Anda di halaman 1dari 26

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS

Pengertian
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk
memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masya¬rakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas
adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.

PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik
keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan
keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun
mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien


Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma,
hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung
mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan
perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan


esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan
sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok
didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi
individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan
penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.

SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas
dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya
tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu
:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil
yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit
endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau
fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah
gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis
(KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi,
keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia
lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan
seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A,
iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai
tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis,
perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau kelompok-
kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya
melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya,
kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang
karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita
tuna susila.

FALSAFAH
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan memandang keperawatan
sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, vaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an kesehatan, menjalin
suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la harus ikut
mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.

FILOSOFI
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai berikut :
1. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang.
2. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan.
3. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu meningkkan
kesehatannya.
4. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya.
5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda.
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar belakang
budaya, agama dan sosial klien.
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada waktu yang
berbeda.
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang internal dan
eksternal.
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.
11. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang berbeda.
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak kea
rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan
pendekatan sistematik.
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah
kebutuhan kesehatan.

ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu
keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks,
keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan
kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien
membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab
setiap individu.

KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang
diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan dibe¬rikan secara
komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien
memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah
pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara
langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan
didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.

PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan
harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan
keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya
termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan
kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan
dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah
sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali
dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS


Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat
komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah
mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat,
mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri,
identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta
me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan
(neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan
kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang
dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi
dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang
berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan.

PERAN PERAWAT KOMUNITAS


1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien
membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan
memotivasi belajar klien.

2. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut
berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta
mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang
erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

TATANAN PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama
klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan
kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat
memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah,
perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology.
Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat
yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai
tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang
dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang
sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.

Perawat Kesehatan Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan
guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat
sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986).
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader.

Perawat Kesehatan Kerja


Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara
kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu,
kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi,
universitas dan lain-lain.

Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

KONSEP MODEL KEPERAWATAN


KOMUNITAS

Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi


fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual, terhadap kesehatan masyarakat
dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan
dalam upaya mencapai tujuan.

MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)


Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah
system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan
mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.

MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.

MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan
keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan
lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan,
Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan secara tepat.
Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi
tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi
tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan
tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan
kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat
digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.

Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Fokus Asuhan Keperawatan


1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga
2. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.
3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi
perubahan yang terjadi
4. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga
di rumah misalnya : mengompres dengan baik dan benar.
System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan
keperawatan mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan sebagai
berikut :
a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak
mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami
keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.
c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan
bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.

MODEL “HEALTH CARE SYSTEM” BETTY NEUMAN


Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigm keperawatan
yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari variable-variabel: fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
3. Sehat
4. Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko – sosio – cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan
ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat
intervensi yaitu : intervensi yang bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi
pada garis pertahanan normal yang terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau
rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien
(individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubngan dengan ketidakseimbangan
yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta berupaya
membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami
gangguan :
1. Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel
2. Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal
3. Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan resisten

Aplikasi Model Neuman pada Komunitas


Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan
praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih
banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan
keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan
masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan
kebijaksanaan pemerintah.

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS


Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah,
di Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses
keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan
mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :


a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok
atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
• Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
• Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
• Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan
stress.
• Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat
atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
• System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
• Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
• Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan
seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas
dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan,
Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.

3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah
dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu
wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri
mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
• Melakukan pengkajian
• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
• Melatih kader
• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
• Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
• Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
• Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium
• Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan
• Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap
penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh:
Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan
penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga
yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan
secara teratur ke Posyandu.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan
dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta
keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi


kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL,
dan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya
melalui kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini
dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah
mencakup :
• Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan
gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang
tepat.
• Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
• Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
• pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR
KEBERHASILAN pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari
dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari
luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
• Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi
kondisi geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara
penduduk kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.

• Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat


Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari
dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.

• Menggali Kontribusi Masyarakat


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
adalah menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing
anggota masyarakat.

• Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara
berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk
membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang
mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara
masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta.

• Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni
masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan
masyarakat, peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas
adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak
lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas
provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat,
meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut :

a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat


Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau
pemukiman kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh
masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat,
Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap
awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu
melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal
maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan
sebagainya.

c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris
bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak
lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.

e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat
yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).
f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat


a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama
menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam
memecahakan masalah yang dihadapi.

b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi


Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan
peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda
setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal
dari kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA


MASYARAKAT (UKBM)
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang
sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan
yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat
terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga
produktivitas penduduk.

JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu
ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah
popular di lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

Pondok Bersalin Desa (Polindes)


Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak
lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas,
ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan
aman, memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat
terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan
masyarakat.

Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)


Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit
endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l.
menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.

Pos Gizi (Pos Timbang)


Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi.
Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 – 11 bulan terutama mereka dari keluarga
miskin, 2) Anak umur 12 – 23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24
– 59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama
yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).

Pos KB Desa (RW)


Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara nasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa
peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos
KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat
kecamatan.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos
ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti
diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

Saka Bakti Husada (SBH)


SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan
bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat dilingkungan sekitar.
Sasarannya adalah para peserta didik antara lain: Pramuka Penegak dan Pandega, Pramuka
Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan.
Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pimpinan saka.

Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)


Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama
dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan
kesehatan, melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar,
serta menjalin kemitraan.

Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)


Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

Karang Taruna Husada.


Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pem¬bangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
Karang Taruna ini sangat besar.

Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu


Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah
terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling.
Upaya pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku
tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana
tertera diatas.

POSYANDU
1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang
diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan
masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB),
Pos Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
(penyuluhan).

Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini dalam rangka 1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan ber¬sama antara Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23
tahun 1985, 21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang
penyelenggaraan Posyandu, yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyeleng¬garakan Posyandu dalam
lingkup LKMD dan PKK
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam mening¬katkan fungsi Posyandu serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masya¬rakat
desa.
c. Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan meng¬utamakan peranan kader
pembangunan.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia, dari Sejahtera (NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembang¬kan kegiatan yang menunjang
kesehatan, dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melaksana¬kan kegiatan lainnya yang
menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan Dinas Kesehatan DKI (2006) merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan
Posyandu antara lain :
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB)
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar.
Penyelenggaraan Posyandu
Pada permulaan munculnya ide pembentukkan Posyandu, dibeberapa daerah sudah ada pos-
pos pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat, namun pada umumnya pelayanan yang
diberikan hanya salah satu pelayanan kesehatan, misalnya: pos penimbangan, pos imunisasi,
pos KB desa, atau pos kesehatan Untuk itu, maka Posyandu diselenggarakan berdasarkan
pengembangan dari pos-pos tersebut dengan melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan
secara terpadu. Sedangkan bagi daerah yang belum ada, dihimbau untuk pembentukan yang
baru.

Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya:
ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA),

Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF” Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
• Belum mantap
• Kegiatan belum rutin
• Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
• Kegiatan lebih teratur
• Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
• Kegiatan sudah teratur
• Cakupan program/kegiatan baik
• Jumlah kader lebih dari lima orang
• Mempunyai program tambahan

d. Posyandu Mandiri (warna biro)


• Kegiatan teratur dan mantap
• Memiliki dana sehat clan JKM yang mantap

2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu.
L.A Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
“kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat".
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader
adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela ".
Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.

b) Dari segi kemasyarakatan


Perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam upaya untuk me¬numbuhkan partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan
sosial budaya masyarakat, sehingga untuk mengikut¬sertakan masyarakat dalam upaya
pembangunan dibidang kesehatan, harus berusaha menumbuhkan kesadaran untuk dapat
memecahkan permasalahan sendiri dengan memper¬hitungkan sosial budaya setempat.

Persyaratan menjadi kader


Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan Masyarakat, dan Para
pamong desa harus juga mendukung. Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk
pemilihan kader antara lain:
a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri
d. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan,
e. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
f. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masya¬rakat,
g. Berwibawa,
h. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan
kesehatan keluarga.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan bagi seorang
kader antara lain :
a. Berasal dari masyarakat setempat
b. Tinggal di desa tersebut
c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
d. Diterima oleh masyarakat setempat
e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
f. Sebaiknya yang bias baca tulis

Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas
diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),
menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menen
tukankegiatanpenanggulangan masalah kesehatan ada bersama-bersama masyarakat,
membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawan¬muka (kunjungan), dengan
menggunakan alat peraga dan percontohan.
c Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu,:
• Membagi obat
• Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
• Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
• Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
• Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
5) Melakukan pencatatan, tentang:
• Jumlah akseptor KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
• KIA: jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
• Imunisasi: jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan
• Gizi: jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS, balita yang
ditimbang dan yang naik timbangan.
• Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang di¬temukan dan dirujuk.
6) Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan.
Keluarga binaan untuk masing¬-masing kader berjumlah 10-20 KK atau sesuai dengan
kemampuan kader setempat.

Tugas Kader
Kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua
pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan, antara lain :
a. Kegiatan di Posyandu:
• Melaksanan pendaftaran.
• Menimbang bayi dan balita, Bumil/ ibu menyusui, WUS atau PUS,
• Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
• Mengisi KMS
• Memberikan penyuluhan.
• Memberi dan membantu pelayanan.
b. Kegiatan- diluar Posyandu:
• Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Pos¬yandu,
• Melaksanakan kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan yang ada, misalnya:
• Pemberantasan penyakit menular.
• Penyehatan rumah dan pembuangan sampah.
• Pembersihan sarang nyamuk.
• Penyediaan sarana air bersih.
• Penyediaan sarana jamban keluarga.
• Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

3. REVITALISASI POSYANDU
Permasalahan yang dirasakan pada tataran konsep dan operasionalisasi Posyandu antara lain:
a) Kurang dilibatkannya anggota dan tokoh masyarakat yang secara sosial, budaya, dan
ekonomi lebih potensial, memba¬tasi akses sumber daya,
b) Pengertian pemberdayaan masyarakat hanya secara fisik, menghambat keterlibatan semua
anggota masyarakat
c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga
profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para
pengelola dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola
dan peserta,
f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan
tanggungjawab Puskesmas.
DESA SIAGA DAN RW SIAGA

A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka
kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama
seperti malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat
pandemik seperti HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan
penyakit¬penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah
lagi dengan timbulnya berbagai jenis ben¬cana karna faktor alam.

LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA


1. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlin¬dungan anak
5. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
6. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pern¬bangunan Keuangan antara Pusat dan
pemerintah Daerah
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
8. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pember¬dayaan masyarakat.
PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri
dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.

TUJUAN DESA SIAGA


1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyara¬kat desa adanya resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit,
kegawatdaruratan dan sebagainya). .
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pem¬biayaan kesehatan.
e. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pengampu (stakeholders) dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat desa.
f. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
dibidang kesehatan.
SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan
menjadi :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas
kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat
terkait, swasta, para donator, dan stakeholders lainnya.

TITIK AWAL PENGEMBANGAN DESA SIAGA


Pengembangan Desa Siaga dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
keadaan desa yang akan dikembangkan.

KRITERIA DESA SIAGA


Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke
Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa)
2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya
Posyandu, Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)
3. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat.
5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat.
6. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


MASYARAKAT (JPKM) DAN DANA SEHAT

A. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT


PENGERTIAN JPKM
1. Dalam undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 No.1 5
JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna
berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu
yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.
2. Pasal 66 ayat (1) UU No. 23 tahun 1992
Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama
dan kekeluargaan.

TUJUAN JPKM
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan
pari purna yang bermutu dan merata dengan mengendalikan biaya yang berasal dari peserta.
POKOK-POKOK KEGIATAN PENYELENGGARAAN JPKM
1. Pengembangan Organisasi Badan penyelenggara
Fungsi utama badan penyelenggara
a. Fungsi pengelolaan kepesertaan
b. Fungsi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
c. Fungsi pengelolaan keuangan
d. Fungsi pengelolaan system informasi manajemen

b. Pengembangan Kepesertaan JPKM


Peserta adalah mereka yang telah menyetarakan kesediaannya untuk memakai jasa
pemeliharaan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam ikatan kontrak.
Kepesertaan JPKM bersifat aktif, masyarakat melaksanakan kewajibannya untuk ikut serta
memelihara kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya seperti dinyatakan dalam pasal 5 UU
no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dan memilih secara aktif salah satu badan
penyelenggara yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

3. Pengembangan Pemeliharaan Kesehatan


Diselenggarakan melalui suatu paket pemeliharaan kesehatan yang merupakan rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan serta berkesinambungan.
Paket tersebut terdiri dari :
a. Paket pemeliharaan kesehatan dasar
b. Paket pemeliharaan tambahan

4. Pengembangan Pengelolaan Keuangan


Pengelolaan keuangan dalam JPKM mempunyai dua sisi. Di satu pihak mengupayakan agar
terkumpul dana seoptimal mungkin dan dilain pihak mengupayakan agar dengan dana yang
terkumpul tersebut dapat dibiayai seluruh kegiatan Badan Penyelenggara yang telah
terencana.

5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen


Bapel JPKM merupakan suatu organisasi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan sejumlah orang yang menjadi pesertanya.

BERBAGAI BENTUK UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN


1. Pemeliharaan kesehatan pegawai negeri, penerima pension dan keluarga
2. Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarga
3. Pemeliharaan kesehatan swasta
Beberapa pengusaha swasta telah mulai menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan
berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu dari masyarakat, terutama segmen yang
berpenghasilan menengah ke atas.
4. Pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat (Dana Sehat)
Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat
umum.

MASALAH JPKM DI INDONESIA


Banyak faktor yang sebagai penyebab kenapa program JPKM belum berkembang di tanah air
secara garis besar dapat dibedakan atas 5 macam :
1. Kurangnya komitmen serta dukungan politis dari pemerintah dalam mengembangkan
program JPKM
2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM yang dapat dilihat antara lain dari
masih rendahnya pemahaman petugas tentang program JPKM. Hasil penelitian. DepKes
men¬catat hanya sekitar 20% dari petugas kesehatan yang diteliti mengetahui apa yang
dimaksud dengan JPKM.
3. Belum berkembangnya badan pelaksanan (Bapel) JPKM. Tercatat sampai dengan akhir
tahun 1998, hanya 17 Bapel JPKM saja yang telah memperoleh izin operasional
4. Tidak siapnya penyelenggara pelayanan kesehatan dengan cara pembayaran yang baru,
yakni yang semula menerapkan cara pembayaran tunai (fee for service) merubah menjadi
cara pembayaran pra upaya (prospective payment)
5. Rendahnya minat masyarakat menjadi peserta program JP-KM, yang menyebabkan intara
lain masih terjangkaunya pelayanan kesehatann adanya kebiasaan meminta bantuan dari
anggota keluarga (exteitdvd family) serta rendahnya kesa¬daran berasuransi.

http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/konsep-keperawatan-kesehatan-
komunitas.html
www.papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/0

Anda mungkin juga menyukai