeluaran barang kena cukai
dari pabrik atau tempat penyimpanan.
2) Cukai atas barang kena cukai yang
diimpor dilunasi pada saat barang
kena cukai diimpor untuk dipakai.
3) Cara pelunasan cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan:
a. pembayaran;
b. pelekatan pita cukai; atau
c. pembubuhan tanda pelunasan cukai
lainnya.
129
V.1.1
Rencana Pengenaan Cukai
Terhadap Plastik
Pemerintah memiliki rencana untuk nilai cukai adalah sebesar Rp32 hingga
memperluas objek cukai, dan salah satu Rp50 per lembar plastik.
yang hendak dikenakan adalah cukai
terhadap plastik. Semula cukai hendak Pelaksaanaannya adalah perusahaan
dikenakan untuk botol pastik. Namun plastik mendaftar untuk memperoleh
menurut Kabid Humas Bea dan Cukai, Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena
plastik yang akan dikenakan adalah Cukai (NPPBKC). Lalu perusahaan
kantong plastik, atau lebih dikenal akan melaporkan jumlah produksi dan
sebagian kantong kresek. membayar cukai. Tidak akan ada pita
cukai, mekanisme pelunasan cukai
Ide awal pengenaan cukai terhadap dengan pembayaran.
plastik adalah terhadap kemasan botol
minuman. Namun hasil survei yang Akan ada insentif berupa tarif yang lebih
dilakukan UI di Bantargebang ternyata rendah untuk plastik hasil daur ulang dan
tidak ditemukan sampah botol plastik di plastik biodegradable. Perusahaan harus
sana. Kemungkinannya adalah sampah memperoleh sertifikat dari KLHK dulu
botol plastik memiliki nilai ekonomi, dan sebelum bisa menikmati insentif ini.
dapat dijual untuk diserap oleh industri
daur ulang. Lain halnya dengan kantong Target penerimaan cukai dari kantong
plastik. Kantong plastik tidak memiliki kresek dalam APBN 2018 Rp500 miliar.
nilai ekonomis sehingga dianggap Namun, diakui potensinya tidak sebesar
memberikan dampak yang lebih besar itu. Dari simulasi yang dilakukan BKF,
terhadap lingkungan. jika tarif cukai dikenakan Rp1.000/
kg maka penerimaan cukai plastik
Berdasarkan hal tersebut pemerintah mencapai Rp240 miliar. Sementara, jika
berencana untuk menerapkan cukai tarif Rp5.000 per kg maka penerimaan
terhadap kantong kresek. Besaran cukai mencapai Rp480 miliar. Sebagian dana
mengikuti UU cukai, yaitu maksimal 80% yang dikumpulkan akan dialokasikan
dari harga jual eceran, atau 1.150% dari untuk lingkungan, dan dikelola oleh
harga pabrik. Dengan demikian, perkiraan KLHK.
131
V.2
Kebijakan Pengelolaan Sampah
Plastik Di Beberapa Negara
Ada beberapa kebijakan yang umumnya
digunakan untuk mengendalikan
penggunaan dan produksi plastik di
berbagai negara. Secara umum, kebijakan
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis kebijakan, yaitu kebijakan
yang menyasar kepada konsumen plastik
(demand-side) dan kepada produsen plastik
(supply-side). Bagian ini akan mengulas
beberapa jenis kebijakan dan evaluasi
yang dapat dilihat di berbagai negara yang
menyelenggarakan, berikut komparasinya
dengan penyelenggarannya di Indonesia.
Untuk kebijakan yang menyasar
konsumen, bentuk yang kerap digunakan
adalah pemajakan/cukai kepada plastik
(tax/fee), di mana kebijakan tersebut
dilayangkan kepada para pengguna plastik
yaitu masyarakat umum. Sedangkan,
untuk kebijakan yang menyasar produsen,
bentuk yang kerap digunakan adalah
regulasi tanggung jawab produsen, seperti
yang disebut EPR (Extended Producer
Responsibility). Pembahasan akan dimulai
dengan kebijakan yang menyasar produsen.
134
V.2.1
Konsep Extended
Producer Responsibility
“Sebuah konsep di mana pada produsen Uni Eropa juga mengeluarkan kebijakan
manufaktur dan importer harus serupa bernama EU Packaging and
menanggung suatu tingkat tanggung Packaging Waste Directive yang dimulai
jawab yang besar untuk dampak pada tahun 1994. Berbeda dengan kisah
lingkungan dari produk mereka dalam hal sukses di Jerman, aturan ini dianggap
product life-cycle, termasuk dampak ke kurang berhasil (Rossem, Tojo, dan
hulu dan dampak ke hilir dari produknya. Lindhqvist, 2006) karena insentif yang
Produsen mewujudkan tanggung diberikan kepada produsen kurang
jawabnya tersebut dengan mendesain menarik bagi mereka untuk mengubah
produk-produk yang meminimalisir desain mereka. Dengan kata lain, para
efek life-cycle kepada lingkungan, dan produsen cenderung melakukan free-
menerima hukuman legal, fisik, dan riding dalam mematuhi kebijakan
sosio-ekonomis jika tidak dapat dihindari tersebut, berbeda dengan kasus di Jerman.
1
Ada juga yang menyebutkan kantong kresek sebagai kantong plastik container, yang
dibedakan dari kantong plastik packaging. Kantong plastik packaging adalah kantong
plastik yang biasanya digunakan untuk mengemas, misal untuk mengemas gula,
minyak, dan sebagainya.
135
V.2.2
Kebijakan Cukai
Kepada Plastik
Dalam konteks global, penerapan cukai setelah penerapannya tahun 2011, tingkat
terhadap kantong plastik bukanlah penggunaan kantong plastik rumah tangga
sebuah fenomena yang baru. Faktanya, turun sebesar 60% (DeBonis, 2014).
sudah banyak negara yang melakukan
kebijakan tersebut, baik dalam bentuk Di California, pemerintah lokal di El
aturan maupun kerja sama dengan pihak Cerrito, Richmond, dan San Pablo juga
supermarket dan swasta. Hasil dari melakukan hal yang serupa. Hasilnya
penerapan cukai ini sendiri beragam, menunjukkan perubahan yang mirip.
dengan sebagian besar dari kasus adalah Sebuah studi oleh Taylor dan Villas-Boas
bersifat efektif. Artinya, relatif banyak (2014) menunjukkan bahwa di ketiga
penerapan yang menunjukkan bahwa kota tersebut, meskipun ada beberapa
masyarakat merespon sesuai dengan perbedaan harga plastik, masyakarat
keinginan pemerintah, yaitu dengan tetap mengurangi konsumsinya. Bahkan,
mengurangi konsumsi kantong plastik kebijakan ini ditemukan telah mengurangi
mereka setelah adanya kebijakan. hampir keseluruhan penggunaan kantong
plastik dari daerah tersebut, serta
Selain pengenaan pajak atau cukai mendorong penggunaan kantong dari
terhadap kantong plastik, alternatif kertas dan kantong plastik yang dapat
kebijakan apple-to-apple yang kerap digunakan kembali.
digunakan oleh pemerintah adalah
dengan pengenaan larangan terhadap Beberapa daerah lain, seperti Chicago
penggunaannya. Meski demikian, cukai dan Colorado juga melakukan hal serupa
terhadap plastik cenderung dinilai sebagai dengan harga plastik yang berbeda. Di
kebijakan yang jauh lebih efisien dan Chicago, setiap kantong plastik dihargai
efektif (Bayly, 2016). Terkait hal tersebut, sebesar 7 sen, dan penggunaan kantong
bahasan di bawah akan fokus kepada plastik berhasil turun sejumlah 42%
pengenaan cukai terhadap plastik. (Cherone dan Wetli, 2017; Ideas42,
2017). Sedangkan, di Colorado, harga
Berbagai negara bagian di Amerika setiap kantong adalah 10 sen, dan
Serikat menunjukkan beberapa contoh penurunan penggunaan menunjukkan
penerapan yang berhasil. Di Montgomery, angka 68% (Meltzer, 2014). Penerapan
Michigan, misalnya, pemerintah serupa di Portland juga menunjukkan
setempat mewajibkan setiap toko untuk hasil yang mirip, dengan peningkatan
mengenakan harga 5 sen setiap kantong penggunaan kantong reusable sebesar
plastik jika ingin digunakan konsumen 70% (Pols, 2014).
setelah pembelian. Hasilnya, jumlah
penggunaan kantong plastik tahunan Selain Amerika Serikat, berbagai negara
rata-rata menunjukkan penurunan yang telah menerapkan kebijakan serupa.
drastis. Dalam waktu empat tahun Di Asia misalkan, Hong Kong telah
137
mewajibkan masyarakat untuk membeli menerapkan hal yang serupa. Di Belanda,
kantong plastik dengan harga 50 sen kantong plastik dihargai sebesar 0,25 sen
sejak tahun 2015. Sekalipun harga yang dan sejak penerapannya , sekarang 83%
diterapkan relatif tinggi, hasil yang dari penduduknya kini membawa kantong
terlihat tetap sesuai dengan keinginan reusable mereka sendiri (Dutchnews.nl,
pemerintah, yaitu adanya penurunan 2016). Penurunan penggunaan sejumlah
penggunaan kantong plastik sejumlah 80% juga dapat diamati di Swiss sejak
90% yang tercatat (Guombook, 2017). penerapan harga 5 sen bagi kantong
plastik pada tahun 2017 (Swissinfo.
Eropa juga menjadi salah ch, 2017). Kebijakan tersebut di
satu kawasan yang marak Prancis juga menunjukkan hasil
menerapkan cukai kepada yang serupa (Guombook, 2017).
penggunaan kantong
plastiknya. Pada tahun Selain kesuksesannya, beberapa
2003, Denmark menerapkan kasus juga menunjukkan
kebijakan cukai kepada kegagalan penerapan yang
kantong plastik. Dampak disebabkan oleh masalah legalitas
yang tercatat cukup berhasil, hukum dan protes dari berbagai
mengingat sekarang di pihak. Di Dallas, misalkan,
negara tersebut setiap penerapan harga 5 sen untuk
penduduk secara rata-rata setiap kantong plastik gagal
hanya menggunakan empat untuk diterapkan karena besarnya
kantong plastik dalam jangka protes dari pihak manufaktur yang
waktu satu tahun (European berargumen bahwa aturan tersebut
Commission, 2017). akan “memiliki konsekuensi
ekonomi yang sangat nyata bagi
Negara-negara Britania konsumen dan produsen di Dallas,
Raya juga telah menerapkan serta mengancam penghidupan
hal yang senada. Inggris, dari 4.500 orang Texas yang
Irlandia, Skotlandia, serta bekerja di industri plastik” (Bayly,
Wales telah mengenakan 2016). Penerapan di Texas juga
harga 5 penny (setara dengan mengalami masalah, dan pada
5 sen) untuk setiap kantong akhirnya peraturan diangkat
plastik sekali pakai di karena harganya yang mahal, yaitu
negara mereka. Dampaknya, US$1 per kantong plastik (Garcia,
penurunan penggunaan 2017).
kantong plastik sejumlah
83% di Inggris (BBC, 2018), Lebih lanjut, beberapa kegagalan
96% di Wales (Guombook, penerapan dan kontroversi
2017), 80% di Skotlandia juga dapat ditemukan dalam
(BBC, 2015), dan 94% di Irlandia hal cukai plastik. Sebuah studi oleh
(Rosenthal, 2008). Dikgang, Leiman, dan Visser (2012)
menemukan bahwa efek dari cukai plastik
Negara-negara Eropa lainnya, seperti hanya dirasakan secara jangka pendek.
Belanda, Prancis, dan Swiss juga Dalam jangka menengah dan panjang,
138
masyarakat sudah dapat membiasakan diri Washington DC mengalami penurunan,
mereka lagi dengan adanya harga 46 rand pendapatan pemerintah dari cukai
untuk kantong plastik pada penerapannya kantong plastik terus ada pada level stabil
di Afrika Selatan. sejak penerapannya tahun 2010 (DeBonis,
2014). Artinya, penurunan terjadi, namun
Pemerintah ibu kota Amerika Serikat, tidak ada penurunan berkelanjutan sejak
Washington DC, dikritik oleh sebuah shock terjadi.
media massanya terkait evaluasi dampak
dari programnya. David Williams Kasus menarik dapat dilihat di Portugal.
dari The Hill (2014) dalam artikelnya Sejak diterapkannya kantong plastik
mengkritik bahwa metodologi evaluasi berbayar pada tahun 2015, penggunaan
dampak dari pemerintah terkait kebijakan memang mengalami penurunan sejumlah
tersebut sebenarnya kurang tepat 74%. Meski demikian, ketika diselidiki
secara akademis. Dalam wawancara, lebih lanjut, pola pikir (mindset)
mereka meminta respondennya untuk masyarakat terkait lingkungan dan
mengestimasi berapa konsumsi plastik sampah plastik ternyata sama sekali
mereka dahulu, sebelum kebijakan tidak berubah. Bahkan, sebagian besar
tersebut dimulai. responden dalam studi dari Martinho,
Balaia, dan Pires (2017) hanya melihat
Hal ini dianggap kurang tepat karena kebijakan tersebut sebagai ‘penambahan
mereka menggunakan ‘perkiraan’ dan pemasukan bagi negara’.
bukan data aktual, padahal konteksnya
adalah dalam bentuk pernyataan Selain itu, bahkan walau contoh yang
pemerintah resmi. Selain itu, menariknya, di atas dianggap berhasil, tetap ada
sekalipun penggunaan di daerah kontroversi yang merundungi. Di
139
Chicago, misalkan, sekalipun secara didapatkan dari supermarket-supermarket
keseluruhan terdapat penurunan pola swasta. Demikian juga data yang
penggunaan kantong plastik, jika digunakan berbagai pemerintah daerah
angkanya diklasifikasikan berdasarkan di berbagai negara dan negara bagian di
daerah, terlihat perbedaan yang kontras. atas, yang menggunakan data sekunder
Secara umum, penurunan penggunaan dari swalayan.
hanya signifikan di daerah urban Chicago.
Bagi masyarakat suburban atau pinggiran, Dapat disimpulkan juga bahwa penerapan
tingkat penggunaan ternyata relatif sama plastik berbayar yang dilakukan oleh
(Ideas42, 2017). berbagai negara di dunia ini menyasar
kepada pengguna plastik, bukan kepada
Secara umum, metodologi yang produsen plastik. Tabel 5.2 memberikan
digunakan dalam penelitian-penelitian kesimpulan terhadap beberapa hasil
dan laporan di atas terbagi menjadi telusuran terhadap kebijakan pembatasan
dua. Pertama, dengan metode survei. kantung plastik yang ditemukan. Terdapat
Studi-studi seperti yang dilakukan oleh dua jenis pemberlakuan kebijakan
Martinho, Balaia, dan Pires (2017) dan yang diterapkan, pertama penghentian
Ideas42 (2017) menggunakan metode penggunaan plastik melalui peraturan
survei kepada responden dengan jumlah pelarangan penggunaan kantung
besar, dengan menanyakan berapa banyak plastik, dan yang kedua adalah pajak
kantong plastik sekali pakai yang mereka yang dikenakan kepada peritel yang
gunakan sebelum dan sesudah kebijakan. menggunakan kantung plastik.
Sedangkan, studi seperti yang dilakukan
oleh Dikgang, Leiman, dan Visser
(2012) menggunakan data sekunder yang
140
Tabel 5.2 Berbagai Kebijakan Pembatasan Konsumsi Plastik
Sumber: (Validnews, 2018)
Untuk negara yang memberlakukan Uang hasil penjualan plastik ini kemudian
pelarangan penggunaan kantung plastik digunakan untuk pendanaan aktivitas-
bukan berarti penggunaan kantung plastik aktivitas sosial atau pemberdayaan
dihentikan sepenuhnya, tetapi peritel masyarakat. Peritel akan membuat
masih bisa memberikan kantung plastik, laporan kepada pemerintah jumlah plastik
namun konsumennya harus membayar. yang digunakan/dijual, dan laporan
Persis seperti kebijakan kantung berbayar. penggunaan dananya.
Sebagian besar uang yang digunakan ini,
ada yang dikelola oleh peritelnya sendiri, Di Indonesia sendiri, kebijakan plastik
atau ada juga yang dikumpulkan oleh berbayar sejatinya pernah diterapkan
pemerintahnya. pada tahun 2016. Dalam Surat Edaran
Kementerian Lingkungan Hidup
Sebagai contoh Inggris. Inggris dan Kehutanan Direktorat Jenderal
mewajibkan peritel membayar 5 penny Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan
untuk setiap plastik yang digunakan. Berbahaya dan Beracun Nomor: S.1230/
141
PSLB3-PS/2016 tentang Harga dan dilakukan di Indonesia karena barunya
Mekanisme Penerapan Kantong Plastik penerapan-penerapan sporadis oleh pihak
Berbayar, kantong plastik diwajibkan supermarket tertentu, beberapa perbedaan
untuk berbayar dengan harga minimum antara Indonesia dengan negara-negara
Rp200,-. acuan di atas pun sebenarnya dapat kita
perhatikan.
Namun, pada akhir tahun kebijakan
tersebut pada akhirnya dibatalkan, Salah satunya, dalam hal daya beli dan
dengan pemerintah yang cenderung tingkat harga. Di Amerika Serikat dan
menyesuaikan dengan lobi dari pihak- Eropa, misalkan, dengan jangka harga
pihak perusahaan terkait plastik (Perdana, dari 5 sen hingga 25 sen, sebuah plastik
2016). Meski demikian, beberapa dapat dibeli. Sedangkan, penerapan cukai
supermarket masih tidak menggratiskan di Indonesia ada pada kisaran Rp200,- per
plastik, seperti di mal-mal AEON. Selain kantong (BBC News Indonesia, 2017).
evaluasi dampak yang mungkin belum Perlu dilihat bahwa ada kemungkinan
142
143
147
VI.1
Studi Sebelumnya: Dampak Cukai Plastik
Salah satu kekhawatiran dari pihak bagi impor industri plastik. Diprediksi
produsen adalah cukai akan menyebabkan impor plastik pun akan jadi lebih mudah
harga plastik mengingkat. Peningkatan (Kontan.co.id, 2018).
harga plastik ini akan menyebabkan
permintaan turun, dan produksi pun akan Seperti yang telah dijelaskan pada
turun. Di sisi lain, kebutuhan plastik bab sebelumnya, penerapan cukai
akan tetap naik. Kebutuhan ini akan plastik di beberapa negara memberikan
dipenuhi dari impor. Pada akhirnya dampak yang berbeda-beda. Ada yang
industri plastik dalam negeri akan berhasil menurunkan konsumsi plastik
menghadapi persaingan dari produk di masyarakat, seperti yang terjadi di
plastik impor yang harganya lebih murah beberapa negara bagian di AS dan juga di
karena tidak terkena cukai. Ditambah Belanda dan Portugal. Namun ada pula
lagi, Kementerian Perdagangan telah yang efek penurunannya hanya terjadi
memberlakukan aturan post border dalam jangka pendek. Tidak hanya itu,
149
penerapan cukai juga menuai beberapa meningkatkan pendapatan pemerintah
kontroversi dari pihak produsen, di sebesar Rp1,91 triliun per tahun,
beberapa negara bagian AS, seperti Texas. tetapi di lain sisi terjadi penurunan
dari pendapatan pajak sebesar Rp2,44
Studi mengenai proyeksi dampak cukai triliun. Penurunan pajak ini berasal
terhadap plastik untuk Indonesia pernah dari penurunan pajak PPn dan pajak
dilakukan oleh E. Mardanugraha pada pendapatan badan akibat penurunan
tahun 2016. Berdasarkan studinya, pendapatan penjualan. Meski pemerintah
penerapan cukai plastik sebesar Rp50 menerima kenaikan pendapatan dari
terhadap kemasan minuman gelas cukai, namun secara neto, pemerintah
plastik dan Rp200 terhadap kemasan kehilangan pendapatan sebesesar Rp528
minuman botol plastik dapat menurunkan miliar per tahun, akibat penurunan
pendapatan dari minuman air dalam penerimaan pajak PPn dan pajak
kemasan hingga Rp10,2 triliun per pendapatan badan.
tahunnya. Cukai plastik memang dapat
150
VI.2
Dampak Cukai Plastik Terhadap Ekonomi
2
Harga eceran ini didapat dari pengamatan di lapangan dengan menanyakan pada
beberapa toko pedagang plastik
151
Tabel 6.2 Simulasi Pendapatan Cukai Plastik
Terdapat tiga perhitungan besaran cukai adalah kolom kedua pada Tabel
yang dilakukan; (1) jika sebesar Rp50/lembar. 6.2. Angka yang didapat
cukai yang digunakna Angka ini mengacu pada oleh pemerintah besar,
adalah Rp40/lembar. wawancara dengan bea namun dampaknya akan
Besaran ini mengacu cukai. Lalu skenario memberatkan produsen.
pada hasil pengamatan di ketiga, besaran cukai Berdasarkan data yang
lapangan, untuk kantung adalah Rp200/lembar. didapat dari Kementerian
kresek ukuran sedang, Besaran ini mengacu Perindustrian, jumlah
harganya adalah Rp10.000. pada program kantung produsen kantung
Jika dikenakan cukai 80%, kresek berbayar yang telah kresek adalah sebanyak
artinya untuk 1 kg plastik, diterapkan di tahun 2016. 172 produsen. Dengan
besaran cukai adalah demikian secara rata-
Rp8.000. Dengan asumsi Berdasarkan skenario rata, beban cukai yang
1 kg kantong kresek tersebut, pendapatan harus ditanggung setiap
sedang berisi 40 lembar, pemerintah minimal yang produsen minimal adalah
satu lembar plastik ukuran dapat didapatkan adalah Rp9,767 triliun, atau
sedang cukainya adalah sebesar Rp1,68 triliun maksimum Rp48, 837
Rp40. dan maksimum adalah triliun, sesuai skenario
Rp8,4 triliun. Seperti perhitungan yang dapat
Untuk skenario kedua, yang dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 6.3.
152
Tabel 6.3 Besaran Cukai yang Ditanggung Produsen
Seperti yang telah dijelaskan pada menanggung terlebih dahulu beban cukai
bab 5, mengenai metode pengenaan sebesar (minimal) Rp813,953 miliar
cukai berdasar UU no.39 tahun 2007, hingga (maksimal) Rp4,070 triliun.
disebutkan bahwa produsen harus Di satu sisi, potensi pendapatan bagi
melunasi cukai pada saat barang pemerintah memang cukup besar, namun
dikeluarkan dari pabrik atau tempat potensi pendaptan ini mengorbankan
penyimpanan. Dengan demikian produsen produsen plastik kresek. Belum lagi jika
akan menanggung cukai terlebih dahulu. produsennya adalah produsen dengan
skala UMKM. Kewajiban cukai yang
Dengan metode pengenaan cukai yang ditanggung dulu oleh produsen tentunya
dibebankan kepada produsen ini, tentunya akan sangat memberatkan dan dapat
besaran beban yang ditanggung produsen menambah ongkos produsen.
akan sangat memberatkan. Secara
rata-rata perbulannya, produsen harus
153
VI.3
Perilaku Konsumsi Kantung Kresek
Pada Konsumen Jabodetabek
Terdapat dua tujuan pemerintah untuk terdekomposisi di alam. Akibatnya plastik
menetapkan cukai terhadap kantung dapat menumpuk, jika dibuang di tempat
plastik, pertama adalah untuk mengurangi pembuangan akhir (TPA).
dampak negatif dari penggunaan plastik,
dan kedua adalah untuk memperluas Apalagi pengolahan sampah di Indonesia
objek cukai. Plastik dianggap sebagai masih memanfaatkan sistem konvensional
inovasi besar dari abad ke-19. Inovasi berupa penumpukan atau metode open-
plastik dimulai oleh John Wesley Hyatt dumping. Dengan metode open-dumping,
di tahun 1869. Temuannya ini menjadi untuk Jakarta saja diperkirakan TPST
terobosan bagi dunia, sebab menawarkan hanya sanggup menampung pembuangan
solusi bagi manusia dan melepaskan sampah warga DKI Jakarta hingga tahun
ketergantungan terhadap bahan dari alam. 2027, jika pengelolaan sampahnya
Selain itu, plastik menawarkan efisiensi dilakukan dengan cara menumpuknya
dan kepraktisan, dengan biaya produksi saja.
yang murah, plastik dapat membuat
berbagai macam produk yang berguna Dengan alasan inilah pemerintah
dalam kehidupan manusia sehari-hari. berencana untuk menetapkan cukai
Sifat plastik yang murah serta dapat untuk plastik. Rencana awal pemerintah
dibentuk menjadi berbagai macam produk adalah mengenakan cukai untuk kantung
di sisi lain mengakibatkan eksternalitas plastik (kantung kresek). Kantung kresek
negatif, jika sampah plastik tidak dikelola merupakan produk plastik yang dinilai
dengan baik. Terutama bagi Indonesia. paling berdampak pada lingkungan dan
Indonesia menghadapi permasalahan tidak memiliki nilai jual, tidak seperti
sampah secara umum, dan salah satunya botol kemasan air, yang memiliki nilai
adalah sampah plastik. Dibutuhkan jual untuk daur ulang yang tinggi.
ratusan tahun bagi plastik untuk
154
VI.3.1
Metodologi
Salah satu yang ingin dijabarkan dalam responden secara langsung dan online
studi ini adalah melihat dampak cukai dengan menggunakan kuesioner. Untuk
terhadap perilaku masyarakat, bagaimana wawancara langsung lokasi pengambilan
cukai dapat memengaruhi konsumsi responden adalah di pusat perbelanjaan
masyarakat terhadap plastik, khususnya yang terletak di Jabodetabek. Untuk
kantung plastik/kresek. memperoleh responden yang bervariasi,
penulis mengategorikan pusat
Survei dilakukan di wilayah Jabodetabek, perbelanjaan dalam kategori ekonomi
sebab permasalahan sampah sebagian menengah atas dan menengah bawah.
besar di terjadi di kota besar. Dengan Terdapat 553 responden yang terkumpul,
teknologi pengelolaan sampah open- di mana sebanyak 405 repsonden
dumping maka perkotaan menghadapi terkumpul secara langsung, dan 148
permasalahan pertumbuhan penduduk responden yang menjawab melalui
yang tinggi serta keterbatasan lahan. kuesioner yang disebar melalui media
sosial, yakni Whatsapp, Line dan
Dengan kondisi ini, perkotaan Facebook. Namun karena permasalahan
menghadapi permasalahan sampah yang ketepatan menjawab, hanya 547 dari 553
lebih besar dibandingkan di pedesaan. responden yang jawabannya dianggap
Survei dilakukan dengan mewawancarai valid.
155
VI.3.2
Hasil Survei
157
1. Kesadaran konsumen mengenai lingkungan dan pola pengelolaan sampahnya
Saat ini, di perkotaan sudah mulai muncul kesadaran untuk mengelola sampah. Bahkan
di beberapa tempat sudah ada bank sampah yang menampung sampah masyarakat
yang dapat di daur ulang. aktivitas ini bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah
di TPA. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk melihat
apakah masyarakat sudah sadar akan permasalahan sampah yang dihadapi dan
bagaimana pengelolaan sampah mereka.
Lebih dari separuh responden mengetahui mengenai kantong kresek yang degradable.
160
Sebagian besar (95%) responden mengetahui bahwa kantong kresek berbahaya bagi
lingkungan.
161
Namun ketika ditanyakan mengenai perilaku pengelolaan sampah di rumah, sebagian
besar responden (50%) tidak pernah melakukan pemisahan sampah organik/sampah
membusuk dan sampah non-organik/tidak membusuk.
162
Meski sebagian besar responden tidak pernah memisahkan sampah organik dan non-
organik, namum mereka percaya bahwa jika melakukan pemisahan sampah, dapat
mengurangi timbunan sampah di TPA. Sebanyak 452 responden atau 83% di antara
mereka berpandangan bahwa pemisahan sampah basah dengan sampah kering dapat
mengurangi timbunan sampah di TPA.
163
Meski mereka setuju bahwa pemilahan oleh pemulung ini merupakan sampah
sampah dapat mengurangi timbunan yang memiliki nilai jual karena dapat
sampah di TPA, tetapi mereka tidak didaur ulang. Jika pemerintah daerah
melakukan pemilahan sampahnya sendiri mau, gerakan pemulung ini dapat
di rumah. Salah satu alasan mengapa diformalkan dengan mengimbau
responden berperilaku demikian adalah masyarakat untuk memisahkan sampah
karena pada akhirnya ketika sampah mereka agar mudah diambil oleh
diambil oleh dinas kebersihan, sampah pemulung, dan yang terangkut oleh dinas
organik dan non-organik akan tetap kebersihan adalah sampah yang tidak
dijadikan satu, dan berakhir di TPA. Oleh memiliki nilai ekonomis untuk di daur
karena itu, perlu ada kerja sama antara ulang.
pemerintah dan masyarakat atau pihak
swasta dalam pengelolaan sampah ini.
164
2. Perilaku penggunaan kantong kresek
Kantong kresek masih umum digunakan responden, terutama saat berbelanja.
Responden tidak perlu repot membawa tas belanja sebab diberikan secara cuma-cuma
oleh kasir. Meski demikan 14% responden selalu membawa tas belanja sendiri ketika
berbelanja.
165
Seluruh responden mengakui bahwa mereka menggunakan kembali kantung
kresek yang mereka dapatkan. Dari keseluruhan responden, 58% mengakui mereka
menggunakan kantung kreseknya kembali hanya satu kali. Diduga penggunaan
kantong kresek adalah sebagai pembungkus sampah rumah tangga. Sisanya, 42%
menggunakan dua atau lebih dari dua kali.
166
3. Pandangan konsumen mengenai plastik berbayar
Terdapat 7% responden yang tidak mengetahui bahwa sebelumnya pernah ada program
plastik berbayar
Dan ketika program tersebut dilaksanakan, 166 (30%) responden, menjawab tetap
menggunakan kantong kresek, dan terdapat 22% yang berhenti menggunakan kantong
kresek ketika berbelanja.
167
Namun ketika program kantung kresek berbayar dihentikan, 271 responden yang
menyatakan menggunakan kantong kresek, atau terdapat 6% responden yang
mengakui kembali menggunakan kantong kresek ketika program ini dihentikan.
Jumlah responden setuju mengenai program kantung berbayar ini besar, yaitu
sebanyak 71% responden.
169
Kemudian mengenai rencana pemerintah untuk menetapkan cukai, 47% responden
mengakui bahwa mereka telah mengetahui rencana pemerintah tersebut.
Responden yang percaya penerapan cukai dapat mengurangi konsumsi plastik cukup
besar, 65%
172
Pengelolaan dana bukan merupakan alasan yang terbanyak diajukan responden
mengenai ketidaksetujuan akan cukai, tetapi mereka yang tidak setuju akan cukai
menganggap bahwa cukai kurang tepat dalam mengurangi konsumsi kantong kresek.
173
4. Switching price
Terkait dengan cukai sebagai cara untuk mengurangi konsumsi kantung kresek, salah
satu pertanyaan adalah harga. Penulis ingin mengetahui mengenai harga yang mau
dibayar konsumen, jika diterapkan program kantung plastik berbayar. Berapa besaran
harga sehingga mereka mau berhenti menggunakan kresek.
Harga rata-rata dari kantung kresek yang akan membuat responden berhenti dan tidak
menggunakan kantung kresek adalah Rp3.750, namun sebagian besar responden
menjawab harga yang akan membuat responden berhenti dan tidak menggunakan
kantung kresek adalah Rp1.000
176
Dan ketika dikelompokkan switching price berdasarkan pengelompokan, seperti dalam
grafik di bawah ini, sebagian besar responden menjawab bahwa switching price adalah
antara Rp1.000 sampai dengan Rp5.000.
177
VI.4
Wawancara
Pedagang
Selain mencari informasi dari sudut kepada pedagang pertama adalah jika
pandang konsumen, wawancara harga kantung kresek naik 80% dari
juga dilakukan kepada pedagang sebelumnya. Ternyata hanya 34% yang
yang berdagang di pasar tradisional. bersedia untuk membebankan harga
Wawancara ini dilakukan sebab tersebut kepada konsumennya, dan
penerapan plastik berbayar oleh sisanya (66%) akan tetap menjual barang
supermarket sangat mungkin dilakukan, seperti biasa dan menggratiskan kantong
apalagi sudah pernah ada percobaannya kreseknya.
saat program plastik berbayar yang
dilakukan oleh beberapa pemda di tahun Lebih lanjut, kepada para pedagang yang
2016, dan dilakukan oleh beberapa peritel menjawab akan tetap menggratiskan
dan supermarket/toko modern. kantung kreseknya tersebut, penulis
menanyakan beberapa pertanyaan
Permasalahannya kantung plastik ini tambahan. Pertama, mereka menyatakan
tidak hanya beredar di toko modern, bahwa sekalipun ada dasar hukum
tetapi juga di pasar tradisional dan (seperti peraturan pemerintah, dsb.),
pedagang-pedagang informal. Bahkan yang memberikan mereka hak untuk
peredaran kantung plastik berbayar ini menjual kantong kresek tersebut 82,9%
mungkin lebih banyak lagi terjadi di dari mereka tetap akan menggratiskan
pedagang tradisional ini. Oleh karena kantong kresek. Sementara itu, saat
itu, dilakukanlah wawancara dengan ditanyakan apakah mereka akan
pedagang di pasar tradisional. membebankan kenaikan harga kantung
Sama halnya dengan survei terhadap kresek dengan menaikkan harga barang
konsumen, survei terhadap pedagang yang mereka jual, hanya 35,3% yang
dilakukan kepada 44 pedagang di menyatakan mungkin akan melakukan
pasar tradisional yang tersebar di hal tersebut. Namun sebagian besar
Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor, responden pedagang (64,7%) tetap
dan Bekasi. Pertanyaan yang diajukan akan menggratiskan kresek dan tidak
179
akan menaikkan harga produk mereka juga dapat dikatakan kecil. Berdasarkan
meskipun harga kantung kresek yang data Inaplas, kantong kresek berasal dari
mereka beli naik. HDPE. Dan setiap tahunnya produksi
HDPE adalah 300 ribu ton. Dari jumlah
Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan tersebut, 64% memang digunakan untuk
bahwa terdapat kecenderungan bagi produksi kantung kresek, sisanya 16%
pedagang tradisional untuk tetap adalah untuk kantung keras (seperti
menggratiskan kantung kresek, meskipun kantung untuk kemasan minyak) dan 20%
nantinya setelah diterapkan cukai, harga unutk botol air, oli, dan botol kemasan
kantung kresek meningkat. Besaran lainnya. Nilai 300 ribu ton ini pun,
angka kenaikan 80% ini mengacu pada proporsinya kecil, dibandingkan produksi
UU no.39 tahun 2007, pasal 5, bahwa plastik Indonesia dalam satu tahun.
pengenaan cukai paling besar adalah Mengacu pada pembahasan sebelumnya,
sebesar 80% dari harga jual eceran. produksi plastik di Indonesia dalam satu
tahun adalah 2,53 juta metrik ton.
Selain itu, kekhawatiran terjadinya
inflasi akibat kenaikan harga produk juga Alasan ketiga, kantung kresek adalah
kecil kemungkinan terjadi, jika cukai produk akhir, yang tidak digunakan
diterapkan pada kantung kresek. Alasan sebagai bahan baku untuk produksi
pertama, mengacu pada hasil wawancara barang lain sehingga dapat memengaruhi
yang dilakukan dalam studi ini, bahwa harga produk akhir. Berdasarkan
terdapat kecenderungan para pedagang alasan kedua dan ketiga inilah, kecil
tradisional tidak akan menaikkan harga kemungkinan kenaikan harga terhadap
produknya untuk mengkompensasi kantung kresek ini dapat menyebabkan
kenaikan harga kantung kresek. inflasi.
180
BAB VII
KESIMPULAN
P
ada tahun 2016, pemerintah mengeluarkan wacana menerapkan cukai terhadap
plastik. Rencana pemerintah menetapkan cukai untuk plastik dilatarbelakangi
oleh permasalahan pengelolaan limbah plastik yang belum tepat. Akibatnya
limbah plastik bertumpuk dan membawa dampak negatif terhadap lingkungan.
Sampah merupakan salah satu bentuk polusi, dan dianggap sebagai eksternalitas
negatif. Setiap aktivitas menghasilkan limbah atau sampah, dan dampak negatif yang
ditimbulkan berakibat pada pihak lain yang belum tentu terlibat dalam aktivitas yang
menghasilkan sampah tersebut. Hal ini pula yang mendasari penerapan cukai terhadap
plastik. Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa butuh puluhan hingga ratusan tahun
untuk plastik dapat terdegradasi secara alami oleh lingkungan. Urgensi pengelolaan
sampah plastik oleh pemerintah Indonesia mencuat setelah ada publikasi studi yang
dilakukan oleh Jambeck, et al yang dipublikasikan pada tahun 2015.
Berdasarkan wawancara dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, rencana penerapan
cukai terhadap plastik ini akan diberlakukan untuk kantung kresek. Meski ide awal
penerapan cukai adalah terhadap kemasan botol minuman, namun diputuskan bahwa
sebagai pelaksanaan awal, cukai dikenakan terhadap kantung kresek. Pengenaan cukai
sangat tergantung dari bagaimana pemerintah memandang dampak buruk dari suatu
barang dan jasa. Selain itu, penting juga untuk mengetahui tujuan dari pengenaan
cukai, apakah mengendalikan perilaku konsumen atau produsen. Pertimbangan
ini penting dalam menentukan pengenaan cukai atau pajak kepada konsumen atau
produsen.
Terkait pengenaan cukai plastik ini, akan lebih tepat jika beban cukai ditanggung
oleh konsumen. Apalagi jika tujuan cukai adalah untuk merubah perilaku konsumen
terhadap penggunaan plastik. Ditambah lagi, dari sisi beban pembayaran cukai. Jika
dikenakan kepada konsumen, akan terasa tidak terlalu memberatkan sebab beban
cukai adalah per lembar plastik. Beda jika dikenakan kepada produsen, produsen
menanggung beban cukai secara gelondongan. Dengan tiga skenario harga cukai, per
bulannya satu produsen kantung kresek secara rata-rata dapat menanggung beban
cukai sebesar (minimal) Rp813,953 miliar hingga Rp4,070 triliun. Potensi pendapatan
pemerintah dari cukai kantung kresek mengorbankan produsen plastik kresek. Belum
lagi jika produsennya adalah produsen dengan skala UMKM. Kewajiban cukai
yang ditanggung dulu oleh produsen tentunya akan sangat memberatkan dan dapat
menambah ongkos produsen.
Target regulasi pemerintah saat ini untuk mengenakan cukai terhadap produsen
kantung kresek sebetulnya tidaklah tepat. Selain alasan beban kepada produsen yang
sangat besar, argumen lainnya adalah (1) tujuan pengenaan cukai untuk mengubah
perilaku konsumen tidak akan tercapai dan (2) pengalihan pada produk impor.
183
berbayar yang pernah dilakukan. Sekitar 21,3% responden yang menyatakan berhenti
menggunakan kantong kresek, 30% masih menggunakan kantung kresek, dan sisanya,
kadang-kadang menggunakan dan kadang-kadang tidak menggunakan.
Di sisi lain, harga pengenaan cukai terhadap satu lembar plastik tidak sampai Rp100.
Padahal berdasar hasil survei Visi Teliti Saksama, switching price rata-rata adalah
Rp1.000. Jika peritel melakukan transfer pricing dengan menerapkan kantong kresek
berbayar dengan harga Rp200 pun, seperti harga yang pernah diterapkan pada
program kantung kresek berbayar sebelumnya, atau bahkan lebih rendah lagi, besar
kemungkinan tujuan cukai mengurangi konsumsi kantung kresek tidak akan tercapai.
Terkait argumen kedua, jika cukai dikenakan kepada produsen plastik, produsen
plastik dalam negeri akan menurun daya saingnya karena harga kantung plastik dalam
negeri meningkat akibat cukai. Konsumen, dapat beralih dengan membeli kantung
plastik impor yang tidak terkena cukai. Akibatnya, lagi-lagi, tujuan
pemerintah untuk mengurangi konsumsi kantung plastik dengan
mengenakan cukai tidak tercapai.
Usaha pembatasan
penggunaan plastik
sekali pakai juga
dilakukan oleh berbagai
negara di dunia. Beberapa negara telah
menerapkan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Namun
kalaupun terdapat peraturan pengenaan pajak, yang dikenakan
adalah pihak peritel atau konsumen, bukan produsen plastiknya sendiri.
Berbeda jika yang dikenakan adalah konsumen, mereka harus membayar per plastik
yang digunakan. Demikian juga peritel, besaran pajak yang harus dibayar sesuai
dengan plastik yang dikenakan. Dan kemungkinan pajak ini telah ditranser kepada
konsumen. Jadi, peritel pun tidak perlu menanggung pembayarannya. Sekali lagi dapat
ditegaskan bahwa pengenaan cukai kepada produsen plastik tidak lah tepat.
Ditambah lagi, jika tujuan cukai adalah untuk menanggulangi sampah, hasil survei
memperlihatkan bahwa permasalahan pengelolaan sampah ini tidak hanya dapat
diselesaikan dengan cukai. Perlu ada perubahan pada sistem pengelolaan sampah
secara lebih komprehensif. Hal ini terlihat dari respon survei, di mana sebagian besar
responden tidak memisahkan sampah organik dan non-organik, meski mereka percaya
bahwa pemisahan sampah dapat mengurangi timbunan sampah di TPA. Hal ini dapat
terjadi sebab pengelolaan sampah di Indonesia memang masih menjadi satu di TPA.
Tidak ada pemisahan sampah organik dan non-organik, serta gerakan daur ulang
belum terjadi secara umum. Sudah ada beberapa masyarakat yang melakukan gerakan
daur ulang, misal melalui bank sampah, namun hal tersebut belum dilakukan dalam
cakupan yang lebih luas lagi, misal melalui gerakan nasional, sebagai bagian dari
program pemerintah.
184
Selain isu sampah plastik di laut, sampah atau limbah rumah tangga secara umum
merupakan permasalah yang dihadapi masyarakat, terutama di kota-kota besar.
Besarnya jumlah penduduk terutama di kota-kota besar mengakibatkan di antaranya
permasalahan membludaknya produksi sampah yang terjadi. Sebagai contoh, setiap
harinya rata-rata warga ibu kota menghasilkan 3,4004 liter sampah, dan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menerima 6.802 ton sampah dari
Jakarta. Jadi, terhitung periode Januari-November 2017, sebanyak 2.278.715 ton
sampah masuk ke TPST ini.
Sebagian besar sampah di Indonesia merupakan golongan sampah hayati atau yang
lebih banyak dikenal dengan sebutan sampah organik. Pada kota-kota besar, sampah
hayati bisa mencapai 70%. Kondisi yang sama terjadi di Jakarta, di mana dominasi
sampah organik mencapai 53,75%, disusul sampah plastik 14,02%, sampah campuran
11,94%, sampah kaca 2,45%, sampah logam 1,82%, dan sampah tekstil 1,11%.
185
REFERENSI
Abidin, Akhmad Zainal, wawancara dari Visi Teliti Saksma. “Wawancara Kepala
Laboratorium Polimer dan Membran ITB”, (April 10, 2018).
“Ban on free plastic bags is paying off”. (2016, May 24). Diakses April 11, 2018, dari
https://www.dutchnews.nl/news/2016/05/ban-on-free-plastic-bags-is-paying-off/
Bayly, L. (2016, May 28). Ban the Bag? Why Plastic Bag Taxes and bans Don’t
Always Work. Retreived April 11, 2018, dari https://www.nbcnews.com/business/
business-news/ban-bag-why-plastic-bag-taxes-bans-don-t-always-n580926
Breaking bag habits - Environment - European Commission. (n.d.). Diakses April 11,
2018, dari https://ec.europa.eu/environment/efe/themes/waste/breaking-bag-habits_en
Cherone, H., & Wetli, P. (2017, April 24). “Chicago’s Plastic Bag Tax Is Working
- Big Time, Study Shows”. Diakses April 11, 2018, dari https://www.dnainfo.com/
chicago/20170424/lincoln-square/were-using-42-percent-fewer-bags-since-7-cent-tax-
started-city-study-says
Damanhuri, Enri, and Tri Padmi. “Pengelolaan Sampah. Bandung: Program Studi
Teknik Lingkungan FTSL ITB”, 2010.
DeBonis, M. (2014, January 09). Are D.C. residents using fewer plastic bags because
of a city tax? Revenue figures say no. Diakses April 11, 2018, dari https://www.
washingtonpost.com/local/dc-politics/tax-data-cast-doubt-on-claims-about-declining-
use-of-plastic-bags-in-dc/2014/01/09/7b8c2302-7870-11e3-b1c5-739e63e9c9a7_story.
html?utm_term=.732368ab53d9
Dikgang, J., Leiman, A., & Visser, M. (2012). “Analysis of the plastic-bag levy in
South Africa”. Resources, Conservation and Recycling, 66, 59-65.
Garcia, D. (2017, January 14). Plastic Bag Ban Fee Goes “Bye, Bye” In Brownsville.
Diakses April 11, 2018, dari http://www.kveo.com/news/local-news/plastic-bag-ban-
fee-goes-bye-bye-in-brownsville/640402692
189
Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. School Workshop #Envirochallenge2017.
September 15, 2017. http://dietkantongplastik.info/2017/09/15/school-workshop-
envirochallenge2017/ (accessed April 18, 2018).
Guombook (2017). “Plastic Bags Charges, Taxes, and Bans List”. Retreived April 11,
2018, dari http://goumbook.com/plastic-bags-charges-taxes-bans-list-
Ideas42 (2017). “Preliminary study suggests Chicago’s bag tax reduces disposable bag
use by over 40 percent”. Diakses April 11, 2018, dari https://www.ideas42.org/wp-
content/uploads/2017/04/Bag-tax-results-memo-PUBLIC.FINAL_.pdf
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., .
. . Law, K. L. (2015, Februari 13). “Plastic waste inputs from land into the ocean”.
Science , 347(6223), 768-771.
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., . . .
Law, K. L. (2015). “Plastic waste inputs from land into the ocean”. sciencemag.org,
347(6223), 768-771.
Jambeck, Jenna R., et al. “Plastic Waste Inputs from Land into The Ocean”. Research,
Newyork: Sciencemag.org, 2015.
Kontan.co.id. (2018, Februari 25). “Industri menolak aturan cukai plastik”. Retrieved
from kontan.co.id: https://industri.kontan.co.id/news/industri-menolak-aturan-cukai-
plastik
190
Lindhqvist, T. (2010). “Extended Producer Responsibility in Cleaner Production:
Policy Principle to Promote Environmental Improvements of Product Systems”. Lund
University. The International Institute for Industrial Environmental Economics.
liputan6.com. (2016, Oktober 9). Ekonomi. Retrieved Februari 20, 2018, from
liputan6.com: http://www.liputan6.com/bisnis/read/2621729/kebijakan-kantong-
plastik-berbayar-kembali-berlaku
Martinho, G., Balaia, N., & Pires, A. (2017). “The Portuguese plastic carrier bag tax:
the effects on consumers’ behavior”. Waste management, 61, 3-12.
Meltzer, E. (2014, March 08). “Boulder: Disposable bag use down 68 percent in wake
of 10-cent fee”. Diakses April 11, 2018, dari http://www.dailycamera.com/news/
boulder/ci_25299673/boulder-disposable-bag-fee
“Menteri Lingkungan klaim uji coba tas plastik berbayar ‘berhasil’ - BBC News
Indonesia”. (2017, February 28). Diakses April 16, 2018, dari http://www.bbc.com/
indonesia/indonesia-39118292
Misicka, S., & Hoi, G. W. (2017, November 01). “Demand collapses for supermarket
plastic bags”. Diakses April 11, 2018, dari https://www.swissinfo.ch/eng/society/
environmental-benefits_demand-collapses-for-supermarket-plastic-bags/43643058
Murti, Krisna. “Institut Teknologi Bandung: Laporan Satgas ITB Peduli TPA
Leuwigajah dan Sampah Bandung Raya (1)”. Agustus 2, 2005. https://www.itb.ac.id/
news/read/671/home/laporan-satgas-itb-peduli-tpa-leuwigajah-dan-sampah-bandung-
raya-1 (accessed April 25, 2018).
Nakajima, N., & Vanderburg, W. H. (2006). “A description and analysis of the German
packaging take-back system”. Bulletin of Science, Technology & Society, 26(6), 510-
517.
191
“Plastic bag charge in Scotland sees usage cut by 80%”. (2015, October 20). Diakses
April 11, 2018, dari http://www.bbc.com/news/uk-scotland-34575364
“Plastic bag charge: 5p levy could be extended in England”. (2018, January 10).
Diakses April 11, 2018, dari http://www.bbc.com/news/uk-42630898
PwC. (2017). “Indonesian Pocket Tax Book 2017”. Retrieved from www.pwc.com/id:
https://www.pwc.com/id/en/pocket-tax-book/english/ptb-2017.pdf
Rosenthal, E. (2008, January 31). “By ‘bagging it,’ Ireland rids itself of a plastic
nuisance”. Diakses April 11, 2018, dari https://www.nytimes.com/2008/01/31/world/
europe/31iht-bags.4.9650382.html
Sahwan, Firman L., Djoko Heru Martono, Sri Wahyono, and Lies A. Wisoyodharmo.
“Sistem Pengelolaan Limbah Plastik diIndonesia.” Jurnal Teknik Lingkungan P3TL
BPPT 6, 2005: 311-318.
Sulistyono. (2016). “Penggunaan Produk Plastik dari Petrokimia dengan Bahan Dasar
Minyak dan Gas Bumi Manfaat dan Bahayanya Bagi Kesehatan dan Lingkungan”.
Forum Teknologi, 06(2), 12.
Taylor, R., & Villas-boas, S. B. (2014). “Supermarket Carryout Bag Policies and Bag
Usage: Bans Versus Fees”.
Validnews. “Trik Wong Cilik Daur Plastik”. April 11, 2018. https://www.youtube.com/
watch?v=L9if_8cELzI (accessed April 18, 2018).
Van Rossem, C., Tojo, N., & Lindhqvist, T. (2006). “Extended producer responsibility:
an examination of its impact on innovation and greening products”.
VDMA Plastics and Rubber Machinery. (2016). “Plastics Resin Production and
Consumption in 59 Countries Worldwide 2007-2018”. British Plastic Federation.
Williams, D. (2014, January 13). “DC’s plastic bag tax exposed”. Retreived dari
http://thehill.com/blogs/congress-blog/economy-budget/195273-dcs-plastic-bag-tax-
exposed-as-fraud
192
Writer, M. P. (2015, October 11). “Plastic bag bans and fees catching on in Maine”.
Diakses April 11, 2018, dari https://www.pressherald.com/2015/10/11/as-portland-
goes-so-goes-maine/
193
PT VISI TELITI SAKSAMA
Menara 165, lantai 21, Blok B1 Jl. TB Simatupang Kav.1
Cilandak Timur, Pasar Minggu 12560 Jakarta Selatan, INDONESIA
Telpon/Fax +62 21 29407114
w w w. v i s i t e l i t i . c o m