Portofolio Kasus APB
Portofolio Kasus APB
Golongan Darah O
Rhesus Positif (+)
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
Ivfd RL 16 tpm
DL, BT, CT
Pro Transfusi PRC 2 kolf
MONITORING
Keadaan umum pasien, tanda – tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang
EDUKASI
- Pengawasan keadaan umum pasien dan tanda – tanda vital
- Penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien,
prosedur pengobatan dan prognosis dari penyakit
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
DISKUSI KASUS
PERDARAHAN ANTEPARTUM
terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Menurut WHO tahun 2008,
angka kematian ibu di dunia mencapai 536.000 setiap tahunnya. Kematian ini
(15%), aborsi yang tidak aman (13%), eklampsi (12%), penyulit persalinan (8%),
negara – negara berkembang dan menyebabkan lebih dari 50% kematian ibu
yang di prediksi terjadi setiap tahun. Di Inggris, kematian ibu yang disebabkan
sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2005 terdapat 2.346 kasus perdarahan
antepartum atau 1.37% dan kasus perdarahan postpartum sebanyak 8.212 dengan
persentasi 4.81%.2,3
merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua kasus
oerdarahan yang disebabkan antara lain oleh plasenta previa, solusio plasenta,
Definisi
parsial jika menutupi sebagian os serviks bagian dalam dan marginal jika
Prevalensi
tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga
previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih
dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih
plasenta previa.
pada segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
uteri internum.
3. Plasenta previa margianalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
4. Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa dapat dibagi
3. Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri internum.
Patofisiologi
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan
ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding
uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang
letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan
yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
Manifestasi Klinis
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang
keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya
banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi
tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan
berulang biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai
mengalir. Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian
bawah, maka pada palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih
tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada
plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada perut ibu saat
Diagnosis
2. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina,
darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka
3. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus
uteri yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa
bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).
dilihat dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat
5. Pemeriksaan radio-isotop
b. Sitografi
c. Plasentografi indirek
d. Arteriografi
e. Amniografi
ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang
tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
7. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir
yang paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa.
perdarahan yang lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian
perdarahan antepartum yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc,
perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup
diluar janin (Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa
hanya dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika
Penatalaksanaan
hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit
sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
telah cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa
marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada
pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal
(Mochtar, 1998).
kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan
menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100
gr atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan
pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena
- Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi
(Mochtar, 1998).
- Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya
sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr
(Mochtar, 1998).
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah
Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa.
Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena
seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila dijumpai gawat ibu
tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta
previa totalis.
Komplikasi
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat
menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan
kuretase. Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi
lahir dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
lakukan pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh
karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa
2. Solusio Plasenta
Definisi
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada tepinya saja (ruptura sinus marginalis),
dapat terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh
yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan
karenanya
bawah rahim.
klinik, sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio
plasenta ringan, solusio plasenta sedanf, dan solusio plasenta berat. Yang
ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma
yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada ruptura sinus marginalis.
Pembagian secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena
yang ringan bisa berkembang menjadi lebih berat dari waktu ke waktu.
- Solusio plasenta ringan : luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau
ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar
biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti
haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak. Gejala –
gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah
- Solusio plasenta sedang : luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%
tetapi belum mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih
banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml. Umumnya pertumpahan
darah terjadi keluar dan ke dalam bersama – sama. Gejala – gejala dan tanda
– tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus – menerus,
- Solusio plasenta berat : luas plasenta yang terlepas melebihi 50%, dan
jumlah darah yang keluar telah mencapai 1000 ml atau lebih. Pertumpahan
darah bisa terjadi ke luar dan ke dalam bersama – sama. Gejala – gejala dan
tanda – tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk, disertai syok, dan
Insiden
Melihat latar belakang yang sering dianggap sebagai faktor risiko diyakini
perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia
higienis. Transportasi yang lebih mudah memberi peluang pasien cepat sampai
insidensi solusio plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dalam 255 persalinan (< 0,5%)
di negara – negara Eropa untuk solusio plasenta yang tidak sampai mematikan
janin. Untuk solusio yang lebih berat sampai mematikan janin insidennya lebih
rendah 1 dalam 830 persalinan (1974 – 1989) dan turun menjadi 1 dalam 1550
Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau
menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko. Usia ibu dan
paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi. Perbedaan suku kelihatan berpengaruh
pada resiko.
yang rendah dan solusio plasenta rekuren. Dalam kategori fisik termasuk
trauma tumpul pada perut, umumnya karena kekarasan dalam rumah tangga atu
Kategori penyakit ibu sendiri memegang peran penting seperti penyakit tekanan
darah tinggi dan kelainan sistem pembekuan darah seperi trombofilia. Yang
terakhir adalah yang termasuk kategori sebab iatrogenik seperti merokok dan
kokain.
Patofisiologi
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang
bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili – vili korialis
yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
dalam vaskular vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang
selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada
tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematoma yang
bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
ada gejala kecuali terdapat hematoma pada bagian belakang plasenta yang baru
sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium
Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak
mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.
(concealed hemorrhage).
Terdapat beberapa keadaan yang secara teoritis dapat berakibat kematian sel
hipoksia pada sel – sel endotelium pembuluh darah. Oleh karena faedah
pada 15% sampai 25% dari insiden solusio plasenta. Merokok satu
Gambaran Klinik
ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji
coba yang khas untuk menetukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinis yang
klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua
keluar dari vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang terus –
menunjukkan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan
prematur saja. Oleh sebab itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi
- Solusio plasenta ringan : kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan
tidak atau sedikit sekali melahirkan gejala. Pada keadaan yang sangat ringan
retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri pada perut masih
ringan dan darah yang keluar masih sedikit, sehingga belum keluar melalui
previa kecuali darah yang keluar berwarna merah segar pada plasenta previa.
Tanda – tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih baik. Pada
inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit
nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom dan perut sedikit tegang tapi bagian
– bajian janin masih dapat dikenal. Kadar fibrinogen darah dalam batas – batas
keadaan yang ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi
- Solusio plasenta sedang : gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas rasa nyeri
pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin biasanya telah
takikardia, hipotensi, kulit dingin dan keringatan, oliguria mulai ada, kadar
kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada. Rasa
nyeri dan tegang perut jelas sehingga palpasi bagian – bagian anak sukar, rasa
nyeri datangnya akut kemudian menetap todak bersifat hilang timbul seperti
pada his yang normal. Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman,
penderita pucat karena mulai syok sehingga keringat dingin. Keadaan janin
biasanya sudah gawat. Pada stadium ini bisa jadi telah timbul his dan
kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes
dipastikan terjadi.
- Solusio plasenta berat : perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
disertai perdarahan yang berwarna hitam. Oleh karena itu palpasi bagian –
bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi dari pada
yang seharusnya oleh karena telah terjadi penumpukan darah di dalam rahim
pada kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus
uteri bertambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi
auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik
dan fungsi dari plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok. Ada
kalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk dibandingkan perdarahn yang
tidak seberapa keluar dari vagina. Hipofibrinogenemia dan oliguria boleh jadi
telah ada sebagai akibat komplikasi pembekuan darah intravaskular yang luas
fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada
trombositopenia.
Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik
pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan denyut
tidak banyak dengan perut tegang, tetapi janin telah meninggal. Diagnosis
definitif hanya bisa ditegakkan secara retrospektif yaitu setelah partus dengan
plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta oemeriksaan dengan USG tidak
memberikan kepastian berhubung kompleksitas gambaran retroplasenta yang
rahim sendiri, desidua dan mioma semuanya bisa mirip dengan solusio plasenta
plasenta sulit dibedakan dengan plasenta itu sendiri. Pemeriksaan ulang pada
perdarahan baru sering bisa membantu karena gambaran USG dari darah yang
telah membeku akan berubah menurut waktu menjadi lebih ekogenik pada 48
tidak terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya, sedangkan pada kompleksitas
seperti mioma dan kontraksi uterus, terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya.
Para kontraksi uterus terdapat sirkulasi aktif didalamnya, pada mioma sirkulasi
aktif terdapat lebih banyak pada sebagian prferi daripada di bagian tengahnya.
konsisten.
Alfa-feto-protein serum ibu (MSAFP) dan hCG serum ibu ditengarai bisa
keutuhan anatomik dari plasenta. Penggian kadar MSAFP tanpa sebab lain
kelainan – kelainan kromosom, neural tube defect, juga pada perempuan yang
solusio plasenta dijumpai kenaikan MSAFP deng sensitivitas 67% bila tanpa
perdarahan dan dengan sensitivitas 100% bila disertai perdarahan. Nilai ramal
negatif pada keadaan ini bisa mencapai 94% pada tanpa perdarahan dan 100%
pada perdarahan.
dalam darah ibu tidak merupakan uji coba yang berguna pada diagnosis solusio
belakang plasenta bukan berasal dari ruang intervillus dimana darah janin
Penatalaksanaan
Semua pasien yang tersangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap
dan memastikan janin masih hidup. Manakala diagnosis belum jelas dan janin
hidup tanpa tanda – tanda gawat janin, observasi dengan ketat dengan
kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera diaktifkan untuk intervensi jika
spontan atau belum, dan tanda – tanda gawat janin. Penanganan solusio
ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan janinnya. Bila janin
masih hidup dan cukup bulan, dan jika persalinan pervaginam belum ada tanda
transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti persalinan yang dipercepat
akhiri dengan induksi atau stimulasi partus pada kasus yang ringan atau janin
telah mati, atau langsung dengan bedah sesar pada kasus yang berat atau telah
sebagai komplikasi dari solusio plasenta maupun atas indikasi obstetrik yang
menjanjikan.
pervaginam kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi
darag yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang menghendaki
persalinan dilakukan perabdominam. Hemostasis pada tempat implantasi
perdarahan yang hebat pascasalin sekalipun pada keadaan masih ada gangguan
berlangsung terus pada tempat insisi baik pada abdomen maupun pada uterus.
Pemberian oksitosin dan amniotomi adalah dua hal yang sering dilakukan pada
keuntungan dan kerugian dari kedua metode ini masih belum ada bukti yang
Komplikasi
insufisiensi fungsi plasenta pada janin berupa angka kematian perinatal yang
tinggi. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari
komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta
berulang dilaporkan juga bisa terjadi pada 35% perempuan yang pernah
bekuan darah terutama pada solusio plasenta berat. Melalui mekanisme ini
jaringan. Karena kemampuan fibrinolisis dari plasmin ini maka fibrin yang
plasmin memicu perombakan lebih banyak fibrinogen menjadi fibrin agar darah
bisa membeku. Dengan jalan ini pada solusio plasenta berat dimana telah
lambat laun mencapai titik kritis (≤ 150 mg/100 ml darah) dan terjadi
telah terbentuk mencair kembali. Pada keadaan yang lebih parah darah tidak
mau membeku sama sekali apabila kadar fibrinogen turun dibawah 100 mg%.
Pada keadaan yang berat ini telah terjadi kematian janin dan pada pemeriksaan
yaitu diatas 100 µg per ml. Kadar fibrinogen normal 450 mg% turun menjadi
100 mg% atu lebih rendah. Untuk kenaikan kembali kadar fibrinogen ke tingkat
diatas nilai kritis lebih disukai pemberian transfusi darah segar sebanyak 2000
apabila keadaan syok hipovolemik yang berlama – lama terlambat atau tidak
pada solusio plasenta belum jelas, tetapi beberapa faktor dikemukakan sebagai
pemegang peran utama dalam kejadian itu. Curahan jantung yang menurun dan
hipertensi akut dan kronik yang sering bersama – sama atu bahkan sebagai
yang sama. Keadaan yang umum terjadi adalah nekrosis tubulus – tubulus
ginjal secara akut yang menyebabkan kegagalan fungsi ginjal (acute tubular
renal failure) apabila korteks ginjal ikut menderita anoksia karena iskemia dan
nekrosis yang menyebabkan kegagalan fungsi ginjal (acute cortical renal
failure) maka prognosisnya sangat buruk karena pada keadaan yang demikian
angka kematian bisa mencapai 60%. Transfusi darag yang cepat dan banyak
serta pemberian infus cairan elektrolit seperti ringer laktat dapat mengatasi
diuresis dalam rangka mengatasi oliguria dan uji coba fungsi ginjal lain sangat
yang tidak sangat berat msih dapat berkontraksi jika diberi oksitosin. Dengan
perdarahan berat dalam kala tiga dan kala empat dan oleh karena itu bukan
tidak lagi bisa mengalir ke dalam ruang intervillus. Kedua keadaan tersebut
menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah janin yang berada di kapiler vili
janin dan kematian janin tanpa terduga. Gawat janin oleh hipoksia disebabkan
oleh insufisiensi fungsi plasenta yang umumnya sudah terjadi pada solusio
plasenta sedang dan pada solusio plasenta berat umumnya telah tejadi kematian
janin.
Fetal-to-Maternal Hemorrhage
peredarah darah ibu, namun pada sekitar 20% solusio plasenta terutama bila
kerusakan demikian rupa sampai sejumlah kapiler vili ikut rusak dan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi janin masuk ke dalam ruang intervillus
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu hamil dan lebih
buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baiak bagi ibu dan janin
karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang
mortalitas dan morbiditas perinatal yag tinggi disamping morbiditas ibu, yang
lebih berat. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk baik
terhadap ibu lebih – lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yag
demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah satu
pasien. Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan
perinatal.5
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus
1. Subyektif
Pasien mengatakan mengalami kenceng – kenceng sejak kemarin pukul 04.00
(±1 hari yll). Kenceng – kenceng jarang. Mulai hari ini pukul 18.30 (± 1 jam
yll) pasien mengeluarkan darah dari jalan lahir, seperti menstruasi.
2. Obyektif
Pemeriksaan fisik dan laboratorium yang mendukung didapatkan pada
pasien ini:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pasien tampak pucat dan lemas
Vital Sign : TD : 150/100 mmHg
Mata : conjungtiva palpebra pucat (+)
Abdomen : L1: Teraba keras TFU : 26 cm
L2: Puka DJJ : 147 x/menit
L3: Teraba lunak
L4: Belum masuk PAP
Laboratorium
Hemoglobin : 7,4 g/dL
3. Assesment
4. Plan
- Ivfd RL 16 tpm
- DL, BT, CT
- Pro Transfusi PRC 2 kolf
5. Monitoring
Keadaan umum, tanda vital dan hasil pemeriksaan penunjang
6. Edukasi :
a. Pengawasan keadaan umum, tanda vital, dan perdarahan pasien
b. Penjelasan kepada keluarga tentang penyakit, prosedur pengobatan
serta prognosis penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasnik, K.S., Naiknaware V.S., 2015, Antepartum Haemorrhage: Causes & Its
Effects on Mother and Child: An Evaluation, Obstetrics & Gynecology
International Journal Vol.3; Issue:1, Pg:1-5.
2. Thomson, Ramsay, 2011, Antepartum Haemorrhage, Green-top Guideline No.
63, Royal College of Obstetricians & Gynaecologists.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007.
4. Abduljabbar, H.S., Bahkali, M.N., Al-Basri, S.F., et al, 2016, Placenta Previa A
13 years experience at a tertiary care center in Western Saudi Arabia, Saudi
Medical Journal Vol.37 (7), Pg 762-766.
5. Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Perdarahan pada Kehamilan Usia Lanjut dan
Persalinan, Ilmu kebidanan, Hal. 503 – 515.