Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

“SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG”

OLEH :

Kelompok 9

SANDO F LIMBONG (1710521005)

I GEDE ADI DARMAJA PUTRA (1710521026)

KESIA TEODORA Br GINTING (1710521038)

DIMAS LOMO PATANDIANAN (1710521040)

DESI LUSIANI PASARIBU (1710521046)

TIMOTHY ICH SUDANTON SITORUS (1710521058)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut atau dilapisi dengan timah, dan
bagi kebanyakan masyarakat awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat
penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk
mengemas makanan, minuman, atau produk lain.

Bentuk kemasan dari bahan logam yang digunakan untuk bahan pangan
yaitu bentuk kaleng tinplate, kaleng alumunium, dan bentuk alumunium foil.
Kaleng tinplate banyak digunakan dalam industri makanan dan komponen
utama untuk tutup botol atau jars. Kaleng alumunium banyak digunakan dalam
industri minuman. Alumunium foil banyak digunakan sebagai bagian dari
kemasan bentuk kantong bersama-sama/dilaminasi dengan berbagai jenis plastik,
dan banyak digunakan oleh industri makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya.
Wadah kaleng umumnya terbuat dari plat timah (tin plate). Plat timah (tin
plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat kemasan kaleng, terdiri dari
lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa lembaran atau
gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan
timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng.
Namun dalam perkembangannya, terdapat beberapa jenis kaleng, yaitu
kaleng baja bebas timah (tin-free steel), kaleng 3 lapis (three pieces cans), serta
kaleng lapis ganda (two pieces cans). Untuk mencegah terjadinya kontak langsung
antara kaleng pengemas dengan bahan pangan yang dikemas, maka kaleng plat
timah harus diberi pelapis yang disebut dengan enamel, karena interaksi antara
bahan pangan dengan kemasan ini dapat menimbulkan korosi yang
menghasilkan warna serta flavor yang tidak diinginkan, seperti terbentuknya
warna hitam yang disebabkan oleh reaksi antara besi atau timah dengan sulfida
pada makanan berasam rendah (berprotein tinggi), serta pemucatan pigmen merah
dari sayuran/buah-buahan seperti bit atau anggur karena reaksi dengan baja, timah
atau aluminium.
Berdasarkan komposisi lapisan kaleng, cara melapisi dan komposisi baja
penyusun kaleng, maka kaleng dibedakan atas beberapa tipe. Kaleng Tipe L =
Low Metalloids adalah kaleng yang mempunyai daya korosif rendah, sehingga
dapat digunakan untuk makanan yang berasam tingi. Kaleng tipe MR (Medium
Residual) dan tipe MC (Medium Metalloids Cold Reduces) adalah kaleng yang
mempunyai daya korosif rendah sehingga digunakan untuk makanan berasam
rendah. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk makanan
dengan daya korosif yang tinggi.
Keuntungan wadah kaleng untuk makanan dan minuman adalah:
 Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi
 Barrier yang baik terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran
sehingga cocok untuk kemasan hermetis
 Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur
logam ke bahan yang dikemas
 Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim
 Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan.

Pada proses pembuatan kaleng, perlu dilakukan pengujian terhadap hasil


penutupannya (proses akhir dari pembuatan kaleng). Hal ini sangat penting untuk
mengurangi seminimal mungkin terjadinya kebocoran pada bagian tutup kaleng.
Cara pengujian kaleng antara lain dilakukan dengan menghitung persentase
overlap, yaitu persentase lekukan antara bahan kaleng dan tutup kaleng
sambungan ganda. Apabila persentase overlap tinggi (minimum 45%), maka
penutupan kaleng sudah baik, karena jika sambungan ganda pada kaleng tidak
dibentuk dengan baik, maka bakteri dari udara dan air akan masuk ke dalam
kaleng dan menyebabkan perubahan-perubahan pada isi kaleng rendah. Kaleng
dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk makanan dengan daya korosif
yang tinggi.

1.2. Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui persentase overlap pada kaleng sarden Mili
b. Untuk mengetahui metode perhitungan overlap pada kaleng sarden Mili

BAB II
METODOLOGI

1.3. Bahan dan Alat


a) Kaleng Sarden Mili 425 g
b) Jangka Sorong
c) Kertas pasir/kertas amplas
d) Micrometer Skrup
e) Kaca Pembesar
1.4. Prosedur Pelaksanaan
a) Kaleng sarden Mili dipotong pada bagian sambungan antara tutup dan
badan kaleng.
b) Sisi/bagian-bagian kaleng yang akan diukur terlebih dahulu diamplas
menggunakan kertas pasir agar memudahkan proses penglihatan pada saat
pengukuran.
c) Diukur bagian-bagian sambungan seperti tampak pada gambar di paduan
praktikum dengan jangka sorong.
d) Untuk tebal tutup (EPT) dan tebal badan kaleng (BPT), diukur dengan
micrometer skrup.
e) Dihitung nilai overlapnya

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Diketahui:

L = 4.1 mm

Seam Thickness = 1.7mm

BH = 3.5 mm

CH = 1.7mm

OL = 0.5mm

BPT = 0.4mm

EPT =0.5 mm

Dari hasil pengukuran tersebut di peroleh : Overlap pada kaleng sarden Mili.

Jawab:51.9 %

Di peroleh dari rumus :

BH+CH+EPT−L
% 𝑂𝑉𝐸𝑅 𝐿𝐴𝑃 = x 100 %
L−(2 EPT+BPT )

3.2. Pembahasan

Pada praktikum menentukan persentase overlap pada kaleng, tahap


pertama adalah dengan memotong kaleng sarden MILI 425 gr pada bagian
sambungan antara tutup dan badan kaleng. Pemotongan kaleng dilakukan dengan
menggunakan mesin gergaji besi. Selanjutnya, bagian-bagian yang hendak diukur
diamplas terlebih dahulu untuk memperjelas visual sambungan-sambungan yang
akan diukur pada kaleng. Setelah itu, sambungan diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Panjang lipatan badan kaleng (BH, body hook), panjang lipatan
tutup kaleng (CH, cover hook), panjang sambungan (L, seam length), serta seam
thickness diukur menggunakan jangka sorong. Sedangkan tebal tutup (EPT, end
plate thickness) dan ketebalan badan kaleng (BPT, body plate thickness) diukur
menggunakan mikrometer sekrup.

Dapat diketahui bahwa lipatan badan kaleng (BH) memiliki ukuran 3.3 mm,
lipatan tutup kaleng (CH) memiliki ukuran 1,7mm, panjang sambungan (L)
memiliki ukuran 3.3 mm, EPT 0.5 mm, BPT 0.4mm serta seam thickness 1,7
mm.

Hasil pengukuran ini kemudian dijadikan data untuk dilakukan perhitungan


overlap, dan hasil perhitungan menunjukkan persentase overlap sebesar 51,9%.
Hal ini menunjukkan bahwa sambungan ganda atau sambungan samping kaleng
sudah dibentuk dengan baik, sehingga tidak memungkinkan bagi bakteri dari
udara maupun air untuk masuk ke dalam kaleng.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persentase overlap pada kaleng sarden Mili 425 gr adalah 51,9% yang
diperoleh dengan metode pengukuran sambungan ganda pada kaleng sarden
tersebut.
2. Alat yang digunakan antara lain jangka sorong, micrometer skrup, kertas
amplas dan kaca pembesar serta dilakukan cara perhitungan dengan
menggunakan rumus persentase overlap sesuai panduan praktikum.
3. Persentase overlap pada penelitian ini sudah diatas 45%, sehingga kaleng
sarden Mili ini termasuk pengemas yang baik.

B. Saran
Pelaksanaan praktikum pengujian sambungan ganda pada kaleng ini sudah
berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun praktikum
berjalan kurang efisien dikarenakan keterbatasan alat pengukur yaitu jangka
sorong dan mikrometer sekrup, sehingga membuat setiap kelompok harus
menunggu kelompok lainnya selesai melakukan pengukuran. Diharapkan
kedepannya jumlah alat untuk praktikum dapat ditambahi untuk memaksimalkan
proses pengujian pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. “Double Seam atau Persyaratan Sambungan Ganda Pada


Kaleng”. Diakses dari: http://kabarkt.blogspot.com/2010/12/double-seam-atau-
persyaratan-sambungan.html [ Diakses pada tanggal 7 Desember 2019]

Anonymous. Tanpa tahun. “Kemasan Kaleng”. Diakses dari:


http://ocw.usu.ac.id/course/download/3130000081-teknologi-
pengemasan/thp_407_handout_kemasan_logam.pdf [Diakses pada tanggal 7
Desember 2019]

Anonymous. 2012. “Kaleng”. Wikipedia. Diakses dari:


http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kaleng/ [Diakses pada tanggal 7 Desember 2019]

Anonymous. Tanpa tahun. “Mesin Pembungkus dan Pengemas” . Diakses dari:


http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/31873/Darsam_Mesin
%20Penmbungkus%20dan%20pengemas.PDF?sequence=1 [Diakses pada tanggal
7 Desember 2019]

Batubara, Rahmat.dkk. 2015. “Makalah Kemasan Logam”. Teknologi Pangan


Berbasis Perikanan: Politeknik Negeri Lampung.

Anda mungkin juga menyukai