DASAR TELEKOMUNIKASI
1. Mahasiswa yang diizinkan mengikuti praktikum adalah yang telah terdaftar dan
memenuhi syarat yang ditentukan
2. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan praktikan harus hadir 5 menit
sebelum praktikum dimulai. Bagi praktikan yang tidak hadir pada waktu tersebut
dianggap mengundurkan diri dari praktikum. Praktikan harus mengisi daftar hadir
pada setiap pelaksanaan percobaan.
3. Praktikan harus membawa kertas milimeter blok dan wajib menyerahkan laporan
pendahuluan sebagai syarat wajib mengikuti praktikum.
4. Praktikan harus mengikuti pretest yang dilaksanakan sebelum praktikum keseluruhan.
5. Praktikan harus mengikuti postest yang dilaksanakan setelah praktikum.
6. Penilaian praktikum didasarkan atas :
a. pretest : 20 %
b. postest : 15 %
c. sikap : 15 %
d. laporan : 30 %
e. UAS : 20 %
7. Praktikan dilarang merokok, makan dan minum selama berada di dalam laboratorium.
8. Praktikan harus berpakaian rapih dan memakai sepatu, tidak diperkenankan memakai
kaos oblong dan sandal.
9. Praktikan dilarang ribut selama berada di dalam laboratorium dan wajib menjaga
kebersihan di dalam maupun di luar laboratorium.
10. Bagi yang melanggar akan mendapat sanksi dikeluarkan dari ruang laboratorium dan
dianggap tidak mengikuti praktikum.
BandarLampung,November 2011
Ka. Lab. Teknik Telekomunikasi
Mulai
Melakukan Pendaftaran
Mengikuti Praktikum
Acc ?
Selesai untuk
seluruh percobaan
Pengumpulan Laporan
Selesai
Proses Pelaksanaan Praktikum Dasar Telekomunikasi
1. Mahasiswa wajib mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Mengikuti pretest Praktikum Dasar Telekomunikasi dengan materi yang mencakup
keseluruhan percobaan. Jadwal pelaksanaan pretest akan diumumkan kemudian.
3. Hasil dari pretest harus lebih dari atau sama dengan 60. Mahasiswa yang mendapatkan
hasil pretest kurang dari 60, maka diwajibkan mengerjakan ulang seluruh soal-soal
pretest dengan hasil tidak kurang dari 70.
4. Mahasiswa diwajibkan menulis laporan pendahuluan yang berisi :
• Judul Percobaan
• Tujuan Percobaan
• Teori Dasar Percobaan
• Alat yang digunakan dalam percobaan
• Rangkaian Percobaan
• Prosedur Percobaan
5. Mahasiswa yang telah melakukan Percobaan diwajibkan untuk melakukan Asistensi
dengan asisten yang bersangkutan, sampai Laporan tersebut di acc oleh Asisten yang
bersangkutan. Jika belum di acc maka tidak dapat melakukan penjilidan laporan
secara keseluruhan.
6. Mahasiswa yang telah melakukan seluruh percobaan dan laporannya telah di acc oleh
asisten maka di wajibkan untuk menjilid seluruh Laporan tersebut dengan sampul
warna yang disesuaikan dengan warna sampul panduan praktikum.
7. Batas waktu pengumpulan laporan keseluruhan akan diumumkan kemudian.
Kegiatan diatas seperti ditunjukan pada diagram alir yang dilampirkan pada lembaran
berikutnya.
Catatan : Bagi yang tidak melakukan asistensi untuk setiap percobaan tidak
dapat mengumpulkan laporan akhir.
Format Laporan Praktikum
1. Laporan ditulis pada kertas putih ukuran A4
2. Margin untuk penulisan laporan adalah :
Batas Kiri 4 cm, Batas kanan 3 cm , batas atas 4 cm dan batas bawah 3 cm
4 cm
3 cm
3 cm
4 cm
3. Bila ada grafik dari data-data percobaan, penggambaran dilakukan pada kertas grafik
(millimeter Block).
4. Sampul untuk penjilidan keseluruhan di sesuaikan dengan sampul panduan
praktikum.
5. Pada halaman muka masing – masing percobaan di berikan sampul berwarna sesuai
dengan panduan percobaan yang berisi : nama , NPM, Kelompok, Logo Unila, Tahun
dan tulisan lainnya yang dianggap perlu.
6. Pada sampul muka dituliskan minimal kata :
• Laboratorium TeknikTelekomunikasi
• Jurusan Teknik Elektro
• Universitas Lampung
• Tahun
• Nama
• NPM
• kelompok
• Logo Unila
DAFTAR ISI
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mahasiswa mengetahui satuan-satuan yang biasa digunakan dalam
telekomunikasi
b. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan daya dan dapat mengkonversikannya ke
bentuk desibel
c. Mahasiswa mengetahui macam-macam filter
d. Mahasiswa mengetahui karakteristik tiap filter
Pengukuran Daya
Desibel adalah unit yang menerangkan rasio yang merupakan fungsi logaritma berbasis
10. Daya (pada percobaan ini) akan diukur dalam bentuk desibel (dB).
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref
dimana Pmeas adalah daya yang diukur dan
Pref adalah daya yang dibandingkan
Pengukuran desibel mencakup pengukuran penguatan daya, atau dengan kata lain,
peningkatan daya Pmeas dibandingkan dengan Pref. Sebagai contoh perbandingan antara
daya referensi 10 watt dengan daya terukur 20 watt akan menghasilkan penguatan 3 dB.
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref = 10 log 10 20/10 =3,01 dB
Sebagai pembandingnya, daya terukur 5 watt dan daya referensi 10 watt akan
menghasilkan penguatan –3 dB.
dB = 10 log 10 Pmeas/Pref = 10 log 10 5/10 = -3,01 dB
Sehingga, nilai dB positif mengacu pada Pmeas > Pref, sedangkan dB negatif mengacu pada
Pmeas < Pref. Catat bahwa desibel yang diterangkan diatas digunakan untuk pengukuran
penguatan daya, tapi selain itu dapat juga digunakan untuk menentukan loss atau
pelemahan. Penguatan dB negatif berhubungan dengan loss dB positif.
dBm
Kadang daya dihubungkan juga dengan bentuk dBm. dBm adalah nilai desibel yang
direferensi oleh daya 1 miliwatt.
dBm=10 log 10 Pmeas/1mW
Sebagai contoh 12 dBm mengacu pada 16 mW Pmeas.
12 dBm = 10 log 10 Pmeas/1mW
Pmeas = 1mW.10 12/10 = 15,84 = 16 mW
Filter
IV. Peralatan
Filter LPF
R
Power Functio Osiloskop
Suppl n C
y Generat
or
Filter HPF
C
Power Functio Osiloskop
Suppl n R
y Generat
or
Filter HPF
IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN II
AMPLITUDO MODULASI
I. MODULASI AMPLITUDO
Analogi Modulasi
Transmisi sinyal informasi (dalam bentuk analog dan digital) melalui kanal komunikasi
band pass (contoh : saluran telepon, satelit) membutuhkan range frekuensi yang sesuai untuk
ditransmiskan dan di sisi penerima akan dikembalikan ke range frekuensi asli.
Contoh : Pada sistem radio yang beroperasi pada frekuensi 30 kHz, dimana sinyal informasi
dengan range frekuensi audio, sehingga terjadi beberapa bentuk pergeseran lebar pita
frekuensi pada sistem. Pergeseran range frekuensi pada sinyal dapat diatasi menggunakan
modulasi yang didefinisikan sebagai proses dimana karakteristik gelombang pembawa akan
berubah sesuai dengan bentuk gelombang sinyal pemodulasi. Sinyal informasi dinyatakan
sebagai sinyal termodulasi. Pada sisi penerima, sinyal informasi asli akan kembali dihasilkan
melalui proses demodulasi atau deteksi yang merupakan kebalikan dari proses modulasi.
Memodulasi berarti mengatur atau menyetel, dan dalam telekomunikasi tepatnya berarti
menumpangkan sinyal informasi asli terhadap gelombang pembawa dengan mengatur
parameter gelombang pembawa yang mempunyai frekuensi tinggi. Keperluan akan modulasi
timbul dalam transmisi radio dari sinyal-sinyal informasi frekuensi rendah (sinyal audio).
Transmisi akan efisien jika dimensi antena sama dengan panjang gelombang sinyal yang
sedang ditransmisikan.
Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ) dalam transmisi radio :
f.λ=c (2.1)
dimana : c = 3 x 108 m / detik ; kecepatan
kecep cahaya di ruang bebas.
Untuk sinyal informasi dengan frekuensi rendah = 1000 Hz, akan diperoleh besarnya
panjang gelombang adalah 300 km (188 mil). Jelas bahwa tidak mungkin untuk membuat
antena dengan ukuran ini.
Masalah ini diatasi dengan menggunakan
menggunakan sinyal frekuensi rendah untuk memodulasi sinyal
frekuensi tinggi yang dinamakan gelombang pembawa (carrier wave) yang kemudian
dipancarkan.
Gelombang pembawa berbentuk sinusoidal dan dapat dinyatakan sebagai :
(2 fc t + φc )
c(t) = Ac cos (2π (2.2)
Parameter-parameter
parameter dari gelombang tersebut yang dapt dimodulasi adalah :
1. Amplitudo, Ac untuk modulasi amplitudo
2. Frekuensi, fc atau ωc = 2π fc untuk modulasi frekuensi
3. Phasa, φc untuk modulasi fasa.
Modulasi AM
Dalam modulasi amplitudo, fasa dari persamaan (2.2) bernilai nol ( φc = 0), sehingga
gelombang pembawa sinusoidal c(t) dapat dinyatakan :
c(t) = Ac cos (2π fc t ) (2.3.)
dimana : Ac adalah amplitudo gelombang pembawa
fc adalah frekuensi gelombang pembawa
Modulasi Amplitudo (AM) M) adalah proses dimana amplitudo gelombang pembawa c(t) akan
berubah-ubah
ubah mengikuti bentuk sinyal pemodulasi m(t).
Jika gelombang pemodulasi m(t) terdiri dari single tone atau komponen frekuensi berikut ;
m(t) = Am cos (2 πfmt) (2.4)
dimana : Am adalah amplitude gelombang pemodulasi
fm adalah frekuensi
Gambar 1. sinyal AM
Puncak-puncak
puncak dari siklus pembawa dapat dihubungkan sehingga membentuk gelombang
selubung (envelope wave), yang diberikan oleh
Aenv = Ac maks + m(t) (2.7)
Sinyal AM dalam diagram vektor dapat dilihat pada gambar 2
Spektrum Sinyal AM
Bentuk gelombang menurut waktu dari suatu sinyal dapat direpresentasikan oleh serangkaian
serang
gelombang-gelombang
gelombang sinus dan kosinus, representasi semacam ini dinamakan spektrum
dari sinyal itu. Spektrum dari gelombang sinusoida adalah hanya suatu garis lurus dengan
tinggi V maks dan ditempatkan pada f tertentu di sumbu frekuensi. Hasil kali dari cosinus
pada persamaan (2.5) merupakan penjumlahan dua gelombang sinuaoidal dengan frekuensi
fc + fm dan fc - fm , sehingga :
s (t) = Ac cos (2 πfct)
fct) + ½ µ Ac cos [ 2 π (fc + fm )t] + ½ µ Ac cos [2 π (fc – fm)t]
Spektrum dari gelombang AM dengan sinyal pemodulasi sinusoidal, terdiri dari fungsi delta
pada ± fc , fc ± fm dan - fc ± fm diperlihatkan pada gambar 3:
Dari spektrum terlihat bahwa disamping osilasi carier dengan frekuensi fc , juga terdapat 2
osilasi frekuensi fc – fm yang sering disebut Lower side band (LSB) dan fc + fm yang
disebut Upper side band (USB).
(USB)
Kedua side band ini sangat penting untuk menentukan banwidth dari suatu sinyal.
AM Demodulation
Proses deteksi atau demodulasi dilakukan untuk memperoleh kembali sinyal informasi dari
gelombang termodulasi. Terdapat dua alat yang digunakan untuk deteksi gelombang AM ,
yaitu detektor square law dan detekstor selubung
DSB
Pada modulasi amplitudo, gelombang pembawa c(t) tidak tergantung dari sinyal informasi
m(t), ini berarti pada saat pentransmisian gelombang pembawa terjadi pemborosan daya.
Sehingga dalam modulasi amplitudo hanya setengah dari total daya yang ditransmisikan
dipengaruhi oleh m(t). Contoh
ntoh sinyal terdiri dari suatu jalur frekuensi misalnya antara 300 –
3400 Hz, maka spektrum frekuensi yang timbul adalah fc, fc + 300 Hz sampai dengan fc +
3400 Hz serta fc – 300 Hz sampai dengan fc – 3400 Hz seperti terlihat pada gambar 4
Gambar 4. Sinyal
Sinyal DSB;Vektor Diagram; Spektrum
Modulasi semacam ini disebut Double Side Band (DSB). Dengan menggunakan peralatan
tambahan yang disebut balanced modulator , komponen pembawa dari gelombang
termodulasi (fc) dapat ditekan sehingga hanya menghasilkan dua side band disebut Double
Side Band Supressed Carier (DSBSC)
SSB
Pada kasus lain, setengah dari bandwidth transmisi berada pada upper side band (USB) dan
yang lainnya berada pada lower side band (LSB). Jika hanya satu side band yang
ditransmisikan, maka modulasi yang ditawarkan adalah modulasi Single Side Band (SSB).
Demodulasi suatu sinyal SSB dapat dilakukan dengan menggunakan deteksi koherent, dimana
gelombang SSB s(t) bersama-sama
bersama sama dengan pembawa yang dibangkitkan osilator lokal,
cos (2 πfct)
fct) dimasukkan ke dalam modulator pengali dan kemudian dimasukkan ke LPF.
RING MODULATOR
Modulator Ring sering disebut modulator lattice atau modulator double balance, seperti
gambar 6, berikut :
Terdapat empat buah dioda berbentuk ring. Dioda akan dikendalikan oleh gelombang
pembawa segi empat c(t) pada frekuensi fc, dimana digunakan dua transformator CT.
Asumsikan dioda dalam keadaan ideal dan trasnformator balance. Jika tegangan gelombang
pembawa positif, maka dioda luar akan di-on-kan
di kan dengan impedansi nol dan dioda dalam di-
di
off-kan
kan dengan impedansi tak terbatas sehingga modulator akan mengalikan sinyal informasi
i
m(t) dengan +1. Jika tegangan gelombang pembawa negatif, maka keadaan akan sebaliknya
dan modulator akan mengalikan sinyal informasi m(t) dengan -1. Fungsinya dijelaskan dalam
gambar 7
Carrier Recovery
Carier recovery diperlihatkan pada CF receiver dengan menggunakan rangkaian PLL.
Rangkaian PLL adalah loop kontrol yang berfungsi untuk mencocokan frekuensi dan fasa dari
osilator ke osilasi referensi.
Diasumsikan bahwa sinyal input S1(t) disuplai dengan frekuensi f1 ke detektor phasa. Pada
output dari detektor fasa, tegan
egangan AC dihasilkan dimana nilai frekuensi adalah perbedaan
F2 – f1. tegangan AC sekarang
sekarang disuplai ke input dari VCO melalui filter LOOP. VCO akan
merespon tegangan AC pada inputnya dengan perubahan pada frekuensi yang berhubungan.
Pada
da gilirannya VCO akan merubah frekuensi yang dideteksi oleh detektor phasa. PLL
mengunci ke frekuensi dari sinyal input. PLL akan mengkoreksi VCO sampai dengan
frekuensi input dan Frekuensi VCO akan mempunyai waktu yang sama. Tegangan VΦ
disuplay ke VCO O yang bebas dari interferensi komponen AC ( Vf ) melalui loop filter.
Hubungan selanjutnya yang terjadi antar tegangan komtrol Vf dan frekuensi VCO :
fVCO = Kf . Vf
1. Panel DL 2500
2. Stabilized power supply
3. Oscilloscope double trace
4. Kabel penghubung
V. Rangkaian Percobaan
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
• Rangkaian Full Wave Demodulator
Gambar 12
Modulasi Dasar
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 9.
• Hubungkan output function generator ke input modulator.
• Hubungkan probe 1 dari osiloskop ke anoda dari dioda V1
• Hidupkan Power Supply.
• Kurangi amplitude minimum dari sinyal modulasi.
• Atur carrier generator hingga amplitudo sekitar 5 V peak to peak
• Atur osiloskop sampai mendapatkan gambar yang jelas dan stabil
• Hubungkan katoda dari V1 dioda ke terminal masukan dari filter (kapasitor C1)
Colector Modulator
• Set rangkaian sesuai dengan gambar 10.
• Hubungkan output function generator ke input modulator.
• Hidupkan Function generator dan input modulator.
• Atur generator sinyal modulasi, dengan menggerakkan tombol frekuensi pembawa
generator, frekuensi resonansi dari filter kolektor dengan cara sedemikian hingga
sinyal pada oscilloscope maksimum.
• Gambarkan grafik tegangan pada output dari modulator kolektor dinyatakan dalam dB
sebagai fungsi dari frekuensi (sumbu horizontal frekuensi lulus dalam skala logaritmik
VII. Data
IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN III
MODULASI SUDUT
I. MODULASI SUDUT
Modulasi Frekuensi
Modulasi frekuensi merupakan bentuk modulasi dimana kerapatan frekuensi sinyal pembawa
berubah-ubah
ubah sebanding dengan amplitudo sinyal informasi.
Nilai pulsa dan frekuensi sesaat sinyal carrier adalah
ω = ωct + Kf Vm cos ωmt
2πf = 2πfc + Kf Vm cos ωmt
Kf Vm
f = fc + cos ωmt
2π
f = fc + ∆f cos ωmt
Kf = Konstanta karakteristik modulator
∆f = Deviasi frekuensi
fc = Frekuensi Carrier
Vm = Amplitudo modulasi maksimum
f=FrekuensiFMsesaat
Deviasi maksimum dari persamaan tersebut akan terjadi pada saat bentuk sinusoidal (kosinus)
bernilai 1.
Pada kondisi tersebut, frekuensi sesaat akan berbentuk :
f = fc + ∆f
untuk memperoleh sudut phasa dari sinyal modulasi digunakan persamaan
Φ = ∫ ω dt
Φ= ∫ (ω c + K f Vm . cos .ω mt ) dt
maka diperoleh persamaan matematis untuk sinyal modulasi frekuensi
Vm (t) = Vc cos Φ
VfM (t) = Vc cos (2π fc + m sin 2π ft)
Jika gelombang sinyal informasi pada puncak positif, frekuensi gelombang pembawa menjadi
maksimum, dan jika amplitudo gelombang sinyal informasi pada puncak negatif, frekuensi
gelombang pembawa menjadi minimum
Frekuensi gelombang carrier diubah sesuai dengan amplitudo gelombang, sinyal informasi
disebut deviasi frekuensi.
Side band
Side band FM, upper side band ( f0 + f) dan lower side band (f0 – f) dihasilkan dari pusat
frekuensi gelombang pembawa.
Bila gelombang pembawa dimodulasi oleh gelombang informasi yang berfrekuensi tetap,
dihasilkan gelombang side band lebar dengan selang waktu sama dengan frekuensi
gelombang sinyal informasi sehingga sideband FM jauh lebih besar dibanding AM
Daerah dinamis
Dalam pemancar FM, modulasi lebih dari 100% (dengan frekuensi deviasi maksimum 75
KHz) kapasitas suara yang besar dapat dilakukan, tanpa menyebabkan cacat, sehingga tidak
perlu menjaga faktor modulasi dibawah 100%
Jangkauan frekuensi
Dalam pemancar FM, diperlukan daerah frekuensi yang lebar sehingga digunakan gelombang
yang sangat tinggi (UHF) batas frekuensi FM yang normal adalah 88 – 108 MHz, jarak antara
dua sinyal yang berdekatan dalam FM paling sedikit 100 KHz akibatnya tidak akan terjadi
gangguan yang menginterferensi meskipun respon frekuensinya datar sampai 15 KHz
Noise pemancar FM jauh lebih besar dari noise AM karena digunakannya rangkaian pre-
empasis dan de-empasis serta pembatas amplitude.
Spektrum FM
Pengamatan mengenai spectrum sinyal FM dengan bereferensi pada gambar 5 adalah benar.
• Amplitudo pada komponen-komponen
komponen sisi merupakan fungsi fm
• Fm menjadi
enjadi sebanding, ketika amplitude modulasi meningkat/bertambah, ∆f dan mf
meningkat, dan oleh karena itu spectrum termasuk sejumlah komponen besar terus
bertambah.
• Ampitudo modulasi menjadi sebanding ketika frekuensi modulasi (fm) meningkat, mf
menurun dan an selanjutnya spectrum termasuk komponen-komponen
komponen komponen yang semakin
berkurang.
• Sejumlah nilai mf disebut “Bessel’s Zeros”, pembawanya menghilang jika zero pertama
untuk mf = 2.40. Untuk modulasi indeks yang lebih besar, carrier menjadi negative
• Perbedaan antaraa garis adalah fm danamplitudo garis dikalkulasi seperti pada gambar
diagram 4.
Spektrum sinyal FM secara teoritis memiliki lebar tak terbatas, namun dalam prakteknya,
komponen kecil amplitude < 1 % sinyal carrier tidak significant.
Oleh karena itu Occupied band itu terbatas. Representasi lebar pita secara matematis:
B = 2(∆f + fm) : f = Deviasi frekuensi maksimum
Fm = Frekuensi modulasi maksimum
Varicap Modulator
Dioda VARACTOR (variable reactor) adalah sebuah dioda sambungan (junction diode) pn
yang kapasitansi pengosongannya berubah-ubah
berubah ubah sesuai dengan bias reverse.
Pada penalaan, dioda ini direpresentasikan dengan rangkaian equivalent yang mendekati dan
terdiri dari
ari kapasitansi pengosongan Cd yang terhubung seri dengan Rs yang merupakan
resistansi dari bahan bagian-bagian
bagian pn dan resistansi dari perkawatan .
Suatu tegangan bias DC tertentu dikenakan pada dan ini mengatur nilai Cd kesuatu nilai
tengah Cdo yang menentukan
tukan frekuensi resonansi tanpa modulasi dari sebuah rangkaian tala
dimana terdapat VARACTOR tersebut.
Tegangan modulasi ditambahkan pada bias ini dan menyebabkan kapasitansinya berubah- berubah
ubah disekitar nilaiCdo dengan adanya modulasi, sehingga menyebabkan frekuensi
f resonansi
dari rangkaian LC berubah--ubah disekitar nilai tengahnya fo.
Rangkaian LC tala tersebut dapat digunakan sebagai jaringan yang menentukan frekuensi
dalam salah satu rangkaian-rangkaian
rangkaian rangkaian osilator LC standar untuk memberikan modulasi
frekuensi
si lansung, atau rangkaian itu dapat juga digunakan sebagai sebuah reaktor tegangan
berubah-ubah
ubah untuk menggeser phasa sinyal dari suatu osilator yang tetap untuk memberikan
modulasi phasa langsung.
Phase Modulator
Modulasi phasa diperoleh dengan memvariasikan (merubah) sudut phasa sinyal carrier
sebagai fungsi dari informasi
Persamaan matematis untuk sudut phasa θ
V1 (t) = Vc cos (ωct + θ)
Persamaan matematis untuk sinyal modulasi
Vm (t) = Vm sin ωmt
Maka kita peroleh
θ = θ0 + kp Vm sin ωmt
θ = θ0∆θ sin ωmt
Dimana : θ = sudut phasa sesaat sinyal modulasi
θ0 =phasa sinyal carrier tanpa modulasi
kp = konstanta karakteristik modulator
∆θ =Deviasi phasa
deviasi maksimum akan terjadi pada saat bentuk sinusoidal bernilai 1.
Pada kondisi tersebut sudut phasa sesat sinyal modulasi adalah:
θ = θ0 + ∆θ
Persamaan matematis untuk sinyal modulasi phasa
Vm (t) = Vc cos Φ
Vm (t) = Vc cos (ωct + kp Vm Sin ωmt)
Vm (t) = Vc cos (2π fc t + ∆f Sin ωmt)
ω = ωc + ∆θωm cos ωm t
2π f = 2π fm ∆θ fm cos ωm t
f = fc + ∆θ fm cos ωm t
V. Rangkaian percobaan
Varicap Modulator
Fm Demodulator
Modulator Phasa
FM Demodulator
1. Functional study
• Hubungkan VM pada modulating signal generator ke VM pada varactor reactance
modulator
• Hubungkan output dari VFM pada varactor reactance modulator ke VFM pada basic FM
detector
• Hubungkan output terminal transformer TA paling bawah ke ground
• Hubungkan ground modulating signal generator ke ground varactor reactance
modulator dan ke ground basic FM detector
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V
• Hidupkan power supply
• Tampilkan bentuk gelombang keluaran VM pada modulating signal generator dan Vd
pada basic FM detector dengan menggunakan osiloskop
• Gambarkan masing--masing
masing keluaran tersebut dengan menggunakan kertas grafik
• Matikan power supply
2. Output
ut Voltage/input frequency characteristic
• Hubungkan output Function generator ke input VFM pada basic FM detector
• Set Function generator : Vp-p = 1 V, f = 500 - 900 KHZ
• Hubungkan panel DL 2501 ke power suplly +15V
• Variasikan frekuensi Function generator dari 500 – 900 KHZ
• Masukan data hasil percobaan ke dalam table
• Gambarkan grafik data hasil percobaan tersebut menggunakan kertas garafik
• Matikan power supply
Modulasi Phasa
• Siapkan sebuah function generator
• Set function generator pada
V = 0,5 v Vp-p
F = 400 s/d 200 KHz
• Siapkan modul percobaan Dl 2501
• Siapkan sebuah osiloscop
• Buat rangkaian seperti pada gambar 17
• Hidupkan power supply
• Masukan data hasil percobaan pada tabel
• Matikan power supply
VII. Data
VIII. Analisis Hasil Percobaan
IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN IV
MODULASI DIGITAL
I. MODULASI DIGITAL
a. Shift Keying
Informasi dapat dikirimkan secara murni dengan men-switch osilasi dari gelombang
pembawa, on dan off. Proses men-switch gelombang pembawa disebut penguncian (keying).
Pada teknik komunikasi elektrik, penguncian berarti modulasi pembawa harmonik dengan
sinyal digital. Pembawa harmonik mempunyai bentuk:
Sc (t ) = Ac cos(2πf ct + Φ c ) (1)
Dimana :
Ac : amplitudo
Fc : frekuensi
Φc : phase
Pada saat modulasi, sinyal digital yang merupakan biner harus ditransmisikan
menggunakan pembawa harmonik. Dengan anggapan ini dapat diartikan bahwa :
ASK : Perubahan antara 2 nilai amplitudo dari pembawa,
sebagai contoh perubahan dari 0 ke A.
FSK : Perubahan antara 2 frekuensi pembawa yang telah ditentukan f1 fan f2.
PSK : Perubahan phase pembawa sebagai contoh dari Φ1 = 0° ke Φ2 = 180°
b. Encoding
Pesan harus dalam betuk digital untuk ditransmisikan menggunakan shift keying.
Sebenarnya, shift keying digunakan secara eksklusif untuk pesan tertulis, dimana konversi ke
sinyal digital dilakukan dengan kode morse. Konversi yang dibutuhkan dari huruf ke kode
morse tergatung bentuk encoding, yang ditampilkan secara manual. Bagaimanapun juga,
encoding juga dapay ditampilkan dengan sinyal data tertentu atau sinyal keluaran dari PCM
atau delta modulator. Pada kasus kode Morse, symbol (huruf atau angka) dapat mempunyai
perbedaan jumlah elemen (dot atau dash). Sering terjadi symbol yang direpresentasikan
dengan karakter Morse pendek seperti huruf e yang direpresentasikan hanya dengan satu titik.
Karena mempunyai probabilitas yang tinggi bahwa huruf e hanya membawa sedikit
informasi. Untuk mekaniknya, pemroses pesan otomatis lebih baik digunakan dengan karakter
yang mempunyai panjang yang sama. Setiap symbol untuk telegraf dimulai dan diakhiri
dengan satu bit start dan stop. Diantaranya terdapat 5 bit yang tiap bitnya
bit ditujukan untuk
symbol encoding. Total dari 32 huruf yang berbeda dapat direpresentasikan menggunakan 5
bit. Karena dengan penggunaan ini tidak mencukupi untuk mereproduksi semua huruf, angka,
tanda baca dan symbol, perintah men-switch
men digunakan untuk mengubah bentuk huruf ke
symbol dan angka yang direpresentasikan. Panjang dari unit informasi terpendek pada
karakter dalam telegraf diatur sebagai Ts. Yang berbanding terbalik dengan vs:
Vs = 1/Ts (unit bit/s = Baud) (2)
Frekuensi titik dot di kombinasikan
kombi dengan durasi unit :
f dot = 1/2Ts (3)
Frekuensi titikadalah frekuensi dasar dari osilasi gelombang kotak, dimana durasi pulsa sama
dengan Ts.
IV. Peralatan
1. Panel DL 2560 B
2. Panel DL 2561 (Sistem Transmisi ASK)
3. Panel DL 2562 (Sistem Transmisi FSK)
4. Panel DL 2563 (Sistem Transmisi PSK)
5. Stabilized power supply
6. Oscilloscope double trace
V. Rangkaian Percobaan
1. Modulasi ASK
a. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary
3. Modulasi PSK
a. Sistem PSK dengan Kode NRZ
Modulasi ASK
a. Sistem ASK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary
1. Merangkai rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar
2. Mengatur RATE CK sampai 2400 Hz dan WORD LENGTH pada 24-1.
3. Menghubungkan osiloskop, eksternal trigger, untuk (1), CH1 pada DATA (2),
CH2 ke output dari encoder pra-duo-biner (3).
Periksa bentuk gelombang diamati dan kemudian jelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci regenerator clock dengan mengoperasikan ADJ f sampai selesai
penyambungan pada peralatan sinyal clock.
5. Sesuaikan fase dari jam regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), pindahkan CH2 ke terminal (3).
Sesuaikan TITIK KEPUTUSAN memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah
antara 0 sampai High Level dari sinyal yang diterima
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
intermediate antara 0 dan Low Level dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), pindahkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase dari pembaharuan kotak clock dengan tombol PHASE dan jika
diperlukan, frekuensi dari ini satu dan threshold H dan L untuk membuat sinyal
decode muncul.
10. Pindahkan CH2 pada sinyal dari generator (2) dan membandingkan (sinyal yang
dihasilkan dan decode sinyal) yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.
Ulangi pengamatan dengan tingkat clock yang lebih tinggi.
b. Sistem ASK Kode NRZ dengan menambahkan Noise transmisi
1. Merangkai rangkaian seperti pada Gbr.9. antara terminal transmisi (4) dan
penerima (6) dengan media transmisi sebagai perantara.
2. Mengatur Tingkat CK sampai 2400 Hz dan panjang kata 24 -1.
3. Mengatur CH1 dari osiloskop untuk output dari generator kebisingan (5). Atur
level pada sekitar 25%
4. Mengatur CH1 dari terminal penerima (7). Mengatur osiloskop di external
synchronism dengan clock generator (3). Menampilkan eye pattern. Studi variasi
bentuk clock dinilai meningkat sampai 38,400 Hz dan dengan perbedaan level
noise aditif
5. Atur level noise generator hingga level minimum, level output sampai 100% dan
clock rate sampai 2400 Hz. Mengoperasikan kontrol dari generator clock, sehingga
mengunci sinyal yang diterima. Retouch kontrol hingga memperoleh sinyal
terdekode (8) identik dengan sinyal asli yang ditransmisikan (2)
6. Mengoperasikan kontrol DELAY dari Equalizer DIGITAL DELAY dari panel
DL2560B sehingga SAMA Led equalizer sinyal switching. Verifikasi dengan
oscillloscope jejak ganda bahwa sinyal (8) dan (9) bertepatan.
7. Mengatur selector measurement base hingga 104 dan memilih PANJANG KATA
28 -1 bit.
8. Tekan MULAI. Survei tampilan yang menunjukkan jumlah error bit 104.
9. Membentuk program pengukuran dengan waktu yang tersedia, dengan mendeteksi
BIT ERROR RATE untuk kecepatan transmisi yang berbeda (clock rate) dan
untuk posisi level kebisingan yang berbeda.
10. Tuliskan hasil dalam grafik menunjukkan BER sebagai fungsi dari posisi yang
berbeda dari tombol level kebisingan tingkat output yang sama (untuk ex. 75%)
11. Ukur nilai RMS menggunakan voltmeter, Hitung rasio S / N dan tunjukkan
laporan indikasi ini pada sumbu horisontal grafik yang sama berdasarkan hasil
pengukuran.
2. Amati eye pattern dari sinyal yang diterima, melanjutkan seperti dalam kasus
sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kenyataan sekarang juga garis nol
simetris dan ditampilkan dalam pola mata.
3. Lakukan pengukuran probabilitas kesalahan, mulai dari clock rate rendah dan
noise minimum, semakin meningkat satu dan lain
Modulasi FSK
b. Sistem FSK Respon Partial dengan Pengkodean Duo Binary
1. Merangkai rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar.
2. Atur Rate CK sampai 2400 Hz dan WORD LENGTH pada 24-1.
3. Menghubungkan osiloskop, eksternal trigger, untuk (1), CH1 pada DATA (2),
CH2 ke output dari encoder pre-duo-biner (3).
Periksa bentuk gelombang diamati dan kemudian jelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci regenerator clock dengan mengoperasikan ADJ f sampai selesai
penyambungan pada peralatan sinyal clock.
5. Atur fase dari clock regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), pindahkan CH2 ke terminal (3).
Sesuaikan TITIK KEPUTUSAN memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah
antara 0 sampai High Level dari sinyal yang diterima
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
tengah antara 0 dan level rendah dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), pindahkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase dari clock regenerated dengan tombol PHASE dan jika diperlukan,
frekuensi dari ini satu dan tresholds H dan L untuk membuat sinyal decode
muncul.
10. Pindahkan CH2 pada sinyal dari generator (2) dan membandingkan (sinyal yang
dihasilkan dan decode sinyal) yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.
Ulangi pengamatan dengan tingkat clock yang lebih tinggi.
Koheren demodulator
6. Menghubungkan osiloskop ke output (7) demodulator dan mempelajari
performance untuk posisi yang berbeda dari tombol fase pembawa demodulation
(FASE) dan untuk rate clock yang berbeda.
NRZ decoder
8. Langkah ini CH1 dari oscilosscope ke terminal input dari decoder (7) dan CH2 ke
terminal REF, yang adalah mungkin untuk mengukur tegangan referensi yang
digunakan untuk threshold keputusan tingkat logika dalam decoder. Sesuaikan
potensiometer yang sesuai sedemikian rupa sehingga tingkat ambang batas
menengah antara tingkat minimum dan maksimum dari sinyal pada terminal
masukan (7). Pindahkan CH1 dari osiloskop ke terminal input data dari pemancar
(3) dan CH2 ke output dari decoder NRZ (11). Beroperasi, jika perlu fase clock
referensi potensiometer dan dari frekuensi bebas PLL (f ADJ) sedemikian rupa
untuk menampilkan urutan data diterjemahkan. Bandingkan dengan hati-hati
urutan ini dengan yang ditransmisikan, dengan mengamati penundaan fase yang
lewat di antara keduanya.
b. Sistem PSK dengan Pengkodean Respon Partial
1. Merangkai rangkaian pada gambar
2. Mengatur RATE CK sampai 2400 Hz dan PANJANG KATA sampai 24 -1.
3. Hubungkan Oscilloscope, dalam triger eksternal, untuk (1), CH1 DATA DI (2),
CH2 ke output dari encoder pra-duo-biner (3).Periksa gelombang diamati dan
menjelaskan setiap aspek itu.
4. Kunci clock regenerator dengan mengoperasikan adj f sampai beralih lengkap
peralatan LOCK sinyal.
5. Sesuaikan fase dari clock regenerasi untuk nilai menengah.
6. Pindahkan CH1 ke terminal (4), meninggalkan CH2 ke terminal (3). Sesuaikan
DECISION POINT memiliki tegangan ambang H dengan nilai tengah antara 0
dan tingkat tinggi dari sinyal yang diterima.
7. Pindahkan CH1 ke terminal (5). Pastikan bahwa tegangan ambang L pada nilai
tengah antara 0 dan tingkat rendah dari sinyal yang diterima.
8. Pindahkan CH1 ke output dari decoder (6), meninggalkan CH2 pada masukan (3).
9. Sesuaikan fase clock regenerasi,nilai threshold H dan L sehingga untuk membuat
sinyal decode
10. Pindahkan CH2 dengan sinyal dari generator (2) dan membandingkan sinyal yang
dihasilkan dan sinyal yang didecodekan yang muncul di layar.
11. Survei keterlambatan fase yang lewat di antara dua sinyal.
VII. Data
IX. Kesimpulan
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI
PERCOBAAN V
PENGUKURAN SALURAN DUA KAWAT
I. PENGUKURAN SALURAN DUA KAWAT
Pada system ini tidak mungkin untuk membedakan antara diskrit,resistensi dan
induktansi diri. Sebagai akibatnya, slauran dengan panjang tertentu digambarkan dengan
kuantitas per satuan panjang. Dari sini kita merata-ratakan banyak R’= R/l , G’ = G/l ,L’= L/l
dan C’ = C/l tergantung dengan panjang l, dimana R,G,L,C merupakan nilai dari seluruh
panjang. Sejumlah nilai kuantitas per satuan panjang yang tidak homogen diabaikan selama
proses. Asumsinya kuantitas per satuan panjang R’,L’,C’, dan G’ mempunyai nilai yang sama
dalam saluran yang sama. Pada table 1.1 diperlihatkan harga standar komponen saluran
telepon dengan diameter kabel dari Φ = 0,4 mm sampai dengan Φ = 0,9 mm.
Jarak antara kawat x ditentukan oleh ketebalan pelapis, pada umumnya untuk kawat
yang memiliki Φ = 0,3 mm, jarak x sebesar 250 mm.
Tabel 1.1. Parameter saluran pada saluran telepon standar
Φ (mm) R’ (Ωkm-1) µSkm-1)
G’ (µ µHkm-1)
L’ (µ µFkm-1)
C’ (µ
0.4 264 < 0.1 720 40
0.6 120 < 0.1 700 37
0.8 67 < 0.1 700 37
0.9 56 < 0.1 640 35
γ = (R '
)(
+ J ω L' R ' + J ω C '
) (2)
γ = α + jβ
Pada dasarnya impedansi karakteristik tergantung dengan variabel frekuensi. Kuantitas
per satuan panjang adalah tidak konstan tetapi tergantung dari besar frekuensi. Terlihat pula,
pada R’ dan L’ dipengaruhi efek skin. Hal sama terjadi pada attenuation α dan sudut phasa β.
Secara umum Zc dan α akan tergantung nilai frekuensi. Pada table 2, dapat dilihat nilai
impedansi karakteristik yang dihitung dengan menggunakan fungsi frekuensi pada saluran
dua kawat.
Fungsi atau persamaannya adalah :
R 2
+ (ω L ) 2 (3)
Z =
[G ]
c
+ (ω C )
2 2
Catatan : untuk frekuensi yang sangat tinggi, f → ∞ impedansi karakteristik adalah real dan
dapat diasumsikan menjadi :
Z =
L '
(4)
c '
C
Jika parameter saluran pada table 1 dimasukkan ke dalam persamaan (4), maka akan didapat :
Tabel 1.2. Impedansi karakteristik untuk saluran frekuensi tinggi f → ∞
Communication cable Zc (Ω)
Φ = 0.4 mm 134
Φ = 0.6 mm 138
Φ = 0.8 mm 138
Φ = 0.9 mm 135
Open wire line
X = 250 mm, Φ = 3 mm 609
Transformasi Impedansi
Saluran dapat juga berfungsi sebagai transformer. Sebagai contoh, sebuah impedansi
Z2 secara normal ditransformasikan ke impedansi Z1 berdasarkan rasio 1/λ untuk teori rugi-
rugi saluran, hubungan antara impedansi output Z2 dan impedansi input Z1 adalah :
Z 2
+ j tan( 2 β l ) (5)
Z1 Z
= w
Z w Z
1+ j 2
tan( 2 β l )
Z w
Alat-alat tambahan :
• 2 Probe, 1:1 / 10:1
• 2 multimeter digital
V. RANGKAIAN PERCOBAAN
5.1. Menentukan Karakteristik impedansi dengan mengukur short circuit dan open circuit
Gambar 1.4
Gambar 1.5
5.3. Cara Pengukuran untuk mengurangi pelemahan (attenuasi) pada saluran transmisi
jarak jauh
Gambar 1.6
6.1. Menentukan Karakteristik impedansi dengan mengukur short circuit dan open circuit
1. Bentuk Rangkaian seperti pada gambar 1.4
2. Gunakan kawat dengan panjang l = 0,2 km dan diameter Φ = 0,4 mm dari saluran transmisi
model II. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
4. Hitung nilai Z1,∞ dengan menggunakan rumus :
Z 1,∞ = U 1 I 1 = U 1 U R .300Ω
5. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 0) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
6. Hitung nilai Z1,∞ dengan menggunakan rumus :
Z 1,∞ = U 1 I 1 = U 1 U R .300Ω
7. Hitung karakteristik impedansi Zc untuk setiap frekuensi dengan menggunakan rumus :
Z c = Z 1,0 .Z 1,∞
8. Hasil percobaan ditabelkan pada tabel 1.1.1
9. Ulangi percobaan diatas untuk model II, dengan l = 0,85 km dan Φ = 0,9 mm, tabelkan di
tabel 1.1.2
10. Ulangi percobaan diatas untuk model I, dengan l = 0,5 km dan Φ = 0,4 mm, tabelkan di tabel
1.2.1
11. Hitung Perbandingan antara panjang saluran dan panjang gelombang λ, dimana :
f .λ = vφ
VΦ adalah kecepatan phase dari perjalanan gelombang pada saluran dua kawat.
VΦ tergantung pada elektrik. Pada percobaan ini diasumsikan bahwa :
3. f .l
VΦ = 2/3 c = 2. 108 m/s, maka : 1 λ=
2.c
12. Bandingkan ketiga hasil percobaan ini. Masukkan ke tabel 1.2.2
13. Plot karakteristik Zc = Zc (f) terhadap frekuensi dari masing-masing percobaan, dan 1/λ
terhadap frekuensi dari ketiga percobaan.
Tabel 1.1.1 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.4 mm
Line length l = 0.2 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000
Tabel 1.1.2 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.9 mm
Line length l = 0.85 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000
Tabel 1.2.1 : Determining the characteristic impedance Zc from the measurement of the line
input impedance Z1 for open circuit and short circuit line termination
Line section : Wire diameter Φ = 0.4 mm
Line length l = 5 km
Z2 : open circuit Z2 : short circuit
f (Hz) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,∞∞(Ω) U1(mVrms) UR(mVrms) Z1,0(Ω) ZC(Ω)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000
Tabel 1.2.2
l/λ
f (Hz) l = 0.2 km l = 0.85 km l = 5 km
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
300
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000
6.3. Cara Pengukuran untuk mengurangi pelemahan (attenuasi) pada saluran transmisi
jarak jauh
1. Bentuk rangkaian seperti gambar 1.6
2. Masukkan tegangan sinusoidal Vpp generator fungsi 4 V
3. Ukur nilai U1 dan UR pada saat rangkaian terbuka (Z2 = ∞) dengan memvariasikan frekuensi
generator fungsi
4. Ukur nilai U1 dan U2 pada saat rangkaian tertutup (Z2 = 600Ω) dengan memvariasikan
frekuensi generator fungsi
5. Hitung attenuation (pelemahan ) A dan log attenuation a saluran dengan menggunakan rumus
: A = U1 / U2 ; a = 20 log A
6. Gambarkan grafik hasil percobaan diatas dalam f(Hz) terhadap A dan f(Hz) terhadap a(dB)
7. Ulangi percobaan diatas , dan masukkan pada tabel 3.2.1 dan tabel 3.3.1
8. Bandingkan ketiga hasil percobaan ini
300
Z2 : open circuit Z2 : termination 600 Ω
f (Hz) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB) U1(mVrms) U2(mVrms) A a(dB)
100
200
300
400
500
600
800
1000
2000
3000
4000
5000
6000
8000
10000