DEKONSENTRASI
TAHUN ANGGARAN 2015
Perluasan akses dan peningkatan mutu Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus merupakan bagian
integral dan fundamental dari upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya-upaya yang mengarah pada perlusan akses dan peningkatan mutu secara terpadu dan
berkesinambungan dalam pemberian kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk mencapai hasil
belajar yang optimal sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki. Keberhasilan upaya peningkatan mutu
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PK dan LK) ini tergantung dari dukungan dan peranserta berbagai unsur,
baik pemerintah, orang tua, dan masyarakat sebagai wujud tanggungjawab memenuhi tuntutan terhadap pendidikan
untuk semua (Education For All).
Program Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pendidikan Dasar melalui dana
dekonsentrasi yang pelaksanaannya di tingkat provinsi adalah koordinasi dengan pemerintah pusat maupun
kabupaten/kota terkait dengan pembinaan pendidikan khusus dan layanan khusus. Buku Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Dekonsentrasi ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan secara umum kepada pengelola
kegiatan di provinsi sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Diharapkan dana yang ada dapat dimanfaatkan sesuai prosedur, serta peraturan dan perundangan yang berlaku.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini kami ucapkan terima kasih.
Semoga upaya kita saat ini bermanfaat bagi kemajuan bangsa di masa mendatang.
KATA PENGANTAR 1
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Dasar Hukum 5
C. Tujuan 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
D. Sasaran 5
BAB II 6
A. Struktur Organisasi 6
BAB III 10
2
E. Pengelolaan Dana Dekonsentrasi 17
BAB IV 18
BAB V 20
BAB V 22
PENUTUP 22
Lampiran-Lampiran
- SPPB, Kuitansi
- Format Laporan Dana Dekonsentrasi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang mampu meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara
serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional; serta (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Sebagai
implikasinya, pembangunan pendidikan nasional seyogianya didasarkan pada paradigma membangun manusia
Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi
dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Dimensi kemanusiaan mencakup tiga hal mendasar, yaitu memiliki kompetensi dalam ranah (1)
afektif. yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta
kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif, yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya
intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3)
psikomotorik, yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan
kompetensi kinestetis. Ketiga dimensi elementer kemanusiaan tersebut dapat dikembangkan secara optimal
melalui proses pendidikan yang sistematis dalam kerangka peningkatan martabat manusia secara holistik.
Dengan demikian, pendidikan menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu,
sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.
Kebijakan otonomi pendidikan yang mulai diimplementasikan sejak tahun 2001 memberikan
kesempatan pengelolaan pendidikan dilaksanakan di provinsi dan atau kabupaten/kota. Berbagai upaya dalam
rangka pelaksanaan program pendidikan telah dilakukan oleh provinsi dan atau kabupaten/kota, dan diharapkan
melalui pengelolaan yang didasarkan pada prinsip otonomi, perencanan pembangunan pendidikan akan lebih
mengena pada sasaran pemenuhan kebutuhan setiap daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Pembinaan Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan memandang perlu mengalokasikan sejumlah anggaran untuk kegiatan persiapan pembinaan
guna mendukung upaya perluasan akses dan peningkatan mutu penyelenggaran pendidikan. Pemanfaatan dana
dimaksud dikelola oleh Dinas Pendidikan di tingkat provinsi dengan skema kegiatan dekonsentrasi.
Pelaksanaan program Pusat dan Daerah diharapkan dapat berjalan secara sinergis. Oleh karena
itu, diperlukan pedoman pelaksanaan program dekonsentrasi agar kegiatan dapat berjalan efisien dan efektif
guna mencapai hasil secara optimal.
4
B. Dasar Hukum
Dasar penyelenggaraan program dekonsentrasi pembinaaan pendidikan khusus dan layanan khusus
tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah ,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota
6. Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
7. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
8. Permendiknas No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa.
9. Permendikbud No. 72 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
10. DIPA Direktorat Pembinaan PPKLK No. 023.03.666028/2015 tertanggal 5 Desember 2014.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan program pembinaan pendidikan khusus dan
layanan khusus secara nasional.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus, pedoman kegiatan dekonsentrasi ini bertujuan:
a) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.
b) Memberikan panduan pelaksanaan kegiatan persiapan pembinaan bagi sekolah/lembaga/yayasan
dalam memberikan layanan pendidikan khusus maupun pendidikan layanan khusus.
c) Meningkatkan kepedulian, dukungan dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
khusus dan layanan khusus.
D. Sasaran
Sasaran pelaksanaan program pembinaan pendidikan khusus dan layanan khusus tahun anggaran
2015 adalah 34 provinsi di Indonesia.
5
BAB II
A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pengelolaan program PK-LK Pendidikan Dasar dapat dilihat pada diagram berikut.
DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN/KOTA
SEKOLAH/LEMBAGA/YAYASAN
6
d. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evalusi.
e. Memberikan layanan pengaduan kepada masyarakat
f. Memberikan laporan kepada instansi terkait berkenaan dengan laporan yang diterima dari berbagai
sumber.
h. Membuat laporan realisasi penggunaan dana dekonsentrasi secara periodik yang disampaikan
kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar c.q. Subdit
Program dan Evaluasi setiap minggu ketiga atau setiap tanggal 25 bulan berjalan dengan
menggunakan format yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan
realisasi penggunaan dana dekonsentrasi juga dapat disampaikan melalui email di alamat:
ppklk.dikdas@gmail.com
7
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota secara umum adalah:
a. Membantu Dinas Pendidikan Provinsi dalam mensosialisasikan kebijakan kegiatan melalui dana
dekonsentrasi Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus tahun anggaran 2015
kepada sekolah/lembaga/yayasan dan masyarakat di wilayahnya.
b. Membantu Dinas Pendidikan Provinsi dalam pemantauan up dating (pemutahiran) data dan informasi
sekolah/lembaga/yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan Khusus (PK) dan Layanan Khusus (LK)
di wilayahnya dalam rangka penetapan kebijakan pemerintah Provinsi maupun pusat.
8
h. Menumbuhkembangkan budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kebersamaan, budaya
membaca, budaya disiplin dan efisiensi, budaya bersih, budaya berprestasi dan berkompetensi,
dan budaya teguran dan penghargaan.
i. Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan bantuan sosial tersebut,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat kepada sekolah pada khususnya
dan kepada dunia pendidikan pada umumnya.
j. Menyusun dan membuat laporan pertanggungjawaban administrasi teknis dan keuangan
pelaksanaan program dana bantuan sosial yang memuat antara lain laporan pembukuan semua
transaksi pelaksanaan bantuan sosial dan atau laporan hasil yang telah dicapai secara bertahap
sesuai dengan jenis bantuan sosial yang diterima.
k. Mengirimkan laporan pertanggungjawaban administrasi teknis dan keuangan pelaksanaan
program bantuan sosial dengan dilengkapi foto copy berkas pendukung laporan (pertengahan dan
laporan akhir) kepada Dinas Pendidikan Provinsi c.q Penanggungjawab Kegiatan Peningkatan
Akses dan Mutu Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus SDLB/SMPLB (Pengelola Kegiatan) di
Provinsi sesuai dengan jenis bantuan sosial yang diberikan.
9
BAB III
Workshop Peningkatan Mutu (Pembelajaran) Layanan PK - LK ini dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas
Pendidikan Provinsi melalui Kegiatan Peningkatan Akses dan Mutu PK LK SDLB/SMPLB Provinsi.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini akan melibatkan beberapa narumber dan instruktur serta peserta.
Narasumber dan instruktur berasal dari Dinas atau Instansi terkait yang relevan baik dari Pusat maupun
Daerah, sedangkan peserta berasal dari Dinas Pendidikan Kab/Kota dan unsur terkait lainnya seperti
Bappeda, Komisi Pendidikan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kanwil Anggaran, dan Dinas maupun
Sekolah/Lembaga/Yayasan yang relevan menangani Program Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus di
Daerah.
Penggunaan Dana:
Sesuai aturan yang berlaku, dana digunakan untuk pelaksanaan workshop peningkatan mutu (pembelajaran)
layanan PK LK Tingkat Provinsi baik untuk persiapan, pelaksanaan maupun pelaporan. workshop ini
diharapkan dapat menjadi media sosialisasi rencana kebijakan pengembangan program PK LK sehingga
dapat terwujud kesamaan visi dan pemahaman terkait kebijakan pengembangan program PK LK baik di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun pelaksanaan di lapangan lainnya. Dalam kesempatan ini
pula diharapkan diperoleh berbagai masukan, saran dan informasi lainnya yang diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan dalam pengambilan kebijakan yang akan datang.
Pelaksana/penanggungjawab kegiatan:
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan Provinsi melalui pengelola kegiatan peningkatan akses
dan mutu PK LK SDLB/SMPLB Tingkat Provinsi.
Penggunaan dana:
Anggaran ini merupakan biaya yang digunakan sebagai bentuk pembinaan prestasi anak berkebutuhan
khusus (ABK) melalui pemberian fasilitas (biaya perjalanan) kepada ABK yang menjadi peserta Olimpiade
10
Sain Nasioal (OSN) dalam bentuk bantuan sosial. Pemanfaatan anggaran ini diperuntukkan bagi kontingen
OSN Propinsi yang terdiri dari peserta, pendamping, pembina yang ditetapkan melalui surat keputusan (SK)
Kepala Dinas/Pejabat terkait.
Besarnya biaya perjalanan didasarkan ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Rincian biaya perjalanan
adalah sebagai berikut ;
a. Biaya perjalanan dari dan ke bandara di daerah asal kontingen (PP)
b. Uang transport dari Bandara Propinsi asal ke Propinsi tujuan (tempat pelaksanaan kegiatan)
c. Biaya perjalanan dari Bandara di Propinsi tujuan ke lokasi penginapan (PP).
Biaya akomodasi konsumsi dan uang harian bagi peserta, pedamping dan pembina selama pelaksanaan
kegiatan ditanggung oleh Satker Direktorat PPK LK Dikdas (Satker Pusat).
Dalam hal kebutuhan biaya perjalanan kontingen OSN (peserta, pendamping, pembina) sebagaimana diatur
dalam panduan ini telah terpenuhi maka bila diperlukan dana bansos yang masih ada dapat digunakan
untuk bantuan biaya perjalanan dinas (transportasi, uang harian, uang penginapan) bagi tim pemantau
(observer) propinsi untuk keperluan evaluasi. Pemanfaatan dana bagi tim pemantau sebagaimana
dimaksud tetap mengacu pada ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Tim pemantau merupakan tim di
luar kontingen OSN yang sepenuhnya terlepas dari tanggungjawab Satker Pusat dalam segala pembiayaan
dan fasilitas. Tim pemantau ditetapkan ke dalam SK Kepala Dinas/Pejabat terkait dan terpisah dari
Kontingen OSN.
Catatan : Ketentuan/mekanisme teknis penyelenggaraan Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Tahun 2015
secara menyeluruh diatur lebih teknis pada panduan tersendiri.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
B.2. Pembiayaan Kontingen Olimpiade Olah raga Siswa Nasional (O2SN)/Biaya Perjalanan O2SN
Penggunaan dana:
Anggaran ini merupakan biaya yang digunakan sebagai bentuk pembinaan prestasi anak berkebutuhan
khusus (ABK) melalui pemberian fasilitas (biaya perjalanan) kepada ABK yang menjadi peserta Olimpiade
Olah Raga Siswa Nasional (O2SN) dalam bentuk bantuan sosial. Pemanfaatan anggaran ini diperuntukkan
11
bagi kontingen O2SN Propinsi yang terdiri dari peserta, pendamping, pembina yang ditetapkan melalui
surat keputusan (SK) Kepala Dinas/Pejabat terkait.
Besarnya biaya perjalanan didasarkan ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Rincian biaya perjalanan
adalah sebagai berikut ;
a. Biaya perjalanan dari dan ke bandara di daerah asal kontingen (PP)
b. Uang transport dari Bandara Propinsi asal ke Propinsi tujuan (tempat pelaksanaan kegiatan)
c. Biaya perjalanan dari Bandara di Propinsi tujuan ke lokasi penginapan (PP).
Biaya akomodasi konsumsi dan uang harian bagi peserta, pedamping dan pembina selama pelaksanaan
kegiatan ditanggung oleh Satker Direktorat PPK LK Dikdas (Satker Pusat).
Dalam hal kebutuhan biaya perjalanan kontingen O2SN (peserta, pendamping, pembina) sebagaimana
diatur dalam panduan ini telah terpenuhi maka bila diperlukan dana bansos yang masih ada dapat
digunakan untuk bantuan biaya perjalanan dinas (transportasi, uang harian, uang penginapan) bagi tim
pemantau (observer) propinsi untuk keperluan evaluasi. Pemanfaatan dana bagi tim pemantau
sebagaimana dimaksud tetap mengacu pada ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Tim pemantau
merupakan tim di luar kontingen OS2N yang sepenuhnya terlepas dari tanggungjawab Satker Pusat dalam
segala pembiayaan dan fasilitas. Tim pemantau ditetapkan ke dalam SK Kepala Dinas/Pejabat terkait dan
terpisah dari Kontingen O2SN.
Catatan : Ketentuan/mekanisme teknis penyelenggaraan Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional (O2SN)
Tahun 2015 secara menyeluruh diatur lebih teknis pada panduan tersendiri.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
B.3. Pembiayaan Kontingen Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N)/Biaya Perjalanan FLS2N
Penggunaan dana:
Anggaran ini merupakan biaya yang digunakan sebagai bentuk pembinaan prestasi anak berkebutuhan
khusus (ABK) melalui pemberian fasilitas (biaya perjalanan) kepada ABK yang menjadi peserta Festival
Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) dalam bentuk bantuan sosial. Pemanfaatan anggaran ini
12
diperuntukkan bagi kontingen FLS2N Propinsi yang terdiri dari peserta, pendamping, pembina yang
ditetapkan melalui surat keputusan (SK) Kepala Dinas/Pejabat terkait.
Besarnya biaya perjalanan didasarkan ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Rincian biaya perjalanan
adalah sebagai berikut ;
a. Biaya perjalanan dari dan ke bandara di daerah asal kontingen (PP)
b. Uang transport dari Bandara Propinsi asal ke Propinsi tujuan (tempat pelaksanaan kegiatan)
c. Biaya perjalanan dari Bandara di Propinsi tujuan ke lokasi penginapan (PP).
Biaya akomodasi konsumsi dan uang harian bagi peserta, pedamping dan pembina selama pelaksanaan
kegiatan ditanggung oleh Satker Direktorat PPK LK Dikdas (Satker Pusat).
Dalam hal kebutuhan biaya perjalanan kontingen FLS2N (peserta, pendamping, pembina) sebagaimana
diatur dalam panduan ini telah terpenuhi maka bila diperlukan dana bansos yang masih ada dapat
digunakan untuk bantuan biaya perjalanan dinas (transportasi, uang harian, uang penginapan) bagi tim
pemantau (observer) propinsi untuk keperluan evaluasi. Pemanfaatan dana bagi tim pemantau
sebagaimana dimaksud tetap mengacu pada ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Tim pemantau
merupakan tim di luar kontingen FLS2N yang sepenuhnya terlepas dari tanggungjawab Satker Pusat dalam
segala pembiayaan dan fasilitas. Tim pemantau ditetapkan ke dalam SK Kepala Dinas/Pejabat terkait dan
terpisah dari Kontingen FLS2N.
Catatan : Ketentuan/mekanisme teknis penyelenggaraan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N)
Tahun 2015 secara menyeluruh diatur lebih teknis pada panduan tersendiri.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
Penggunaan dana:
Anggaran ini merupakan biaya yang digunakan sebagai bentuk pembinaan prestasi anak berkebutuhan
khusus (ABK) melalui pemberian fasilitas (biaya perjalanan) kepada ABK yang menjadi peserta Gebyar
dalam bentuk bantuan sosial. Pemanfaatan anggaran ini diperuntukkan bagi kontingen Gebyar Propinsi
13
yang terdiri dari peserta, pendamping, pembina yang ditetapkan melalui surat keputusan (SK) Kepala
Dinas/Pejabat terkait.
Besarnya biaya perjalanan didasarkan ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Rincian biaya perjalanan
adalah sebagai berikut ;
a. Biaya perjalanan dari dan ke bandara di daerah asal kontingen (PP)
b. Uang transport dari Bandara Propinsi asal ke Propinsi tujuan (tempat pelaksanaan kegiatan)
c. Biaya perjalanan dari Bandara di Propinsi tujuan ke lokasi penginapan (PP).
Biaya akomodasi konsumsi dan uang harian bagi peserta, pedamping dan pembina selama pelaksanaan
kegiatan ditanggung oleh Satker Direktorat PPK LK Dikdas (Satker Pusat).
Dalam hal kebutuhan biaya perjalanan kontingen Gebyar (peserta, pendamping, pembina) sebagaimana
diatur dalam panduan ini telah terpenuhi maka bila diperlukan dana bansos yang masih ada dapat
digunakan untuk bantuan biaya perjalanan dinas (transportasi, uang harian, uang penginapan) bagi tim
pemantau (observer) propinsi untuk keperluan evaluasi. Pemanfaatan dana bagi tim pemantau
sebagaimana dimaksud tetap mengacu pada ketentuan riil dan peraturan yang berlaku. Tim pemantau
merupakan tim di luar kontingen Gebyar yang sepenuhnya terlepas dari tanggungjawab Satker Pusat
dalam segala pembiayaan dan fasilitas. Tim pemantau ditetapkan ke dalam SK Kepala Dinas/Pejabat
terkait dan terpisah dari Kontingen Gebyar. Tim Pemantau mendapat tugas untuk melakukan pemantauan
dan evaluasi terkait prestasi peserta pada propinsi masing-masing untuk kemudian memberikan laporan
rekomendasi dan saran kepada Dinas Pendidikan Propinsi terkait pembinaan dan pencapaian prestasi yang
akan datang.
Catatan : Ketentuan/mekanisme teknis penyelenggaraan Gebyar Tahun 2015 secara menyeluruh diatur
lebih teknis pada panduan tersendiri.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
14
C. Pembinaan Kompetisi Internasional
Melalui kegiatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ilmu
pengetahuan yang menjadi fokusnya, diperoleh model pembinaan anak cerdas istimewa dan bakat istimewa
di negara-negara lain sebagai salah satu alternatif model pembinaan yang dapat dijadikan bahan masukan,
meningkatkan kecintaan peserta didik pada ilmu pengetahuan yang dipilihnya, memahami konsep ilmu
pengetahuan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Selain itu, diantara peserta juga diharapkan dapat terjalin
kerjasama antara sekolah penyelenggara program CIBI di Indonesia dengan sekolah di luar negeri yang
menjadi peserta kegiatan dan terbentuk kelompok pecinta Matematika dan IPA di sekolah-sekolah yang
menjadi peserta kegiatan.
Terkait dengan keselarasan, kesinambungan pelaksanaan kegiatan serta kebutuhan mata pelajaran, bahan
dan materi yang perlu dipersiapkan secara berjenjang (tingkat provinsi, nasional dan internasional) maka
perlu dilakukan koordinasi dengan Direktorat PPK LK Dikdas selaku penyelenggara persiapan kompetensi
internasional siswa berbakat pada tingkat nasional.
Agar diperoleh hasil yang optimal, maka dalam penyelenggaraan kegiatan ini, pihak pengelola dapat
bekerja sama dengan perguruan tinggi/lembaga terkait yang relevan dan berkompeten.
Metode Pelaksanaan :
Beberapa metode yang digunakan untuk memberikan hasil yang maksimal, antara lain:
- Peserta dan pendamping mendapatkan penjelasan teknis kegiatan dari pembukaan s.d. penutupan
sehingga keterlibatannya optimal.
- Pembekalan kebijakan mengapa kegiatan ini dilakukan dan korelasinya terhadap sistem pendidikan
nasional dan motivasi diri sehingga seluruh peserta, narasumber dan instruktur mencurahkan
kemampuannya yang terbaik.
- Pendalaman materi melalui kegiatan diskusi/Tanya jawab, game, praktikum, eksplorasi, petualangan
dll dengan melibatkan perguruan tinggi/lembaga yang ditunjuk.
15
Penggunaan Dana:
Sesuai aturan yang berlaku, dana digunakan untuk penyelenggaraan persiapan kompetensi anak berbakat
baik dari provinsi penyelenggara maupun provinsi lain di sekitarnya yang masuk pada masing-masing
wilayah.
Pelaksana/penanggungjawab kegiatan:
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan Provinsi melalui pengelola kegiatan peningkatan akses
dan mutu PK LK SDLB/SMPLB Tingkat Provinsi.
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan secara swakelola. Kegiatan diawali dengan rapat penyusunan
rencana teknis meliputi kegiatan penyusunan kerangka acuan kerja, jadwal kerja, mekanisme, pola kerja
dan menyusun draft pedoman. Selanjutnya, dilakukan penetapan petugas dan lokasi yang akan disebar
untuk melakukan monitoring pada sekolah di masing-masing Kabupaten/Kota. Petugas akan melakukan
monitoring dan sekaligus merekap dan menganalisis hasil kegiatan monitoring dan evaluasi serta
membuat laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dimaksud. Beberapa informasi yang diharapkan
diperoleh melalui kegiatan ini antara lain mencakup penyelenggaraan sekolah luar biasa (SLB), sekolah
penyelenggara program pendidikan Inklusi, sekolah penyelenggara program CI-BI, termasuk lembaga
penyelenggara pendidikan layanan khusus (PLK) serta gambaran hasil pekerjaan guna penentuan arah
kebijakan yang akan datang.
Penggunaan dana:
Sesuai aturan yang berlaku, dana digunakan untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan
peningkatan akses dan mutu PK LK yang ada di provinsi terkait.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
Pelaksana/penanggungjawab monitoring dan evaluasi ini adalah pengelola kegiatan peningkatan akses dan
mutu PK LK SDLB/SMPLB pada masing-masing provinsi (Pengelola Satker Daerah). Petugas monitoring dan
evaluasi ditetapkan berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan atau Pejabat terkait.
16
E. Pengelolaan Dana Dekonsentrasi
Penggunaan dana:
Sesuai aturan yang berlaku, dana digunakan untuk administrasi kegiatan peningkatan akses dan mutu PK
LK yang ada di provinsi terkait. Termasuk dalam kegiatan ini ada dana untuk pembiayaan honor pengelola
kegiatan, pembiayaan instruktur bengkel keterampilan yang bertugas di sekolah-sekolah dan petugas
pengolah data Propinsi yang menjadi petugas teknis untuk koordinasi up dating data PK LK tingkat propinsi
(Instruktur Bengkel dan Petugas Pengolah Data masing-masing didukung dengan Surat Keputusan Dinas
Kepala Dinas atau Pejabat Terkait). Di samping itu terdapat pula dana perjalanan yang digunakan untuk
koordinasi ke tingkat pusat dan atau daerah sesuai kebutuhan.
Pelaksana/Penanggungjawab Kegiatan:
Pelaksana/penanggungjawab administrasi evaluasi ini adalah pengelola kegiatan peningkatan akses dan
mutu PK LK SDLB/SMPLB pada masing-masing provinsi. Petugas administrasi ditetapkan berdasarkan SK
Kepala Dinas Pendidikan atau Pejabat terkait.
17
BAB IV
Sebelum penyaluran dana dilakukan, pihak penerima dan pemberi bantuan melakukan perjanjian. Surat
perjanjian penerimaan bantuan ditandatangani penerima bantuan dan tidak dapat dikuasakan kepada pihak
lain.
18
4. Kuitansi Pembayaran Bantuan Sosial
Kuitansi yang harus ditandatangani sebanyak 5 (lima) rangkap dengan rincian dua lembar pertama
bermaterai Rp. 6.000,- dan lembar ke-3 (tiga) sampai ke-5 (lima) tanpa meterai. Selanjutnya, 4 (empat)
rangkap termasuk yang bermaterai dikembalikan kepada pemberi bantuan dan 1 (satu) rangkap sebagai
pertinggal.
19
BAB V
20
sedang berjalan dan sedini mungkin mengetahui kendala yang muncul sehingga dapat membantu
pemecahannya.
o M&E Dinas Pendidikan Kab/Kota dilaksanakan selama waktu pelaksanaan program/kegiatan bantuan
sosial.
o M&E Dinas Pendidikan Provinsi dilaksanakan pada saat program kegiatan sedang berlangsung agar dapat
mengetahui proses pelaksanaan kegiatan. Data pelaksanaan program dapat diambil diantaranya dari
laporan pertengahan sekolah namun perlu dicek kebenarannya di lapangan.
o M&E oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus dapat dilaksanakan pada saat
program/kegiatan sedang berlangsung di sekolah atau setelah program/kegiatan selesai dilaksanakan.
Data dan informasi mengenai pelaksanaan program/kegiatan dapat diperoleh dari responden yang
terkait langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan, antara lain:
1) Siswa
2) Penanggungjawab program
3) Guru mata pelajaran dan/atau guru pembimbing (BK)
4) Tenaga administrasi
5) Bendahara rutin sekola Kepala Sekolah
6) Pengurus komite sekolah
Metode penjaringan data dan informasi mengenai pelaksanaan program/kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1) Observasi atau pengamatan langsung.
2) Studi dokumentasi.
3) Wawancara dengan responden.
4) Pengisian kuesioner/instrumen oleh responden.
21
BAB V
PENUTUP
Pedoman ini dijadikan panduan pelaksanaan program Dekonsentrasi tahun 2015 agar dapat berjalan
secara efektif dan efisien serta memperoleh hasil yang optimal dalam rangka mendukung tercapainya tujuan
pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Agar pelaksanaan program Dekonsentrasi dapat berjalan
seperti yang diharapkan, maka perlu adanya koordinasi dan konsultasi secara berkesinambungan
antarpengelola program, terutama dalam rangka menyamakan persepsi dan tindakan serta menemukan solusi
terbaik untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan yang muncul.
22
Lampiran 1 (SPPB dan Kuitansi)
Pada hari ini .............. tanggal .............. bulan .............. tahun dua ribu lima belas, yang
bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama …………………………………….
:
NIP …………………………………….
:
Alamat …………………………………….
:
…………………………………….
…… …………………………….
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Akses dan Mutu PKLK
SDLB/SMPLB Propinsi…. berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas nomor :
…………………………. Tanggal …………………………………. dan
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama : ..............................................
Jabatan : ..............................................
Alamat : Jl. ..............................................
Desa / Kel. : ..............................................
Kecamatan : ..............................................
Kabupaten/Kota : ..............................................
Propinsi : ..............................................
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara sendiri-sendiri disebut pihak dan secara
bersama-sama disebut PARA PIHAK.
23
c. PARA PIHAK dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Pedoman
Pelaksanaan/Teknis Bantuan Sosial Pembinaan Prestasi ABK
PARA PIHAK dengan ini menyatakan setuju dan bersepakat untuk mengikat diri dalam
suatu perjanjian kerjasama kegiatan Bantuan Sosial Pembinaan Prestasi ABK, dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
Pasal 1
Ruang Lingkup
Bantuan Sosial Pembinaan Prestasi ABK ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan/pekerjaan
yang berhubungan dengan usulan PIHAK KEDUA serta Pedoman Pelaksanaan/teknis
yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 2
Jangka Waktu
1. PIHAK KEDUA bersedia untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan Bantuan Sosial
Pembinaan Prestasi ABK selama 30 (tiga puluh ) hari sejak dana masuk dalam
rekening.
2. Pekerjaan di mulai selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak uang
diterima di rekening PIHAK KEDUA.
Pasal 3
Kewajiban-kewajiban
1. PIHAK PERTAMA memberikan bantuan sebesar Rp. …………………
(………………………………………) kepada PIHAK KEDUA, dengan pembayaran
sekaligus melalui rekening PIHAK KEDUA, pada :
Bank : ..............................................
Nomor : ..............................................
Atas Nama : ..............................................
setelah surat perjanjian kerjasama dan kwitansi ditandatangani oleh PARA PIHAK.
Pasal 4
Sanksi-sanksi:
Apabila PIHAK KEDUA tidak memenuhi semua kewajiban - kewajiban sebagaimana
tersebut dalam surat perjanjian ini, PIHAK KEDUA wajib mengembalikan seluruh dana
bantuan ditambah jasa bunga bank yang berlaku ke Kas Negara.
24
Pasal 5
ADDENDUM
1. Setiap penambahan/perubahan terhadap perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas
persetujuan tertulis dari PARA PIHAK.
2. Penambahan/perubahan sebagimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini setelah disepakati
para pihak akan dituangkan dalam suatu addendum, yang selanjutnya menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 6
KEADAAN KAHAR
1. PARA PIHAK dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan atau keterlambatan
dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, yang disebabkan oleh
hal-hal di luar kemampuan yang wajar dari PARA PIHAK dan bukan disebabkan oleh
kesalahan salah satu pihak (“keadaan kahar”), dengan ketentuan bahwa keadaan kahar
tidak membebaskan pihak manapun dari kewajiban untuk melaksanakan pembayaran.
2. Yang dimaksud dengan keadaan kahar adalah hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan, seperti banjir, gempa bumi, topan / badai, petir, dan bencana alam lainnya,
kebakaran, epidemic, perang, perang saudara, huru-hara, tindakan terorisme, kebijakan
tertentu yang dikeluarkan pemerintah, putusan pengadilan, blokade, dan pemogokan
tetapi tidak termasuk pemogokan kerja oleh PIHAK KEDUA.
3. Pihak yang mengalami keadaan kahar harus memberitahukan pihak lainnya secara
tertulis paling lambat dalam waktu 4 (empat) hari kalender sejak terjadinya keadaan
kahar, disertai dengan bukti pendukung atas adanya keadaan kahar dari pejabat yang
berwenang. Dalam hal demikian, pihak yang mengalami keadaan kahar akan
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya dengan cara komunikasi
tercepat yang tersedia, dan merinci keadaan yang dipercayai pihak tersebut merupakan
keadaan kahar serta perkiraan jangka waktu berlangsungnya keadaan kahar dan
perkiraan jangka waktu perbaikan untuk memperoleh persetujuan dari pihak lainnya.
4. Pihak yang mengalami keadaan kahar harus melakukan usaha terbaik untuk mengatasi
keadaan kahar tersebut dan meminimalisasi kerugian yang ditimbulkan.
6. Apabila pemberitahuan keadaan kahar ditolak oleh pihak lainnya, PARA PIHAK akan
meneruskan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian. Jika
pemberitahuan atas keadaan kahar tersebut disetujui oleh pihak lainnya, PARA
PIHAK dengan itikad baik akan membuat addendum untuk mengubah jadwal
penyelesaian pekerjaan, dengan memperhitungkan setiap keterlambatan yang
disebabkan oleh keadaan kahar.
7. Jika perkiraan jangka waktu keadaan kahar dan perkiraan jangka waktu perbaikan
berlanjut melebihi jangka waktu yang telah disepakati PARA PIHAK sebagaimana
dimaksud ayat (7) pasal ini, pihak yang tidak mengalami keadaan kahar dapat
mengakhiri perjanjian dengan pemberitahuan tertulis dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender sebelum pengakhiran tersebut, PIHAK PERTAMA harus membayar bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dan diterima oleh PIHAK
PERTAMA pada tanggal pengakhiran perjanjian.
25
8. Jika dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender pihak yang mengalami keadaan kahar
tidak menyampaikan perkiraan jangka waktu keadaan kahar dan perkiraan jangka
waktu perbaikannya, pihak lainnya dapat mengakhiri perjanjian dengan pemberitahuan
tertulis dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sebelum pengakhiran perjanjian
berlaku efektif. Dalam hal terjadi pengakhiran tersebut, PIHAK PERTAMA harus
membayar bagian pekerjaan yang telah diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dan
diterima oleh PIHAK PERTAMA pada tanggal pengakhiran perjanjian.
Pasal 7
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1. PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak mengakhiri perjanjian dengan
pemberitahuan tertulis kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari kalender sebelum pengakhiran tersebut berlaku efektif, dalam hal:
a. PIHAK KEDUA memberikan keterangan yang tidak benar, merugikan atau dapat
menimbulkan kerugian bagi PIHAK PERTAMA sehubungan dengan pelaksanaan
perjanjian.
b. PIHAK KEDUA lalai atau sengaja tidak memenuhi kewajiibannya sebagaimana
ditentukan dalam pasal 4 dan PIHAK KEDUA dikenakan sanksi sebagaimana
diatur dalam pasal 4 perjanjian.
2. PARA PIHAK dapat bersepakat untuk mengakhiri perjanjian apabila terjadi keadaan
kahar melebihi 15 (lima belas) hari kalender sebagaimana dimaksud pada pasal 4
perjanjian. Dalam hal ini masing-masing pihak tidak dapat menuntut ganti rugi atau
kompensasi kepada pihak lain dalam bentuk apapun juga, kecuali pemenuhan hak dan
kewajiban sampai dengan terjadinya keadaan kahar. PARA PIHAK sepakat untuk
mengesampingkan ketentuan pasal 1266 kitab undang-undang hukum perdata dalam
hal pengakhiran perjanjian.
3. Dalam hal pengakhiran dimaksud diajukan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK
KEDUA wajib mengembalikan seluruh dana yang sudah diserahkan oleh PIHAK
PERTAMA dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pemutusan perjanjian
berlaku efektif.
Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian, terlebih dahulu akan
diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah dalam waktu 15 (lima belas)
hari kalender setelah diterimanya surat mengenai adanya perselisihan dari salah satu
pihak kepada pihak lainnya.
2. Dalam hal perselisihan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut
melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
26
Pasal 9
Lain-lain
1. Surat perjanjian kerjasama ini dibuat rangkap 5 (lima), dua diantaranya dibubuhi materai
secukupnya. Masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
2. Surat Perjanjian kerjasama ini ditandatangani kedua belah pihak pada hari ini dan tanggal
tersebut di atas untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Materai 6000
…………………………. …………………………………
NIP NIP
KUITANSI
Tgl. Dibukukan :
Sudah Terima :
NPWP :
Alamat Lembaga/PT : Jl.
Desa / Kel. :
Kecamatan :
Kab./Kota :
Propinsi :
Materai
A. Judul Laporan
Judul dalam sampul laporan singkat dan jelas memuat informasi tentang nama kegiatan/pekerjaan yang
dilaporkan (sesuai jenis dana yang diterima), lokasi/alamat lengkap pelaksanaan kegiatan/pekerjaan