Sji Ji
Sji Ji
1. Berkembangnya ideologi – ideologi yang sangat bertentangan dengan Pancasila seperti Ideologi
komunisme, Ideologi leninisme, Ideologi marxisme, dan Ideologi neoliberalisme.
2. Adanya golongan – golongan maupun kelompok masyarakat yang tidak mengikuti aturan baik
aturan daerah dan negara secara benar dan baik.
3. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap para pemimpin dan pengelola negara.
4. Norma – norma yang sebelumnya berlaku di masyarakat, menjadi sudah tidak berfungsi lagi
sebagaimana mestinya untuk mencapai cita – cita rakyat.
5. Kurangnya sanksi yang tegas bagi para pelanggara aturan daerah dan negara.
6. Setiap tindakan yang dilakukan masyarakat sudah tidak berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 lagi.
7. Menurunya sikap toleransi dan tenggang rasa antar masyarakat.
8. Terciptanya suasana politik yang tidak kondusif dan tidak sehat sehingga memecah belah rakyatnya.
9. Meningkatknya sikap apatisme dan egoisme.
10. Terjadinya ketidakmerataan baik di bidang pembangunan, pendidikan, dsb.
Pemberontakan DI/TII
Tujuan utama pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah mendirikan negara
dengan dasar syariat Islam di Indonesia. Namun setia daerah juga memiliki tujuan khusus sendiri.
Misalnya, di Aceh, pemberontakan DI/TII bertujuan mengembalikan otonomi provinsi Aceh yang
sebelumnya dihapus dan digabung dengan provinsi Sumatera Utara.
Pembahasan:
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah pemberontakan yang hendak
mendirikan negara dengan dasar syariat Islam di Indonesia, yang disebut dengan Negara Islam
Indonesia.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tahun 1948 dan berusaha
mendirikan negara berpaham Islam di Jawa Barat. Pemberontakan ini kemudian diikuti oleh
pemberontakan serupa di Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Pemberontakan
dikalahkan dengan kombinasi diplomasi di Aceh dan penumpasan oleh TNI.
Persamaan dari setiap pemberontakan daerah DI/TII adalah sama-sama mendukung pemberontakan
Kartosuwiryo dan memproklamirkan gerakannya sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia. Setiap
pemberontakan daerah juga mendukung syariat Islam sebagai dasar negara.
Namun, perbedannya, setiap pemberontakan daerah memiliki pemimpin sendiri-sendiri dan alasan
pemicu pemberontakan.
ALASAN PEMBERONTAKKAN
Pemberontakan APRA diawali dari pembentukan APRIS yang menimbulkan ketegangan antara TNI
dan bekas tentara KNIL ditambah dengan pertentangan politik antara kelompok yang ingin
mempertahankan bentuk negara bagian (yang didukung pihak APRA yang terdiri dari bekas tentara KNIL)
dan kelompok yang menginginkan negara kesatuan (didukung oleh TNI).
Andi Azis
ALASAN PEMBERONTAKKAN
Tujuan pemberontakan Andi Azis adalah untuk mempertahankan keutuhan Negara Indonesia
Timur (NIT).
1) Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara bagian Indonesia Timur (NIT)
ke dalam negara RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap
merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi
menginginkan NIT melebur ke negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
2) Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota" KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan
Perang Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota" KNIL beranggapan bahwa
pemerintah akan menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI sendiri ada semacam
kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas lawan mereka selama perang kemerdekaan.
3) Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.
4) Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
5) Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
1. Demarkasi yakni sebuah garis pembatas atau garis hayal yang di buat oleh Van Mook dari pihak Belanda
Wilayah Indonesia sendiri hanya diakui sebagai wilayah yang tebagi di dalam garis Van Mook atau garis
sebagai batas kekuasaan.
2. Sebelum pembentukan Republik Indonesia Serikat maka Belanda tetap memiliki kedaulatan atas negara
Indonesia.
3. Kedudukan atas RIS akan sejajar dengan kedudukan kerajaan Belanda di dalam Uni Indonesia Belanda
4. RIS akan mencangkup semua bagian dari RI
5. Sementara waktu kerajaan Belanda bisa memberikan penyerahan kekuasan kepada bagian pemerintahan
federal sementara RIS belum terbentuk.
2. Pembentukan FDR
Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan
dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;
Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan;
Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan
melebihi tugas yang diembannya;
Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa
dan negara;
Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau
meningkatkan harkat dan martabat bangsa;
Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/atau
Melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
Presidensial = Kepala Negara dan Kepala Pemerintahannya adalah Presiden dan antara lembaga
legislatif dengan eksekutif terpisah.
Parlementer = Kepala Negaranya adalah Raja/Ratu, Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan, Legislatif dan eksekutif menjadi satu.
SISTEM PRESIDENSIAL
Sistem presidensial adalah sebuah sistem negara republik, dimana dalam kekuasaan
eksekutifnya tidak menjadi satu dengan kekuasaan legislatifnya, selain itu dalam sistem
presidensial pemimpin eksekutifnya dipilih melalui cara pemilihan umum.
SISTEM PARLEMENTER
Sistem Parlementer adalah sistem dimana parlemen memiliki peran yang penting.
Parlemen berwenang dalam mengangkat perdana menterei maupun menjatuhkan pemerintahan
berdasarkan mosi tidak percaya.
1. Melakukan pemilu
2. Memperketat impor
3. Memperkenalkan konsep balanced budget
4. Rasionalisasi angkatan bersenjata melalui modernisasi dan pengurangan personil
5. Menekan pengeluaran pemerintah
Kegagalan :
1. Adanya krisis ekonomi karena jatuhnya harga barang ekspor sementara kebutuhan barang impor
terus meningkat
2. Terjadi defisit kas negara karena terjadi penurunan hasil panen sehingga harus mengimpor beras
3. Munculnya gerakan separatisme dan provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa karena
ketidakpuasan alokasi dana ke daerah tertentu yg tidak seimbang
4. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952
5. Terjadi peristiwa Tanjung Morawa
6. Adanya mosi tidak percaya dari serikat buruh tani
1.Program dalam negeri, anatara lain meningkatkan kemanan dan kemakmuran, serta
segera diselenggarakan pemilihan umum.
3.Program luar negeri, antara lain pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan
kembali ke persetujuan KMB.
1. Pembatalan KMB.
Program Benteng
Program Benteng adalah kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah Indonesia bulan April
1950 dan secara resmi dihentikan tahun 1957. Tujuannya adalah membina pembentukan suatu
kelas pengusaha Indonesia "pribumi" Dr. Soemitro Djojohadikusumo
Program Ali Baba
Sistem ini tercetus pada Kabinet Ali Sastroamijoyo I selama Agustus 1954 - Agustus
1955. Menteri Perekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo adalah orang yang
mencetuskannya. Ekonomi Ali Baba merupakan sistem yang terbilang baru pada masa
itu, sekaligus bentuk kerjasama ekonomi antara pengusaha asal Indonesia dengan
pengusaha Tionghoa.
Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk—
utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Dengan kebijaksanaan yang kontroversial
itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran: penggantian mata uang yang
bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan
inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas pemerintah dengan
pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar.1950.
1. Dibubarkannya Konstituante.
2. Diberlakukannya kembali UUD 1945.
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
4. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang diberlakuakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Seusai Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Keluarnya
Dekrit membuat berakhirnya Demokrasi Liberal dan dimulainya Demokrasi Terpimpin.
Soekarno membentuk Kabinet yang diberi nama Kabinet Kerja.
Kabinet Djuanda dibubarkan digantikan dengan Kabinet Kerja. Kabinet Kerja I ini bertugas pada
periode 10 Juli 1959-18 Februari 1960.
Kabinet Kerja ala Soekarno ini memiliki 3 program yang dikenal dengan Tri Program Kabinet
Kerja yang meliputi:
- Melengkapi sandang pangan rakyat dalam waktu yang singkat,
- Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara serta,
- Melanjutkan perjuangan melawan imperialisme ekonomi dan politik.
Proyek Mercusuar adalah proyek pembangunan monument dan gedung besar, serta
penyelenggaraan kegiatan internasional, yang dilakukan di Indonesia pada masa pemerintahan
Presiden Soekarno dalam periode Demokrasi Terpimpin (1959-1966).
Contohnya adalah pembangunan Stadion Senayan, yang digunakan untuk Asian Games 1962.
Tujuan dari dilakukannya Proyek Mercusuar ini adalah untuk menunjukkan kemajuan Indonesia
ke dunia. Namun pembangunan ini hanya mengejar gengsi saja dan tidak efektif sebagai
kebijakan diplomasi. Malah, proyek ini menghabiskan banyak anggaran negara.
Pembangunan besar-besaran Proyek Mercusuar ini membuat beban anggaran yang sangat berat.
Proyek ini membuat kondisi ekonomi menjadi semakin berat, karena tidak mengatasi kebutuhan
mendasar rakyat yang memerlukan infrastruktur dan sarana perekonomian seperti jalan dan
pasar.
Akibatnya terjadi krisis ekonomi di Masa Demokrasi terpimpin. Kebutuhan sehari-hari seperti
minyak tanah sulit didapatkan. Inflasi juga meningkat tajam yang menyebabkan harga-harga
menjadi melambung. Kondisi krisis ini memudarkan kepercayaan rakyat terhadap Presiden
Soekarno.
Nasakom
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (disingkat: Nasakom) adalah konsep politik yang
dicetuskan oleh Presiden Soekarno di Indonesia, serta merupakan ciri khas dari Demokrasi
Terpimpin.
Tujuan
Untuk mengganti demokrasi liberal yang dianggap tidak stabil untuk negara
Indonesia.
Untuk meningkatkan kekuasaan presiden pada masa itu yang awalnya
hanya sebatas sebagai kepala negara menjadi pemegang kekuasaan
tertinggi.
Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11
Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang
disempurnakan yang dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai,
Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal
presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal"
yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal
Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-
S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.
Gunting Syafruddin
Untuk hal demikian ini merupakan sebuah kebijakan ekonomi dengan menerapkan system
pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong semua uang yang bernilai Rp. 2.50 ke atas
hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan mulai diterapkan pada tanggal 20-
03-1950 oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawinegara yang dilakukannya berdasarkan SK
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19-03-1950.
Tujuannya untuk menanggulangi deficit anggran sebesar Rp. 5.1 Miliar, dampaknya rakyat kecil
tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2.50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah
dan kelas atas. Dengan kebijakan ini maka dapat mengurangi jumkag uang yang beredar dan
pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman
sebesar Rp 200 juta.
Gerakan Banteng
Dalam hal ini merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur
ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh
Sumitro Djojohadikusumo yang saat itu menjabat sebagai menteri perdagangan. Program ini
bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
“pembangunan ekonomi Indonesia” dengan program-programnya yang diantaranya seperti:
Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Yang
tujuannya ialah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastic. Dalam perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951
berdasarkan undang-undang No. 24 tahun 1951.
Sistem Ekonomi Ali Baba
Pada system ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo yang pada saat itu
menjabat sebagai menteri perekonomian pada kabinet Ali I, tujuan dari program ini diantaranya
yaitu:
pidato Bung Karno, yang dibagi menjadi 5 bagian, yaitu pidato pra-Proklamasi, pidato pada masa
Proklamasi dan Perang Kemerdekaan (1945-1949), pidato pada masa 1950-1958, pidato pada
masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), dan pidato pasca peristiwa G 30 S tahun 1965.
Politik Pada masa Orde Baru merupakan masa dimana Indonesia memasuki masa demokrasi
Pancasila. Segala kebijakan harus berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sehingga tidak
terjadinya penyimpangan yang terjadi dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan,
termasuk kebijakan luar negeri Indonesia. Pada masa Orde Baru dimana masa kepemimpinan
presiden Soeharto Indonesia mengalami kemajuan dalam sektor pembangunan dalam negeri,
penguatan pertanian dan menjadi negara swasembada pangan. Dalam pengambilan keputusan luar
negeri presiden Soeharto tetap menerapkan perinsip politik luar negeri bebas aktif dimana peran
Indonesia dalam dunia Internasional terlihat dan juga Independen (bebas) dalam menentukan
sikap. Pada masa Orde Baru pemerintah Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas aktif
secara efektif. Peranan Indonesia pada masa Orde Baru terlihat jelas dengan peran aktif dalam
acara-acara tingkat dunia. Kerjasama diperluas dalam berbagai sektor terutama sektor
perekonomian, Indonesia juga secara cepat memberikan tanggapan akan isu-isu yang muncul
dalam dunia internasional. Politik Luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada masa Orde Baru
dapat membawa Indonesia baik di mata dunia. Namun beberapa pihak menilai bahwa pada masa
presiden Soeharto yang jelas anti komunisme hubungan dengan negara-negara komunis tidak
terlalu baik. Kecenderungan hubungan Indonesia pada masa Orde Baru adalah mengarah kepada
negara-negara Barat yang pada masa presiden Soekarno terabaikan.
1. Krisis Moneter
Krisis keuangan merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab rezim orde baru mengalami
keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur sekitar juli 1997. Yang
menyebabkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah ASEAN, Thailand merupakan negara
pertama yang mengalami krisis keuangan hingga hampir disebut sebagai negara
bangkrut. Akibat yang timbul dari krisis tersebut menyebabkan pelemahan diberbagai sektor
keuangan termasuk di Indonesia.
Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan sampai ke Indonesia, ini karena inflasi yang
cukup rendah, devisa negara yang dirasa masih cukup besar dan karena nilai surplus berada
dikisaran USD 900 juta. Perkembangan dunia usaha pun masih stabil karena banyaknya investor
yang menanamkan modalnya di Indonesia. Krisis yang menghantam Thailan dan membuat mata
uangnya merosot tajam, tak pelak ini pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.
Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yang turun dari angka Rp 2.575 per USD menjadi Rp 2.603
per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD pada akhir desember, dan justru
sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per USD pada maret 1998. Ini membuat seluruh
masyarakat di indonesia dan seluruh penanam modal merasa panik yang akhirnya membuat
mereka menarik semu saham yang telah ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yang kacau
menyebabkan masalah dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan kacau.
3. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian dijalankan dengan
asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang terjadi justru dikusai oleh sebagian
orang saja yakni para konglomerat dan terjadi monopoli ekonomi, atau dengan kata lain sistem
ekonomi yang dijalankan merupakan sistem kapitalis.
Artikel terkait:
Sejarah MPR
Sejarah Demokrasi di Dunia
Konferensi Asia Afrika
Sejarah Runtuhnya Uni Soviet
5. Masalah Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun dibatasi. Seperti terlihat pada
penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi tiga partai saja yakni PPP, PDI dan Golongan
Karya. Dengan dalih untuk menciptakan stabilitas dan keamanan bangsa dan negara yang lebih
terjaga. Ini menyebabkan banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak
langsung wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.
Adanya dualisme fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama pemerintahan orde baru. Ini sangat
bertentangan dengan sejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di junjung tinggi oleh seluruh
rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang mengkritik kebijakan pemerintah pada masa
orde baru saat itu, konsekuensinya adalah hukuman penjara karena dianggap menciptakan
keresahan dan mengganggu stabilitas negara. Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap menjaga
eksistensinya pada masyarakat.
6. Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang seolah dihalalkan oleh
pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun membuat para investor menarik
seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia secara besar-besaran yang semakin membuat
Indonesia terjebak dalam krisis berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan kalangan
mahasiswa yang berubah menjadi tragedi kekerasan menghilangkan rasa percaya terhadap
pemerintah yang akhirnya memicu gelombang demonstrasi yang luar biasa menuntut lengsernya
Soeharto.
7. Tragedi Trisakti
Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf kampus yang diikuti
oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12 mei 1988 yang pada intinya meminta
pemerintah melakukan reformasi disegala bidang baik pemerintahan, ekonomi maupun politik
yang menginginkan diadakannya sidang istimewa MPR. Namun aksi damai ini dinodai dengan
adanya penembakan oleh aparat terhadap empat mahasiswa Trisakti yakni Hendriawan Sie, Heri
Hartanto, Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan. Yang memicu aksi kekerasan meluas di
berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan semakin membuat Indonesia jatuh terpuruk dalam krisis
yang seolah tanpa akhir, yang menjadi catatan terburuk dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.