PBLK DHF Jerry
PBLK DHF Jerry
PENDAHULUAN
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue
kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO)
2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian
(2007) menunjukkan jika dibandingkan antara tahun 2006 dan tahun 2005
penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01%. (Chen, 2009).
daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi
dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada
dalam kasus DBD adalah angka kematian yang tinggi, penyebaran penyakit yang
1
mudah meluas dan terutama menyerang anak-anak. Pada DBD yang terlambat
Masa kritis dari penyakit ini terjadi pada akhir fase demam yaitu pada
Dengue Syok Syndrome (DSS), karena pada saat itu terjadi penurunan suhu tubuh
yang tiba-tiba dan sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi
yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami
syok. Syok pada demam berdarah (DSS) merupakan tanda kegawatan yang harus
mendapat perhatian serius. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat,
pasien dapat meninggal dalam waktu 12 – 24 jam atau sembuh cepat setelah
mendapat penggantian cairan yang memadai. Apabila syok tidak dapat segera
diatasi dengan baik, akan terjadi komplikasi yaitu asidosis metabolik, perdarahan
saluran cerna hebat atau perdarahan lain, hal ini pertanda prognosis yang buruk
(DepKes RI, 2004). Menurut Wiradharma (2009) angka kematian kasus DBD
pada penderita yang tidak dirawat dan diobati segera mencapai 50%, tetapi angka
tersebut menurun sampai 5 % dengan tindakan yang cepat dan tepat, baik dalam
terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap
2
nyamuk (PSN), terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air
serta adanya empat serotype virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Mujida,
Pertumbuhan penduduk yang tinggi, Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
Sumatera Utara yaitu RSU Bunda Thamrin Medan, jumlah pasien rawat inap DHF
mengalami peningkatan selama 3 tahun reakhir, yaitu sebanyak 363 pasien pada
tahun 2016, 455 pasien pada tahun 2017, dan sebanyak 536 pasien pada tahun
2018. Jumlah terakhir dari bulan Januari – April 2019 sebanyak 147 pasien (RSU
yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan menurunkan jumlah kasus dan
kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik
untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni
3
Berdasarkan latar belakang diatas, DHF semakin meningkat di dunia
setiap tahunnya maka penulis tertarik mengangkat judul Manajemen Kasus Sistem
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawatan pada
2. Tujuan khusus
1.3 Manfaat
1. Bagi Klien
Hasil laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah
2. Bagi Penulis
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori dan konsep yang diperoleh di
4
3. Bagi Praktisi Keperawatan
Hasil laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
Ruang 650 Lantai 6 Gedung III RSU Bunda Thamrin Medan tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
albopictuse dan Aedes aegypti). Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus
oleh virus dangue I, II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada
wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang
relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang
pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh
2.1.3 Patofisiologi
Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat. (Gubler,
1998). Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi
hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor, yaitu perunahan vaskuler,
2.1.4 Patogenesis
6
Virus dangue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk
Aedes aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ
hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang belakang, dan paru. Dalam peredaran
darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN
perkembangbiakan sel virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu
tetapi tidak ada cross protectif terhadap serotip virus yang lain (Kurane &
Francis, 1992).
Beberapa teori mengenai terjadinya DBD dan DSS antara lain adalah:
C3A dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek
7
didapat pada sel makrofag yang tinggal menetap di jaringan. Pada kejadian
sel makrofag yang beredar dan tidak melekat pada sel makrofag yang
c. Teori mediator
Teori mediator didasarkan pada beberapa hal:
1) Kelanjutan dari teori antibody enhancing, bahwa makrofag yang
merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada
8
DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous
secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua
kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah
ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan
dengan reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan
pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu,
replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan
akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan
9
dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke
Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai
lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini
natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites).
Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan
anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena itu, pengobatan syok sangat
Virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain
1977).
di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan
10
menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system)
2.1.5 Klasifikasi
WHO (1997) membagi DBD menjadi 4 (Vasanwala dkk, 2011):
Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
11
2.1.6 Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang
2-7 hari (Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik turun dan tidak berhasil
dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan
hidung teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut
(38°-40° C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta
seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
ini juga dapat dijumpai pada campak, demam chikungunya, tifoid, dll.
12
lebih dari 20 ptekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar
nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai
tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan
2012).
13
Gambar: Perubahan Ht, Trombosit, dan LPB dalam perjalanan DHF
c. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
14
menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh berat misalnya
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sekali (>48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-
lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum
keras positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama
dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM
15
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih
darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac
Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya
memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan
serotype tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah.
Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari
dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk,
2011).
2.1.8 Penatalaksanaan
a.Pre Hospital
16
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
untuk 100 liter air atau dengan takaran 2,5 gram Altosid ( ± 1/4
sendok makan peres) untuk 100 liter air. Abate dan Altosid dapat
kasus positif DBD dengan radius 100 m (20 rumah) dan bila di
menyertai adalah muntah atau intake tidak adekuat (tidak mau minum),
17
minum 2 liter/hari (kira – kira 8 gelas) atau 3 sendok makan tiap 15
menit. Minuman yang diberikan sesuai selera misalnya air putih, air
teh manis, sirup, sari buah, susu, oralit, shoft drink, dapat juga
Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit,
tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah
meningkatkan trombosit
5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam
berikut ini :
a) Dewasa: 50 cc/kg BB/hari
18
b) Anak: Untuk 10 kg BB pertama: 100cc/kg BB/ hari
1. Jus Buah
selalu harus jus jambu biji, bisa memberikan jus buah lain
seperti jus pepaya, jeruk, atau jus mangga. Dengan kadar air
gula dan mineral yang terdapat dalam air ini begitu sempurna,
tubuh manusia.
19
3. Air Heksagonal
4. Alang-Alang
panas. Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang
20
dingin, oleh karena kompres dingin dapat menyebabkan anak
kejang demam disamping obat penurun panas dapat diberikan obat anti
tapi bila syok terjadi dalam waktu yang lama, penderita sudah tidak
sadar lagi. Dampak syok dapat menyebabkan semua organ tubuh akan
waktu singkat. Oleh karena itu penderita harus segera dibawa kerumah
21
terkena demam berdarah maka harus segera melaporkan
bagi kader kesehatan sebagai salah satu cara deteksi dini demam
yang bermakna dimana para kader menjadi tahu dan paham tentang
kesehatan.
22
melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma
garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume
C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B danA (DepKes
RI, 2005).
1) Fase Demam
dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri
23
diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama
dianjurkan adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan
Tabel 1
mg)
<1 60 1/8
1-3 60-125 1/8-1/4
4-6 125-250 1/4-1/2
7-12 250-500 1/2-1
24
menggambarkan derajat kebocoran plasma danpedoman kebutuhan
harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga sampai
terjadi pada fase penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase
RI, 2005).
25
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus
Tabel 2
(defisit cairan 5 – 8 %)
26
Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan
menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai
27
(dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya
> tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10 ml/kg
Plasma
28
Pada umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48
d) Pemberian Oksigen
29
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada
e) Transfusi Darah
30
mendeteksi terjadinya dan berat ringannya KID. Pemeriksaan
2005).
f) Monitoring
teratasi.
mencukupi.
31
dilakukan. Tetapi, apabila diuresis tetap belum mencukupi,
5
Perbaikan klinis dan laboratorium:
6 Distress nafas
IVFD stop setelah 24-48 jam Ht naik HT turun
Apabila
7 tanda vital dan Hb Tekanan nadi < 20 mmHg
stabil, diuresis cukup
Perbaikan
Gambar: Penatalaksanaan DBD derajat I dan II (Sumber: DepKes RI, 2005)
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
34
Infus stop tidak lebih 48 jam
Setelah syok teratasi
Gambar: Penatalaksanaan DBD derajat II dan III (Sumber: DepKes RI, 2005)
35
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
DSS atau potensial DSS sehingga dapat diberikan penanganan yang cepat
mortalitas. Hal ini sangat didukung oleh pengetahuan perawat tentang hal-
hal yang harus dikaji pada pasien dengan DHF atau DSS, termasuk
manifestasi klinis yang mungkin muncul dalam setiap tahap dari penyakit
tersebut. Secara umum munculnya tanda dan gejala nyeri atau tenderness
36
Prevention) menjelaskan bahwa fokus pengkajian untuk kegawatan pada
DHF yang dikenal dengan DSS adalah sebagai berikut (CDC, 2010):
a. Riwayat demam
Riwayat demam yang akurat penting untuk ketepatan diagnosis dan
asites dan atau efusi pleura, kulitdan ekstremitas teraba dingin, basah,
telah masuk fase kritis adalah ketika tanda dan gejalapada pengkajian
37
2) Hemokosentrasi ( peningkatan hematocrit ≥20%diatas rata-rata
sesuai usia atau penurunan hematocrit ≥20% dari terapi cairan yang
perawat sebagai petugas yang 24 jam didekat pasien memiliki peran yang
2009).
meningkat, kelemahan.
38
Intervensi :
perdarahan
intravena
Aktifitas Keperawatan
tinggi
3) Pantau perdarahan
buruknya dehidrasi
39
5) Tinjau ulang elektrolit terutama natrium, kalium dan klorida.
cairan
Aktivitas kolaboratif :
Aktifitas lain
Ditandai dengan : suhu tubuh llebih dari normal (36.5- 37 C), kulit
Kriteria Hasil: Suhu tubuh Normal (365-37 C), RR dan nadi Normal,
40
Intervensi :
mencegah komplikasi
Aktivitas Keperawatan
2) Pantau hidrasi
Aktifitas kolaboratif :
2) Gunakan air jangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai dengan
kebutuhan
41
Aktifitas lain :
3) Gunakan selimut
informasi.
Intervensi:
pada klien.
klien.
penjelasan.
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1) Keluhan Utama
43
Pasien mengatakan demam dan merasa mual.
Pasien mengatakan demam sudah 3 hari. Demam dirasakan naik turun. Pasien
dibawa di IGD RSU Bunda Thamrin Medan pada tanggal 12 Mei 2019 jam
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini dan sampai
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini,
5) Genogram
Keterangan :
44
Laki=laki Penderita
1. Airway
Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan napas pasien, tidak ada bunyi napas
tambahan.
2. Breathing
3. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit teraba hangat, CRT < 2 detik, TD : 110/70 mmHg,
4. Disability
pupil 2 mm kanan dan kiri, ekstremitas baik, elastisitas kulit > 3 detik.
5. Eksposure
Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak ada fraktur.
Pengkajian Fisik
45
GCS : E4 M5 V6 Jumlah :15
KU : sedang
b. Tanda Vital Suhu : 38,5oC RR : 20 x/m HR : 109 x/m TD : 110/70 mmHg
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Pupil : isokor
j. Dada
- Toraks Inspeksi : simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan dinding
dada
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor
- Jantung Inspeksi : iktur cordis tidak terlihat
46
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati
Perkusi : Tymphani
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Kering
Warna: kemerahan
Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh
m. Ekstremitas Capillary refill : < 2 dtk
Atas Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada
otot dan persendian
Sakit :
Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak
makan.
Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum
f. Istirahat dan Siang Malam
Tidur Sehat : keluarga mengatakan Sehat: keluarga mengatakan klien
klien sering tidur pada sore hari tidur teratur 8 jam/ perhati dengan
skitar pukul 16.30 nyenyak
47
Sakit: klien BAB 1 kali sehari dengan konsitensi padat, bau khas,
warna coklat kehitaman
h. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/h
higiene
DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi
Radiologi -
48
ANALISA DATA KEPERAWATAN
demam
49
Tindakan keperawatan
Diagnosis Keperawatan NOC NIC Evaluasi
Jam
Hipertermi Setelah dilakukan Perawatan Demam 08.00 Memantau tanda-tanda S:
Defenisi: Peningkatan suhu tindakan keperawatan 1) Pantau suhu dan tanda- vital: T: 37,5oC HR: 81 x/i, Pasien mengatakan demam sudah
tubuh diatas kisaran normal diharapkan tanda vital yang lain RR:21x/i, TD:110/70 berkurang
Batasan karakteristik: termoregulasi normal 2) Monitor warna kulit mmHg.
1) Kunvulsi dengan kriteria hasil : 3) Berikan obat atau O:
2) Kulit kemerahan 1) Tidak adanya cairan IV (misalnya: 08.15 Memberikan obat atau Pasien tampak lemas, vital: T:
3) Peningkatan suhu tubuh peningkatan suhu antipiretik, agen anti cairan IV ( PCT tab dan 37,5oC HR: 81 x/i, RR:21x/I,
diatas kisaran normal tubuh bakteri, dan agen anti IVFD Asering 20 tts/i) TD:110/70 mmHg.
4) Kejang 2) Tidaka adanya menggil)
5) Takhikardi hipertermia 4) Monitor penurunan 08.17 Menganjurkan pasien A:
6) Takhipnea 3) Tidaka ada sakit tingkat kesadaran untuk memakai pakaian Resiko tinggi hipertermi
7) Kulit terasa hangat kepala 5) Tutup pasien dengan yang longgar
4) Tidaka ada sakit otot menggunakan selimut P:
Faktor yang berhubungan 5) Tidak ada perubahan atau pakaian ringan, 08.22 Menganjurkan pasien 1) Pantau TTV dan keadaan
dengan: warna kulit tergantung pada fase makan / minum sedikit umum pasien
1) Anesthesia 6) Tidak ada dehidrasi demam (yaitu tetapi sering 2) Pantau intake/output
2) Penurunan respirasi memberikan selimut 3) Kompres bila perlu
3) Dehidrasi hangan untuk fase 08.25 Mengompres pasien 4) Anjurkan pasien makan /
4) Pemajanan lingkungan dingin, menyediakan dengan air hangat minum sedikit tetapi sering
yang panas pakaian atau linen 5) Anjurkan pasien untuk istirahat
5) Penyakit tempat tidur untuk 08.28 Menganjurkan pasien penuh
6) Peningkatan laju demam) untuk istirahat 6) Kolaborasi dengan dokter
metabolisme 6) Dorong konsumsi pemberian terapi lanjutan
cairan 12.00 Memantau ketat intake dan
7) Fasilitasi istirahat output
8) Kompres hangat pasien
55
pada lipat paha dan
aksila
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan 12.02 Memonitor ketat tanda- S:
tindakan keperawatan 1) Monitor ketat tanda- tanda perdarahan (tidak Pasien mengatakan tidak ada
Defenisi : Berisiko diharapkan keparahan tanda perdarahan dijumpai adanya tanda- perdarahan
mengalami penurunan kehilangan darah tidak 2) Monitor nilai tanda perdarahan)
volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria laboratorium O:
mengganggu kesehatan hasil : 3) Monitor status cairan 12.03 Memonitor nilai Petekhie (+), Trombosit:
1) Tidak ada kehilangan yang meliputi intake laboratorium 136.000/mm3, mukosa bibir kering
Faktor resiko: darah yang terlihat dan output (Hb : 10,0g/dl, Trombosit: dan kemerahan
1) Aneurisme 2) Tidak ada hematuria 4) Observasi adanya darah 136.000/mm3, Leukosit
2) Defisiensi pengetahuan 3) Tidak ada keluar dalam sekresi cairan 2960/mm3, Hematokrit : A:
darah dari anus tubuh 30,4%) anjuran besok pagi Resiko perdarahan
4) Tidaka ada 5) Intruksikan pasien cek DL ualang
hematemesis intuk meningkatkan P:
5) Tidak ada penurunan makanan kaya vitamin 12.04 Mengintruksikan pasien 1) Pantau perdarahan
tekanan darah sistolik K untuk konsumsi makanan 2) Monitor hasil laboratorium
6) Tidak ada penurunan 6) Intruksikan keluarga yang kaya akan vitamin K 3) Intruksikan keluarga
tekanan darah untuk memonitor (misalnya: kacang- meberikan makan kaya vitamin
diastolic tanda-tanda perdarahan kacangan dan anggur) K
dan mengambil 4) Intruksikan keluarga melapor
tindakan yang tepat jika 12.06 Mengintruksikan kepada segera apabila dijumpai tanda-
terjadi perdarahan keluarga tetap melapor tanda perdarahan
Setelah dilakukan (misalnya:lapor ke segera kepada perawat 5) Anjurkan keluarga tetap
tindakan keperawatan perawat). apabila terjadi perdaran memberikan makanan dam
diharapkan keparahan suhu dingin/ruangan saja
kehilangan darah tidak 12.07 Mengintruksikan keluarga
terjadi dengan kriteria supaya tidak menggosok
56
hasil gigi terlalu kuat
1) Tidak ada devisiasi
dari kisaran normal 12.09 Menganjurkan keluarga
pembentukan bekuan untuk memberikan
2) Tidak ada kisaran makanan dengan suhu
normal waktu dingin/ruangan saja
protrombin (PT)
3) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal waktu
parsial tromboplastin
(PTT)
4) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Hematokrit (Ht)
5) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Hemoglobin (Hb)
6) Tidak ada perdarahan
7) Tidak ada petekie
8) Tidak ada ekimosis
9) Tidak ada gusi
berdarah
57
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tindakan keperawatan
Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi
Jam
58
pemberian terapi lanjutan
Resiko 10.02 Memonitor ketat tanda-tanda S:
perdarahan perdarahan (tidak dijumpai adanya Pasien mengatakan tidak ada
tanda-tanda perdarahan) perdarahan
59
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tindakan keperawatan
Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi
Jam
Selasa , 14 Hipertermi 08.00 Memantau tanda-tanda vital: T: 36,9oC S:
Mei 2019 HR: 80 x/i, RR:20x/I, TD:110/70 Pasien mengatakan sudah tidak ada
mmHg. demam
60
Resiko 08.23 Memonitor ketat tanda-tanda S:
perdarahan perdarahan (tidak dijumpai adanya Pasien mengatakan tidak ada
tanda-tanda perdarahan) perdarahan
61
CATATAN PERKEMBANGAN III
62
Resiko 08.30 Memonitor ketat tanda-tanda S:
perdarahan perdarahan (tidak dijumpai adanya Pasien mengatakan tidak ada
tanda-tanda perdarahan) perdarahan
A:
Resiko perdarahan teratasi
P:
Pasien sudah boleh PBJ
63
BAB IV
PEMBAHASAN
dengan aplikasi atau praktek asuhan keperawatan pada Ny.S dengan kasus yang
telah dilakukan sejak tanggal 12 – 15 Mei 2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi
4.1 Pengkajian
Ny.S didapatkan demam sudah 3 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit,
nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh
tubuh.
tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-
gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada Ny. S sesuai dengan teori
karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak
tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
64
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut dan adanya
bentuk perdarahan.
menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami
DBD sebelumnya. Pola tidur Ny. S sering tidur pada sore hari sekitar pukul 17.00.
Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah
kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.
menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang di kuras dan
gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang
hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas, 2011
ditemukan pada Ny. S sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan pada
aspek pola kebiasan tidur pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam
16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang hari dan sore
di seluruh tubuh, gusi berdarah, nyeri ulu hati dan persendian. Hasil penelitian
65
Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan spontan yang lebih banyak
terjadi pada anak adalah peteki (51,9%), epistaksis (16,5%), ekimosis (11,4%),
Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit
Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa perdarahan
spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis
Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan DBD sama dengan teori.
dewasa yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%).
Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada pasien
DBD adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan
66
Hasil pengkajian dan analisa data pada Ny. S diagnosa yang muncul yaitu
Pada Ny. S diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori
interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko :
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada Ny. S seperti tidak ada
hematokrit.
67
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan
karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal,
pada Ny. S seperti berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan
68
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosa resiko syok pada Ny. S
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015). Menurut analisa peneliti tidak
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada Ny. S seperti tidak ada
nadi, perubahan tekanan darah, adanya edema, pengisian capillary refill >2
f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada Ny. S seperti
69
tidak ada sesak napas, pernapasan Ny. S dalam batas normal, tidak adanya
dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari pantau suhu
dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau
cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggil), dorong
konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
hipertermi adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit
dan suhu, berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan
agen anti menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan
selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan
selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur
untuk demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien
diagnosa hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan
yang tidak di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di
ruangan belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan
70
Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri
Purwanti, dkk (2008) pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh
bahwa ada pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut
sama dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat akan membuat
pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk lagi ke
dalam tubuh.
1
setiap jam 1 /2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu).
terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi suportif
sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan
terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi
71
Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya
bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2
liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus
minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan
Kejadian tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari
rawatan dengan kriteria hasil data Ny. S tidak demam lagi dan badan tidak teraba
o
hangat lagi, data objektif S: 36 C, kulit tidak teraba hangat lagi, tidak ada tanda
3
dehidrasi dan hasil leukosit 6.100/mm .
o
hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36 C. pada
penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas
72
(2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau ke-
7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun sebagai
dengan teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu turun hari
ke-7 Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi pada Ny. S dan Ny. S sudah
pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum
membaik, nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari
BAB V
73
5.1 Kesimpulan
haemoragic fever (DHF) di Ruang Rawat Inap 650 RSU Bunda Thamri 2019,
o
gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5 C, mual dan muntah,
perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum nya
berhubungan trombositopenia.
pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit
ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala,
tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi
5.2 Saran
74
1. Bagi RSU Bunda Thamrin
DAFTAR PUSTAKA
75
CDC (Centers for Disease and Prevention). (2010). Dengue Branch.Cañada
SanJuan,PuertoRico.From:http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.ht
Current Status and Prospect for the Future. Dengue in Singapore. Technical
76
Soewandoyo, E. 1997. Demam Berdarah Dangue pada Orang Dewasa. Gejala
September.
Suvatte V. Immunological Aspect of Dangue Haemorrhagic Fever Studies in
Thailand. South East asian J. Trop Med. Pub Haealth, 1987; 1:312-5.
Syahruman A., 1998. Beberapa Lahan Penelitian untuk Penanggulangan Demam
77