Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI MAKRO DAN

BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DELIA EKA RISQIANI

14322044

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan utama dari bisnis retail adalah memperoleh keuntungan

dari barang-barang yang dijual melalui toko fisik. Perusahaan retail

merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menjamurnya minimarket dan juga

hypermarket di Indonesia menjadi bukti bahwa perusahaan retail masih

diminati masyarakat untuk berbelanja.

Perusahaan retail, diharuskan untuk menjaga kinerjanya dalam

beroperasional. Hal ini dikarenakan memiliki nilai positif, dimana

kepercayaan dari eksternal menjadi modal utama untuk tetap bisa menjalankan

bisnis ini. Di Indonesia, bisnis ritel mengalami pertumbuhan yang cukup

pesat. Peningkatan sektor rill negara kita, merupakan dampak yang positif

bagi perkembangan bisnis ritel. Perkembangan bisnis ritel modern tersebut

semakin menjamur ke berbagai sudut kota dalam bentuk mall, supermarket,

minimarket atau swalayan yang sangat mudah untuk ditemukan. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat.

Menurut Worldbank (2017) pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada

tahun 2016 menguat, dan diperkiraan kondisi perekonomian akan tetap positif.

Badan pusat statistic melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai


5,02 persen di 2016. Angka ini lebih tinggi dari 2015 yang dikoreksi sebesar

4.88 persen. Adapun untuk kuartal IV-2016 pertumbuhan ekonomi mencapai

4,94 persen. Ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02

persen. Juga lebih rendah dibanding laju ekonomi kuartal IV tahun 2015 yakni

5,04 persen.

Di sisi lain, kenaikan (inflasi) menjadi sebuah momok bagi para produsen,

karena dapat berakibat pada kenaikan harga barang. Konsekuensinya apabila

harga produksi naik, adalah harga jual yang juga naik. Sehingga menurunkan

minat distributor untuk memiliki banyak stok barang. Damhuri Nasution

(2016) menjelaskan bahwa motor pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016

ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh seiring dengan terjaganya

lanju inflasi sepanjang tahun lalu.

Di awal tahun 2018 ini, data inflasi menurut BPS dan juga BI mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya. Hal dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel diatas menjelaskan bahwa, inflasi umum yang terjadi di Indonesia

mengalami penurunan dari bulan Desember 2017. BPS melaporkan bahwa

inflasi di awal tahun 2018 adalah sebesar 0,62% dan merupakan hal positif

dalam perekonomian di Indonesia. Tren suku bunga yang turun dan indeks

kepercayaan konsumen relative tinggi sehingga mendorong konsumsi

masyarakat.

Sedangkan menurut Bank Indonesia, tingkat inflasi jika dilihat dari Indeks

Harga Konsumen, juga mengalami penurunan angka dari tahun sebelumnya.

Jika di bandingkan pada bulan Januari 2017 inflasi IHK berada pada angka

3,49% dan pada bulan Januari di tahun 2018, inflasi IHK menunjukkan angka

3,25%.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak hanya dilihat dari faktor inflasi.

Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu,

persaingan sumber daya manusia (SDM), nilai tukar, minyak mentah, dan gas

bumi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ini

berasal dari domestic dan eksternal. Faktor domestic meliputi harga komoditas

nonmigas di pasar internasional yang mengalami peningkatan, realisasi

belanja pemerintah (APBN) dan jumlah wisatawan juga berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Fama (1981) menyebutkan bahwa pergerakan faktor

ekonomi makro dapat digunakan untuk memprediksi kondisi perusahaan.

Banyak peneliti percaya bahwa beberapa variable ekonomi makro, seperti

suku bunga (Charitou et al, 2004), laju inflasi yang tinggi (Pareira, 2010) dan

fluktuasi nilai tukar yang tinggi (Rachmawati, 2012) menyebabkan


perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang dapat menurunkan kinerja

perusahaannya.

Merujuk pada sumber daya manusia, saat ini banyak warga asing yang

bekerja di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan MEA (Masyarakat

Ekonomi Asean), dimana masyarakat di asia tenggara berkesempatan untuk

bekerja di negara lain dan bersaing dengan penduduk negara tersebut. Di

Indonesia sendiri, masyarakat cenderung menuntuk gaji yang tinggi

dibandingkan orang asia lainnya, hal ini membuat perusahaan lebih memilih

mempekerjakan masyarakat asing dengan gaji yang lebih murah.

Faktor selanjutnya yaitu tentang nilai tukar, menurut data dari BI nilai

tukar rupiah per tanggal 1 Oktober 2018 mencapai Rp 14,830 per $1.

Tingginya nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

di Indonesia. Menurut Musdholifah & Toni (2007) nilai tukar atau kurs adalah

perbandingan antara harga suatu negara dengan mata uang negara lain.

Sedangkan menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran

antara dua mata uang yang berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar

rupiah adalah perbandingan nilai tukar rupiah dengan mata uang negara lain.

Jika nilai tukar rupiah semakin menurun, maka akan sangat berpengaruh

terhadap perekonomian di Indonesia. Khususnya bagi perusahaan yang

bergerak dibidang retail. Dimana nilai beli masyarakat akan lebih turun, dan

lebih memilih untuk berbelanja di pasar tradisional dibandingkan berbelanja di


pasar modern. Dan perusahaan retail, harus benar-benar memikirkan dampak

tersebut untuk mempertahankan perusahaannya.

Dalam sebuah perusahaan, pajak menjadi hal wajib yang harus dibayarkan

oleh perusahaan tersebut. Dalam bidang analisis perpajakan, terdapat salah

satu isu yang berkembang yaitu book tax differences. Pengertian book tax

differences adalah perbedaan besaran laba akuntansi atau laba komersial

dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak.

Menurut Purnomo (2008) laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih

selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak yang dihitung berdasarkan

prinsip akuntansi, sedangkan laba fiskal adalah laba atau rugi selama satu

periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan.Laporan laba rugi

merupakan salah satu laporan keuangan yang menunjukkan hasil yang telah

dicapai oleh perusahaan melalui laba atau rugi yang dihasilkan oleh

perusahaan. Laba yang dihasilkan dari operasi perusahaan dapat digunakan

untuk mengukur keberhasilan perusahaan.

Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap

badan usaha. Bagi perusahaan yang berorientasi laba, segala macam cara akan

ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Misalnya dengan

meningkatkan volume penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan

kinerja karyawan dan mengefisiensikan segala sumber daya yang dimiliki

serta menekan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang


dijual dengan tetap memperhatikan mutu kualitas dari barang atau jasa yang

dihasilkan.

Dalam penyusunan laporan keuangan, akuntan menyusun laporan

berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Didasari prinsip tersebut, maka

munculah istilah laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial.

Menurut Resmi (2005) laporan keuangan fiskal adalah laporan yang disusun

berdasarkan ketentuan perpajakan dan lebih ditujukan untuk menghitung

pajak. Sedangkan laporan keuangan komersial adalah laporan yang disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

Terjadinya perbedaan penyusunan dalam perhitungan laba fiskal

(penghasilan kena pajak) dan laba komersial (laba akuntansi) disebut dengan

book tax differences.Informasi yang terkandung dalam book tax differences

dapat mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat

mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat membantu membantu investor

dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Book tax differences

juga merupakan salah satu cara unuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Book

tax differences dinilai relevan karena menyediakan tambahan informasi

mengenai komponen sementara dari laba dan arus kas serta menyediakan

informasi mengenai kualitas variabel keuangan (Tang, 2006).

Melihat bahwa book tax differences berguna dalam hal menginformasikan

laba, maka book tax differences menjadi sangat penting untuk dipahami dan

digunakan para stake holder dalam mengambil sebuah keputusan.Beberapa


penelitian terkait telah menjelaskan dan memberikan bukti mengenai

hubungan pengaruh book tax differences terhadap pertumbuhan laba. Jackson

(2009) membuktikan bahwa perbedaan permanen memiliki pengaruh negatif

terhadap beban pajak, sedangkan perbedaan temporer memiliki pengaruh

negatif terhadap petumbuhan pada laba sebelum pajak. Penelitian di Indonesia

mengenai book-tax differences berkaitan dengan persistensi laba dilakukan

oleh Martani dan Persada (2009). Martani dan Persada (2009) menguji apakah

perbedaan permanen dan perbedaan temporer akan berpengaruh pada

pertumbuhan laba di perusahaan yang terdaftar di BEI. Dalam penelitian

tersebut Martani dan Persada berhasil membuktikan bahwa perbedaan

permanen memiliki hubungan negatif terhadap perubahan laba bersih. Hasil

penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya dalam

penelitian di luar negeri (Jackson, 2009 ; Lev dan Nissim, 2004). Jackson

(2009) dan Lev and Nissim (2004) menemukan bahwa perbedaan permanen

memiliki korelasi negatif dengan tax expenses. Jadi secara teoritis akan

memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan laba (pertumbuhan laba bersih).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

skripsi dengan judul “PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO DAN BOOK TAX DIFFERENCE TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang

akan di bahas, akan di rumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pengaruh ekonomi makro terhadap pertumbuhan laba

di Indonesia ?

1.2.2 Bagaimana pengaruh book tax difference terhadap pertumbuhan

laba di Indonesia ?

1.2.3 Bagaimana pengaruh ekonomi makro dan book tax difference

secara bersama-sama terhadap pertumbuhan laba di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengacu kepada :

1.3.1 Menjelaskan pengaruh ekonomi makro terhadap pertumbuhan laba di

Indonesia.

1.3.2 Menjelaskan pengaruh dari book tax difference terhadap

pertumbuhan laba di Indonesia.

1.3.3 Menjelaskan pengaruh ekonomi makro dan book tax difference

secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi pengguna informasi akuntansi.

Dapat mengetahui dan memahami pengaruh dari pertumbuhan

ekonomi makro dan book tax difference, terhadap pertumbuhan laba,

sehingga dapat mengambil keputusan dan langkah yang tepat.

1.4.2 Bagi perusahaan


Dapat mempertimbangkan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perusahaan dan juga untuk kemajuan perusahaan selanjutnya.

1.4.3 Bagi peneliti

Sebagai bahan referensi dan bahan penelitian untuk peneliti

selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum,

dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat

atau turunnya daya jual mata uang asing suatu negara. Inflasi di Indonesia

diukur berdasarkan hasil survei BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan

presentase pertumbuhan nilai IHK (Indeks Harga Kosumen).Menurut

Boediono (1999 : 155) Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga

untuk naik dan secara kontinue. Kenaikan harga, tidak terjadi pada satu

atau dua barang saja, melainkan sebagian besar dari barang-barang lainnya

juga cenderung mengalami kenaikan harga.


Sedangkan menurut Sukirno (2008 : 165) inflasi merupakan

fenomena terjadinya kenaikan harga secara bertahap.Inflasi tidak terjadi

begitu saja, terdapat beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya inflasi

di suatu negara. Beberapa sebab yang dapat menimbulkan inflasi antara

lain pemerintah terlalu berambisi untuk menyerap sumber-sumber

ekonomi lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat

dilepaskan oleh pihak bukan pemerintah pada tingkat harga yang berlaku

berbagai golongan dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan

pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktifitas mereka,

adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehinggapermintaan

barang-barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan keluarnya yang

mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan, adanya kebijakan

pemerintah baik yang bersifat ekonomi atau non ekonomi yang

mendorong kenaikan harga, pengaruh alam yang dapat mempengaruhi

produksi dan kenaikan harga, pengaruh inflasi luar negeri, khususnya bila

negara yang bersangkutan mempunyai sistem perekonomian terbuka.

Pengaruh inflasi luar negeri ini akan terlihat melalui pengaruh terhadap

harga-harga barang impor (Dwi Eko Waluyo, 2009)

2.1.2 Persaingan Sumber Daya Manusia

Meningkatnya persaingan dalam dunia pekerjaan, membuat

masyarakat Indonesia harus berlomba-lomba dengan warga asing yang

bekerja di Indonesia. Kurangnya lapangan pekerjaan, dan banyaknya


pengangguran menjadikan PR untuk pemerintah agar bisa mengatasi

masalah tersebut.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian dari

proses dan tujuan dalam pembangunan nasional, maka kemampuan

profesional dan kematangan kepribadian harus saling bisa memperkuat.

Ada beberapa kebijakan pokok dalam upaya peningkatan SDM (Sumber

Daya Manusia) :

1. Peningkatan Kualitas SDM yang produktif

2. Peningkatan Kualitas hidup manusia seperti peningkatan jasmani dan

rohani.

3. Peningkatan kualitas SDM dalam hal kemampuan mengikuti

perkembangan zaman (globalisasi)

Pfeffer (2013) mengatakan jika orang adalah sumber dari keunggulan

berkompetisi, jelas mereka harus punya segala informasi yang berkaitan

untukmenjadi sukses. Karena informasi sangatlah penting bagi suatu

persaingan, hal ini di katakan oleh Kahamer (2002) bahwa, setiap orang

yang memiliki informasi yang sama akan sulit untuk menentukan siapa

yang bisa mengalahkan pesaingnya. Seperti halnya di pasar komoditi,

apabila orang lain kalah dan informasi tidak akan cukup untuk

mengalahkannya. Maka dari itu pentingnya suatu keterampilan lebih

dalam mengadopsi ataupun mengolah informasi dengan kemajuan


teknologi yang semakin maju di era global ini. Dan bagaimana teknik

mereka untuk mencapai keberhasilan adalah dengan menggunakan

teknologi sebagai inovasi. Porter dan Miller (2010) menambahkan bahwa

revolusi teknologi mempengaruhi kompetisi di tiga cara yaitu: Pertama:

akan merubah struktur industri yang ada dan akan merubah aturan – aturan

mengenai kompetisi. Kedua: akan menciptakan keunggulan bersaing

dengan memberikan cara baru bagi perusahaan untuk mengalahkan lawan.

Ketiga: akan menciptakan suatu bisnis baru dan sering terjadi dengan yang

sudah ada dalam perusahaan tersebut. Surendro (2011) mengatakan

Teknologi Informasi dapat memungkinkan suatu organisasi untuk

mendapatkan strategi baru, meningkatkan produktivitas dan menghadapi

persaingan. Maka dari itu, seseorang yang berdaya saing tinggi dapat

mengimplementasikan infrastruktur Teknologi Informasi dengan efektif

dan efisien.

2.1.3 Nilai tukar

Nilai tukar valuta asing atau kurs adalah harga satu unit mata uang

asing dalam mata uang domestik (Simorangkir 2004 : 4). Dalam beberapa

waktu ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar mengalami penurunan terus

– menerus.
Tabel 2.1 Kurs Transaksi Dollar di Bank Indonesia

Jika dilihat melalui tabel transaksi dollar pada Bank Indonesia 3

bulan terakhir, maka bisa dikatakan bahwa nilai tukar rupiah cenderung

melemah. Jika hal ini terjadi terus – menerus, maka perekonomian di

Indonesia akan melemah juga. Dan berpengaruh terhadap perusahaan

dalam proses produksi, yang mempengaruhi perolehan laba perusahaan.

Menurut Madura (1993) terdapat 3 faktor penentu Nilai tukar:

1. Faktor Fundamental
Berkaitan dengan indikator ekonomi seperti : inflasi, suku bunga,

perpedaan pendapatan antar negara, ekspetasi pasar, dan intervensi

bank sentral.

2. Faktor Teknis

Berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran hanya di

waktu tertentu.

3. Sentimen Pasar

Lebih banyak disebabkan oleh berikta politik atau rumor yang

bersifat insidentil. Hal tersebut dapat mendorong harga valuta asing

untuk naik atau turun.

2.1.4 Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Book tax

differences)

Laporan laba rugi akuntansi merupakan laporan laba yang dibuat

berdasarkan standart akuntansi keuangan dan menghasilkan laba bersih

sebelum pajak. Sedangkan laporan laba rugi fiskal atau yang biasa dikenal

dengan book tax differences merupakan laporan laba rugi yang dibuat

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan

besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan.


Adanya perbedaan antara laporan laba rugi akuntansi dan laporan

laba rugi fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya,

tahun pajak atau tahun buku dan metode yang digunakan sebagai acuan.

Akuntansi Fiskal

Mengacu pada peraturan perpajakan


Mengacu pada PSAK yang
yang ditetapkan oleh badan legislatif
dirumuskan IAI
dan eksekutif.

Ditujukan agar wajib pajak dan


Ditujukan kepada para stakeholder
menghitung besarnya pajak terhutang

Perbandingan objek pajak dengan


Perbandingan pendapatan dengan
pengurangan penghasilan bruto
biaya

Menganut biaya historis dengan


Menganut biaya historis
memperhatikan harga pertukaran yang

objektif

Jika terdapat pelanggaran, maka akan


Jika terdapat pelanggaran, tidak ada
ada sanksi administrasi ataupun bisa
sanksi, namun akan mempengaruhi
mendapatkan sanksi pidana
opini akuntan publik

Tabel2.2 Perbedaan Laporan laba rugi Akuntansi dan Fiskal

Sumber : Poernomo, Modul Akuntansi Pajak

2.1.5 Pertumbuhan Laba


Pengertian laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2007 : 346)

adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam

bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban,

yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

modal.Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian

laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya

yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Laba yang mengalami

peningkatan merupakan kabar baik (good news) bagi investor, sedangkan

laba yang mengalami penurunan merupakan kabar buruk (bad news) bagi

investor.

Sedangkan menurut Abdul Halim & Bambang Supomo ( 2005:139)

laba adalah pusat pertanggung jawaban yang masukan dan keluarannya

diukur dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan biaya.Tika

(2010) dalam C Khotimah (2016), menjelaskan bahwa investor sebagai

pemilik modal menginginkan perusahaan dapat menghasilkan laba yang

meningkat setiap periodenya. Namun, faktanya, laba yang diperoleh

perusahaan setiap periode tidak dapat dipastikan, bisa naik untuk tahun ini

dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitu juga sebaliknya. Kenaikan

dan penurunan laba per tahun inilah yang disebut dengan pertumbuhan

laba.

Laba memiliki karakteristik, diantaranya :


1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.

2. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang membutuhkan

pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan

pendapatan.

3. Laba membutuhkan tentang biaya dalam bentuk biaya historis.

4. Laba didasarkan pada prinsip perbandingan antara pendapatan dan biaya

relevan yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Fungsi dari laba yaitu menunjukkan kinerja suatu perusahaan yang

berasal dari aktifitas operasionalnya. Tujuan dari penyajian laba melalui

lapran keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

para pihak yang berkepentingan.Dengan merencanakan pertumbuhan laba,

dapat diketahui prospek perusahaan tersebut di masa mendatang, serta

berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk tetap eksis menjalankan

usahanya dengan berbagai kewajiban yang menjadi beban dalam

perusahaan tersebut. Perencanaan tersebut juga bermanfaat bagi pihak

investor maupun kreditur sebagai pertimbangan untuk pengambilan

keputusan di masa mendatang. Suatu perusahaan yang meyakini adanya

peningkatan laba di masa mendatang akan ditangkap sebagai signal positif

bagi pihak investor dan kreditur sehingga diharapkan mampu

meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya. Oleh

karena itu penting bagi manajemen untuk merencanakan pertumbuhan laba


di masa mendatang.Pertumbuhan laba dimungkinkan ada pengaruh dengan

kualitas laba perusahaan karena jika perusahaan yang memiliki

kesempatan bertumbuh terhadap labanya berarti kinerja keuangan

perusahaan tersebut baik dan dimungkinkan juga memiliki kesempatan

bertumbuh terhadap kualitas labanya. pertumbuhan laba yang terus

menerus meningkat dari tahun ke tahun dapat memberikan sinyal yang

positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja

perusahaan. Prediksi pertumbuhan laba sering digunakan oleh investor,

kreditur, dan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. (C Khotimah,

2016)

Laba terdiri dari beberapa jenis, diantaranya :

1. Laba kotor atas penjualan

Laba kotor atas penjualan adalah laba yang diperoleh dari penjualan

bersih dikurangi harga pokok penjualan (HPP). Dinamakan laba kotor,

karena perhitungan ini belum dikurangi dengan biaya operasional lainnya

dalam suatu periode.

2. Laba bersih operasi perusahaan

Laba bersih operasi perusahaan adalah laba kotor perusahaan dikurangi

dengan biaya penjualan , biaya administrasi dan biaya umum.

3. Laba bersih sebelum pajak

Laba bersih sebelum pajak adalah pendapatan perusahaan secara

keseluruhan sebelum dikurangi potongan pajak perseroan.


4. Laba bersih setelah pajak

Laba bersih setelah pajak adalah pendapatan perusahaan yang telah

dipotong pajak dan biaya-biaya lainnya.

Pertumbuhan laba adalah perubahan laba dari periode satu ke periode

lain yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya pertumbuhan laba ini, bisa

digunakan para stakeholder dalam mengambil sebuah keputusan. Cara

perhitungan pertumbuhan laba yaitu dengan mengurangkan laba periode

berjalan dengan periode sebelumnya dan dibagi dengan laba pada periode

sebelumnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya , membuat sebuah

kesimpulan tentang pengarug ekonomi makro. Menurut Akhmad Muzakky (2005)

inflasi, pendapatan perkapita , eksport mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Vidiyana (2017) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh book tax

differences terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitiannya, Vidiyana

melakukan beberapa pengujian dan dapat ditarik kesimpulan bahwa book tax

differences tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Halon (2005) dalam penelitiannya menguji book tax differences dalam

mengindikasikan persistensi laba dan hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa jika sebuah perusahaan dengan book tax differences dalam jumlah besar
dan bernilai positif dan negatif, maka perusahaan tersebut mempunyai laba yang

kurang persisten, jika dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai book tax

differences dalam jumlah kecil.

2.3 Kerangka Konseptual

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dihadapkan kepada tantangan-

tantangan yang perlu dijadikan acuan untuk memperbaiki ekonomi makro

nasional. Keadaan perekonomian di Indonesia bisa dibilang fluktuatif,

mengakibatkan timbulnya keraguan bagi para investor untuk mengembangkan

bisnisnya di Indonesia.

Alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari

pertumbuhan ekonominya.

Pelaporan keuangan mempunyai tujuan umum yaitu menyediakan

informasi yang bermanfaat untuk para stakeholder guna membantu dalam

pengambilan keputusan. Di dalam laporan laba rugi, terdapat informasi tentang

hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu, dan laporan ini bisa menjadi

tolak ukur kinerja perusahaan tersebut.

Tidak jarang, ada perusahaan yang memanipulasi hasil laporan keuangan,

agar terlihat bahwa perusahaan tersebut baik-baik saja. Laba yang telah

dimanipulasi tersebut, tentunya memberikan sebuah informasi yang salah kepada

para stakeholder. Maka untuk mengurangi kecurangan manipulasi data, perlu


diadakan penelitian lebih lanjut, salah satunya dengan menggunakan book tax

differences.

Menurut Wijayanti (2006) book tax differences bisa memberikan informasi

mengenai kualitas laba sebuah perusahaan, serta bermanfaat sebagai bahan

evaluasi kinerja perusahaan.

2.4 Hipotesis

Dalam uraian sebelumnya. Telah dijelaskan bahwa perkembangan

ekonomi makro dan book tax differences akan menjadi faktor-faktor yang bisa

mempengaruhi pertumbuhuan laba.

Ekonomi makro adalah studi tentang perkembangan ekonomi secara

menyeluruh yang terjadi di Indonesia.Dalam penelitian kali ini , ekonomi makro

yang digunakan adalah inflasi, nilai tukar dan SDM (Sumber daya Manusia)

terhadap perubahan laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah :

H1 = perkembangan ekonomi makro berpengaruh terhadap perubahan

laba.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tang dan Firth (2008)

membuktikan bahwa book tax differences yang besar menandakan bahwa laba

perusahaan lebih transitory dan kurang persisten. Dan dapat disimpulkan bahwa
ditahun mendatang, kinerja perusahaan akan lebih rendah yang bisa berpengaruh

terhadap menurunnya harga saham.

Beberapa perbedaan terjadi jika penghasilan atau beban diakui dalam

perhitungan laba akuntansi. Berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban

tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal. Perbedaan ini juga dapat

memberikan informasi mengenai kinerja ekonomi masa depan, melalui pencatatan

akrual yang digunakan perusahaan untuk bisa memanipulasi laba. Tujuan dari

manipulasi laba adalah untuk mendapatkan laba bersih yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diaras, maka hipotesis kedua yang diajukan adalah :

H2 = Pengaruh book tax differences terhadap perubahan laba.

Anda mungkin juga menyukai