Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DITINJAU DARI PEMASANGAN


KATETER SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI

NURUL ANNISA
17181440100

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai diseluruh dunia.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi
saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9,3 % pada wanita
diatas 65 tahun dan 2,5-11% pada pria diatas 65 tahun. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
merupakan infeksi yang paling sering didapat dari rumah sakit dan jumlahnya 40%
dari 2 juta kejadian infeksi nosokomial pertahun. Tingginya potensi ISK tersebut
berkaitan dengan penggunaan kateter menetap > 48 jam. Untuk menegagkan
kejadina ISK adalah dengan ditemukannya bakteri dalam urin (bakteuria). (Brooks
2005).
Menurut Mashita (2014), untuk mengurangi kejadian ISK akibat pemasangan
kateter 3-4 hari sekali. Menurut hasil penelitian Chen (20130 terjadi penurunan
angka kejadian CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection) yang
signifikan pada pasien yang terpasang kateter yang kurang dari 7 hari sebesar 24,4%,
infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini terjadi karena kuman dapat masuk
melalui lumen kateter, rongga yang terjadi antara dinding kateter dengan mukosa
uretra serta akibat bentuk muara uretra yang sulit tercapai antiseptik, sehingga
kuman yang berada disini akan terdorong kedalam pada kandung kemih yang pada
dasarnya adalah steril. Walaupun sedemikian sempurnanya pemasangan kateter,
infeksi masih saja terjadi sebesar 2% pada kateterisasi tunggal, 10% pada
kateterisasi berulang dan 95-100% pada kateterisasi menetap (Keenaan 2010).
Infeksi saluran kemih pasca pemasangan kateter merupakan kejadian yang sangat
sering dijumpai dalam bidang nefrologi dan urologi. Kass mengemukakan 15-20%
pasti mengalami peristiwa ini dalam hidupnya. Pengeluaran air seni melalui kateter
juga merupakan tindakan yang sering diperlukan untuk menolong penderita. Tata
cara yang aseptis merupakan syarat mutlak untuk tindakan ini agar infeksi dapat
dicegah (Keenaan 2010).
Standar Operasional Prosedur (SOP) pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah,
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan
tata kerja, prosedur kerja dan sitem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Standar
Operasional Prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal karena SOP

1
selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan
ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi
publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah. Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja
instansi pemerintah memiliki SOP, karena itu seharusnyalah setiap satuan init kerja
pelayanan publik instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai
acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dievaluasi dan terukur.
Kerumah sakit dengan jam operasional selama 24 jam, dengan kompleksitasi
kerja yang demikian, maka perawat yang bertugas di ruangan IGD dituntut untuk
memiliki kemampuan yang lebih dan bekerja diruangan IGD membutuhkan
keterampilan dan kesiagaan setiap saat. Salah satunya dalam penanganan dan
pelaksanaan pasian dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ditinjau dari pemasangan
kateter sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Perawat melakukan pemasangan kateter pada pasien infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan suatu tindakan. Tindakan pemasangan kateter yang dilakukan tersebut
akan baik apabila juga ditunjang oleh pengetahuan dan sikap yang baik. Di RSI Ibnu
Sina Payakumbuh di Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) perawat dalam
melakukan pelaksanaan pemasangan kateter pasca Infeksi Saluran Kemih (ISK)
harus berpedoman kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ada di
Ruang IGD.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian
tentang Hubungan Pengetahuan dengan Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Ditinjau dari Pemasangan Kateter Sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP) Oleh Perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

B. Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah
dari penelitian ini adalah untuk melihat Hubungan Pengetahuan Dengan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Ditinjau dari Pemasangan Kateter
Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Oleh Perawat di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan
dengan Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Ditinjau dari
Pemasangan Kateter Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Oleh Perawat di
ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittiggi

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang pencegahan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ditinjau dari pemasagan kateter sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) oleh perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat.
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi penatalaksanaan pencegahan Infeksi Saluran
Kemih (ISK) ditinjau dari pemasangan kateter sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP) oleh perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat.
c. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan dan penatalaksanaan
pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ditinjau dari pemasangan kateter sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) di Ruang Instalasi Gawat Darurat.

Anda mungkin juga menyukai