Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk
akan berpengaruh pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan
perserikatan Bangsa-bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4
tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74 %), angka
ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi
77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia 2045 adalah 28,68%),
begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah di
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah
7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi
69,65 (dengan persentase lansia adalah 7,58%). Prevalensi hipertensi
diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak
2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia menderita hipertensi,
sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 31,7%. Hipertensi dikenal
dengan tekanan darah tinggi dan sering disebut sebagai “sillent killer”
karena terjadi tanpa tanda dan gejala, sehingga penderita tidak mengetahui
jika dirinya terkena hipertensi, dari hasil penelitian mengungkapkan
sebanyak 76,1% tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi (KEMENKES,
2013).
Jika dilihat dari sebaran penduduk lansia menurut provinsi,
persentase penduduk lansia di atas 10% sekaligus paling tinggi ada di
provinsi DI Yogyakarta (13, 04%), Jawa Timur (10,40%) dan Jawa
Tengah (10,34%). (Suesenas Tahun 2012,). Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan systolic 160 mmHg dan tekanan

1
diastolic 90 mmHg. (Smeltzer & suzanne, 2002). Selain terapi farmakologis
juga terdapat terapi non farmakologis untuk pengobatan hipertensi. Susilo &
wulandari (2011) menyatakan pengobatan non farmakologis hipertensi
adalah mengatasi obesitas atau menurunkan berat badan, mengurangi
asupan garam ke dalam darah, menciptakan keadaan rileks seperti meditasi,
yoga, atau hypnosis yang mengeontrol sisttem syaraf untuk mengendalikan
tekanan darah, melakukan olah raga secara rutin, berhenti merokok, dan
berhenti mengkonsumsi alkohol.
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik,
emosi, mental, dan spiritual seseorang (Iskandar, 2008). Meditasi adalah
pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa status
ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan yang merupakan media dari NSR
(Sukmono, 2009). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa meditasi
adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental,
dan spiritual seseorang yang dapat menagarahkan pikiran menuju status
kesadaran yang membawa ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan.
Berdasarkan penelitian Anderson, Liu & Kryscio (2007) yang
diterbitkan oleh American Journal Of Hypertensionyang berjudul Blood
Pressure Response To Trancedental Meditation, berdasarkan penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan latihan meditasi transedental
dengan teratur memiliki potensi untuk mengurangi tekanan darah systole
dan diastole 4,7 mmHg dan 3,2 mmHg.
Berdasarkan keterangan diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah
tentang pengaruh pemberian meditasi terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, adalah :
1. Apa definisi dari hipertensi ?
2. Apa saja klasifikasi hipertensi ?
3. Apa saja yang menjadi etiologi hipertensi ?
4. Apa saja yang menjadi tanda dan gejala hipertensi ?
5. Bagaimana patofisiologi hipertensi ?
6. Bagaimana cara pencegahan hipertensi ?
7. Apa yang menjadi pemeriksaan penunjang hipertensi ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertensi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi etiologi hipertensi.
4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tanda dan gejala hipertensi.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hipertensi.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan hipertensi.
7. Untuk mengetahui apa yang menjadi pemeriksaan penunjang hipertensi.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah :
1. Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca tentang
apa itu hipertensi.
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mencegah atau
menurunkan hipertensi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari
140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah,M. 2012).
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg
(Arif Muttaqin dalam Ardiansyah,M. 2012).
Jadi hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan
darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga dimana darah itu
berada.

B. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer )
Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah di atas normal
untuk usianya karena efek penuaan. Hal ini menyumbang lebih dari 95%
dari kasus. Hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah adalah fitur
esensial yang menandai hipertensi. Banyak orang menemukan bahwa
mereka memiliki tekanan darah tinggi meskipun mereka tidak memiliki
riwayat. Jenis tekanan darah tinggi ini adalah idiopatik, dan menanggapi
perubahan gaya hidup sederhana dan terapi obat.

4
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah di atas normal
untuk usianya karena penyebab klinis yang sebelumnya terdeteksi.
Penyebab utama umum tekanan darah tinggi sekunder adalah, penyakit
ginjal, penyakit endokrin, koarktasio aorta, kehamilan, dan obat-obatan.
Kegagalan ginjal kronis dan akut yang ditandai dengan kegagalan
penghilangan cairan. Oleh karena itu, ada akumulasi cairan, peningkatan
volume darah, dan peningkatan tekanan darah. Kortisol adalah hormon
untuk efek melawan atau lari. Itu membuat tubuh siap beraksi. Kortisol
mengangkat tekanan darah, denyut jantung dan merelokasi darah dari
sirkulasi perifer ke organ-organ vital. Penyakit Cushing adalah karena
sekresi berlebihan kortisol. Sindrom conns adalah karena sekresi berlebihan
dari aldosteron. Aldosteron mempertahankan cairan. Koarktasio dari aorta
menghasil di aliran vena balik yang buruk terhadap sensor tekanan rendah
dan menaikan tekanan darah sekunder. Kehamilan menciptakan sirkulasi
janin dan retensi cairan. Steroid memiliki efek yang sama dengan sindrom
Cushing. Pil KB juga mempertahankan cairan.

C. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

5
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.
2. Usia
Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan
darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan
darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda
dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
3. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4. Kolestrol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
5. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal,
memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Stress
Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah
tinggi.

6
7. Rokok
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan
merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki
tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah
tinggi.
10. Kurang olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam
tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi
Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita
tekanan darah tinggi.

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti


Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme,
Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–
obatan Kontrasepsi oral dan Kortikosteroid

D. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
1. Sebagian besar tidak ada gejala.

7
2. Sakit pada bagian belakang kepala.
3. Leher terasa kaku.
4. Kelelahan.
5. Mual.
6. Sesak napas.
7. Gelisah.
8. Muntah.
9. Mudah tersinggung.
10. Sukar tidur.
11. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,
dan ginjal

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi.
Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah
tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan
angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada
tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan darah.

E. Patofisiologis Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv

8
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

9
F. Pencegahan Hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat
dikurangi dengan cara :
1. Memeriksa tekanan darah secara teratur.
2. Menjaga berat badan ideal.
3. Mengurangi konsumsi garam.
4. Jangan merokok.
5. Berolahraga secara teratur.
6. Hidup secara teratur.
7. Mengurangi stress.
8. Jangan terburu-buru.
9. Menghindari makanan berlemak.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
3. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
4. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
5. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
6. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

10
7. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanyadiabetes.
8. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
9. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
10. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
11. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
12. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

H. Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea

11
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
g. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi
h. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
i. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
j. Pernafasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.

12
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
2. Diagnosa, Intervensi, Evaluasi
a. Dx : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
1) Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2) Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan
sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan
yang memperlambat atau memblok respons simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya
Evaluasi : Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau
terkontrol
b. Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1) Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas
frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata
selama atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan
keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada
merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
2) Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat

13
menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas
dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan
energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Evaluasi : Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan
c. Dx : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1) Intervensi : pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk
evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan
teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang
dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai
130, hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian
maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko
yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan
penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
Evaluasi : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah atau beban kerja jantung.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari
140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah,M. 2012).Klasifikasi hipertensi
ada dua yaitu hipertensi primer dan sekunder yang dapat disebabkan oleh
stress, pola hidup, keturunan, dsb serta dapat ditandai dengan nyeri atau berat
dikepala bagian belakang dan leher terasa kaku.
Dari hasil penelitian rata-rata tekanan darah sistolik sebelum meditasi
sebesar 158,93 mmHg, sedangkan diatoliknya 88,67 mmHg, setelah
melakukan meditasi sistoliknya 146,00 mmHg dan diastoliknya
84,87mmHg setelah melakukan meditasi sistoliknya dapat diturunkan sebesar
12,93 mmHg, sedangkan diastoliknya 3,8 mmHg. Karakteristik lansia
dengan rata-rata umur 68,8 tahun sebanyak 15 responden. Ada perbedaan
secara statistik pada penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12,23
mmHg dengan nilai P (0,000), setelah melakukan terapi meditasi. Untuk
tekanan darah diastolik setelah melakukan terapi meditasi pada penurunan
sebesar 3,8 mmHg dengan nilai P (0,161) yang berarti lebih besar dari nilai
α (0,005).

B. Saran
1. Perlunya upaya kesehatan bagi penderita hipertensi yakni melaksanakan
upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya preventif, upaya kuratif, dan
upaya rehabilitatif,
2. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar lebih
mengetahui pengaruh teknik terapi meditasi ini terhadap penurunan tekanan
darah.

15

Anda mungkin juga menyukai