Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu
wilayah yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan
setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh merekaini akan
melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan
dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya.
Di kehidupansehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan sebagai
“kebutuhan publik”. Salahsatu contoh kebutuhan publik yang mendasar
adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan
layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud
nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya
Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan
layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.
Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat
Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta, di mana dibicarakan
upaya pengorganisasian sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena
pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang
menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, dan P4M
(Pencegahan, Pemberantasan, Pembasmian Penyakit Menular ) dan
sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.
Melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua

1
pelayanan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan
diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas).
Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat”
diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas
dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah membangun puskesmas dan
jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan mempunyai 2
puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas
telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan
masyarakat makin meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka
kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan umur
harapan hidup (Kepmenkes, 2004).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan.
Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan
kegiatan yang dilakukan puskesmas, selain dari intern sendiri tetapi juga
perlu peran serta masyarakat dalam pengembangan kesehatan terutama
dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar, sehingga pelayanan
kesehatan dapat lebih berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Puskesmas ?
2. Apa visi dan misi dari Puskesmas ?
3. Apa peran dan fungsi dari Puskesmas ?
4. Bagaimana struktur organisasi dan tata kerja Puskesmas ?
5. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas ?
6. Apasajakah program pokok Puskesmas ?
7. Apasajakah masalah-masalah mutu pelayanan kesehatan yang muncul
di lingkup Puskesmas ?
8. Apasajakah faktor-faktor penghambat pelayanan Puskesmas ?

2
9. Apasajakah solusi mengatasi masalah yang muncul di lingkup
Puskesmas ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Puskesmas
2. Untuk mengetahui visi dan misi dari Puskesmas
3. Untuk mengetahui peran dan fungsi dari Puskesmas
4. Untuk mengetahui struktur organisasi dan tata kerja Puskesmas
5. Untuk mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh
Puskesmas
6. Untuk mengetahui program pokok Puskesmas
7. Untuk mengetahui masalah-masalah mutu pelayanan kesehatan yang
muncul di lingkup Puskesmas
8. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pelayanan Puskesmas
9. Untuk mengetahui solusi mengatasi masalah yang muncul di lingkup
puskesmas

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puskesmas


Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
1) perilaku sehat
2) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
3) derajat kesehatan penduduk kecamatan
2. Misi Puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

di wilayah kerjanya

4
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya

2.3 Peran dan Fungsi Puskesmas

a. Peran puskesmas

peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam

mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas

aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit

b. Fungsi puskesmas

1) Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah

kerjanya.

2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana

menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif

dan efisien.

3) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat

5
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

ketergantungan.

4) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

5) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program.

2.4 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

1. Struktur organisasi

1) Kepala Puskesmas

2) Unit Tata Usaha

3) Data dan Informasi

4) Perencanaan dan Penilaian

5) Keuangan, Umum dan Kepegawaian

6) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

7) UKM / UKBM

8) UKP

9) Jaringan pelayanan Puskesmas

10) Unit Puskesmas Pembantu

11) Unit Puskesmas Keliling

12) Unit Bidan di Desa/Komunitas

3. Tata Kerja

1) Kantor Camat → koordinasi

2) Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes

3) Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra

4) Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina

5) Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama

6
6) Lintas sektor → koordinasi

7) Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan

Penyantun Puskesmas)

2.5 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program

Indonesia Sehat. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar

Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar

dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan

kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada

masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai

(benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal

(UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM

yang wajib diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh

Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh

kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan

gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular,

penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik

meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan

penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standard Pelayanan Minimal.

7
2.6 Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga

maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat

berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim

dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )

2) Keluarga Berencana

3) Usaha Peningkatan Gizi

4) Kesehatan Lingkungan

5) Pemberantasan Penyakit Menular

6) Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8) Usaha Kesehatan Sekolah

9) Kesehatan Olah Raga

10) Perawatan Kesehatan Masyarakat

11) Usaha Kesehatan Kerja

12) Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

13) Usaha Kesehatan Jiwa

14) Kesehatan Mata

15) Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )

16) Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

17) Kesehatan Usia Lanjut

18) Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga

sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas

ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari

8
masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas

dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok

Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat

diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah

Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik

petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah

Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan

dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau

bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa

mengurangi atau menunda kegiatan lain.

2.7 Masalah-Masalah Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Muncul Di

Lingkup Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung

tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif

membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan

standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah

seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan

utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat

yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau

petugas kesehatan praktek lainnya.

Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari

masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa

mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup

memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat

9
dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran

yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga

banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak

sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

Misalnya, sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan

puskesmas, yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan

kurang baik oleh para petugas medis yang dinilai cenderung arogan,

berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas telah

menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik.

Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat

mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain

mengantarnya ke Puskesmas, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan

mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat.

Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi

layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu

dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar

pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di

Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus

berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas puskesmas

sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai

masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau

penderita TB.

Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif

dibanding upaya promotif. Kemudian, perawat / bidan puskesmas

biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu.

Jelas dalam tugas tersebut, perawat / bidan melakukan pemeriksaan pasien,

10
mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat

resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada

supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam tindakan

pengobatan/medis. Tenaga perawat / bidan seolah-olah tidak menghargai

kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih

penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status

gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak

tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi

kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di

Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi unit

dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak

sumber daya manusia dan fasilitas medik.

Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas

promotif dan preventif maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah

digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan, atau

bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur

program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator,

pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan

masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat

ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah

diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul

di lingkup puskesmas.

Misalnya, Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai

jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas

yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada,

puskesmas belum terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta

11
kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi

dalam melaksanakan tugas di puskesmas.

2.8 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas


Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki
masalah-masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di
atas itu diakibatkan olehfaktor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor internal
a. Pelaksanaan Manajemen Pelaksanaan manajemen merupakan hal
penting yang menentukan dalammencapai tujuan yang efisien dan
efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu
untuk planning, organaizing, leading, dan controling. Pada
kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan
sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang
dianggap „baik/sudah biasa‟. Bahkan terasa sekali bahwa tidak
pernah adanya upaya pengembangan.Serta tidak pernah terpikir
untuk mempersoalkan kendali mutu pelayanan yang disebabkan
kurangnya pengetahuan, peralatan, dan perhatian tersita
padaupaya pengobatan. Dapat dikatakan bahwa kepala Puskesmas
lebih sibuk pada masalah-masalah manajerial daripada kasus-
kasus klinik. Dapat dikatakan juga bahwa kurangnya pengetahuan
para Kepala Puskesmas dan rendahnya disiplin/etos kerja staff,
menjadikan unsur manajemen ini tidak berjalan. Tentu hal ini
menghambat kinerja Puskesmas untuk melayani masyarakat
dalam bidang kesehatan.
b. Sarana dan Prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam
mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa
yang terjadi padaPuskesmas di Indonesia terkesan tidak
diperhatian oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis
yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang

12
ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis
maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan
yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan
puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan
standart kesehatan.
c. Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas
Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak tepat
sasaran. Jumlah tenaga medis sedikit karena insentif dari
pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan pegawai memang hal
penting karena berkaitan dengan satu-satunya pendapatan resmi
mereka adalah gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di Puskesmas di perlukan pimpinan yang mau
memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi kebutuhan
hidupnya.
d. Sumber keuangan Puskesmas Sumber keuangan dari pemerintah
pusat maupun daerah yang didapat tidak sebanding dengan
pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan
Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak
sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini
berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah
Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.
Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk Perbedaan
psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmasdengan penduduk menimbulkan hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga
yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-
orang terpelajar dan bukan berasal dari daerahtersebut, sehingga
penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh

13
penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke
Puskesmas.
2) Faktor eksternal
a. Kondisi geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada
daerah pelosok atau setingkat dengan kecamatan. Dimana
kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas.
Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu
Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi
ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk
yang bermukim didekatnya karena penduduk yang lain bertempat
tinggal jauh dari Puskesmas.Hal ini terkait pada dana yang tidak
cukup untuk menggunakan alat-alat transportasi atau memang
tempat tinggalnya terpencil sehingga penduduknya lebih senang
tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
b. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat
atas pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah
dari pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari
dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung
pendapatan daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tualng
punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan
masyarakat sejatinya termasuk dalam hakikat dan semangat UU.
No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan
demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping
itu lokasi anggaran kesehatan berbagai daerah mencerminkan
kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar
pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.

14
c. Keadaan ekonomi penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam
sulitnya mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian
petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang
memadai. Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan
mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi
di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian
justru enggan datang ke Puskesmas.
d. Kondisi pendidikan penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam
menghambat pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai
pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada
umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola
pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum
paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-
sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan
lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah yang mana
sebagian besar penduduk Indonesia lulusan SD terutama di daerah
pelosok-pelosok Indonesia, sehingga hal berdampak pada
rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya
dekat dengan masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan
Rumah Sakit lebih baik sarana dan prasarananya, padahal
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar
dalam lingkungan masyarakat setempat.
e. Dinas kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada
aspek melayani penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh
penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat

15
digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit
pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas
lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada
tindakan preventif apalagi promotif. Selain ituDinas Kesehatan
juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada
sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

2.9 Solusi Mengatasi Masalah Yang Muncul Di Lingkup Puskesmas


Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang
terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam
menciptakan inovasi model pelayanan kesehatan di daerah. Untuk itu
dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk meningkatkan atau meratakan
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan revitalisasi
sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan
efisiensi puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan
atau revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan
untuk kinerja sistem kesehatan yang komperehensif ,serta memperbaiki
sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah. Dari banyak kasus
yang terjadi di banyak daerah, jelas bahwa puskesmas memiliki pencitraan
yang rendah pada saat sekarang, terutama jika dilihat dari sarana,
puskesmas tidak memilki fasilitas yang lengkap walaupun sudah mendapat
dana dari dinas kesehatan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak
dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan
prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
serta komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai
buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar
pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran
1) Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan yang
menyeluruh
2) Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
bermutu
3) Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4) Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5) Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat
untuk mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh
masyarakat

17
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito Wiku. 2007. Sistem Kesehatan . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2003

Departemen Kesehatan RI. 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan


2005-2009. Jakarta. Menuju Indonesia Sehat 2010.Jakarta.

Dr. Azrul Azwar, M.P.H., 1983, Puskesmas Dan Usaha Kesehatan Pokok, Jakarta,
Akadoma

Ferry Efendi, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta, Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai