Anda di halaman 1dari 58

MODUL PRAKTIKUM

DASAR TELEKOMUNIKASI

LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
Tata Tertib Praktikum

1. Mahasiswa yang diizinkan mengikuti praktikum adalah yang telah terdaftar dan
memenuhi syarat yang ditentukan
2. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan praktikan harus hadir 5 menit
sebelum praktikum dimulai. Bagi praktikan yang tidak hadir pada waktu tersebut
dianggap mengundurkan diri dari praktikum. Praktikan harus mengisi daftar hadir
pada setiap pelaksanaan percobaan.
3. Praktikan harus membawa kertas milimeter blok dan wajib menyerahkan laporan
pendahuluan sebagai syarat wajib mengikuti praktikum.
4. Praktikan harus mengikuti pretest yang dilaksanakan sebelum praktikum keseluruhan.
5. Praktikan harus mengikuti postest yang dilaksanakan setelah praktikum.
6. Penilaian praktikum didasarkan atas :
a. pretest : 20 %
b. postest : 15 %
c. sikap : 15 %
d. laporan : 30 %
e. UAS : 20 %
7. Praktikan dilarang merokok, makan dan minum selama berada di dalam laboratorium.
8. Praktikan harus berpakaian rapih dan memakai sepatu, tidak diperkenankan memakai
kaos oblong dan sandal.
9. Praktikan dilarang ribut selama berada di dalam laboratorium dan wajib menjaga
kebersihan di dalam maupun di luar laboratorium.
10. Bagi yang melanggar akan mendapat sanksi dikeluarkan dari ruang laboratorium dan
dianggap tidak mengikuti praktikum.

BandarLampung,November 2011
Ka. Lab. Teknik Telekomunikasi

Ageng Sadnowo R. S.T., M.T.


NIP. 196902281998031003
Diagram Alir Pelaksanaan Dasar Telekomunikasi

Mulai

Melakukan Pendaftaran

Lengkapi Memenuhi Persyaratan ?


Persyaratan

Mengikuti Praktikum

Mengikuti Pretest Melakukan Postest


percobaan

Menulis Laporan Percobaan

Asistensi dengan asisten bersangkutan

Acc ?

Selesai untuk
seluruh percobaan

Penjilidan seluruh laporan percobaan

Pengumpulan Laporan

Selesai
Proses Pelaksanaan Praktikum Dasar Telekomunikasi
1. Mahasiswa wajib mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Mengikuti pretest Praktikum Dasar Telekomunikasi dengan materi yang mencakup
keseluruhan percobaan. Jadwal pelaksanaan pretest akan diumumkan kemudian.
3. Hasil dari pretest harus lebih dari atau sama dengan 60. Mahasiswa yang mendapatkan
hasil pretest kurang dari 60, maka diwajibkan mengerjakan ulang seluruh soal-soal
pretest dengan hasil tidak kurang dari 70.
4. Mahasiswa diwajibkan menulis laporan pendahuluan yang berisi :
• Judul Percobaan
• Tujuan Percobaan
• Teori Dasar Percobaan
• Alat yang digunakan dalam percobaan
• Rangkaian Percobaan
• Prosedur Percobaan
5. Mahasiswa yang telah melakukan Percobaan diwajibkan untuk melakukan Asistensi
dengan asisten yang bersangkutan, sampai Laporan tersebut di acc oleh Asisten yang
bersangkutan. Jika belum di acc maka tidak dapat melakukan penjilidan laporan
secara keseluruhan.
6. Mahasiswa yang telah melakukan seluruh percobaan dan laporannya telah di acc oleh
asisten maka di wajibkan untuk menjilid seluruh Laporan tersebut dengan sampul
warna yang disesuaikan dengan warna sampul panduan praktikum.
7. Batas waktu pengumpulan laporan keseluruhan akan diumumkan kemudian.

Kegiatan diatas seperti ditunjukan pada diagram alir yang dilampirkan pada lembaran
berikutnya.

Catatan : Bagi yang tidak melakukan asistensi untuk setiap percobaan tidak
dapat mengumpulkan laporan akhir.
Format Laporan Praktikum
1. Laporan ditulis pada kertas putih ukuran A4
2. Margin untuk penulisan laporan adalah :
Batas Kiri 4 cm, Batas kanan 3 cm , batas atas 4 cm dan batas bawah 3 cm

4 cm

3 cm
3 cm
4 cm

3. Bila ada grafik dari data-data percobaan, penggambaran dilakukan pada kertas grafik
(millimeter Block).
4. Sampul untuk penjilidan keseluruhan di sesuaikan dengan sampul panduan
praktikum.
5. Pada halaman muka masing – masing percobaan di berikan sampul berwarna sesuai
dengan panduan percobaan yang berisi : nama , NPM, Kelompok, Logo Unila, Tahun
dan tulisan lainnya yang dianggap perlu.
6. Pada sampul muka dituliskan minimal kata :
• Laboratorium TeknikTelekomunikasi
• Jurusan Teknik Elektro
• Universitas Lampung
• Tahun
• Nama
• NPM
• kelompok
• Logo Unila
DAFTAR ISI

1. Pengukuran Daya dan Karakteristik filter …………………………. I-1

2. Modulasi Amplitudo ……………………………………………. II-1

3. Modulasi Sudut …………………………………………………. III-1

4. Modulasi digital …………………………………………………… IV-1

5. Pengukuran Saluran Dua Kawat……………………………… V-1


PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN I
PENGUKURAN DAYA DAN
KARAKTERISTIK FILTER
I. PENGUKURAN DAYA DAN KARAKTERISTIK FILTER

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mahasiswa mengetahui satuan-satuan yang biasa digunakan dalam
telekomunikasi
b. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan daya dan dapat mengkonversikannya ke
bentuk desibel
c. Mahasiswa mengetahui macam-macam filter
d. Mahasiswa mengetahui karakteristik tiap filter

III. Teori Singkat

Bentuk RMS phasor digunakan untuk menggambarkan gelombang yang merambat


melalui jalur transmisi. Untuk gelombang yang merambat pada arah z positif, persamaan
gelombangnya adalah
Ex = E0+e-γz dimana γ = α +jβ = konstanta propagasi kompleks
Bagian nyata dari konstanta propagasi complex, α, disebut konstanta pelemahan dan
mempunyai unit Neper per unit panjang. Bagian imajiner, β, disebut konstanta sudut dan
mempunyai unit radian per unit panjang. Pelemahan dari sinyal elektrik yang disebabkan
oleh kabel coaxial dapat dengan mudah ditentukan dengan menggunakan pengukuran
daya desibel.
α (dB) = Pout (dBm)-Pin (dBm)=Pout (dBm) – Pref (dBm)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa sumber sinyal dan detector daya adalah jaringan
yang ‘matched’. Jika sinyal menunjukkan perubahan pada media propagasi, sebagian
energi akan dikirimkan melewati titik ini dan yang lainnya akan dipantulkan ke
sumbernya. Perubahan berarti pada media transmisi adalah konektor, titik kerusakan kabel
atau perubahan tipe kabel. Oleh karena itu, daya yang dicapai detector tidak hanya
dipengaruhi karakteristik pelemahan kabel tetapi juga mismatches antara sumber sinyal
dan detector.

Pengukuran Daya

Desibel adalah unit yang menerangkan rasio yang merupakan fungsi logaritma berbasis
10. Daya (pada percobaan ini) akan diukur dalam bentuk desibel (dB).
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref
dimana Pmeas adalah daya yang diukur dan
Pref adalah daya yang dibandingkan
Pengukuran desibel mencakup pengukuran penguatan daya, atau dengan kata lain,
peningkatan daya Pmeas dibandingkan dengan Pref. Sebagai contoh perbandingan antara
daya referensi 10 watt dengan daya terukur 20 watt akan menghasilkan penguatan 3 dB.
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref = 10 log 10 20/10 =3,01 dB
Sebagai pembandingnya, daya terukur 5 watt dan daya referensi 10 watt akan
menghasilkan penguatan –3 dB.
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref = 10 log 10 5/10 = -3,01 dB
Sehingga, nilai dB positif mengacu pada Pmeas > Pref, sedangkan dB negatif mengacu pada
Pmeas < Pref. Catat bahwa desibel yang diterangkan diatas digunakan untuk pengukuran
penguatan daya, tapi selain itu dapat juga digunakan untuk menentukan loss atau
pelemahan. Penguatan dB negatif berhubungan dengan loss dB positif.

dBm

Kadang daya dihubungkan juga dengan bentuk dBm. dBm adalah nilai desibel yang
direferensi oleh daya 1 miliwatt.
dBm=10 log 10 Pmeas/1mW
Sebagai contoh 12 dBm mengacu pada 16 mW Pmeas.
12 dBm = 10 log 10 Pmeas/1mW
Pmeas = 1mW.10 12/10 = 15,84 = 16 mW

Filter

Menyaring sinyal dalam telekomunikasi sangat diperlukan untuk mendapatkan sinyal


yang diinginkan dari banyak sinyal yang dikirimkan dan untuk mengurangi efek dari noise
dan interferensi. Filter elektrik mengandung komponen resistor dan kapasitor, resistor dan
inductor atau gabungan ketiganya dengan menyertakan sekurangnya satu komponen
reaktif. Setiap sistem komunikasi mempunyai satu atau lebih filter dengan tujuan untuk
memisahkan sinyal informasi dengan sinyal yang tidak diinginkan seperti interferensi,
noise, dan distorsi perangkat. Filter ideal mempunyai karakteristik tidak mengandung
distorsi transmisi ketika melewati satu atau lebih band frekuensi tertentu dan respon 0
pada semua frekuensi. Banyak aplikasi dalam telekomunikasi membutuhkan filter dengan
pengenalan terhadap karakteristik frekuensi yang baik. Salah satu jenis filter adalah filter
aktif. Filter aktif mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan filter pasif seperti
ukurannya yang lebih kecil, ringan dan lebih murah dan fleksibilitas dalam disainnya.
Filter diklasifikasikan dengan melihat bentuk respon amplitudo-frekuensinya yang umum
menjadi low pass filter (LPF), high pass filter (HPF), band pass filter (BPF), dan band
stop filter. Nama filter tersebut diberikan berdasarkan bentuk amplitudo dari fungsi
transfer filter. Fungsi transfer filter dihitung berdasarkan perbandingan antara tegangan
keluaran terhadap tegangan masukan (bisa juga arus) dari masukan sinusoidal. Low pass
filter akan melewatkan frekuensi dari nol sampai frekuensi cut offnya. Idealnya respon
frekuensi akan langsung jatuh ke nol setelah frekuensi cut off, tapi pada kenyataannya ada
daerah transisi sampai nilai tertentu sebelum mencapai nol. Untuk high pass filter, filter
ini tidak akan melewatkan frekuensi dari nol sampai daerah transisi, antara fl sampai fc.
Sedangkan band pass filter akan melewatkan frekuensi yang dibatasi dua frekuensi cut off.
Frekuensi yang dilewatkan berada pada daerah antara fc1 dan fc2. Dari nol ke fc1 respon
frekuensi akan distop, begitu juga dengan frekuensi diatas fc2, tetapi dalam prakteknya
selalu ada daerah transisi antara fs dan fc. Dan untuk band stop filter, juga mempunyai dua
frekuensi cut off. Tetapi kebalikan dari band pass filter, filter ini justru tidak melewatkan
frekuensi yang berada antara fc1 dan fc2. Untuk jelasnya, karakteristik keempat filter dapat
dilihat pada gambar.
Fungsi transfer dari ideal Band pass filter adalah
H(f)=Ke-jωtd f l < f < fu
0 lainnya
parameter fl dan fu adalah lower dan upper frekuensi cutoff. Band width dari filter adalah
B = fu – fl. Sehingga pada low pass filter didefinisikan fl = 0 sehingga B = fu , sedangkan
untuk highpass filter fl > 0 dan fu = ∝.. Tetapi secara fisik filter diatas tidak mungkin
dibuat. Sedangkan untuk filter sesungguhnya, untuk band pass filter akan dibandingkan
dengan kondisi idealnya, didapatkan H(f) yang relatif lebar (tapi tidak konstan) dan stop
band yang cukup kecil (tapi tidak nol). Titik akhir band yang dilewatkan atau cut off nya
didefinisikan dengan
H(f) =1/√2
=1/ H(f) max = K/√2 f = fl , fu
Jadi H(f) jatuh tidak lebih rendah dari K2/2 untuk fl ≤ f ≤ fu. Bandwidth B = fu – fl disebut
2

juga setengah daya atau bandwidth 3 dB.

IV. Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan :


1 buah power supply dc bridging plug
1 buah proto board 1 modul sender 20 kHz

resistor 10 kΩ, 1 kΩ 1 osiloskop
kapasitor 4,7 nF
kabel
1 buah multimeter
V. Rangkaian Percobaan

Filter LPF
R
Power Functio Osiloskop
Suppl n C
y Generat
or

Filter HPF

C
Power Functio Osiloskop
Suppl n R
y Generat
or

Filter HPF

Power Functio Sender Osiloskop


Suppl n Transmitter
USB
y Generat
or

Pengukuran daya A Filter A

Power Functio Osiloskop


Suppl n
y Generat
or

VI. Prosedur percobaan


a. membuat rangkaian filter seperti pada gambar untuk low pass filter, bandpass
filter dan highpass filter
b. ukur tegangan dan arus input yang mengalir dan juga tegangan dan arus output
c. naikkan frekuensi input dan catat perubahan pada tegangan dan arus output
d. gambarkan kurva karakteristik masing-masing filter berdasarkan data yang di
dapat. Hitung pula nilai pelemahan atau penguatan yang terjadi pada masing-
masing filter.
Tabel karakteristik LPF dan HPF
Frekuensi Vin Vout Iin Iout Pin Pout
100 Hz
500 Hz
1 kHz
1,5 kHz
2 kHz
2,5 kHz
3 kHz
3,1 kHz
3,2 kHz
3,3 kHz
3,4 kHz
3,5 kHz
3,6 kHz
3,7 kHz
3,7 kHz
3,8 kHz
3,9 kHz
4 kHz
5 kHz
6 kHz
7 kHz
8 kHz
9 kHz
10 kHz
15 kHz
20 kHz
25 kHz
30 kHz

Tabel karakteristik BPF


Frekuensi Vin Vout Frekuensi Vin Vout
15 kHz 24 kHz
16 kHz 24,5 kHz
17 kHz 25 kHz
18 kHz 25,5 kHz
18,5 kHz 26 kHz
19 kHz 26,5 kHz
19,5 kHz 27 kHz
20 kHz 27,5 kHz
20,5 kHz 28 kHz
21 kHz 28,5 kHz
21,5 kHz 29 kHz
22 kHz 29,5 kHz
22,5 kHz 30 kHz
23 kHz 40 kHz
23,5 kHz 50 kHz
VII. Data

VIII. Analisis Hasil Percobaan

IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN II
AMPLITUDO MODULASI
I. MODULASI AMPLITUDO

II. Tujuan Percobaan

• Memahami prinsip modulasi.


• Memahami prinsip modulasi amplitudo.
• Memahami Prinsip kerja demodulasi.
• Memahami dan mengetahui collector modulation.
• Memahami dan mengetahui half wave demodulator.
• Memahami dan mengetahui full have demodulator.

III. Teori Dasar

Sistem komunikasi adalah sistem yang digunakan untuk menyampaikan atau


mentransmisikan informasi secara teratur dari sumber pada satu titik ke tujuan pada titik yang
lain. Jika sinyal informasi yang dihasilkan oleh sumber berupa sinyal non elektrik (sinyal
informasi asli), akan dimasukkan ke dalam transduser masukan pada pemancar yang
digunakan untuk mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal informasi elektrik sehingga dapat
ditransmisikan melalui kanal komunikasi. Pada transduser keluaran di sisi penerima akan
mengubah kembali sinyal informasi elektrik menjadi sinyal informasi asli.
Sistem komunikasi terdiri dari tiga komponen, sebagai berikut :
1. Pemancar (Transmitter) ; berfungsi untuk mengubah sinyal informasi masukan menjadi
bentuk sinyal yang sesuai agar dapat dtransmisikan melalui kanal atau media transmisi.
Dikenal sebagai proses modulasi yaitu proses dimana prameter gelombang pembawa
diubah sesuai dengan sinyal pemodulasi. Modulasi diperlukan agar gelombang
termodulasi sesuai dengan karakteristik kanal atau media transmisi.
2. kanal atau Media Transmisi ; merupakan peralatan fisik yang menghubungkan atara
keluaran pemancar dan masukan penerima.
3. Penerima (Receiver) ; akan mengubah sinyal yang diterima dari kanal transmisi menjadi
sinyal informasi asli. Proses tersebut dikenal sebagai proses demodulasi atau deteksi.

Analogi Modulasi

Transmisi sinyal informasi (dalam bentuk analog dan digital) melalui kanal komunikasi
band pass (contoh : saluran telepon, satelit) membutuhkan range frekuensi yang sesuai untuk
ditransmiskan dan di sisi penerima akan dikembalikan ke range frekuensi asli.
Contoh : Pada sistem radio yang beroperasi pada frekuensi 30 kHz, dimana sinyal informasi
dengan range frekuensi audio, sehingga terjadi beberapa bentuk pergeseran lebar pita
frekuensi pada sistem. Pergeseran range frekuensi pada sinyal dapat diatasi menggunakan
modulasi yang didefinisikan sebagai proses dimana karakteristik gelombang pembawa akan
berubah sesuai dengan bentuk gelombang sinyal pemodulasi. Sinyal informasi dinyatakan
sebagai sinyal termodulasi. Pada sisi penerima, sinyal informasi asli akan kembali dihasilkan
melalui proses demodulasi atau deteksi yang merupakan kebalikan dari proses modulasi.
Memodulasi berarti mengatur atau menyetel, dan dalam telekomunikasi tepatnya berarti
menumpangkan sinyal informasi asli terhadap gelombang pembawa dengan mengatur
parameter gelombang pembawa yang mempunyai frekuensi tinggi. Keperluan akan modulasi
timbul dalam transmisi radio dari sinyal-sinyal informasi frekuensi rendah (sinyal audio).
Transmisi akan efisien jika dimensi antena sama dengan panjang gelombang sinyal yang
sedang ditransmisikan.
Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ) dalam transmisi radio :
f.λ=c (2.1)
dimana : c = 3 x 108 m / detik ; kecepatan
kecep cahaya di ruang bebas.
Untuk sinyal informasi dengan frekuensi rendah = 1000 Hz, akan diperoleh besarnya
panjang gelombang adalah 300 km (188 mil). Jelas bahwa tidak mungkin untuk membuat
antena dengan ukuran ini.
Masalah ini diatasi dengan menggunakan
menggunakan sinyal frekuensi rendah untuk memodulasi sinyal
frekuensi tinggi yang dinamakan gelombang pembawa (carrier wave) yang kemudian
dipancarkan.
Gelombang pembawa berbentuk sinusoidal dan dapat dinyatakan sebagai :
(2 fc t + φc )
c(t) = Ac cos (2π (2.2)
Parameter-parameter
parameter dari gelombang tersebut yang dapt dimodulasi adalah :
1. Amplitudo, Ac untuk modulasi amplitudo
2. Frekuensi, fc atau ωc = 2π fc untuk modulasi frekuensi
3. Phasa, φc untuk modulasi fasa.

Modulasi AM

Dalam modulasi amplitudo, fasa dari persamaan (2.2) bernilai nol ( φc = 0), sehingga
gelombang pembawa sinusoidal c(t) dapat dinyatakan :
c(t) = Ac cos (2π fc t ) (2.3.)
dimana : Ac adalah amplitudo gelombang pembawa
fc adalah frekuensi gelombang pembawa
Modulasi Amplitudo (AM) M) adalah proses dimana amplitudo gelombang pembawa c(t) akan
berubah-ubah
ubah mengikuti bentuk sinyal pemodulasi m(t).

Contoh dari amplitude modulation:


modulation

Jika gelombang pemodulasi m(t) terdiri dari single tone atau komponen frekuensi berikut ;
m(t) = Am cos (2 πfmt) (2.4)
dimana : Am adalah amplitude gelombang pemodulasi
fm adalah frekuensi

Gelombang AM adapat dilukiskan oleh :


+ µ cos (2 πf mt)]cos (2π
s(t) = Ac [1+ πfct) (2.5)
dimana : µ = ka Am (2.6)
faktor µ adalah factor modulasi atau indeks modulasi
Bentuk gelombang sebuah sinyal dimodulasi amplitudo dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. sinyal AM
Puncak-puncak
puncak dari siklus pembawa dapat dihubungkan sehingga membentuk gelombang
selubung (envelope wave), yang diberikan oleh
Aenv = Ac maks + m(t) (2.7)
Sinyal AM dalam diagram vektor dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Diagram Vektor Sinyal AM

Spektrum Sinyal AM

Bentuk gelombang menurut waktu dari suatu sinyal dapat direpresentasikan oleh serangkaian
serang
gelombang-gelombang
gelombang sinus dan kosinus, representasi semacam ini dinamakan spektrum
dari sinyal itu. Spektrum dari gelombang sinusoida adalah hanya suatu garis lurus dengan
tinggi V maks dan ditempatkan pada f tertentu di sumbu frekuensi. Hasil kali dari cosinus
pada persamaan (2.5) merupakan penjumlahan dua gelombang sinuaoidal dengan frekuensi
fc + fm dan fc - fm , sehingga :
s (t) = Ac cos (2 πfct)
fct) + ½ µ Ac cos [ 2 π (fc + fm )t] + ½ µ Ac cos [2 π (fc – fm)t]
Spektrum dari gelombang AM dengan sinyal pemodulasi sinusoidal, terdiri dari fungsi delta
pada ± fc , fc ± fm dan - fc ± fm diperlihatkan pada gambar 3:

Gambar 3. Spektrum Sinyal AM

Dari spektrum terlihat bahwa disamping osilasi carier dengan frekuensi fc , juga terdapat 2
osilasi frekuensi fc – fm yang sering disebut Lower side band (LSB) dan fc + fm yang
disebut Upper side band (USB).
(USB)
Kedua side band ini sangat penting untuk menentukan banwidth dari suatu sinyal.

AM Demodulation

Proses deteksi atau demodulasi dilakukan untuk memperoleh kembali sinyal informasi dari
gelombang termodulasi. Terdapat dua alat yang digunakan untuk deteksi gelombang AM ,
yaitu detektor square law dan detekstor selubung

DSB

Pada modulasi amplitudo, gelombang pembawa c(t) tidak tergantung dari sinyal informasi
m(t), ini berarti pada saat pentransmisian gelombang pembawa terjadi pemborosan daya.
Sehingga dalam modulasi amplitudo hanya setengah dari total daya yang ditransmisikan
dipengaruhi oleh m(t). Contoh
ntoh sinyal terdiri dari suatu jalur frekuensi misalnya antara 300 –
3400 Hz, maka spektrum frekuensi yang timbul adalah fc, fc + 300 Hz sampai dengan fc +
3400 Hz serta fc – 300 Hz sampai dengan fc – 3400 Hz seperti terlihat pada gambar 4
Gambar 4. Sinyal
Sinyal DSB;Vektor Diagram; Spektrum

Modulasi semacam ini disebut Double Side Band (DSB). Dengan menggunakan peralatan
tambahan yang disebut balanced modulator , komponen pembawa dari gelombang
termodulasi (fc) dapat ditekan sehingga hanya menghasilkan dua side band disebut Double
Side Band Supressed Carier (DSBSC)

SSB

Pada kasus lain, setengah dari bandwidth transmisi berada pada upper side band (USB) dan
yang lainnya berada pada lower side band (LSB). Jika hanya satu side band yang
ditransmisikan, maka modulasi yang ditawarkan adalah modulasi Single Side Band (SSB).

Gambar 5. Sinyal SSB

Demodulasi suatu sinyal SSB dapat dilakukan dengan menggunakan deteksi koherent, dimana
gelombang SSB s(t) bersama-sama
bersama sama dengan pembawa yang dibangkitkan osilator lokal,
cos (2 πfct)
fct) dimasukkan ke dalam modulator pengali dan kemudian dimasukkan ke LPF.

RING MODULATOR
Modulator Ring sering disebut modulator lattice atau modulator double balance, seperti
gambar 6, berikut :

Gambar 6. Ring Modulator

Terdapat empat buah dioda berbentuk ring. Dioda akan dikendalikan oleh gelombang
pembawa segi empat c(t) pada frekuensi fc, dimana digunakan dua transformator CT.
Asumsikan dioda dalam keadaan ideal dan trasnformator balance. Jika tegangan gelombang
pembawa positif, maka dioda luar akan di-on-kan
di kan dengan impedansi nol dan dioda dalam di-
di
off-kan
kan dengan impedansi tak terbatas sehingga modulator akan mengalikan sinyal informasi
i
m(t) dengan +1. Jika tegangan gelombang pembawa negatif, maka keadaan akan sebaliknya
dan modulator akan mengalikan sinyal informasi m(t) dengan -1. Fungsinya dijelaskan dalam
gambar 7

Gambar 7. Trafo Diferensial ; Karakteristik dinamik; spektrum


spektrum Ring modulator

Carrier Recovery
Carier recovery diperlihatkan pada CF receiver dengan menggunakan rangkaian PLL.
Rangkaian PLL adalah loop kontrol yang berfungsi untuk mencocokan frekuensi dan fasa dari
osilator ke osilasi referensi.

gambar 8. rangkaian PLL


keterangan :
1. phase detector PD 3. VCO
2. Loop filter LF

Diasumsikan bahwa sinyal input S1(t) disuplai dengan frekuensi f1 ke detektor phasa. Pada
output dari detektor fasa, tegan
egangan AC dihasilkan dimana nilai frekuensi adalah perbedaan
F2 – f1. tegangan AC sekarang
sekarang disuplai ke input dari VCO melalui filter LOOP. VCO akan
merespon tegangan AC pada inputnya dengan perubahan pada frekuensi yang berhubungan.
Pada
da gilirannya VCO akan merubah frekuensi yang dideteksi oleh detektor phasa. PLL
mengunci ke frekuensi dari sinyal input. PLL akan mengkoreksi VCO sampai dengan
frekuensi input dan Frekuensi VCO akan mempunyai waktu yang sama. Tegangan VΦ
disuplay ke VCO O yang bebas dari interferensi komponen AC ( Vf ) melalui loop filter.
Hubungan selanjutnya yang terjadi antar tegangan komtrol Vf dan frekuensi VCO :
fVCO = Kf . Vf

IV. Alat yang digunakan

1. Panel DL 2500
2. Stabilized power supply
3. Oscilloscope double trace
4. Kabel penghubung
V. Rangkaian Percobaan

• Rangkaian Modulasi Dasar

Gambar 9

• Rangkaian Collector Modulator

Gambar 10

• Rangkaian Half Wave Demodulator

Gambar 11
• Rangkaian Full Wave Demodulator

Gambar 12

VI. Prosedur Percobaan

Modulasi Dasar
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 9.
• Hubungkan output function generator ke input modulator.
• Hubungkan probe 1 dari osiloskop ke anoda dari dioda V1
• Hidupkan Power Supply.
• Kurangi amplitude minimum dari sinyal modulasi.
• Atur carrier generator hingga amplitudo sekitar 5 V peak to peak
• Atur osiloskop sampai mendapatkan gambar yang jelas dan stabil
• Hubungkan katoda dari V1 dioda ke terminal masukan dari filter (kapasitor C1)

Colector Modulator
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 10.
• Hubungkan output function generator ke input modulator.
• Hidupkan Function generator dan input modulator.
• Atur generator sinyal modulasi, dengan menggerakkan tombol frekuensi pembawa
generator, frekuensi resonansi dari filter kolektor dengan cara sedemikian hingga
sinyal pada oscilloscope maksimum.
• Gambarkan grafik tegangan pada output dari modulator kolektor dinyatakan dalam dB
sebagai fungsi dari frekuensi (sumbu horizontal frekuensi lulus dalam skala logaritmik

Half Wave Demodulator


• menghubungkan panel DL 2500 pada Sumber Tegangan.
• menghubungkan generator sinyal pembawa dan sinyal modulasi pada input masing Vc
dan Vm pada modulator dasar.
• Hubungkan antara katoda dari dioda dan capasitor C1 dan hubungan antara VAM
output dari modulator sendiri dan masukan dari demodulator setengah gelombang.
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 11.
• Hubungkan probe 1 dari osiloskop ke terminal VAM ke output modulator.
• mencari tuning antara frekuensi pembawa dan frekuensi resonansi dari filter output
melalui tombol frekuensi generator pembawa.
• mencari kombinasi yang lebih baik dari amplitudo pembawa dan sinyal modulasi,
pada tujuan untuk memiliki yang jelas dan gambar tidak terdistorsi di layer.
• sekarang menghubungkan probe 2 dari osiloskop pada ujung r1 potensiometer dari
demodulator setelah melakukan koneksi antara kedua dioda V1 dan demodulator.

Full Wave Demodulator


• menghubungkan panel daya ke modulasi carrier dan generator
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 12
• menghubungkan probe 1 dari osiloskop ke terminal Vam pada output modulator.
• Atur tuning antara frekuensi pembawa dan frekuensi resonansi dari filter output pada
modulator kolektor.
• mencari kombinasi yang lebih baik dari sinyal amplitudo pembawa dan sinyal
modulasi untuk tujuan memiliki gambar jelas pada layar osiloskop.
• menghubungkan probe 2 osiloskop ke terminal demodulator.
• memverifikasi bahwa gelombang yang akan muncul di layar pada saluran 2 (waktu
azis ms 0,5 / div) untuk pengembangan dari sinyal termodulasi yang ditampilkan pada
chanel 1.

VII. Data

VIII. Analisis Hasil Percobaan

IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN III
MODULASI SUDUT
I. MODULASI SUDUT

II. Tujuan Percobaan


• Mahasiswa dapat memahami prinsip modulasi phasa
• Mahasiswa dapat memahami bentuk gelombang keluaran modulator phasa
• Mahasiswa dapat memahami karakteristik gelombang modulasi phasa
• Mahasiswa dapat memahami prinsip modulasi frekuensi
• Mahasiswa dapat memahami bentuk gelombang keluaran modulator frekuensi
• Mahasiswa dapat memahami karakteristik gelombang modulasi frekuensi

III. Teori Dasar Percobaan


Modulasi berarti mengatur atau menyetel, dan dalam telekomunikasi istilah ini berarti
mengatur suatu parameter dari sinyal
sinyal carrier (sinyal pembawa) frekuensi tinggi dengan sinyal
informasi frekuensi rendah.
Sinyal informasi dapat ditransmisikan dengan terlebih dahulu dimodulasi satu atau lebih
parameter karakteristik sinyal carrier (sinyal pembawa). Parameter tersebut adalah
ada
Amplitudo,, frekuensi dan phasa.
Modulasi sudut terdiri dari
• Modulasi Frekuensi
• Modulasi phasa
Sinyal carrier (sinyal pembawa) dapat direpresentasikan secara matematis
Vc(t) = Vc cos Φ
( + θ)
= Vc cos (ωt
Modulasi sudut dilakukan dengan memvariasikan
memvar besaran Φ sebagai fungsi informasi.
• Pada saat memvariasikan (merubah-ubah)
(merubah parameter ω , maka modulasi tersebut
adalah modulasi frekuensi
• Pada saat memvariasikan (merubah-ubah)
(merubah parameter θ,, maka modulasi tersebut adalah
modulasi phasa
Modulasi phasa dan modulasi frekunsi sangatlah mirip dan pada berbagai kondisi seringkali
beriringan . Pemilihan jenis modulasi (frekuensi atau phasa) untuk aplikasi di dalam
telekomunikasi berdasarkan metode penerimaan yang diperlukan.
Pada kenyataannya, pembangkitan dan pemrosesan modulasi phasa atau frekuensi suatu
sinyal, sama pentingnya.

Modulasi Frekuensi
Modulasi frekuensi merupakan bentuk modulasi dimana kerapatan frekuensi sinyal pembawa
berubah-ubah
ubah sebanding dengan amplitudo sinyal informasi.
Nilai pulsa dan frekuensi sesaat sinyal carrier adalah
ω = ωct + Kf Vm cos ωmt
2πf = 2πfc + Kf Vm cos ωmt
Kf Vm
f = fc + cos ωmt

f = fc + ∆f cos ωmt
Kf = Konstanta karakteristik modulator
∆f = Deviasi frekuensi
fc = Frekuensi Carrier
Vm = Amplitudo modulasi maksimum
f=FrekuensiFMsesaat
Deviasi maksimum dari persamaan tersebut akan terjadi pada saat bentuk sinusoidal (kosinus)
bernilai 1.
Pada kondisi tersebut, frekuensi sesaat akan berbentuk :
f = fc + ∆f
untuk memperoleh sudut phasa dari sinyal modulasi digunakan persamaan
Φ = ∫ ω dt
Φ= ∫ (ω c + K f Vm . cos .ω mt ) dt
maka diperoleh persamaan matematis untuk sinyal modulasi frekuensi
Vm (t) = Vc cos Φ
VfM (t) = Vc cos (2π fc + m sin 2π ft)
Jika gelombang sinyal informasi pada puncak positif, frekuensi gelombang pembawa menjadi
maksimum, dan jika amplitudo gelombang sinyal informasi pada puncak negatif, frekuensi
gelombang pembawa menjadi minimum
Frekuensi gelombang carrier diubah sesuai dengan amplitudo gelombang, sinyal informasi
disebut deviasi frekuensi.

Side band
Side band FM, upper side band ( f0 + f) dan lower side band (f0 – f) dihasilkan dari pusat
frekuensi gelombang pembawa.
Bila gelombang pembawa dimodulasi oleh gelombang informasi yang berfrekuensi tetap,
dihasilkan gelombang side band lebar dengan selang waktu sama dengan frekuensi
gelombang sinyal informasi sehingga sideband FM jauh lebih besar dibanding AM

Daerah dinamis
Dalam pemancar FM, modulasi lebih dari 100% (dengan frekuensi deviasi maksimum 75
KHz) kapasitas suara yang besar dapat dilakukan, tanpa menyebabkan cacat, sehingga tidak
perlu menjaga faktor modulasi dibawah 100%

Jangkauan frekuensi
Dalam pemancar FM, diperlukan daerah frekuensi yang lebar sehingga digunakan gelombang
yang sangat tinggi (UHF) batas frekuensi FM yang normal adalah 88 – 108 MHz, jarak antara
dua sinyal yang berdekatan dalam FM paling sedikit 100 KHz akibatnya tidak akan terjadi
gangguan yang menginterferensi meskipun respon frekuensinya datar sampai 15 KHz
Noise pemancar FM jauh lebih besar dari noise AM karena digunakannya rangkaian pre-
empasis dan de-empasis serta pembatas amplitude.

Banyaknya side band gelombang FM berkurang sebanding dengan kenaikan frekuensi.


Gelombang sinyal faktor modulasi juga berkurang sesuai dengan kenaikan frekuensi
gelombang informasi.
Perbandingan S/N dari gelombang FM biasanya berkurang dengan berkurangnya faktor
modulasi dalam distribusi sinyal suara manusia atau suara musik dan komponen yang lebih
tinggi dari 1 KHz menjadi lebih kecil
Jika sinyal tersebut didemodulasi FM, penyimpangan menjadi lebih kecil dalam batas
frekuensi tinggi dan gelombang sinyal informasi. Akibatnya, faktor modulasi lebih banyak
berkurang hasilnya dan potensial untuk noise dan beat interference bertambah.
Untuk kompensasinya, faktor modulasi gelombang sinyal yang lebih dari 1 KHz dinaikan
dalam pemancar, yang bertujuan untuk mencegah berkurangnya gelombang sinyal. Proses ini
disebut “pre-empasis”
Didalam receiver dilengkapi dengan rangkaian (de-emphasis)
emphasis) untuk mengembalikan sinyal
yang sudah dinaikan. Derajat (tinggi rendahnya) pre-empasis
pre dan de-empasis
empasis bergantung pada
konstanta waktu.
Pembatas amplitudo menghilangkan komponen AM dan memberikan gelombang FM dengan
amplitudo yang tetap ke rangkaian detektor gelombang.
Dalam pemancar FM gelombang VHF digunakan sebagai carrier karena diperlukan
bandwidth yang luas. Akan tetapi, gelombang radio dalam band ini sulit untuk dipancarkan
dengan jarak yang jauh. Akibatnya gelombang tersebut
tersebut tidak bergeseran dengan yang lainnya
dan memungkinkan pemancar yang mantap setiap saat.

Spektrum FM
Pengamatan mengenai spectrum sinyal FM dengan bereferensi pada gambar 5 adalah benar.
• Amplitudo pada komponen-komponen
komponen sisi merupakan fungsi fm
• Fm menjadi
enjadi sebanding, ketika amplitude modulasi meningkat/bertambah, ∆f dan mf
meningkat, dan oleh karena itu spectrum termasuk sejumlah komponen besar terus
bertambah.
• Ampitudo modulasi menjadi sebanding ketika frekuensi modulasi (fm) meningkat, mf
menurun dan an selanjutnya spectrum termasuk komponen-komponen
komponen komponen yang semakin
berkurang.
• Sejumlah nilai mf disebut “Bessel’s Zeros”, pembawanya menghilang jika zero pertama
untuk mf = 2.40. Untuk modulasi indeks yang lebih besar, carrier menjadi negative
• Perbedaan antaraa garis adalah fm danamplitudo garis dikalkulasi seperti pada gambar
diagram 4.
Spektrum sinyal FM secara teoritis memiliki lebar tak terbatas, namun dalam prakteknya,
komponen kecil amplitude < 1 % sinyal carrier tidak significant.
Oleh karena itu Occupied band itu terbatas. Representasi lebar pita secara matematis:
B = 2(∆f + fm) : f = Deviasi frekuensi maksimum
Fm = Frekuensi modulasi maksimum
Varicap Modulator
Dioda VARACTOR (variable reactor) adalah sebuah dioda sambungan (junction diode) pn
yang kapasitansi pengosongannya berubah-ubah
berubah ubah sesuai dengan bias reverse.
Pada penalaan, dioda ini direpresentasikan dengan rangkaian equivalent yang mendekati dan
terdiri dari
ari kapasitansi pengosongan Cd yang terhubung seri dengan Rs yang merupakan
resistansi dari bahan bagian-bagian
bagian pn dan resistansi dari perkawatan .
Suatu tegangan bias DC tertentu dikenakan pada dan ini mengatur nilai Cd kesuatu nilai
tengah Cdo yang menentukan
tukan frekuensi resonansi tanpa modulasi dari sebuah rangkaian tala
dimana terdapat VARACTOR tersebut.
Tegangan modulasi ditambahkan pada bias ini dan menyebabkan kapasitansinya berubah- berubah
ubah disekitar nilaiCdo dengan adanya modulasi, sehingga menyebabkan frekuensi
f resonansi
dari rangkaian LC berubah--ubah disekitar nilai tengahnya fo.
Rangkaian LC tala tersebut dapat digunakan sebagai jaringan yang menentukan frekuensi
dalam salah satu rangkaian-rangkaian
rangkaian rangkaian osilator LC standar untuk memberikan modulasi
frekuensi
si lansung, atau rangkaian itu dapat juga digunakan sebagai sebuah reaktor tegangan
berubah-ubah
ubah untuk menggeser phasa sinyal dari suatu osilator yang tetap untuk memberikan
modulasi phasa langsung.

Varicap (Variable Capacitance)


Varicap merupakan dioda dengan
dengan kapasitansi hubungan bias reverse yang berfungsi dalam
koneksi tegangan reverse. Berbeda dengan dioda umumnya, dioda varicap dibuat dengan
karakteristik linier khusus. Pada fungsi hubungan kapasitansi dengan rangkaian tegangan
reverse, varicap merupakankan sebuah komponen semikonduktor yang bekerja baik pada
frekuensi tinggi. Sebagai kapasitansi yang nilainya merupakan fungsi dari tegangan pada
varicap.
Rangkaian terdiri dari transistor osilator (V2) yang disuplyoleh sisi primer tranformator TA
paralel dengan kapasitor C3 dan kapasitansi equivalent (C2 dan V1).
Rangkaian feedback memungkinkan transistor beroperasi sebagai osilator adalah susunan R3,
R4 dan R5 merupakan rangkaian yang memungkinkan tegangan DC dapat terhubung melalui
varicap (V1). Pada rangkaian
ngkaian tersebut tegangan berubah secara perlahan adalah superposed
berasal dari input Vm melalui kapasitor C1. Pada metode ini juga frekuensi osilator berubah
mengikuti perubahan sinyal audio.
Kerugian modulator jenis ini adalah deviasi frekuensi rendah. Keuntungan yang terjadi adalah
kestabilan frekuensinya.Susunan V1 dan C2 merupakan capacitance parallel dihubungkan ke
rangkaian resonansi terdiri dari C3 dan TA. V1 divariasikan dengan dihubungkan pada
potensial bias , juga sesuai dengan variasi waktu sinyal
sinyal bias. Frekuensi osilator juga dirubah
sesuai dengan perubahan sinyal audio.
Sinyal yang dibangkitkan oleh modulator (VAM) juga terdapat pada sisi sekunder
transformator TA. Kemungkinan coupling dengan mengikuti stage melalui impedansi rendah
kumparan transformator adalah berguna untuk memisahkan rangkaian operasi dari beban
terhubung dengan berbagai kondisi beban.
Varicap merupakan peralatan semikonduktor yang berhubungan dengan frekuensi tinggi,
seperti kapasitor yang nilainya merupakan fungsi tegangan
tegangan dihubungkan melalui varicap.

Phase Modulator
Modulasi phasa diperoleh dengan memvariasikan (merubah) sudut phasa sinyal carrier
sebagai fungsi dari informasi
Persamaan matematis untuk sudut phasa θ
V1 (t) = Vc cos (ωct + θ)
Persamaan matematis untuk sinyal modulasi
Vm (t) = Vm sin ωmt
Maka kita peroleh
θ = θ0 + kp Vm sin ωmt
θ = θ0∆θ sin ωmt
Dimana : θ = sudut phasa sesaat sinyal modulasi
θ0 =phasa sinyal carrier tanpa modulasi
kp = konstanta karakteristik modulator
∆θ =Deviasi phasa
deviasi maksimum akan terjadi pada saat bentuk sinusoidal bernilai 1.
Pada kondisi tersebut sudut phasa sesat sinyal modulasi adalah:
θ = θ0 + ∆θ
Persamaan matematis untuk sinyal modulasi phasa
Vm (t) = Vc cos Φ
Vm (t) = Vc cos (ωct + kp Vm Sin ωmt)
Vm (t) = Vc cos (2π fc t + ∆f Sin ωmt)
ω = ωc + ∆θωm cos ωm t
2π f = 2π fm ∆θ fm cos ωm t
f = fc + ∆θ fm cos ωm t

Spektrum dan side band pada modulasi phasa.


Diagram modulasi untuk lebih jelasnya ditunjukan pada gambar 8

Operasi rangkaian adalah sebagai berikut


Sinyal nonmodulasi frekuensi radio (carrier) dikirimkan melalui C2 dari rangkaian penerima
ke gerbang transistor V1 dan pada waktu yang sama ke sebuah tepi C3
Arus yang mengalir melalui C3 digeser fasenya sekitar 900 seperti arus yang diharapkan pada
rangkaian gerbang transisitor, arus pada rangkaian saluran adalah dalam fase yang
bertentangan melawan arus gerbang, selanjutnya hasil dari 2 komponen tersebut dalam
kuadrat bergerak melalui muatan L1
L1 mewakili induktansi rangkaian yang ditala, fase sinyal voltase melaui saluran tergantung
pada rangkaian yang ditala misalnya fase tersebut akan tergantung pada jumlah timbal balik
pada dua arus dalam kuadarat
Arus komponen pada rangkaian bisa bervariasi mengubah titik kerja transistor kenyataannya,
seperti yang diketahui, transconductance dari komponen ini tergantung pada titik kerja.
Kita ingat bahwa transconductance pada transistor didefinisikan sebagai rasio arus leading
generator dalam rangkaian equivalen terhadap voltase input rangkaian
Bias pada rangkaian gerbang transistor divariasikan dengan menghubungkan dengan sinyal
modulasi ke terminal Vm oleh karena itu, sehubungan dengan pernyataan yang dijelaskan di
atas, pengeluaran tegangan melalui L1 adalah dalam fase di modulasi mengikuti kebiasaan
sinyal modulasi yang berkaitan.
Catatan bahwa ; dari penjelasan yang lain, operasi modulator bisa dijelaskan sebagai berikut
Muatan L1 yang ditala dieksitasi oleh arus C3 untuk muatan ini, sebuah arus dalam kuadrat
pada intensitas yang bisa diperiksa, bisa dibagi (atau ditambah, sesuai fungsi referensi ) arus
dalam kuadrat adalahsebanding terhadap satu-satunya yang bisa dibagi (atau ditambah)
dengan sebuah komponen reaktif terhadap nilai variabel sesuai dengan sinyal modulasi,
berhubungan pararel pada L1
Muatan yang ditala nampak, oleh karena itu sebagai yang tidak ditala pada tingkat sinyal
modulasi titik kerja pada rangkaian bergerak sepanjang kurva berbentuk “bell” pada
rangkaian yang ditunjuk dan perputaran phase variabel dihasilkan untuk sinyal voltase.

Foster Seeley Discriminator


Diagram foster seeley disciminator dapat dilihat pada gambar 11. Demi kesederhanaan
grafik dan untuk membiarkan siswa berkonsenterasi hanya pada hal-hal penting rangkaian
operasi, diagram tidak menunjukan sebuah rangkaian decoupling yang di bawa keluar dengan
sebuah transistor sebelum demodulator.
Tujuan dari decoupling ini adalah untuk membiarkan rangkaian dihubungkan dengan sumber
sinyal modulasi FM yang berbeda tanpa mengubahkondisi operasi rangkaian.
Rangkaian beroperasi dengan menggunakan pergantian phasa yang terjadi ketika sebuah
sinyal non-resonating dihubungkaan dengan sebuah transformer yang ditala.
Komponen-kompoen R1, C4 dan R2,C5 dikombinasikan dengan dioda V1 dan V2
menggantikan puncak rangklaian detector yang dalam prakteknya membiarkan modul untuk
dideteksi. Pada sinyal-sinyal yang berhubungan dengan rangkaianrangkaian naik.
Rangkaian primer dan rangkaian sekunder transformer TA ditala untuk frekuensi FM non
modulasi dan mereka dihubungkan dengan kapasitor coupling C2.
Dalam kondisi tersebut, tegangan sekunder E2 dapat dinyatakan dengan vector-vektor di luar
phase seperti yang diinginkan E1 (tegangan primer) pada 900 leading.
Pada kondisi ini, sesuai dengan simetry rangkaian modul-modul pada (vector E1 + vector E2)
akan seimbang pada modul-modul (vektor E1 – vektor E2). Oleh karena itu keluaran audio
akan nol.
Ketika frekuensi berubah, transformer TA tampak ditala kembali (detuned). Selanjutnya fase
E2 bervariasi sekitar E1 dan modulasi pada module-module (vector E1 + vector E2) dan (vektor
E1 – vektor E2) tidak lagi seimbang. Pada kondisi tersebut, sebuah keluaran non-zero
diperoleh dari detector
IV. Alat yang digunakan
• 1 buah osiloskop
• Panel DL 2501
• Power supply +15 V
• 1 buah Function generator
• Kabel secukupnya

V. Rangkaian percobaan

Varicap Modulator

Fm Demodulator
Modulator Phasa

Foster Seeley Discriminator (Phase Demodulator)


VI. Prosedur Percobaan

Varicap Modulator (FM Modulator)


1. Time Analysis
• Hubungkan VM pada modulating signal generator ke VM pada varactor reactance
modulator
• Hubungkan terminal transformer TA paling bawah ke ground
• Hubungkan ground modulating signal generator ke ground varactor reactance
modulator
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V +
• Hidupkan power supply
• Tampilkan bentuk gelombang keluaran VM & VFM varactor reactance modulator
dengan menggunakan osiloskop
• Gambarkan masing--masing
masing keluaran tersebut menggunakan kertas grafik
• Matikan power supply
2. Modulator linearity
• Hubungkan output Function generator ke VM pada varactor reactance modulator
• Set Function generator : Vp-p = 0 – 8 V, f = 500 HZ
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V
• Hidupkan power supply
• Variasikan Vp-p dari 0 – 8 V
• Ukur output dari VFM pada varactor reactance modulator
• Gambarkan grafik dari data hasil percobaan
• Matikan power supply

FM Demodulator
1. Functional study
• Hubungkan VM pada modulating signal generator ke VM pada varactor reactance
modulator
• Hubungkan output dari VFM pada varactor reactance modulator ke VFM pada basic FM
detector
• Hubungkan output terminal transformer TA paling bawah ke ground
• Hubungkan ground modulating signal generator ke ground varactor reactance
modulator dan ke ground basic FM detector
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V
• Hidupkan power supply
• Tampilkan bentuk gelombang keluaran VM pada modulating signal generator dan Vd
pada basic FM detector dengan menggunakan osiloskop
• Gambarkan masing--masing
masing keluaran tersebut dengan menggunakan kertas grafik
• Matikan power supply
2. Output
ut Voltage/input frequency characteristic
• Hubungkan output Function generator ke input VFM pada basic FM detector
• Set Function generator : Vp-p = 1 V, f = 500 - 900 KHZ
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V
• Variasikan frekuensi Function generator dari 500 – 900 KHZ
• Masukan data hasil percobaan ke dalam table
• Gambarkan grafik data hasil percobaan tersebut menggunakan kertas garafik
• Matikan power supply

Modulasi Phasa
• Siapkan sebuah function generator
• Set function generator pada
V = 0,5 v Vp-p
F = 400 s/d 200 KHz
• Siapkan modul percobaan Dl 2501
• Siapkan sebuah osiloscop
• Buat rangkaian seperti pada gambar 17
• Hidupkan power supply
• Masukan data hasil percobaan pada tabel
• Matikan power supply

Demodulasi Phasa (Foster Seley Discriminator)


1. Functional Study
• Hubungkan input balanced modulator (foster seeley discriminator) ke output Varactor
reactance modulator (varicap modulator)
• Groundkan terminal transformer TA paling bawah
• Hubungkan ground dari modulating signal generator, varactor reactance modulator
dan blanced discriminator
• Beri input panel DL 2501 dengan power supply +15 V
• Hubungkan VM dari modulating signal generator ke VM varactor reactance modulator
• Hidupkan power supply
• Tampilkan bentuk gelombang pada VM pada modulating signal generator dan Vd pada
balanced discriminator dengan menggunakan osiloskop
• Gambarkan masing--masing
masing tampilan tersebut dengan menggunakan kertas grafik
• Matikan power supply
2. Output voltage/input grequncy characteristic
• Hubungkan output function generato ke VFM pada balanced dicriminato
icriminato
• Set function generator
VP-P = 0,5 V
f = 400 – 200 hz
• Beri input panel DL 2501 oleh power supply
• Variasikan frekuensi function generator
• Ukur tegangan output Vd pada Balanced discriminator
• Masukan data hasil percobaan pada table
• Matikan power supply

VII. Data
VIII. Analisis Hasil Percobaan
IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN IV
MODULASI DIGITAL
I. MODULASI DIGITAL

II. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mengerti mengenai:


• Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary pada modulasi Digital
• Kode NRZ dengan menambahkan Noise transmisi pada modulasi Digital
• Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary dengan Penambahan Noise Transmisi
pada modulasi Digital

III. Teori singkat

a. Shift Keying
Informasi dapat dikirimkan secara murni dengan men-switch osilasi dari gelombang
pembawa, on dan off. Proses men-switch gelombang pembawa disebut penguncian (keying).
Pada teknik komunikasi elektrik, penguncian berarti modulasi pembawa harmonik dengan
sinyal digital. Pembawa harmonik mempunyai bentuk:

Sc (t ) = Ac cos(2πf ct + Φ c ) (1)
Dimana :
Ac : amplitudo
Fc : frekuensi
Φc : phase

Teknik penguncian mempunyai 3 tipe yaitu:


ASK : Amplitude Shift Keying
FSK : Frequency Shift Keying
PSK : Phase Shift Keying

Pada saat modulasi, sinyal digital yang merupakan biner harus ditransmisikan
menggunakan pembawa harmonik. Dengan anggapan ini dapat diartikan bahwa :
ASK : Perubahan antara 2 nilai amplitudo dari pembawa,
sebagai contoh perubahan dari 0 ke A.
FSK : Perubahan antara 2 frekuensi pembawa yang telah ditentukan f1 fan f2.
PSK : Perubahan phase pembawa sebagai contoh dari Φ1 = 0° ke Φ2 = 180°

b. Encoding
Pesan harus dalam betuk digital untuk ditransmisikan menggunakan shift keying.
Sebenarnya, shift keying digunakan secara eksklusif untuk pesan tertulis, dimana konversi ke
sinyal digital dilakukan dengan kode morse. Konversi yang dibutuhkan dari huruf ke kode
morse tergatung bentuk encoding, yang ditampilkan secara manual. Bagaimanapun juga,
encoding juga dapay ditampilkan dengan sinyal data tertentu atau sinyal keluaran dari PCM
atau delta modulator. Pada kasus kode Morse, symbol (huruf atau angka) dapat mempunyai
perbedaan jumlah elemen (dot atau dash). Sering terjadi symbol yang direpresentasikan
dengan karakter Morse pendek seperti huruf e yang direpresentasikan hanya dengan satu titik.
Karena mempunyai probabilitas yang tinggi bahwa huruf e hanya membawa sedikit
informasi. Untuk mekaniknya, pemroses pesan otomatis lebih baik digunakan dengan karakter
yang mempunyai panjang yang sama. Setiap symbol untuk telegraf dimulai dan diakhiri
dengan satu bit start dan stop. Diantaranya terdapat 5 bit yang tiap bitnya
bit ditujukan untuk
symbol encoding. Total dari 32 huruf yang berbeda dapat direpresentasikan menggunakan 5
bit. Karena dengan penggunaan ini tidak mencukupi untuk mereproduksi semua huruf, angka,
tanda baca dan symbol, perintah men-switch
men digunakan untuk mengubah bentuk huruf ke
symbol dan angka yang direpresentasikan. Panjang dari unit informasi terpendek pada
karakter dalam telegraf diatur sebagai Ts. Yang berbanding terbalik dengan vs:
Vs = 1/Ts (unit bit/s = Baud) (2)
Frekuensi titik dot di kombinasikan
kombi dengan durasi unit :
f dot = 1/2Ts (3)
Frekuensi titikadalah frekuensi dasar dari osilasi gelombang kotak, dimana durasi pulsa sama
dengan Ts.

1. ASK (Amplitude Shift Keying)


Pembangkitan gelombang AM dapat dilakukan dengan membangkitkan sinyal AM
secara langsung tanpa harus membentuk sinyal base band.. Sehingga dalam kasus biner,
generator harus mampu memformulasikan satu dari dua sinyal gelombang AM yang mungkin.
Teknik ini lebih bih dikenal dengan ASK (Amplitude
( Shift Keying)) yang secara langsung
menyiratkan arti sebuah terminology yang menggmabrkan suatu teknik modulasi digital.
Pada ASK, amplitudo carrier di switch on dan off yang disinkronisasikan dengan sinyal
modulasi. Elektronik
onik switch digunakan untuk membangkitkan shift keying mempunyak efek
modulasi. Setiap proses switching membanghitkan komponen spectral baru, yang tidak
terdapat pada spectrum sinyal yang tidak di switch. Dengan asumsi sederhana bahwa ASK
diswitch dengan dengan sinyal segiempat, sebuah spectrum dibangkitkan dengan garis carrier
sebagai pusat simetris. Spektum dari fungsi segiempat terdaat pada kedua sisi dari garis
carrier (pada posisi normal dan posisi kebalikan). Dengan begitu spectrum ASK dengan
frekuensisi carrier fc yang mengandung prinsip tersebut digambarkan dalam bentuk

2. FSK(Frequency Shift Keying)


ASK mempunyai kelemahan dimana receiver tidak dapat menentukan antara line break
atau kesalahan pengiriman dan keadaan biner 0 pada transmisi. FSK menutupi kelemahan ini
karena informasi mengandung frekuensi diskrit f1 dan f2. FSK bisa dikatakan bentuk khusus
dari modulasi frekuensi. Sehingga hal ini memungkinkan untuk membangkitkan FSK
menggunakan sinyal VCO. Switching terjadi antara 2 kristal osilator untuk memastikan
kestabilan frekuensi. Seperti ASK, terjadi juga perbedaan pada saat penggambaran antara
keying
ying dengan filter dan tanpa filter (“soft” dan “hard” keying). Pembangunan kualitatif dapat
diterangkan menggunakan kasus modulasi khusus dengan sinyal segiempat. Untuk itu diganti
operasi modulasi FSK dengan 2 frekuensi f1 dan f2 dengan operasi modulasi 2 ASK secara
simultan. Salah satunya akan membangkitkan frekuensi carrier f1 dan lainnya akan
membangkitkan frekuensi carrier f2. Perubahan terjadi antara dua modulator ASK. Hasilnya
spectrum total yang terdiri dari superposisi dari 2 spektra ASK dengan carrier f1 dan f2.
Seperti FM, FSK adalah bentuk non-linear
non linear dari modulasi. Oleh karena itu spectrum FSK tidak
bias secara langsung ditentukan dari spectrum sinyal input. FSK digunakan antara lain untuk
transmisi data digital lewat telepon net.

3. PSK (Phase Shift Keying)


Pada PSK, infoemasi terdiri atas sudut phasa carrier. Hal ini secara tiba-tiba
tiba mengubah
hubungan
ubungan dengan clock pulsa dari sinyal data. Keuntungan dari PSK dalam hubungannya
dengan FSK (deteksi kesalahan kanal transmisi), juga baik baik untuk menangkal interferensi
tinggi. Sebagai hasilnya bentuk shift keying ini menjadi penting dalam transmisi data.
Alasannya dapat dilihat dari bentuk spektrumnya. Kita biasa menggunakan sinyal PSK pada
shift keying 180° . Pada shift keying 180°
180 polaritas
as carrier dibalik pada 0 terhadap sinyal
modulasi. Hubungannya mirip dengan seperti yang ada pada DSB-Amsc,
DSB Amsc, yang dibangkitkan
pada ring modulator. Karena AM membentuk modulasi linear, hokum superposisi digunakan.
Berdasarkan pengetahuan tentang spectrum DSB-Amsc,
D Amsc, selama modulasi dengan sinyal
harmonik yang diikuti dengan spectrum untuk modulasi dengan sinyal non- non harmonik.
Sehingga PSK bisa diartikan sebagai DSB-Amsc,
DSB Amsc, dimana modulasi ditambilkan dengan sinyal
segiempat. Untuk alasan ini, spectrum PSK memuat
memuat sideband ari spectrum sinyal segiempat
RF yang digeser ke posisi carrier. Pada PSK, daya sinyal ditempatkan pada sidebands yang
menjadikannya mempunyai suseptibilitas rendah terhadap interferensi.

IV. Peralatan

1. Panel DL 2560 B
2. Panel DL 2561 (Sistem Transmisi ASK)
3. Panel DL 2562 (Sistem Transmisi FSK)
4. Panel DL 2563 (Sistem Transmisi PSK)
5. Stabilized power supply
6. Oscilloscope double trace
V. Rangkaian Percobaan

1. Modulasi ASK
a. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary

b. Sistem ASK Kode NRZ dengan menambahkan Noise transmisi

c. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary dengan


Penambahan Noise Transmisi
2. Modulasi FSK
a. Sistem FSK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary

b. Sistem FSK Kode NRZ dengan penambahan Noise Transmisi

3. Modulasi PSK
a. Sistem PSK dengan Kode NRZ

b. Sistem PSK dengan Pengkodean Respon Partial


VI. Prosedur percobaan

Modulasi ASK
a. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary
1. Merangkai rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar
2. Mengatur RATE CK sampai 2400 Hz dan WORD LENGTH pada 24-1.
3. Menghubungkan osiloskop, eksternal trigger, untuk (1), CH1 pada DATA (2),
CH2 ke output dari encoder pra-duo-biner (3).
Periksa bentuk gelombang diamati dan kemudian jelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci regenerator clock dengan mengoperasikan ADJ f sampai selesai
penyambungan pada peralatan sinyal clock.
5. Sesuaikan fase dari jam regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), pindahkan CH2 ke terminal (3).
Sesuaikan TITIK KEPUTUSAN memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah
antara 0 sampai High Level dari sinyal yang diterima
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
intermediate antara 0 dan Low Level dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), pindahkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase dari pembaharuan kotak clock dengan tombol PHASE dan jika
diperlukan, frekuensi dari ini satu dan threshold H dan L untuk membuat sinyal
decode muncul.
10. Pindahkan CH2 pada sinyal dari generator (2) dan membandingkan (sinyal yang
dihasilkan dan decode sinyal) yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.
Ulangi pengamatan dengan tingkat clock yang lebih tinggi.
b. Sistem ASK Kode NRZ dengan menambahkan Noise transmisi
1. Merangkai rangkaian seperti pada Gbr.9. antara terminal transmisi (4) dan
penerima (6) dengan media transmisi sebagai perantara.
2. Mengatur Tingkat CK sampai 2400 Hz dan panjang kata 24 -1.
3. Mengatur CH1 dari osiloskop untuk output dari generator kebisingan (5). Atur
level pada sekitar 25%
4. Mengatur CH1 dari terminal penerima (7). Mengatur osiloskop di external
synchronism dengan clock generator (3). Menampilkan eye pattern. Studi variasi
bentuk clock dinilai meningkat sampai 38,400 Hz dan dengan perbedaan level
noise aditif
5. Atur level noise generator hingga level minimum, level output sampai 100% dan
clock rate sampai 2400 Hz. Mengoperasikan kontrol dari generator clock, sehingga
mengunci sinyal yang diterima. Retouch kontrol hingga memperoleh sinyal
terdekode (8) identik dengan sinyal asli yang ditransmisikan (2)
6. Mengoperasikan kontrol DELAY dari Equalizer DIGITAL DELAY dari panel
DL2560B sehingga SAMA Led equalizer sinyal switching. Verifikasi dengan
oscillloscope jejak ganda bahwa sinyal (8) dan (9) bertepatan.
7. Mengatur selector measurement base hingga 104 dan memilih PANJANG KATA
28 -1 bit.
8. Tekan MULAI. Survei tampilan yang menunjukkan jumlah error bit 104.
9. Membentuk program pengukuran dengan waktu yang tersedia, dengan mendeteksi
BIT ERROR RATE untuk kecepatan transmisi yang berbeda (clock rate) dan
untuk posisi level kebisingan yang berbeda.
10. Tuliskan hasil dalam grafik menunjukkan BER sebagai fungsi dari posisi yang
berbeda dari tombol level kebisingan tingkat output yang sama (untuk ex. 75%)
11. Ukur nilai RMS menggunakan voltmeter, Hitung rasio S / N dan tunjukkan
laporan indikasi ini pada sumbu horisontal grafik yang sama berdasarkan hasil
pengukuran.

c. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary dengan


Penambahan Noise Transmisi
1. Hubungkan rangkaian seperti gambar. Media transmisi menghubungkan terminal
transmitter (4) dengan receiver (6). Perhatikan bahwa sementara dalam kasus NRZ
yang dihasilkan hanya REFERENSI potensiometer tingkat treshold digunakan
untuk membedakan tingkat TINGGI dari yang RENDAH sinyal, sekarang
potensiometer menghasilkan dua level saling tergantung ("pelacakan"), yang
positif satu dan yang lain negatif , amplitudo sama. Level ini, yang dapat diukur
pada terminal H dan L, yang digunakan sebagai treshold keputusan untuk
membedakan sinyal yang diterima tingkat TINGGI dari ZERO dan ZERO dari
tingkat RENDAH. Setiap posisi dari LEVEL OUTPUT potensiometer diubah (=
setiap kali atenuasi media transmisi bervariasi) posisi tresholds keputusan harus
Retouched, untuk memiliki hasil operasi yang sangat baik.

2. Amati eye pattern dari sinyal yang diterima, melanjutkan seperti dalam kasus
sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kenyataan sekarang juga garis nol
simetris dan ditampilkan dalam pola mata.

3. Lakukan pengukuran probabilitas kesalahan, mulai dari clock rate rendah dan
noise minimum, semakin meningkat satu dan lain

4. Kumpulkan hasil dalam bentuk grafis.

Modulasi FSK
b. Sistem FSK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary
1. Merangkai rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar.
2. Atur Rate CK sampai 2400 Hz dan WORD LENGTH pada 24-1.
3. Menghubungkan osiloskop, eksternal trigger, untuk (1), CH1 pada DATA (2),
CH2 ke output dari encoder pre-duo-biner (3).
Periksa bentuk gelombang diamati dan kemudian jelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci regenerator clock dengan mengoperasikan ADJ f sampai selesai
penyambungan pada peralatan sinyal clock.
5. Atur fase dari clock regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), pindahkan CH2 ke terminal (3).
Sesuaikan TITIK KEPUTUSAN memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah
antara 0 sampai High Level dari sinyal yang diterima
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
tengah antara 0 dan level rendah dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), pindahkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase dari clock regenerated dengan tombol PHASE dan jika diperlukan,
frekuensi dari ini satu dan tresholds H dan L untuk membuat sinyal decode
muncul.
10. Pindahkan CH2 pada sinyal dari generator (2) dan membandingkan (sinyal yang
dihasilkan dan decode sinyal) yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.
Ulangi pengamatan dengan tingkat clock yang lebih tinggi.

c. Sistem FSK Kode NRZ dengan penambahan Noise Transmisi


1. Merangkai rangkaian seperti pada Gambar. antara terminal transmitter (4) dan
receiver (6) dihubungkan dengan media transmisi.
2. Mengatur Rate CK sampai 2400 Hz dan panjang kata 24 -1.
3. Mengatur CH1 dari osiloskop untuk output dari generator kebisingan (5).
Sesuaikan tingkat kedua pada sekitar 25%
4. Mengatur CH1 dari terminal penerima (7). Mengatur osiloskop di external
synchronism dengan clock generator (3). Menampilkan pola mata. Studi variasi
bentuk clock dinilai meningkat sampai 38,400 Hz dan dengan berbagai tingkat
noise aditif.
5. Mengatur level noise generator ke level minimum, level output sampai 100% dan
clock rate sampai 2400 Hz. Mengoperasikan kontrol dari generator clock sudah
terlihat, sehingga untuk mengunci sinyal yang diterima. Retouch kontrol sehingga
diperoleh sinyal didecode (8) identik dengan sinyal asli yang ditransmisikan (2)
6. Mengoperasikan kontrol DELAY dari Equalizer DIGITAL DELAY dari panel
DL2560 B sehingga SAMA Led equalizer sinyal switching. Verifikasi dengan
oscillloscope sinyal (8) dan (9) bertepatan.
7. Mengatur selector pengukuran dasar untuk 104 dan memilih PANJANG KATA
28-1 bit.
8. Tekan start. Tunggu switching off dari LED, yang menunjukkan completion dari
siklus pengukuran. Survei indikasi tampilan yang melaporkan jumlah bit yang
ditemukan salah pada 104.
9. Lakukan pengukuran dengan waktu yang tersedia, dengan mendeteksi BIT
ERROR RATE untuk kecepatan transmisi yang berbeda (clock rate) dan untuk
posisi yang berbeda dari tombol level noise dan pelemahan global.
10. Catat hasil dalam grafik menunjukkan BER sebagai fungsi dari posisi yang
berbeda dari tombol penyesuaian tingkat kebisingan tingkat output yang sama
(untuk ex. 75%)
11. Ukur nilai RMS menggunakan Voltmeter untuk ukuran yang tersedia tegangan
kebisingan di titik pengukuran yang dipilih, menghitung rasio S / N dan Catat
indikasi ini pada sumbu horisontal grafik yang sama yang mengumpulkan hasil
pengukuran.
Modulasi PSK
a. Sistem PSK dengan Kode NRZ
1. Merangkai rangkaian seperti pada gambar
Secara substansial, sinyal clock dan data yang dihasilkan oleh DL 2560 B dibawa
ke input dari bagian transmisi DL 2563, data dikodekan dan dibawa ke input
modulator.
2. Mengatur CK RATE pada 2400 Hz, WORD LENGTH di 24-1, Oscilloscope
dalam external trigger pada (1).
3. Amati pada osiloskop dan gambarkan karakteristik dari sinyal berikut: pembawa
(2), data (3), clock (4). Sesuaikan time base osiloskop sehingga untuk
menampilkan pada layar data sequence (15 clock periode )

Pengoperasian dan Performance Modulator


4. Hubungkan CH1 ke input modulator pembawa (2) dan CH2 ke output dari
modulator (6). Trigger ke CH1. Dengan skala waktu yang tepat, tampilan
berbentuk dua gelombang. Output (6) muncul sebagai sinyal yang disusun oleh
dua gelombang sinus yang dilapiskan. Tentukan pergeseran fasa antara dua dan
jelaskan setiap aspek yang diamati.

Penerimaan Carrier Regenerator


5. Sirkuit ini terdiri dari sebuah osilator yang memiliki frekuensi bebas sangat dekat
dengan pembawa satu (307,2 kHz), dikendalikan dalam sinyal yang diterima.
Indikator LOCK menunjukkan pengukuran benar. (Indikasi adalah acak, yaitu
tidak berlaku jika koneksi (2) dan (6) yang kurang atau mereka yang salah).
Pindah CH2 untuk output regenerator dan memverifikasi gelombang dari output
regenerasi.

Koheren demodulator
6. Menghubungkan osiloskop ke output (7) demodulator dan mempelajari
performance untuk posisi yang berbeda dari tombol fase pembawa demodulation
(FASE) dan untuk rate clock yang berbeda.

Penerimaan Clock Regenerator


7. Rangkaian detektor kunci beroperasi dengan cara yang benar dan karena itu
switch lampu menyala, maka perlu bahwa sinyal clock transmisi dibawa ke bagian
transmisi panel (4), bahkan dari sinyal clock transmisi tidak benar-benar
diperlukan untuk operasi dari encoder NRZ. Siapkan clock regenerator dengan
menghubungkannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Putar tombol f adj
sampai beralih stabil led yang menunjukkan kunci dari regenerator ke data yang
dikirimkan. Hubungkan CH2 dari osiloskop sinyal dengan duty cycle sekitar 50%.
Retouch, jika perlu, kunci dari PLL.

NRZ decoder
8. Langkah ini CH1 dari oscilosscope ke terminal input dari decoder (7) dan CH2 ke
terminal REF, yang adalah mungkin untuk mengukur tegangan referensi yang
digunakan untuk threshold keputusan tingkat logika dalam decoder. Sesuaikan
potensiometer yang sesuai sedemikian rupa sehingga tingkat ambang batas
menengah antara tingkat minimum dan maksimum dari sinyal pada terminal
masukan (7). Pindahkan CH1 dari osiloskop ke terminal input data dari pemancar
(3) dan CH2 ke output dari decoder NRZ (11). Beroperasi, jika perlu fase clock
referensi potensiometer dan dari frekuensi bebas PLL (f ADJ) sedemikian rupa
untuk menampilkan urutan data diterjemahkan. Bandingkan dengan hati-hati
urutan ini dengan yang ditransmisikan, dengan mengamati penundaan fase yang
lewat di antara keduanya.
b. Sistem PSK dengan Pengkodean Respon Partial
1. Merangkai rangkaian pada gambar
2. Mengatur RATE CK sampai 2400 Hz dan PANJANG KATA sampai 24 -1.
3. Hubungkan Oscilloscope, dalam triger eksternal, untuk (1), CH1 DATA DI (2),
CH2 ke output dari encoder pra-duo-biner (3).Periksa gelombang diamati dan
menjelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci clock regenerator dengan mengoperasikan adj f sampai beralih lengkap
peralatan LOCK sinyal.
5. Sesuaikan fase dari clock regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), meninggalkan CH2 ke terminal (3). Sesuaikan
DECISION POINT memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah antara 0
dan tingkat tinggi dari sinyal yang diterima.
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
tengah antara 0 dan tingkat rendah dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), meninggalkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase clock regenerasi,nilai threshold H dan L sehingga untuk membuat
sinyal decode
10. Pindahkan CH2 dengan sinyal dari generator (2) dan membandingkan sinyal yang
dihasilkan dan sinyal yang didecodekan yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.

VII. Data

VIII. Analisis Hasil Percobaan

IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN V
PENGUKURAN SALURAN DUA KAWAT
I. PENGUKURAN SALURAN DUA KAWAT

II. Tujuan Percobaan


• Mahasiswa dapat memahami desain saluran transmisi 2 kawat
• Mahasiswa dapat menentukan impedansi karakteristik sebagai fungsi dari
frekuensi
• Mahasiswa dapat menentukan saluran yang paling baik untuk transmisi suara
jarak jauh
• Mahasiswa dapat memahami karakteristik pelemahan pada masing-masing
model saluran

III. Teori Singkat


Pembicaraan telepon selalu merupakan suatu saluran transmisi dua arah. Bila transmisi
dua arah ini menggunakan sepasang kawat yang sama, maka ini disebut saluran dua kawat.
Definisi yang lebih tepat adalah bila suatu pembicaraan telepon dua arah yang berlawanan
melalui kanal elektrik transmisi yang sama, maka disebut operasi dua kawat.
Pesawat telepon pada umumnya disambungkan ke sentral telepon dengan
menggunakan saluran dua kawat. Pada system komunikasi radio, suatu pembicaraan dari dua
arah yang berlawanan memerlukan kanal transmisi yang terpisah (menggunakan pembagian
waktu yang sesuai). Dengan demikian kita memiliki dua kawat untuk saluran pengirim dan
dua kawat untuk saluran penerima. Gambar 1.1 memperlihatkan daerah persilangan dari
saluran dua kawat sebagai distribusi medan saluran.

Gambar 1.1 Daerah Persilangan Saluran dua kawat

Respon Frekuensi saluran dua kawat


Pada percobaan ini, akan dibahas karakteristik dari saluran dua kawat. Pengamatan
dilakukan berdasarkan respon frekuensi saluran ini. Untuk alasan tertentu maka kita akan
menggunakan pemodelan pada percobaan ini. Rangkaian dua kawat, juga berlaku sebagai
saluran Lecher atau pasangan kabel terpilin (twisted pair) yang mempunyai saluran terpisah
antara transmit dan receivernya. Kabel ini mampu untuk mentransmisikan sinyal pada
rangkum tegangan DC (f=0 Hz) hingga frekuensi tertentu tergangtung dari konstruksi kawat
saluran. Hal ini juga selalu menampilkan karakteristik low pass.

Desain Saluran Dua Kawat


Kabel tembaga umumnya dilapisi plastic. Pada kawat komunikasi sedikitnya ada dua
kawat yang diisolasi akan disatukan dan dilapisi oleh pelapis kabel. Distorsi yang terjadi pada
medan saluran disebabkan oleh bahan isolasi yang kurang bagus. Pada saluran dengan lapisan
kawat terbuka akan menimbulkan celah udara (approx. x = 250 mm) antara saluran “go” dan
“return”. Lihat gambar 1.1. selama saluran “go” dan “return” mempunyai kapasitansi yang
sama dengan pentanahannya, maka saluran ini dalam kondisi seimbang (balanced lines),
berlawanan dengan saluran koaksial dimana konduktor inner dan outer menghasilkan
kapasitansi yang berbeda. Saluran dua kawat yang didesain terbungkus dengan lapisan plastic
utamanya digunakan pada jaringan-jaringan telepon.
Rangkaian Equivalent saluran transmisi
Diagram rangkaian ekuivalen untuk saluran dua kawat dengan panjang dx
ditunjukkkan pada gambar 1.2. Rangkaian ekuivalen adalah jaringan pasif dan terdiri dari
kumpulan elemen R(resistansi), G(konduktansi), C(kapasitansi), dan L(induktansi).
Bagaimanapun juga saluran pada kenyataannya terdiri dari kesatuan system yang terpisah-
pisah secara spasial.
R ' dx L'dx R ' dx
4 2 4

G ' dx C ' dx C ' dx G ' dx


2 2 2 2

R ' dx L'dx R ' dx


4 2 4

Gambar 1.2. Rangkaian ekivalen saluran dua kawat dengan panjang dx

Pada system ini tidak mungkin untuk membedakan antara diskrit,resistensi dan
induktansi diri. Sebagai akibatnya, slauran dengan panjang tertentu digambarkan dengan
kuantitas per satuan panjang. Dari sini kita merata-ratakan banyak R’= R/l , G’ = G/l ,L’= L/l
dan C’ = C/l tergantung dengan panjang l, dimana R,G,L,C merupakan nilai dari seluruh
panjang. Sejumlah nilai kuantitas per satuan panjang yang tidak homogen diabaikan selama
proses. Asumsinya kuantitas per satuan panjang R’,L’,C’, dan G’ mempunyai nilai yang sama
dalam saluran yang sama. Pada table 1.1 diperlihatkan harga standar komponen saluran
telepon dengan diameter kabel dari Φ = 0,4 mm sampai dengan Φ = 0,9 mm.
Jarak antara kawat x ditentukan oleh ketebalan pelapis, pada umumnya untuk kawat
yang memiliki Φ = 0,3 mm, jarak x sebesar 250 mm.
Tabel 1.1. Parameter saluran pada saluran telepon standar
Φ (mm) R’ (Ωkm-1) µSkm-1)
G’ (µ µHkm-1)
L’ (µ µFkm-1)
C’ (µ
0.4 264 < 0.1 720 40
0.6 120 < 0.1 700 37
0.8 67 < 0.1 700 37
0.9 56 < 0.1 640 35

Parameter-parameter pada saluran transmisi


Dengan mengetahui nilai parameter-parameter saluran per satuan panjang, maka
didapatkan parameter penting untuk perhitungan pada saluran transmisi. Sebagai contoh,
dalam perhitungan impedansi karakteristik Zc dan konstanta propagasi γ adalah sebagai
berikut :
R ' + J ω L' (1)
Z =
G ' + Jω C
C '

γ = (R '
)(
+ J ω L' R ' + J ω C '
) (2)
γ = α + jβ
Pada dasarnya impedansi karakteristik tergantung dengan variabel frekuensi. Kuantitas
per satuan panjang adalah tidak konstan tetapi tergantung dari besar frekuensi. Terlihat pula,
pada R’ dan L’ dipengaruhi efek skin. Hal sama terjadi pada attenuation α dan sudut phasa β.
Secara umum Zc dan α akan tergantung nilai frekuensi. Pada table 2, dapat dilihat nilai
impedansi karakteristik yang dihitung dengan menggunakan fungsi frekuensi pada saluran
dua kawat.
Fungsi atau persamaannya adalah :
R 2
+ (ω L ) 2 (3)
Z =
[G ]
c
+ (ω C )
2 2

Catatan : untuk frekuensi yang sangat tinggi, f → ∞ impedansi karakteristik adalah real dan
dapat diasumsikan menjadi :
Z =
L '
(4)
c '
C
Jika parameter saluran pada table 1 dimasukkan ke dalam persamaan (4), maka akan didapat :
Tabel 1.2. Impedansi karakteristik untuk saluran frekuensi tinggi f → ∞
Communication cable Zc (Ω)
Φ = 0.4 mm 134
Φ = 0.6 mm 138
Φ = 0.8 mm 138
Φ = 0.9 mm 135
Open wire line
X = 250 mm, Φ = 3 mm 609

Karakteristik Saluran Real


Dalam teori saluran transmisi, frekuensi disederhanakan dan diabaikan. Asumsi ini
digunakan untuk mempermudah perhitungan karakter saluran transmisi. Saluran real tidak
diabaikan dan sinyal-sinyal dilemahkan, hal ini disebabkan efek :
1. Resistensi di dalam dan di luar konduktor
2. Rugi-rugi dielektrik

Transformasi Impedansi
Saluran dapat juga berfungsi sebagai transformer. Sebagai contoh, sebuah impedansi
Z2 secara normal ditransformasikan ke impedansi Z1 berdasarkan rasio 1/λ untuk teori rugi-
rugi saluran, hubungan antara impedansi output Z2 dan impedansi input Z1 adalah :
Z 2
+ j tan( 2 β l ) (5)
Z1 Z
= w

Z w Z
1+ j 2
tan( 2 β l )
Z w

Dengan bantuan transformasi impedansi sangat mungkin untuk menghitung impedansi


karakteristik Zc saluran dari pengukuran arus masukan I1 dan tegangan keluaran U1 untuk
open circuit ( Z2 = 0 ) dan short circuit ( Z2 = ∞ )

IV. ALAT DAN BAHAN


• 2 Transmisi line model I • 1 osiloskop
• 1 Transmisi line model II • 1 function generator
• 1 Loading coil 2 x 80 mH • 1 frequency counter
• 2 STE resistor 300 Ω/ 2W, 1 % • 1 power supply
• 1 STE resistor 600 Ω/ 2W, 1 %
• Bridging plug

Alat-alat tambahan :
• 2 Probe, 1:1 / 10:1
• 2 multimeter digital
V. RANGKAIAN PERCOBAAN
5.1. Menentukan Karakteristik impedansi dengan mengukur short circuit dan open circuit

Gambar 1.4

5.2. Menentukan tanggapan transmisi dua saluran

Gambar 1.5

5.3. Cara Pengukuran untuk mengurangi pelemahan (attenuasi) pada saluran transmisi
jarak jauh

Gambar 1.6

5.4. Tanggapan Transmisi pada saluran sub distribusi


Gambar 1.7

VI. Prosedur Percobaan

6.1. Menentukan Karakteristik impedansi dengan mengukur short circuit dan open circuit
1. Bentuk Rangkaian seperti pada gambar 1.4
2. Gunakan kawat dengan panjang l = 0,2 km dan diameter Φ = 0,4 mm dari saluran transmisi
model II. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
4. Hitung nilai Z1,∞ dengan menggunakan rumus :
Z 1,∞ = U 1 I 1 = U 1 U R .300Ω
5. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 0) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
6. Hitung nilai Z1,∞ dengan menggunakan rumus :
Z 1,∞ = U 1 I 1 = U 1 U R .300Ω
7. Hitung karakteristik impedansi Zc untuk setiap frekuensi dengan menggunakan rumus :
Z c = Z 1,0 .Z 1,∞
8. Hasil percobaan ditabelkan pada tabel 1.1.1
9. Ulangi percobaan diatas untuk model II, dengan l = 0,85 km dan Φ = 0,9 mm, tabelkan di
tabel 1.1.2
10. Ulangi percobaan diatas untuk model I, dengan l = 0,5 km dan Φ = 0,4 mm, tabelkan di tabel
1.2.1
11. Hitung Perbandingan antara panjang saluran dan panjang gelombang λ, dimana :
f .λ = vφ
VΦ adalah kecepatan phase dari perjalanan gelombang pada saluran dua kawat.
VΦ tergantung pada elektrik. Pada percobaan ini diasumsikan bahwa :
3. f .l
VΦ = 2/3 c = 2. 108 m/s, maka : 1 λ=
2.c
12. Bandingkan ketiga hasil percobaan ini. Masukkan ke tabel 1.2.2
13. Plot karakteristik Zc = Zc (f) terhadap frekuensi dari masing-masing percobaan, dan 1/λ
terhadap frekuensi dari ketiga percobaan.

Tabel 1.1.1 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.4 mm
Line length l = 0.2 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 1.1.2 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.9 mm
Line length l = 0.85 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 1.2.1 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.4 mm
Line length l = 5 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 1.2.2
l/λ
f (Hz) l = 0.2 km l = 0.85 km l = 5 km
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000

6.2. Menentukan tanggapan transmisi dua saluran


1. Bentuk rangkaian seperti gambar 1.5
2. Gunakan kawat dengan panjang l = 0,85 km dan diameter Φ = 0,9 mm dari saluran transmisi
model II. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
4. Ukur nilai U1 dan U2 pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 600Ω) dengan memvariasikan
frekuensi generator fungsi
5. Hitung attenuation (pelemahan ) A dan log attenuation a saluran dengan menggunakan rumus
: A = U1 / U2 ; a = 20 log A
6. Gambarkan grafik hasil percobaan diatas dalam f(Hz) terhadap A dan f(Hz) terhadap a(dB)
7. Ulangi percobaan diatas untuk model I, dengan l = 5 km dan Φ = 0,4 mm
8. Bandingkan kedua hasil percobaan ini

Tabel 2.1.1 : Transmission response of the two wire line


300
l = 0,85 km
U0 U1 Φ = 0,9 mm U2

300
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 2.2.1: Transmission response of the two wire line


300
l = 5 km
U0 U1 Φ = 0,4 mm U2
300

Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω


f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

6.3. Cara Pengukuran untuk mengurangi pelemahan (attenuasi) pada saluran transmisi
jarak jauh
1. Bentuk rangkaian seperti gambar 1.6
2. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
4. Ukur nilai U1 dan U2 pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 600Ω) dengan memvariasikan
frekuensi generator fungsi
5. Hitung attenuation (pelemahan ) A dan log attenuation a saluran dengan menggunakan rumus
: A = U1 / U2 ; a = 20 log A
6. Gambarkan grafik hasil percobaan diatas dalam f(Hz) terhadap A dan f(Hz) terhadap a(dB)
7. Ulangi percobaan diatas , dan masukkan pada tabel 3.2.1 dan tabel 3.3.1
8. Bandingkan ketiga hasil percobaan ini

Tabel 3.1.1 : Transmission response of the two wire line


300
l = 0,85 km l = 0,85 km l = 1,7 km
U0 U1 Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm U2

300
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 3.2.1 : Transmission response of the two wire line


40mH 40mH
300
l = 0,85 km l = 1,7 km l = 0,85 km
U0 U1 Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm U2
300
40mH 40mH
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

Tabel 3.3.1 : Transmission response of the two wire line


40mH
300
l = 0,85 km l = 0,85 km l = 1,7 km
U0 U1 Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm U2
300
40mH
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

6.4. Tanggapan Transmisi pada saluran sub distribusi


1. Bentuk rangkaian seperti gambar 1.7
2. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan
frekuensi generator fungsi
4. Ukur nilai U1 dan U2 pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 600Ω) dengan memvariasikan
frekuensi generator fungsi
5. Hitung attenuation (pelemahan ) A dan log attenuation a saluran dengan menggunakan
rumus : A = U1 / U2 ; a = 20 log A
6. Gambarkan grafik hasil percobaan diatas dalam f(Hz) terhadap A dan f(Hz) terhadap
a(dB)

Tabel 4.1.1 : Transmission response of the two wire line


40mH 40mH
300
l = 0,85 km l = 1,7 km l = 0,85 km
U0 U1 Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm Φ = 0,9 mm U2
300
40mH 40mH
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000

VII. Data Hasil Percobaan


VIII. Analisis Hasil Percobaan
IX. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai