Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JENIS

USAHA KECIL (MIKRO) DI RUAS JALAN LASWI

Diajukan untuk memenuhi tugas besar praktikum statistika Laboratorium PPSR


semester genap tahun ajaran 2014/2015

Disusun oleh :

Fariz Dwi 10070314036

Windi Wijaya 10070314040

Afi Rafita 10070314041

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015 M/1436 H
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan sasaran, ruang
lingkup, metodologi dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang


Ekonomi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia. Ekonomi juga memiliki peranan yang penting untuk menjaga kestabilan
kehidupan manusia. Tingkat pertumbuhan dan pembangunan suatu wilayah
dilihat dari indikator ekonominya. Pandangan kebanyakan orang mengatakan
bahwa semakin baik tingkat perekonomian di suatu wilayah, akan semakin baik
tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah
merupakan hal yang sangat di perhatikan dalam agama Islam, seperti dalam Al-
qur’an Surat Lukqman ayat 20 berikut ini:

Artinya : Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin, dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang
member penerangan.
Ayat diatas menjelaskan dan menunjukkan bahwa Allah begitu
memperhatikan kehidupan hamba-Nya di dunia dengan memenuhi seluruh
kebutuhan kehidupanya sehari-hari.
Tingkat pendapatan masyarakat di suatu wilayah berbeda-beda, hal ini
ditentukan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan masing-masing individu.
Sebagai contoh, di Kota Bandung terdapat banyak aktivitas non hunian atau
lebih dikenal dengan tempat usaha kecil (mikro) seperti warung, bengkel, apotik,
rumah makan, optik, foto copy, wartel dan salon serta pedagang kaki lima,

1
tingkat pendapatan yang dihasilkan masing-masing usaha tersebut akan
berbeda sehingga dapat mempengaruhi potensi kemajuan ekonomi di wilayah
tersebut.
Maka dari itu, perlu diadakan suatu analisis mengenai keterhubungan
antara aktivitas usaha kecil dengan tingkat pendapatannya. Salah satu koridor
jalan yang berada di Kota Bandung yang dapat dianalisis adalah koridor Jalan
Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.
Pada kesempatan ini penulis mengambil judul “Hubungan Tingkat
Pendapatan dengan Usaha Kecil (Mikro) di Ruas Jalan Laswi” untuk diangkat
sebagai bahan analisis agar nantinya didapatkan kesimpulan dan rekomendasi
yang bisa menjadi solusi permasalahan ini.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Adapun tujuan dan sasaran dari penyusunan makalah ini dan dijelaskan
pada sub bab selanjutnya.

1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
keadaan perekonomian ruas Jalan Laswi dan keterhubungan tingkat pendapatan
dengan usaha kecil (mikro) yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya agar
kedepannya didapatkan solusi-solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi di kawasan ini.

1.2.2 Sasaran
Sasaran dalam penulisan tulisan ini adalah :
a. Melakukan survey lapangan di ruas Jalan Laswi untuk menentukan
variabel yang akan di analisis.
b. Melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan
data.
c. Mengolah dan menganalisis data untuk mendapatkan kesimpulan serta
rekomendasi perbaikan perkenomian di ruas Jalan Laswi.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penyusunan tugas besar ini mencakup ruang
lingkup wilayah, ruang lingkup materi dan ruang lingkup waktu.

2
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Adapun lingkup wilayah yang menjadi objek penelitian adalah koridor
Jalan Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.

1.3.1.1 Ruang Lingkup Wilayah Makro


Ruang lingkup wilayah makro mencakup wilayah Kecamatan
Batununggal, Kota Bandung. Adapun batas-batas administrasi Kecamatan
Batununggal adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Cibeunying Kidul.
 Sebelah Selatan : Kecamatan Bandung Kidul.
 Sebelah Timur : Kecamatan Lengkong.
 Sebelah Barat : Kecamatan Kiaracondong.

1.3.1.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro


Ruang lingkup wilayah mikro merupakan wilayah studi yang berada di
Jalan Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Adapun batas-batas
administrasi Jalan Laswi adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Jalan Riau.
 Sebelah Selatan : Jalan Pelajar Pejuang 45.
 Sebelah Timur : Jalan Jendral Gatot Subroto, Jalan Jambatan
Opat, Jalan Sukabumi, Jalan Garut, Jalan Cianjur, Jalan Jendral Ahmad
Yani.
 Sebelah Barat : Jalan Jendral Ahmad Yani.

1.3.2. Ruang Lingkup Waktu


Ruang lingkup waktu penelitian merupakan proses pengerjaan makalah,
dimulai dari 19 Mei hingga 8 Juni 2014. Ruang lingkup waktu tersebutakan
diperjelas ke dalam sebuah tabel pengerjaan tugas dan didapat sebagaimana
berikut:

3
Tabel 1.1
Jadwal Pengerjaan Makalah

Bulan / Tanggal
No Kegiatan
19/5 20/5 21/5 23/5 25/5 28/5 1/6 4/6 6/6 7/6

Tinjauan Umum
1.
Kawasan Studi

2. Pengerjaan Bab I

3. Pengerjaan Bab II

4. Pengerjaan Bab III

5. Assistensi

6. Perbaikan

Asistensi metoda
analisis dan
7.
penentuan teknik
survey

8. Pemantapan

Penyusunan Bab IV
9.
dan V

10. Assitensi

11. Perbaikan

Pengerjaan Power
12
Point
Pengumpulan
13.
Laporan
Sumber : Pengerjaan Makalah, 2015

1.3.3 Ruang Lingkup Materi


Penelitian ini menggunakan metode analisis tabulasi silang (crosstab)
merupakan salah satu analisis korelasional yang digunakan utnuk melihat hubungan
antar variabel. Tabulasi silang (crosstab) bertujuan untuk menyajikan data dalam
bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom.

4
Hasil analisis data yang diolah menggunakan software SPSS selanjutnya
di interpretasi menggunakan rumus-rumus interpretasi tabulasi silang (crosstab)
dan metode pendukung seperti Uji Chi Kuadrat Person (Person Chi-square Test).

1.4 Metodologi
Pada bab metodologi ini menjelaskan tentang metode-metode
pengumpulan data.

1.4.1 Metode Pendekatan


Jenis penelitian pada studi ini termasuk pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab-
akibat antara bermacam-macam variabel. Dalam hal ini observasi lapangan
menurut pendekatan perencanaannya merupakan pendekatan bottom up, yaitu .

1.4.2 Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan data yang digunakan pada analisis ini yakni :
A. Pengumpulan data primer, yaitu dengan survey langsung ke lapangan
(Jalan Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung), dengan cara:
a. Wawancara
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi
structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu
diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan
keterangan yang lengkap dan mendalam.
b. Kuesioner
Pengumpulan informasi untuk mendapatkan suatu data dari variabel-
variabel yang sudah ditentukan, kuesioner membantu mengukur apa
yang ditemukan dalam wawancara.
c. Dokumentasi
Dalam menggunakan metode ini peneliti memegang check-list untuk
mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat variabel
yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check di tempat
yang sesuai.

5
d. Observasi
Observasi merupakan metode dengan cara mencatat data observasi
dan mempertimbangkan kemudian memberikan penilaian terhadap
apa yang diamati atau dianalisis.
B. Pengumpulan data sekunder, yaitu dengan cara studi pustaka serta
beberapa literatur dan studi dokumentasi serta pengumpulan data
tambahan yang berasal dari internet.

1.5 Sistematika Pembahasan


Adapun sistematika pembahasan tulisan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang, tujuan, ruang
lingkup yang terdiri dari ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah
dan ruang lingkup waktu, metodologi meliputi metode pendekatan,
metode pengumpulan data dan metode analisis, serta sistematika
pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai landasan teori dan definisi. Pada bab
Landasan teori ini akan dibahas mengenai pengertian dari software
SPSS dan pemanfaatannya dan juga akan dibahas mengenai Tabulasi
Silang (CROSSTAB) yang meliputi definisinya, tahap-tahap dalam
melakukan analisis Tabulasi Silang (CROSSTAB) hingga cara
menginterpretasi data pada Tabulasi Silang (CROSSTAB).
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai keterhubungan tingkat pendapatan
dengan usaha kecil (mikro) di koridor Jalan Laswi, Kecamatan
Batununggal, Kota Bandung.
BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI
Bab ini akan memperlihatkan data yang menjadi input, kemudian
dianalisis dan akan disajikan pula dalam output serta interpretasi dari
data-data tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis serta akan diberikan
pula rekomendasi sebagai solusi mengatasi permasalahan yang ada.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan membahas tentang teori-teori yang akan di gunakan
sebagai landasan atau acuan untuk mengerjakan makalah ini. Adapaun teori-
teori yang digunakan adalah SPSS (Statistical Package for Social Science),
Tabulasi Silang (CROSSTAB) dan tahap-tahap penggunaan anova dalam
program SPSS.

2.1 SPSS (Statistikal Product and Service Solutions)


SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan
analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan
grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang
sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya.

Pada tahun 1984, muncul SPSS dalam versi PC (bisa dipakai untuk
komputer desktop) dengan nama SPSS/PC+ dan sejalan dengan populernya
sistem operasi Windows maka SPSS pada tahun 1992 mengeluarkan versi
Windows. Selain itu, SPSS juga menjalin aliansi strategis dengan software
house lainnya, seperti Oracle Corp, Business Object, serta Ceres Integrated
Solution untuk memperkuat market dalam bidang business intelligence.

Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistik


untuk ilmu-ilmu sosial, sehingga SPSS merupakan singkatan dari statistical
package for social science. Sekarang kemampuan SPSS diperluas untuk
melayani berbagai jenis pengguna (user), seperti untuk proses produksi di pabrik,
riset ilmu sains dan lainnya. Dengan demikian, sekarang kepanjangan dari SPSS
Statistikal Product and Service Solutions.

SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan data secara
langsung kedalam SPSS Data Editor. Bagaimana pun struktur dari file data
mentahnya, maka data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk
baris (cases) dan kolom (variables). Baris berisi informasi untuk satu unit analisis,
sedangkan kolom adalah informasi yang dikumpulkan dari masing-masing kasus.

7
Beberapa kemudahan yang lain yang dimiliki SPSS dalam
pengoperasiannya adalah karena SPSS menyediakan beberapa fasilitas seperti
berikut ini:

a. Data Editor
Digunakan untuk pengolahan data. Data editor dirancang sedemikian
rupa seperti pada aplikasi-aplikasi spreadsheet untuk mendefinisikan,
memasukkan, mengedit, dan menampilkan data.
b. Viewer
Untuk mempermudah pemakai untuk melihat hasil pemrosesan,
menunjukkan atau menghilangkan bagian-bagian tertentu dari output,
serta memudahkan distribusi hasil pengolahan dari SPSS ke aplikasi-
aplikasi yang lain.
c. Multidimensional Pivot Tables.
Digunakan untuk melihat hasil pengolahan data. Pengguna SPSS dapat
dengan mudah melakukan pengaturan kelompok data dengan melakukan
splitting tabel sehingga hanya satu grup tertentu saja yang ditampilkan
pada satu waktu.
d. High-Resolution Graphics
Dengan kemampuan grafikal beresolusi tinggi, baik untuk menampilkan
pie charts, bar charts, histogram, scatterplots, 3-D graphics, dan yang
lainnya, akan membuat SPSS tidak hanya mudah dioperasikan tetapi juga
membuat pengguna merasa nyaman dalam pekerjaannya.
e. Database Access
Pengguna program ini dapat memperoleh informasi sebuah database
dengan menggunakan database wizard yang disediakannya.
f. Data Transformations
Transformasi data akan membantu pemakai memperoleh data yang siap
untuk dianalisis. Pemakai dapat dengan mudah melakukan subset data,
mengkombinasikan kategori, add, aggregat, merge, split, dan beberapa
perintah transpose files, serta yang lainnya.
g. Electronic Distribution
Pengguna dapat mengirimkan laporan secara elektronik menggunakan
sebuah pengiriman data (e-mail) atau melakukan export tabel dan grafik
ke mode HTML sehingga mendukung distribusi melalui internet dan
intranet.

8
h. Online Help
SPSS menyediakan fasilitas online help yang akan selalu siap membantu
pemakai dalam melakukan pekerjaannya. Bantuan yang diberikan dapat
berupa petunjuk pengoperasian secara detail, kemudahan pencarian
prosedur yang diinginkan sampai pada contoh-contoh kasus dalam
pengoperasian program ini.
i. Interface dengan Database Relasional
Fasilitas ini akan menambah efisiensi dan memudahkan pekerjaan untuk
mengekstrak data dan menganalisnya dari database relasional.
j. Analisis Distribusi
Fasilitas ini diperoleh pada pemakaian SPSS for Server atau untuk
aplikasi multiuser. Kegunaan dari analisis ini adalah apabila peneliti akan
menganalisis file-file data yang sangat besar dapat langsung me-remote
dari server dan memprosesnya sekaligus tanpa harus memindahkan ke
komputer user.
k. Multiple Sesi
SPSS memberikan kemampuan untuk melakukan analisis lebih dari satu
file data pada waktu yang bersamaan, misalnya dengan menggunakan
tipe bar, pie atau jangkauan nilai, simbol gradual, dan chart.

2.2 Metode Tabulasi Silang (CROSSTAB)


Tabulasi Silang (CROSSTAB) adalah metode analisis yang menggunakan
data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantara data tersebut. Analisis
tabulasi silang (crosstab) adalah teknik untuk melihat atau membandingkan
hubungan antar variabel (minimum 2 variabel) dengan menghitung persentase
responden untuk setiap kelompok dalam kategori agar mudah dilihat hubungan
antara dua variable. Kegunaan analisis tabulasi silang (crosstab), khususnya
dalam perencanaan wilayah dan kota adalah:
a. Membantu menyelesaikan penelitian yang berkaitan dengan
penentuan variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif.
Penentuan hubungan tersebut digunakan sebagai dasar untuk
penentuan tindakan perencanaan. Dengan analasis tabulasi silang
berdasarkan pada data primer yang telah diperoleh didapat suatu uji
statistik yang nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai
hubungan antara dua variabel.

9
b. Dapat mengetahui keterkaitan antar variabel yang dijadikan sampel.
Tingkat keterkaitan ditunjukkan dengan bilang 0-1 yang
menunjuukkan derajat keterkaitan rendah hingga sangat rendah.
c. Dapat menentukan variabel dependent (terikat) dan variabel
independent (tidak terikat) dari dua variabel yang dianalisis. Salah
satu keluaran dari analisis tabulasi silang adalah penentuan dua
variabel terikat dan tidak terikat yang ditunjukkan oleh statistik lambda
atau eta.
Dapat dilihat dari kegunaannya bahwa analisis tabulasi silang ini akan
sangat membantu perencana dalam menganalisis pada tahap selanjutnya,
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Analisis tabulasi silang dapat
berguna apabila data yang diperoleh merupakan data dalam bentuk kategori
yang diperoleh dari survey primer di lapangan.

2.3. Metode Pendukung


Pada analisis tabulasi silang (crosstab) mempunyai metode pendukung
seperti Uji Chi Kuadrat Person (Person Chi-square Test). Uji chi kuadrat ini
adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan antara dua peubah
kategorik (data kualitatif) yaitu variabel kolom dan variabel baris dalam suatu
tabulasi silang. Pada uji ini digunakan tabel kontingensi dengan banyaknya baris
r dan banyaknya kolom c ( tabel kontingensi r x c). Pengujian hipotesis yang
dilakukan adalah:

: tidak ada hubungan antara baris dan kolom


: ada hubungan antara baris dan kolom

Statistik ujinya adalah :

Keterangan:
R = Banyaknya baris
C = Banyaknya kolom
Oij = Frekuensi observasi pada baris ke-I dan kolom ke-j
Eij = Frekuensi harapan pada baris ke-I dan kolom ke-j

10
Dasar pengambilan keputusan :
a. Berdasarkan perbandingan Chi-Square Uji dan tabel
 Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka diterima,
ditolak.
 Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel, maka ditolak,
diterima.
b. Berdasarkan probabilitasnya
 Jika probabilitasnya > , maka diterima.
 Jika probabilitasnya < , maka ditolak.

Uji Chi-kuadrat yang dihasilkan harus dibandingkan dengan titik kritis dan
distribusi teoritis Chi-kuadrat untuk menentukan apakah kedua varabel benar -0
benar independent. Untuk itu diperlukan juga derajat kebebasan (Degree Of
Freedom/df) dari tabel. Derajat kebebasan untuk tabel yang terdiri dari m baris
dan n kolom adalah:

Keterangan:
M = baris
N = Kolom
Uji Chi-kuadrat hanyalah uji indepedensi, sehingga hanya sedikit
memberikan informasi mengenai kekuatan atau bentuk asosiasi di antara dua
variabel. Harga yang dihasilkan bergantung pada ukuran sampel dan mode
independensi. Chi-kuadrat akan bertambah apabila ukuran sampel pada tabel
ditambah, harga dari Chi-kuadrat dapat dilihat melalui residuak yang relatif kecil
untuk frekuensi harapan akan tetapi ukuran sampelnya besar.

2.4 Proses Input Data Tabulasi Silang


Cara membuat tabel silang:

1. Tentukan nama variabel independen dan mana variabel dependen


2. Buat kelompok tiap variabel berdasarkan kategori/atribut
3. Susun tabel silang:
 Variabel independen pada kolom (di atas)
 Variabel dependen pada baris (di samping kiri)

11
4. Tentukan frekuensi tiap sel dan hitung persen dengan arah
vertikal/kolom (posisi 100% ada dibawah, bukan samping kanan)
5. Perbandingan dilakukan antar persen kolom (kesamping) untuk
tiap kategori baris
6. Bila letak persen terbesar itu membentuk pola diagonal, maka ada
kecenderungan variabel independen berhubungan dengan
variabel dependen
7. Bila letak persen terbesar itu tersebar dan tidak membentuk pola
diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
cenderung tidak berhubungan dengan variabel dependen
Langkah-langkah input data dan analisis tabulasi silang adalah sebagai
berikut:

1. Masukan variabel yang akan di analisis pada tab Variabel View. Input
data hasil kuesioner pada tab Data View. Dari menu utama SPSS,
pilih Analyze lalu pilih sub menu Descriptive Statistic kemudian
Crosstabs.

Gambar 2.1
Input Variabel Analisis Crosstab
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015

12
1) Terlihat pada tampilan tersebut bahwa semua variabel numerik
dan string pendek pada data akan ditampilkan pada kotak daftar
variabel.
2) Pindahkan variabel-variabel yang akan dijadikan variabel baris
dan variabel kolom masing-masing ke kotak: Row (s) dan Column
(s).

Gambar 2.2
Variabel Baris dan Kolom
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015
3) Pada kotak Previous ... Layer 1 of 1 ... Next masukkan variable
control. Variabel ini adalah selain dari pada variabel kolom dan
baris. Supress Tables adalah pilihan untuk semua criteria default
(telah ditetapkan oleh komputer). Jika memilih option ini, maka
tidak ada tabulasi silang yang dihasilkan dan spss hanya
menampilkan statistik yang anda tentukan.
2. Pilih bagian Statistics dan akan muncul jendela yang ada di
dalamnya terdapat beberapa istilah statistic seperti : Chi-Square,
Correlatation, Kappa,Risk,dll.

13
Gambar 2.3
Crosstab Statistic
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015
3. Klik continue, lalu kembali ke menu utama, kemudian klik Cell
Display, selanjutnya akan muncuk tampilan didalamnya terdapat:
Counts (Observed dan Expected), pada kotak Percentages(row,
column, total), dll.

Gambar 2.4
Crosstab Cell DIsplay
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015

14
4. Dari menu Cell Display kembali ke menu utama dengan klik continue,
lali klik Table Format sehingga muncul tampilan yang dapat dipilih
beberapa alternatif diantaranya Ascending dan Descendending.

Gambar 2.5
Crosstab Table Format
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015
5. Selanjutnya klik OK, akan keluar output analisisnya.

Gambar 2.6
Hasil Output Crosstab
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, Tahun 2015

15
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
DAN VARIABEL ANALISIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran wilayah umum yang
dikaji, yaitu gambaran umum Jalan Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota
Bandung serta penentuan variabel yang digunakan dalaman alisis tabulasi silang
(crosstab).

3.1 Gambaran Umum Wilayah


Dalam bab ini membahas tentang kondisi Kecamatan Batununggal dan
kondisi ruas Jalan Laswi serta apa saja yang terdapat didalamnya.

3.1.1 Gambaran Kecamatan Batununggal


Kecamatan Batununggal merupakan salah satu kecamatan di Kota
Bandung. Kecamatan Batununggal mempunyai luas wilayah 526,94 Ha.
Kecamatan ini terdiri dari 8 kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Gumuruh,
Kelurahan Binong, Kelurahan Kebon Gedang, Kelurahan Maleer, Kelurahan
Cibangkong, Kelurahan Samoja, Kelurahan Kacapiring dan Kelurahan
Kebonwaru.

16
Gambar 3.1
Foto Citra Satelit Kecamatan Batununggal
Sumber : Google Earth, 2015.

Tabel 3.1
Luas Menurut Kelurahan di Kecamatan Batununggal

Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

Gumuruh 95,80
Binong 72,00
Kebon Gedang 29,00
Maleer 38,00
Cibangkong 63,82
Samoja 54,32
Kacapiring 78,00
Kebonwaru 96,00
Jumlah 526,94
Sumber : Kecamatan Batununggal Dalam Angka Tahun 2013

Kecamatan ini mempunyai 83 RW dan mempunyai 549 RT. Jumlah penduduk di


Kecamatan Batununggal dari 59.161 jiwa perempuan dan 61.766 jiwa laki-laki,

17
dengan keseluruhan penduduk 120.927 jiwa (Indikator Penduduk Kecamatan
Batununggal, 2013).
Tabel 3.2
Proyeksi Penduduk Kecamatan Batununggal Menurut Kelurahan
Kelurahan L (jiwa) P (jiwa) L + P (jiwa)

Gumuruh 9516 9348 18864


Binong 9293 8931 18224
Kebon Gedang 4739 4756 9495
Maleer 8711 8580 17291
Cibangkong 9175 9101 18276
Samoja 6621 6315 12936
Kacapiring 4495 4509 9004
Kebonwaru 9216 7261 16837
Jumlah 61766 59161 120927
Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Tahun 2013

Secara geografis, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung berada pada


654’31” – 656’41” LS dan antara 10737’27” – 10738’39” BT. Kecamatan
Batununggal ini memiliki bentuk wilayah datar karena jika dilihat dari ketinggian
tanah, berada pada ketinggian 755 m dpl (diatas permukaan laut). Suhunya
berkisar pada temperatur 22-31º Celcius dengan curah hujan 223,45 mm/tahun.
Kecamatan Batununggal terutama pada Jalan Laswi merupakan daerah
perkotaan yang sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai aktifitas komersil
seperti perdagangan dan jasa. Sebagian wilayah yang lain digunakan sebgai
kawasan permukiman.

Jenjang pendidikan penduduk di Kecamatan Batununggal memiliki


kemajuan yang pesat, terdapat 12.495 siswa (Monografi Kecamatan
Batununggal 2012) dan pada tahun 2013 naik 9,7 menjadi 13.711 siswa
(Monografi Kecamatan Batununggal 2013). Sementara itu, jumlah guru yang
tercatat pada kecamatan ini sebesar 1.234 orang (Monografi Kecamatan
Batununggal 2013).

Di Kecamatan Batununggal terdapat 90 buah sarana pendidikan formal.


Angka tersebut terdiri dari 34 Taman Kanak-kanak (TK), 32 SD/MI Swasta, 4
SMP/MTs Swasta, 3 SMA/SMK Swasta dan 8 kampus Perguruan Tinggi Swasta.

18
Sedangkan untuk sarana kesehatan, di Kecamatan Batununggal terdapat 3 unit
puskesmas, 113 unit posyandu 1 unit poliklinik, 90 praktek dokter, 20 praktek
bidan dan 14 unit apotek yang dikelola oleh pihak swasta.

Tabel 3.3
Sarana Kesehatan per Kelurahan di Kecamatan Batununggal Tahun 2013
Sarana Pelayanan Kesehatan

Kelurahan
Rumah Puskes- Posyan Praktek Praktek Poli-
Apotek
Sakit mas -du Dokter Bidan klinik

0 1 16 6 - - 1
Gumuruh

0 - 10 9 3 - 3
Binong

Kebon 0 - 12 8 1 - 3
Gedang
0 - 13 10 4 1 1
Maleer

Cibang- 0 - 23 16 7 - 2
kong
0 - 14 2 3 - 0
Samoja

Kaca- 0 1 10 24 - - 3
piring
Kebon- 0 1 15 15 2 - 1
waru
0 3 113 90 20 1 14
JUMLAH

Sumber : Kecamatan Batununggal Dalam Angka 2014.

Wilayah Kecamatan Batununggal tidak pernah sepi dari kegiatan


ekonomi, sehingga wilayah ini sering dikunjungi oleh masyarakat dari luar
Kecamatan Batununggal. Wilayah ini terdapat 2 pasar tradisional tanpa
bangunan permanen yang berlokasi di Kelurahan Binong dan Kelurahan
Cibangkong, 20 unit toserba dan minimarket, serta 1 unit mall besar. Hal ini
berdampak pada kegiatan transportasi yang menyebabkan tingginya aktifitas
kendaraan di Kecamatan Batununggal.

19
Gambar 3.2
Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kecamatan Batununggal 2013

20
21
3.1.2. Gambaran Ruas Jalan Laswi
Jalan Laswi merupakan salah satu jalan arteri sekunder di Kota
Bandung. Jalan Laswi mempunyai panjang sekitar 1,10 Km. Pada ruas Jalan
Laswi terdapat banyak jenis usaha kecil (mikro) seperti bengkel, warung, kios,
toko, salon dan lain-lain.

Gambar 3.4
Foto Citra Satelit Ruas Jalan Laswi
Sumber : Google Earth, 2015.

Jalan ini seringkali terjadi kemacetan, penyebabnya adalah terjadinya


penyempitan jalur dan tingginya jumlah kendaraan yang melintas. Hal itu
ditambah dengan adanya perlintasan kereta api sehingga membuat pengendara
harus melaju lebih pelan di dekat perlintasan serta perempatan lampu merah
yang membuat keadaan jalan semakin padat.

22
Gambar 3.5
Ruas Jalan Laswi
Sumber : Penelitian Kelompok, 2015.

Gambar 3.6
Perlintasan Kereta Api di Jalan Laswi
Sumber : Penelitian Kelompok, 2015.

23
Dari hasil survey lapangan yang peneliti lakukan, di ruas Jalan Laswi
banyak berdiri usaha kecil (toko, warung, kios,dll.) hingga usaha besar
(minimarket, apotek, toko kue, dll.) karena peluang keuntungan pendapatan dari
usaha yang cukup besar. Bahkan untuk kebanyakan penduduk di ruas Jalan
Laswi memilih menggunakan rumahnya bahkan menyewa tanah untuk membuka
usaha kecil hingga usaha besar.

Gambar 3.7
Survey Lapangan
Sumber : Penelitian Kelompok, 2015
Penghasilan yang didapat oleh setiap pedagang berbeda-beda,
tergantung jenis usaha dan modal yang dikeluarkan. Eksistensi jenis usaha besar
(makro) ikut serta berpengaruh bagi eksistensi jenis usaha kecil (mikro), seperti
beberapa penduduk atau pengguna jalan yang lebih memilih berbelanja di
minimarket daripada di warung-warung dan toko kelontong. Oleh karena itu,
diperlukan pembatasan jumlah usaha besar (makro) untuk melindungi
keberadaan jenis usaha kecil (mikro), agar pendapatan penjual yang
mayoritasnya penduduk asli sekitar ruas Jalan Laswi tidak terganggu.

24
25
3.2 Variabel yang Digunakan
Objek penelitian dalam analisis ini adalah para masyarakat yang
berdomisili di Jalan Laswi, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Tetapi,
hanya di ambil sample 50 responden. Dalam variable penelitian yang diambil
adalah tingkat pendapatan dan jenis usaha kecil (mikro) di sekitar ruas Jalan
Laswi. Untuk memperjelas pernyataan diatas, dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
3.5 berikut ini
Tabel 3.4
Nama variabel
Variabel Values
1. < Rp 3.000.000
Row Tingkat pendapatanPerbulan 2. Rp 3.000.000 – 5.000.000
3. > Rp 5.000.000
1. Pedagang Makanan
2. Bengkel
3. Percetakan
4. Kios
Column Jenis Usaha Kecil (mikro) 5. Kelontong
6. Penjahit
7. Salon
8. Matrial
9. Toko
Sumber : Penelitian Kelompok, 2015

Tabel 3.5
Tabulasi Variabel dan Responden
Jenis Usaha Kecil Tingkat Pendapatan Responden
9 1 1
5 2 8
8 3 2
1 2 6
2 3 7
4 2 2
9 3 4
3 2 2
1 3 3
5 3 1

26
1 1 4
6 2 1
4 1 4
7 2 1
9 2 1
6 1 1
3 3 1
2 2 1
Sumber : Penelitian Kelompok, 2015.

27
BAB IV
ANALISIS DAN INTERPRETASI

4.1. Tabel Case Processing Summary

Case Processing Summary


N
Cases

Valid Missing Total


= N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pendapatan 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%


J
* Jenis Usaha
u
Valid N = 50 (nilai data yang valid).
Missing N = 0, artinya tidak ada data yang hilang atau tidak
dimasukan.

4.2. Tabel Crosstabulation


Tingkat Pendapatan * Jenis Usaha Crosstabulation

Jenis Usaha

Kios Kelontong

Tingkat < Rp. 1.000.000 Count 4 0


Pendapatan
Expected Count 1.2 1.8

% within Tingkat 40.0% .0%


Pendapatan

% within Jenis 66.7% .0%


Usaha

% of Total 8.0% .0%

Residual 2.8 -1.8

Rp. 1.000.000 - Count 2 8

28
Rp. 3.000.000 Expected Count 2.6 4.0

% within Tingkat 9.1% 36.4%


Pendapatan

% within Jenis 33.3% 88.9%


Usaha

% of Total 4.0% 16.0%

Residual -.6 4.0

> Rp. 3.000.000 Count 0 1

Expected Count 2.2 3.2

% within Tingkat .0% 5.6%


Pendapatan

% within Jenis .0% 11.1%


Usaha

% of Total .0% 2.0%

Residual -2.2 -2.2

Total Count 6 9

Expected Count 6.0 9.0

% within Tingkat 12.0% 18.0%


Pendapatan

% within Jenis 100.0% 100.0%


Usaha

% of Total 12.0% 18.0%

Perhitungan crosstabulation diambil dari Tingkat Pendapatan Rp.


1.000.000 – Rp. 3.000.000 dengan Jenis Usaha Kelontong.
a. Count
=8

29
b. Expected Count

=4
c. % Within Tingkat Pendapatan

= 36,4%
d. % Within Jenis Usaha

= 88,9%
e. % Of Total

= 16%
f. Residual

=8–4
=4

4.3. Tabel Chi-square Tests


Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)

Pearson Chi-Square 37.028a 16 .002


Likelihood Ratio 40.638 16 .001

30
Linear-by-Linear .577 1 .447
Association
N of Valid Cases 50

a. 26 cells (96,3%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,20.

a. Chi-square Hitung = 37.028


b. Chisquare Tabel
= (m-1)(n-1);0,05
= (9-1)(3-1);0,05
= 16;0,05
 26.296 (di lihat dari tabel uji chi-square)
Tabel 4.1
Tabel Uji Chi-Square

Sumber:http://passel.unl.edu/pages/informationmodule.php?idinformationmodule=1130447
119&topicorder=8&maxto=15&minto=1

c. Kesimpulan:
37.028 > 26.296, yang berarti terima H1 atau tolak H0 dan artinya
ada hubungan antara baris dan kolom.

31
4.4. Tabel Directional Measures
Directional Measures

Approx.
Sig.

Nominal by Lambda Symmetric .010


Nominal Tingkat .003
Pendapatan
Dependent

Jenis Usaha .214


Dependent

Goodman and Tingkat .002c


Kruskal tau Pendapatan
Dependent

Jenis Usaha .000c


Dependent

Uncertainty Symmetric .001d


Coefficient Tingkat .001d
Pendapatan
Dependent

Jenis Usaha .001d


Dependent

c. Based on chi-square approximation


d. Likelihood ratio chi-square probability.

Hubungan kurang baik karena jauh dari angka 1 (dilihat dari Approx Sig.)

4.5. Tabel Symmetric Measures


Symmetric Measures

Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Phi .002

32
Nominal Cramer's V .002

Contingency .002
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .756 .453c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .625 .535c

b. Using the asymptotic standard error assuming the null


hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Dilihat dari contingency coefficient adalah 0,002, artinya hubungan lemah karena
nilainya < 0,5.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan dari seluruh penelitian dan


landasan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya, serta saran dalam
permasalahan-permasalahan yang terdapat pada analisis yang dilakukan.

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat
pendapatan dan jenis usaha kecil (mikro) di ruas Jalan Laswi, Kecamatan
Batununggal, Kota Bandung menggunakan analisis tabulasi silang (crosstab) ini,
maka diambil kesimpulan:
1. SPSS (Statistikal Product and Service Solutions)adalah sebuah program
aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta
sistem manajemen data pada lingkungan grafis.
2. Tabulasi Silang (CROSSTAB) adalah metode analisis yang
menggunakan data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantara
data tersebut. Analisis tabulasi silang (crosstab) adalah teknik untuk
melihat atau membandingkan hubungan antar variabel (minimum 2
variabel).
3. Untuk menentukan variabel-variabel yang dijadikan data untuk dianalisis
maka diperlukan survey lapangan, wawancara dan penyebaran
kuesioner.
4. Setelah mendapat hasil analisis menggunakan tabulasi silang (crosstab)
dibantu dengan metode pendekatan uji Chi-Square atau uji Chi Kuadrat
Person didapat hasil bahwa kedua variabel yaitu tingkat pendapatan dan
jenis usaha kecil (mikro) saling berhubungan.
5. Hubungan antara kedua variabel ini mempunyai hubungan yang kurang
baik karena dilihat dari tabel Directional Measures, angka pada Approx.
Sig. –nya jauh dari angka satu. Selain itu, dilihat dari tabel Symmetric
Measure, pada kolom Contingency Coefficient angkanya menunjukan
0,002 yang berarti < 0,5, menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel
tersebut lemah.

34
5.2 Rekomendasi
Masing-masing usaha yang didirikan di ruas Jalan Laswi mempunyai
kelebihan dan kekurangan dalam fasilitas yang mempengaruhi jenis usaha
dengan tingkat pendapatannya, dilihat berdasarkan penilaian dalam kuesioner,
hasil analisis dan kesimpulan. Rekomendasi untuk perbaikan ekonomi dari jenis
usaha yang dilakukan penduduk dan pemerintah terhadap Jalan Laswi,
Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, diantaranya :
1. Penataan serta penyediaan tempat usaha yang lebih rapi, nyaman dan
tidak menimbulkan kemacetan di ruas Jalan Laswi.
2. Menerapkan smart tax dengan sistem one way payment kepada
pemilik usaha untuk menghindari pungutan liar.
3. Pemberian batasan untuk usaha-usaha jenis besar (makro) untuk
melindungi eksistensi usaha kecil (mikro) sebagai kekuatan ekonomi
menengah kebawah.

35

Anda mungkin juga menyukai