Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan transportasi di Indonesia tergolong menjadi tiga jenis, yaitu

transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi adalah sarana untuk mempercepat

waktu dalam mencapai suatu tujuan, tingginya mobilitas mendorong percepatan

kemajuan teknologi di bidang transportasi. Selain itu tingginya mobilitas juga

meningkatkan penggunaan transportasi baik jalur darat, laut, dan udara.

Pada zaman dahulu sarana transportasi yang menjadi primadona

masyarakat adalah menggunakan tenaga manusia dan hewan sebagai alat

penggerak seperti becak dan andong yang tergolong dalam jenis moda transportasi

tradisional. Moda transportasi tradisional itu sendiri merupakan sarana angkutan

umum yang digerakan dengan tenaga manusia ataupun hewan yang masih diakui

keberadaannya.

Becak adalah suatu moda transportasi tradisional beroda tiga digerakkan

oleh tenaga manusia, kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang dan

seorang pengemudi yang disebut tukang becak, diakses tanggal 11 November 2017

(https://dpolo.wordpress.com). Di Indonesia terdapat dua jenis becak yakni becak

dengan pengemudi belakang dan becak dengan pengemudi samping. Becak dengan

pengemudi di belakang umumnya banyak ditemukan di Pulau Jawa, sedangkan

becak dengan pengemudi di samping umumnya terdapat di Pulau Sumatera.

1
Andong terkenal sebagai warisan budaya Jawa yang keberadaannya sampai

sekarang dapat ditemukan di beberapa daerah, antara lain Yogyakarta, Solo dan

daerah disekitarnya. Keberadaan andong saat ini selain sebagai alat transportasi

umum juga digunakan sebagai destinasi wisata untuk menarik wisatawan.

Sampai saat ini transportasi secara umum memegang peranan penting

dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan

keadaan geografis Indonesia dan transportasi berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Dengan adanya kemajuan ilmu dan

teknologi mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik dari

aspek material maupun spiritual. Peningkatan kualitas hidup diupayakan dari

kegiatan perekonomian dimana kegiatan tersebut tidak terlepas dari penggunaan

sumber alam baik darat, laut maupun udara. Telah diketahui pemenuhan kebutuhan

manusia tidak terlepas dari penggunaan alat transportasi, sarana transportasi

digunakan untuk tercapainya hubungan di dalam masyarakat agar lebih mudah dan

lancar.

Berdasarkan Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis

dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan umum sebagaiman diamanatkan oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alat transportasi digunakan oleh

manusia untuk memperlancar aktivitas dalam kehidupannya. Kebijakan lalu lintas

dan angkutan jalan dikeluarkan dalam rangka untuk terwujudnya pelayanan lalu

lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, terpadu dengan moda

2
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, serta terwujudnya

penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarkat. Dengan perarturan ini

menuai berbagai rekasi dan persepsi yang berbeda-beda salah contohnya antara

penyedia jasa moda angkutan jalan. Pembentukan persepsi terhadap moda

angkutan jalan ini dapat dilihat kaitannya pada muatan yang diangkut, kendaraan

sebagai alat angkutannya dan jalanan yang dapat dilalui.

Kebijakan publik adalah suatu keputusan - keputusan dari lembaga yang

berwenang atau pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Segala

sesuatu yang dimaksud adalah setiap aturan dalam kehidupan bersama, baik itu

hubungan antarwarga maupun warga dengan pemerintah (Nugroho 2014:519).

Kebijakan publik biasanya dituangkan dalam peraturan perundang-undangan

seperti undang-undang (UU), peraturan presiden, dan peraturan daerah (perda)

merupakan bentuk-bentuk kebijakan publik. Kebijakan publik atau kebijakan

umum merupakan program-program yang diterapkan oleh pemerintah dalam arti

luas untuk mencapai tujuan masyarakat.

Semakin banyak penduduk maka kebutuhan sarana untuk saling

berinteraksi antar sesama juga semakin banyak, sehingga kebutuhan sarana

transportasi juga meningkat. Dari tahun ke tahun alat transportasi semakin

berkembang mulai dari alat transportasi tradisional yang digerakkan dengan tenaga

manusia ataupun hewan sampai alat transportasi yang digerakkan dengan mesin.

Sebelumnya, becak dan andong digunakan masyarakat sebagai alat

transportasi yang memiliki peranan penting dalam mendukung aktivitas dan

pergerakan masyarakat. Keberadaan Becak dan Andong sebagai sarana transportasi

3
ini hampir ada di setiap daerah di Indonesia dan juga selalu berkaitan dengan

kegiatan pariwisata terutama tempat-tempat wisata budaya. Seolah telah menjadi

bagian sejarah peradaban manusia Indonesia, becak dan andong menjadi salah satu

saksi bagaimana sebuah kota dengan masyarakat dan budayanya berkembang.

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota perjuangan, pusat

kebudayaan, dan pusat pendidikan sekaligus identitas lokal berupa nilai religi, nilai

filosofis, yang menggambarkan keistimewaan Yogyakarta sehingga terkenal

dengan salah satu pusat sumber kebudayaan Jawa dan sampai sekarang masih

tetap menjadi daerah tujuan wisata yang terkenal di Indonesia. Wisata adalah

kegiatan yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Setiap orang butuh berwisata

dengan tujuan bersenang-senang dan mendapatkan pengalaman baru, kegiatan

wisata merupakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak faktor, baik penyedia

pariwisata, wisatawan, maupun hal-hal yang mendukung kegiatan seperti

ketersedian obyek wisata, amenitas dan aksesibilitas wisata. Semua itu merupakan

rangkaian yang saling menunjang satu sama lain dengan harapan dapat

menghasilkan pelayanan wisata yang baik.

Pelayanan wisata merupakan usaha yang dilakukan dengan harapan dapat

memenuhi kebutuhan wisatawan, baik kebutuhan akan obyek wisata, berinteraksi

dengan penduduk lokal dan lain sebagainya. Salah satu kota yang masih

mempertahankan keberadaan aksesibilitas wisata sarana transportasi umum

tradisional seperti becak dan andong di tengah perkembangan yang sudah menjadi

indentitas sebagai pusat budaya yaitu kota Yogyakarta. Hal ini terkait dengan

adanya aktivitas pariwisata seperti wisata budaya, wisata pendidikan, wisata

4
sejarah, wisata kuliner dan wisata belanja yang ada di kota tersebut di mana

keberadaan becak dan andong dapat dijadikan sebagai suatu icon transportasi

perjalanan wisata yang ramah lingkungan dan juga berfungsi sebagai daya tarik

bagi wisatawan yang datang ke kota Yogyakarta, angkutan umum dinilai

tradisional ini merupakan salah satu unsur pelengkap unsur budaya Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Kawasan Malioboro merupakan salah satu lambang wisata dan banyak

dikunjungi serta digemari oleh masyarakat domestik maupun non domestik.

Banyak aneka makanan, jajanan, pakaian, serta transportasi umum tidak bermotor

seperti becak dan andong untuk diperbolehkan beroperasi. Di kawasan Malioboro,

becak dan andong masih diminati oleh beberapa kalangan masyarakat baik

wisatawan maupun masyarakat sekitar. Hal ini didukung dengan keberadaan oleh-

oleh yang tersebar di sekitar kawasan Malioboro yang beberapa tidak dilalui oleh

rute perjalanan transportasi umum bermotor.

Hal tersebut memperkuat keberadaan becak dan andong yang tidak begitu

saja hilang dari sistem transportasi umum, melainkan dapat beralih peran menjadi

moda transportasi wisata yang terkait dengan kegiatan pariwisata. Keberadaannya

juga didukung dengan adanya jalur khusus untuk becak dan andong sepanjang dua

km di sisi barat jalan Malioboro. Tetapi pada saat sekarang ini, jalur khusus

tersebut dialih fungsikan menjadi kawasan pendestarian, sehingga mengurangi

tempat mangkal andong dan becak.

Namun seiring dengan perubahan zaman keberadaan moda transportasi

tradisional seperti, Becak dan Andong yang beroperasi di Wilayah Daerah

5
Istimewa Yogyakarta jumlahnya semakin berkurang tergantikan dengan

transportasi modern yang saat ini jumlah terus bertambah dan memenuhi ruang

jalan seperti Becak Motor (Bentor) sehingga dihadapkan adanya persaingan yang

sama-sama beroperasi di Kawasan Malioboro.

Sebagai Implementasi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun

2014 tentang Angkutan Jalan. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

menanggapi dengan mengeluarkan regulasi serta turut mendukung dalam upaya

perlindungan untuk becak dan andong sebagai bentuk keberpihakan pemerintah

daerah terhadap keberadaan transportasi tradisional guna mendukung pariwisata,

maka pemerintah provinsi telah mengeluarkan Peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta No 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak Dan

Andong. Peraturan kebijakan transportasi tradisional sesuai dengan pasal 2

bertujuan untuk:

1. Menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas dijalan;

2. Menjamin keberlanjutan pelestarian Transportasi Tradisional;

3. Mengatur penataan dan peyelenggaraan Transportasi Tradisional;

4. Meningkatkan kesejahteraan Operator dan/atau Pengemudi.

Dalam peraturan ini melibatkan pemerintah daerah maupun kota dan

organisasi perangkat daerah dalam bidang masing-masing yang berkaitan

mengenai moda transportasi angkutan jalan. Kebijakan peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta ini sangat penting mengingat saat Implementasi inilah benar – benar

6
diterapkan. Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan menjadikan tahapan apakah

Kebijakan ini berhasil.

Implementasi merupakan pelaksanaan atau penerapan keputusan yang

diambil oleh pemerintah dalam bentuk kegiatan baik yang dilakukan oleh badan

pemerintah tersebut atau oleh kelompok kepentingan lain yang menjadi sasaran

keputusan yang telah diambil sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dalam keputusan tersebut dapat menimbulkan dampak, baik dampak

positif maupun negatif. Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan instansi

yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga

menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial. Proses implementasi

terdiri beberapa tahapan, yakni : pengesahan peraturan perundang-undangan,

pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana, kesediaan kelompok sasaran untuk

menjalankan keputusan, dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau

tidak, dampak keputusan sebagaimana yang diharapakan instansi pelaksana, dan

evaluasi kebijakan atau peraturan perundangan.

Perubahan dan perkembangan zaman membawa konsekunesi terhadap

Moda transportasi tradisional kini telah dianggap ketinggalan zaman, digantikan

oleh alat-alat transportasi modern. Becak dan andong yang sejatinya merupakan

alat transportrasi tradisional khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam

perkembangan di bidang sektor transportasi yang kian pesat, modernisasi

mendorong becak dimodifikasi dengan penggerak mesin atau dikenal dengan

sebutan Becak Motor. Becak Motor adalah becak yang mesin penggerak berupa

parutan kelapa atau mesin dari motor yang bagian mesin kearah belakang sampai

7
roda belakang tetap seperti semestinya tetapi satu roda depan dihilangkan

kemudian diganti dengan kabin penumpang. Bentor menjadi bahan diskusi serius

di lingkungan pemangku kebijakan transportasi maupun pariwisata setempat.

“Berdasarkan data dari Kepolisian DIY jumlah bentor di DIY telah mencapai

angka 600 unit, dan untuk wilayah Kota Yogyakarta sendiri jumlah bentor

mencapai 400 unit. Wilayah operasi bentor tersebut tersebar di tujuh titik, Jalan

Margoutomo, Malioboro, Senopati, Sudirman, Jalan Solo,Jalan Godean dan Jalan

Ahmad Yani”. Diakses tanggal 14 November 2017 (http://jogja.tribunnews.com).

Dari segi kualifikasi transportasi, bentor dipersoalkan kelayakan dan

keamanan penumpangnya. Posisi penumpang di depan seperti becak tradisional

menjadi tanda tanya besar apakah ini memberi kenyamanan atau sebaliknya justru

membahayakan penumpang. Bentor-bentor di Aceh, Medan, dan kota-kota lain di

Indonesia, penumpang bentor posisinya disamping, sehingga gerak motornya lebih

leluasa dan kendali motornya lebih mapan. Demikian halnya dari segi syarat

administrasi, hampir semua bentor di Yogyakarta menggunakan motor tanpa surat

tanda kendaraan, pengemui tanpa surat izin pengemudi.

“Sejak terdapat bentor beberapa tahun terakhir, instansi terkait belum

mengadakan uji kelayakan. Sampai saat ini tidak ada satupun pihak yang

mengajukan permohonan uji kelayakan bentor model Yogyakarta maupun izin

operasi dari operator bentor, kata Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas

Perhubungan DIY, Gatot Saptadi menjawab pertanyaan “PR” Rabu, 19 Juli 2017”.

Diakses tanggal 14 November 2017 (http://www.pikiran-rakyat.com)

8
Di kota Yogyakarta keberadaan bentor masih ilegal dikarenakan belum ada

untuk ijin beroperasi dan uji kelayakan model bentor Yogyakarta. Sejauh ini bentor

di Yogyakarta belum ada regulasi yang mengatur. Apabila mengacu pada sejarah

becak sebagai angkutan tradisional, moda kendaraan dimaksud becak kayuh, perlu

atau tidak becak motor, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta perlu tegas

apakah bentor memenuhi kelayakan dan perlu atau tidaknya beroperasi. Rencana

program penataan kota, terutama kawasan Malioboro tahun 2018-2019, kawasan

wisata tersebut ditargetkan bebas dari angkutan bermotor roda dua maupun empat.

Kendaraan yang boleh beroperasi melintas di kawasan wisata tersebut hanya Bus

Trans Jogja, becak kayuh dan andong. Angkutan tradisional becak dan andong

akan menjadi moda transportasi wisata yang berbasis pelayanan wisatawan.

Sedangkan Posisi bentor tidak masuk dalam skenario sebagai angkutan wisata

Malioboro. Diakses tanggal 15 November 2017 (http://www.pikiran-rakyat.com).

Permasalahan lain yang berkaitan dengan Moda Transportasi Tradisional

Becak Dan Andong yaitu penataan sarana pendukung masih minim seperti

contohnya pengadaan shelter (tempat istirahat dan menunggu penumpang) andong

dan becak, kurangnya fasilitas sumber air bersih untuk membersihkan kotoran

kuda, kondisi fisik angkutan yang membahayakan keselamatan pengemudi maupun

penumpang, kurang dispilinya pengemudi Becak dan Andong yang melanggar lalu

lintas, terdapat angkutan becak yang tidak dilengkapi dengan nomor seperti halnya

kendaraan umum berplat kuning dan andong yang tidak memiliki surat ijin

beroperasi dalam peraturan Walikota Yogyakarta No 25 Tahun 2010 tentang

Kendaraan Tidak Bermotor Di Kota Yogyakarta, yang mewajibkan becak dan

9
andong/kereta kuda memiliki Surat Ijin Opereasional Kendaraan Tidak Bermotor (

SIOKTB) untuk dapat beroperasi. Dengan SIOKTB tersebut becak juga harus

dilengkapi dengan Tanda Nomor Kendaraan Tidak Bermotor ( TNKTB ). Dari

beberapa permasalahan yang telah diuraikan jika penataan kawasan-kawasan

bersejarah lokal berhasil dilakukan dengan memadukan aspek modern dan

tradisional, maka sektor pariwisata daerah bakal menguat dan upaya pemerintah

daerah dalam melindungi keberadaan transportasi tradisional dapat seiring sejalan

yang selanjutnya saling mendukung dengan pelestarian cagar budaya. Dengan

penelitian ini akan dibahas mengenai impelementasi peraturan daerah Istimewa

Yogyakarta No. 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak Dan

Andong.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut : Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah No. 5

Tahun 2016 Tentang Moda Transportasi Tradisional Becak Dan Andong di

Kawasan Malioboro Daerah Istimewa Yogyakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang menjadi fokus

penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

10
1. Mendeskripsikan implementasi Peraturan Daerah No 5 Tahun 2016 tentang

Moda Transportasi Tardisional Becak Dan Andong di Kawasan Malioboro

Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi Peraturan Daerah No. 5 Tahun

2016 Tentang Moda Transportasi Tardisional Becak Dan Andong di Kawasan

Malioboro Kota Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Penulis

Dari penelitian ini Peneliti berharap agar mendapatkan manfaat dan Ilmu

serta pengetahuan dalam bidang Pemerintahan khususnya dalam hal

Pelaksana Kebijakan Pemerintah Daerah oleh Satuan Perangkat Kerja

Daerah terkait.

2. Manfaat bagi Dinas terkait

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi manfaat bagi Dinas

Perhubungan sebagai masukan dalam mengimplemntasikan peraturan

daerah moda transportasi tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan dan manfaat

sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya guna tercapainya Implementasi

Kebijakan sesuai tujuan Kebijakan tersebut.

4. Manfaat Akademis

11
Hasil dari penelitian ini di harapakan dapat menjadi pemikiran yang

bermanfaat bagi pengembangan Studi Ilmu Pemerintahan dan menjadikan

bahan acuan bagi akademisi yang lebih lanjut terkait penelitian ini.

E. Kerangka Teori

1. Kebijakan Publik

Secara umun istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk

perilaku seorang aktor. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan

diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak (tentang pemerintahan, organoiasi,dsb); pedoman untuk manjmin

dalam usaha mencapai sasaran.

Menurut Dye dalam Nugroho (2014:519) mengatakan bahwa kebijakan

publik sebagai segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka

melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda

merupakan pemahaman yang paling banyak dikembangkan. Dye

mengemukakan:

“Publik policy is whatever government choose to do or not to do.


Government do many things. Note that we are focusing not only on
government action but also on government in action, that is, what
government choose not to do. We contend that government in action can
have just as great an impact on society as government action.publik policy
is what government do, what they do it, and what difference it makes.”

Menurut Charles O. Jones dalam Winarno (2007:16), isitilah kebijakan

(policy term) digunakan dalam praktetk sehari-hari namun digunakan untuk

menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Isitilah ini sering

12
dipertukarkan dengan tujuan, (goals), program, keputusan (decision), standar,

proposal dan grand design.

James Anderson dalam Winarno (2007:18), bahwa kebijakan publik

merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau

persoalan.

Dari urian pendapat diatas, maka kebijakan publik dapat diartikan sebagai

serangkaian keputusan dan tindakan yang diambil serta dilakukan oleh

pemerintah (institusi publik) bersama-sama dengan aktor-aktor elit politik

untuk dilakukan atau tidak dilakukan dalam rangka menyelesaikan persoalan-

persoalan publik demi kepentingan seluruh masyarakat.

Dalam Winarno (2007:32), menjelaskan bahwa proses kebijakan publik

merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun

variabel harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik mengkaji kebijakan

membagi proses-proses penyusunan kebijakan kedalam beberapa tahap.

Tahapannya dibagi menjadi lima, yaitu penyusunan agenda, formulasi

kebijakan, adopsi kebijakan, impelemntasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Formulasi Kebijakan Adopsi Kebijakan

Agenda
Setting

Evaluasi Implementasi
Kebijakan Publik Kebijakan Publik

Output Outcome
t
Gambar 1.1 Proses Kebijakan Publik Winarno
(2007:33) 13
Tahap penyusunan agenda merupakan sebuah tahap dimana pembuat

kebijakan menyusun dan merancang pokok-pokok permasalahan dalam suatu

kebijakan. Pada akhirnya, masalah yang telah difokuskan akan dimasukkan ke

dalam agenda kebijakan. Selanjutnya agenda kebijakan yang telah disusun

tersebut akan diformulasikan oleh pembuat kebijakan. Dalam formulasi

kebijakan, permasalahan yang ada akan dicari pemecahan masalah yang paling

baik. Kemudian, pada tahap adopsi kebijakan, alternatif kebijakan yang

sebelumnya telah dibuat nantinya akan diadopsi dengan dukungan dari pihak

legislatif.

Tahapan selanjutnya adalah implementasi kebijakan yang merupakan tahap

dimana alternatif kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh

pelaksana kebijakan. Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting karena

keberhasilan suatu kebijakan salah satunya dapat dilihat dari bagaimana

pelaksanaan kebijakan tersebut. Selanjutnya ada tahap evaluasi, yaitu tahap

dimana kebijakan tersebut akan ditinjau kembali apakah kebijakan tersebut

harus dilanjutkan atau diperbaiki.

Berdasarkan proses kebijakan dalam Winarno (2007:33) di atas penulis

menarik kesimpulan bahwa tahap pembuatan kebijakan publik berawal dari

agenda setting yang selanjutnya dirumuskan, kemudian dilakukan adopsi atas

kebijakan tersebut yang selanjutnya kebijakan akan diimplementasikan.

Implementasi memegang peran yang cukup vital dalam proses kebijakan, tanpa

adanya tahap implementasi, program-program kebijakan yang telah disusun

hanya akan menjadi sebuah cacatan resmi saja. Pada akhirnya, kebijakan yang

14
telah diimplementasikan akan sampai pada tahap evaluasi kebijakan publik.

Evaluasi kebijakan akan muncul dua hasil implementasi kebijakan, yaitu output

(dampak yang dirasakan secara langsung) dan outcome (dampak yang

dirasakan masyarakat dalam jangka panjang). Dari hasil evaluasi tersebut,

pembuat kebijakan dapat mengetahui apakah kebijakan tersebut dapat kembali

diimplementasikan, diperbaiki atau dihapuskan.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Pelaksanaan

atau penerapan. Implementasi merupakan pelaksanaan atau penerapan dari

sebuah proses dalam sebuah kebijakan. Dari pelakasanaan ini nantinya akan

membawa dampak terhadap yang menjadi target sasaran dan terhadap penentu

kebijakan tersebut.

Menurut Subarsono (2010:87), Implementasi merupakan suatu proses yang

dinamis yang pelaksana kebijakannya melalui aktivitas atau kegiatan pada

akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran

kegiatan itu sendiri. Impelementasi kebijakan publik merupakan kajian

mengenai pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah sebuah

kebijakan dirumuskan dan setujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar

kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan. Implementasi dari suatu program

melibatkan upaya-upaya policy maker untuk mempengaruhi perilaku birokrat

pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku sasaran.

15
Menurut Nugroho (2014:657), impelementasi kebijakan pada prinsipnya

adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dalam

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program

atau melalui formulasi kebijakan turunan (derivate) dari kebijakan publik

tersebut. Secara umum, model implementasi kebijakan di Indonesia, yang

masih menganut model continentalist, dapat digambarkan sebagai berikut :

Kebijakan Publik

Kebijakan Program
Publik

Proyek

Kegiatan

Pemanfaat

Gambar 1.2 Urutan Implementasi Kebijakan

Menurut Winarno (2016;133) menjelaskan impelementasi kebijakan

merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program

kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang

diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,

merupakan tahap dari proses kebijakan segara setelah penetapan undang-

undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja

16
bersama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan

kebijakan atau program-program.

Dari pemaparan teori diatas mengenai implementasi kebijakan merupakan

tahap penting dalam suatu proses penerapan atau pelaksanaan yang dilakukan

oleh pemerintah maupun aktor yang berkepentingan dalam bentuk kegiatan

untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan dari kebijakan, setelah

sebuah kebijakan dirumuskan dan telah di setujui bersama.

Hal ini dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

suatu implementasi kebijakan. Untuk menggambarkan secara jelas faktor-

faktor atau variabel penting terhadap implementasi kebijakan publik. Penulis

menggunakan model impelentasi kebijakan yang telah dikembangkan oleh

Edward III. Model implementasi inilah yang akan digunakan peneliti di

lapangan untuk menganalisis implementasi peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta nomor 5 tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional. Hal

ini yang membuat peneliti mengambil metode Edward karena faktor-faktor dan

langkah yang akan di teliti oleh peneliti dinilai tepat untuk mencari informasi

dengan model Edward empat variable.

Edward III (1980,1) dalam Riant Nugroho (2015, 225:226) mencatat bahwa

isu utama kebijkan publik adalah kurangnya perhatian kepada implementasi

kebijakan publik. Dinyatakan dengan tegas bahwa tanpa implementasi yang

efektif, keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilakukan. Oleh

karenya, Edward menyarakan untuk memberikan perhatian kepada empat isu

utama : komunikasi, sumberdaya, disiposisi sikap, dan struktur birokrasi.

17
Komunikasi Sumberdaya

Disposisi Sikap Struktur Birokrasi

Gambar 1.3. Model George Edward III

Komunikasi adalah dalam hal bagaimana kebijakan dikomunikasikan

kepada publik untuk memperoleh respon dari pihak-pihak yang terlibat.

Sumber daya adalah menyangkut ketersedianya khususnya kompetensi sumber

daya manusia dan kapabilitas untuk melakukan kebijakan secara efektif.

Disposisi adalah dalam hal kesedian aktor untuk melakukan implementasikan

kebijakan, tentang komitmen, lebih dari dari kompentensi dan kapabilitas.

Struktur birokrasi adalah dalam hal tantangan agar tidak menjadi fragmentasi

birokrasi, karena menurunkan efektivitas implementasi kebijakan.

Berdasarakan pendapat Goerge Edward III di atas penulis menarik

kesimpulan komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

dari pelaksanaan, pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat

keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pelaksana Kebijakan

Moda Transpotasi Tradisional Becak Dan Andong berkomunikasi antar

18
pelaksana, dalam hal ini adalah Komunikasi antar Organisasi Perangkat Daerah

( OPD ) yang terkait dengan Kebijakan Transportasi Tradisional Becak Dan

Andong. Dibutuhkan Sumber Daya Manusia baik dalam kuantitas maupun

kualitas sebagai pelaksana kebijakan Moda Transportasi Tradisional. Sikap

para pelaksana kebijakan Moda Transportasi Tradisional Becak Dan Andong

dituntut memiliki komitmen tinggi dalam pelaksanaan kebijakan, dimana

kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh dari para aktor, kualitas tersebut

adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya dan pengalaman kerja.

Struktur birokarsi diperlukan koordinasi yang efektif antar organisasi perangkat

daerah, agar organisasi perangkat daerah dapat bekerja dengan fungsinya dan

tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kebijakan Moda Transportasi

Tradisional Becak Dan Andong.

3. Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah menurut Undang – undang No 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pasal 1, ayat 2, adalah sebagai berikut :“Pemerintahan

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”. Pemerintah daerah

identik dengan istilah otonomi, penegertian otonomi pada bidang politik

diartikan sebagai hak mengatur sendiri kepentinganya. Sebagai Pemerintah di

19
Daerah Gubernur, Bupati dan Wali kota serta perangkat daerah berhak

membuat suatu peraturan atau kebijakan publik bersama Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah guna mengatur tata kelola kehidupan di daerah. Karena dalam

proses pembuatan suatu kebijakan daerah melibatkan banyak unsur tentunya

pemerintah harus cerdas dalam mengambil suatu kebijakan bagi publik di

wilayah pemeberitahuannya.

Salah satu kebijakan publik yang bisa menjadi contoh yaitu Peraturan

Daerah Istimewa Yogyakarta No 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi

Tradisional Becak Dan Andong. Peraturan daerah ini merupakan salah satu

contoh Peraturan daerah yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, ada dua produk hukum yang dibuat

oleh suatu daerah salah satunya adalah Peraturan Daerah yang merupakan

produk peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia. Kewenangan membuat peraturan daerah (perda),

merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu

daerah dan sebaliknya. Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat

persetujuan bersama DPRD, untuk penyelenggaraan otonomi yang dimiliki

oleh provinsi /kabupaten/kota, serta tugas pembantuan.

Perda adalah peraturan bersifat lokal yang berlaku di daerah tempat produk

hukum tersebut dibentuk yakni daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota.

Menurut Undang – undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, dalam pasal 1, ayat 7 menyebutkan bahwa “

Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang

20
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan Persetujuan

bersama Gubernur. Sedangkan pasal 1, ayat 8 menyebutkan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan Persetujuan

Bupati/Walikota “. Perda dibuat oleh satu daerah tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

4. Transportasi

Menurut Zulfiar Sani ( 2010:2 ) transportasi adalah perpindahan orang atau

barang dari satu tempat ketempat yang lainnya atau dari tempat asal ke tempat

tujuan dengan menggunakan wahana yang digerakan manusia, hewan atau

mesin . Tujuan orang menggunakan alat transportasi adalah agar lebih ceoat

dan lebih mudah dalam perpindahan orang atau barang dari adal ke tempat

tujuannya. Fungsi transportasi ini tidak hanya dilihat dari kepentingan

masyarakat luas, anatara lain :

“1). Penggerak pembangunan, sebuah daerah terpencil dengan hasil


ekonomi dari sumber daya alam apabla tidak terdapat lalu lintas dan angkutan
ke daerah tersebut maka akan terpencillah daerah tersebut, karena itu apabila
ada angkutan maka daerah tersebut dapat digerakan pembangunannya. 2).
Melayani kegiatan nyata pada ekonomi yang sudah berjalan maka transportasi
diperluhkan untuk menunjang pergerakan barang atau orang dari satu tempat
ke tempat yang laun ”.

Dari pendapat di atas maka dapat penulis menarik kesimpulan jika

transportasi merupakan sebuah pergerakan atau mobilitas manusia dari satu ke

tempat yang lain dengan menggunakan angkutan. Fungsi dari transportasi itu

21
sendiri dapat mengerakan roda ekonomi dari satu daerah yang telah ada

transportasi karena kegiatan masyarakat di daerah tersebut sudah lebih

berkembang dari yang tidak atau belum ada sistem lalu lintas.

Dalam kegiatan transportasi tentu banyak faktor pendukung untuk

melaksanakan sistem transportasi yang baik. Jika suatu transportasi tidak di

atur dengan baik maka bisa jadi menimbulkan berbagai masalah seperti

kemacetan dan kecelakan lalu lintas atau ruang publik yang semerawut karena

tidak terlaksanannya transportasi yang baik. Maka faktor yang mendukung

transportasi yang baik antara lain :

a) Rute (jaringan) yang terdiri dari asal, tujuan dan lintasannya.

b) Prasarana (infrastruktur) sesuai dengan transportasi yangdigunakan.

c) Sarana alat untuk melakukan perpindahan.

d) Operasional proses pengaturan operasi kendaraan agar dapatefisien

mungkin.

e) Peraturan pelaksanaan yang mengatur penggunaan prasaranaoleh sarana

karena banyak pemakianan pada saaat yangbersamaan pada satu tempat

atau ruang.

f) Pengawasan agar pemakaian prasarana berjalan tertib sesuaidengan

peraturan yang dikeluarkan.

g) Pekasanaan (pengusaha angkutan/badan penyelenggara) pihakyang

menyediakan sarana untuk pekasanaan perpindahan yangbiasanya

disebut pengusaha angkutan umum.

22
h) Penumpang (konsumen): yang memerluhkan alat angkut

ntukmemudahkan perpindahannya dan agar lebih cepat untukmencapai

tujuan yang diinginkan.

i) Pihak yang terkena dampak angkutan (lingkungan) pihak yangdapat

mengganggu atau terganggu dalam peruses pergerakan atau

pengoprasian sarana. (Zulfiar sani,2010:12)

Dengan demikian apabila satu unsur ini tidak benar maka sistem tidak akan

berjalan sebagaimana yang diharapakan.

5. Moda Transportasi Tradisional

Berdasarakan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No 5 Tahun 2016


tentang Moda Transportasi Tradisional, pasal 1, ayat 3, mengatakan bahwa :

“Moda Transportasi Tradisional yang selanjutnya disebut


Transportasi Tradisional adalah sarana angkutan umum dengan
kendaraan tidak bermotor yang digerakan oleh tenaga orang dan/atau
ditarik hewan yang oleh masyarakat masih diakui keberadaanya meliputi
Becak dan Andong yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang
dengan dipungut bayaran”.

Pengertian Becak Berdasarakan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta

No 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional, pasal 1, ayat 4,

mengatakan bahwa :

“Becak adalah Moda Transportasi Tradisional beroda tiga yang


digerakan oleh tenaga orang”.

Pengertian Andong Berdasarakan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta

No 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional, pasal 1, ayat 5,

mengatakan bahwa :

23
“Andong adalah Moda Transportasi Tradisional beroda dua atau
beroda empat yang ditarik oleh kuda”.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa

transportasi tradisional adalah alat transportasi yang tidak menggunakan mesin

tetapi menggunakan tenaga manusia atau hewan sebagai penggeraknya dengan

jenis yang beragam seperti contoh becak dan andong yang terdapat di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Inti Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No 5 Tahun 2016 tentang

Moda Transportasi Tradisional menurut penulis dalam hal melestarikan

keberadaan andong dan becak terdapat empat aspek, yakni: aspek

penyelenggaraan, aspek pelestarian, aspek pengawasan dan pembinaan serta

aspek peran serta masyarakat.

Pertama aspek penyelenggaran, organisasi perangkat daerah atau

pemerintah kabupaten atau kota akan berkoordinasi dengan Pemda untuk

melakukan pendataan untuk mengetahui jenis dan jumlah transportasi

tradisional, dapat juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan

pengelolaan transportasi tradisional yang berupa penyediaan fasilitas paling

sedikit berupa tempat parkir, toilet dan tempat penampungan limbah kotoran

kuda, serta penataan zonasi pengoperasian.

Aspek pelestarian transportasi tradisional yaitu pemda wajib memberikan

perlindungan terhadap keberadaan becak dan andong seperti meningkatkan

kemampuan SDM pengemudi, memberikan fasilitas terhadap pengemudi

dalam mendapatkan jaminan sosial, pemda dapat melakukan pengembangan

transportasi tradisional dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya

24
Yogyakarta seperti meningkatkan kapasitas pelayanan pengemudi,

meningkatkan sarana dan prasarana transportasi tradisional dan mengadakan

promosi penggunaan transportasi tradisional.

Aspek pembinaan dan pengawasan, yang dapat diatur melalui standar

operasional prosedur oleh urusan pemerintahan dibidang perhubungan. Aspek

peran serta masyarakat dapat berupa melakukan pengelolaan transportasi

tradisional, melakukan pengawasan terhadap keamanan dan keselamatan

penyelenggaraan transportasi tradisional dan etika pengemudi dalam berlalu

lintas dan melaporkan instansi yang berwenang apabila terjadi pelanggaran.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi

ini, merupakan potret penerapan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No 5

Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak Dan Andong di

Kawasan Maliboro, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilihat dari :

1. Komunikasi dalam Implementasi Peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta No 15 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional

Becak dan Andong

2. Sumber Daya dalam Implementasi Peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta No 15 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional

Becak dan Andong

25
3. Disposisi Sikap dalam Implementasi Peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta No 15 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional

Becak dan Andong

4. Struktur Birokrasi dalam Implementasi Peraturan Daerah Istimewa

Yogyakarta No 15 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional

Becak dan Andong

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dekripstif

kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran/potret secara menyeluruh

tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Hal ini sejalan

dengan pendapat Bogdan dkk (1975) dalam buku Metodologi Penelitian

Kualitatif Moleong 2007: 3 dijelaskan bahwa ”Metodologi Kualitatif”

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena

merupakan penelitian yang prosedur pemecahan masalah dilakukan dengan

jalan menggambarkan dan menuliskan peristiwa yang ada sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang ada sekarang berupa kata-kata atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati secara mendalam serta

ditemukan pola-pola yang jelas.

26
2. Unit Analisis

Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang

diteliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa benda, individu,

kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitiannya.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menempatkan subyek dan obyek

yang akan diteliti. Adapun pengambilan sampel atau penentuan informan

dalam pencarian informasi, penelitian ini mengunakan teknik purposive

sampling (sampel bertujuan) yang mana dalam pemlihan informan, peneliti

memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk dijadikan

sebagai narasumber karena pengetahuan yang mendalam terhadap

permasalahan penelitian. Oleh karena itu, informan di sesuaikan dengan

kapabilitas, bidang dan profesi dari masing-masing informan.

Di dalam penelitian ini, peneliti menwawancari beberapa informan

ataupun subyek yang di ambil untuk penelitian ini adalah :

a) Kepala dan Staf Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ( 2 Orang )

b) Staf UPT Pengelolaan Malioboro ( 1 Orang )

c) Pengemudi Transportasi Tradisonal becak khusunya di jalan malioboro

( 3 Orang )

d) Pengemudi Transportasi Tradisonal andong khusunya di jalan

malioboro ( 3 Orang )

e) Pengemudi Transportasi bentor khusunya di jalan malioboro ( 3 Orang )

27
Sedangkan obyek yang akan diteliti adalah Penerapan Peraturan

Daerah Istimewa Yogyakarta No 5 Tahun 2016 tentang Moda transportasi

Tradisonal Becak Dan Andong di kawasan Malioboro.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data. Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data

primer untuk kepentingan penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam

kegiatan penelitian diperlukan langkah atau teknik pengumpulan data

tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik

wawancara yang mendalam yang berhubungan dengan data yang

diperlukan, teknik obervasi dan teknik dokumentasi.

a. Wawancara

Sedangkan penggunaan wawancara mendalam (dept interview)

dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek

penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur,

dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan

penelitian.

28
b. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung

terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perlikau. Pengumpulan

data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.Observasi

dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah

yang diselidiki. Dari hasil observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih

jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara

memecahkan. Observasi dapat dilakukan, baik secara langsung maupun

tidak langsung.Observasi langsung dapat mengambil peran maupun tidak

berperan. Berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga

atau anggota kelompok yang sedang diamati. Kaitanya dengan penelitian

ini adalah merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung di lapangan.Dalam hal ini peneliti mengamati secara

langsung Penerapan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No 5 Tahun

2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak Dan Andong.

c. Dokumentasi

Peneliti mengumpulakan data dengan teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujunkan kepada subjek penelitian mempelajari dokumen-

dokuemn yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal surat

kabar dan lain sebagainya. Mencatat dan mengumpulkan data-data yang

ada didaerah penelitian untuk mendukung dari hasil pengamatan

29
“observasi” yaitu Penerapan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No 5

Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisioanl Becak Dan Andong.

4. Teknik Analisis Data

Tenik analisis data menurut Sugiyono (2014:246) dalam penelitian

Kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setalah

selsai pengumpulan data dalam periode tertentu selanjutnya dalam

menganalisis data yang dapat didapat di lapangan, peneliti menggunakan

model Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan

conclution drawing/verification.

Langkah-langkah analisis data diantaranya:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Sugiyono (2014:247) Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal pokok dan mefokuskan pada hal-hal penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk pengumpulan data terkait hal-hal penting dan pokok, selanjutnya,

dalam penelitian ini peneliti pada temuan di lapangan untuk melihat

penerapan peraturan melalui pihak-pihak terkait yang dianggap dapat

memberikan informasi untuk mencapai tujuan yang peneliti inginkan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

urian singkat, bagan, hubungan anatar kategori dan sejeninya. Peyajian

30
data dilakukan berdasarkan data telah terkumpul dari semua informan.

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya kemudai peneliti

menganilisi untuk selanjutnya dikategorikan mana yang diperlukan dan

tidak diperlukan.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dan tabel yang

disajikan dengan sistematis untuk memberikan gambaran secara jelas

kepada pembaca. Setalah data diperoleh maka data tersebut disajikan

dalam bentuk informasi yang kemudian dikaitan dengan dokumen

yanga da ataupun kerangka pemikitan yang menjadi pandua serta teori

yang digunakan.Sehingga semua informasi yang ditampilkan

mempunyai makna dan arti.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubeman adalah penarikan kesimpulan atau verfikasi. Penarikan

kesimpulan dapat diambil setelah melakukan analysis mendalam pada

hasil penelitian. Dengan melakukan verifikasi, dapat terlihat apakah

rumusan masalah penelitian sudah terjawab, dan tujuan penelitiann

sudah tercapai. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk

menguji kebenaran serta mencocokan informasi yang ada untuk

kemudian dieproleh data yang valid dan jelas.Selain itu, penarikan

kesimpulan dilakukan untuk memebruikan deskirpsi singkat darin

banyaknya informasi yang diperoleh serta mendapatkan informasi

akhir.

31
5. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang berhasil didapatkan, dan

dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kebenarannya. Oleh

karena itu peneliti berusaha merumuskan cara-cara untuk mengaitkan

validitas penelitian kualitatif dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2014: 373) triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam triangulasi yaitu :

a) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi langsung,

wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang

sama.

b) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber adalah untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat dicapai

dengan cara membandingkan hasil wawancara mendalam

narasumber satu dengan narasumber penelitian yang lain.

32
2. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan

adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau

gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu

perekam data dalam penelitian kualitatif seperti alat perekam suara

sangtlah diperlukan supaya data yang telah ditemukan oleh peneliti

dapat dipercaya. Dalam laporan penelitian,sebaiknya data-data yang

telah dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen

autentik sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2014: 375).

33

Anda mungkin juga menyukai