Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstra vaskuler dibuktikan denagn
ditemukan cairan yang tertimbundalam rongga serosa yaitu rongga
poriterium, pleura, dan pericad yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segara diatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan faskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hai dan limpa, ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF iyalah menggitnya pemeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaklosit, histamin dan serotonin serta aktivitas sistem kalikreain yang berakibat ekstravasasin cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratsi akan terjadi anoxia jaringan, esidosis metabolic dan kematian sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. (hendarwanto,2016). 5. Pathway
Virus Dengue (Arbovirus)
Melalui gigitan nyamuk
Re infection oleh virus dengue dengan serotip berbeda
Potensial terjadinya Bereaksi dengan perdarahan
Menimbulkan Terbentuk kompleks antibodi
respon Peradangan Dalam sirkulasi darah Trombositopenia
medulla dan dilepaskannya anvilaktoksin Perubahan status vomiting C3a dan C5a Kesehatan anak
mual dan Melepaskan histamina yang anak harus di
muntah bersifat vasoaktif hospitalisasi
anoreksis pemlesbilitas dinding
Perubahan peran pembuluh darah keluarga intake nutrisi kurang Gangguan kebocoran plasma intertisium Keseimbangan cairan Gangguan Dan elektrolit penurunan jumlah cairan Pemenuhan intravaskuler Kebutuhan nutrisi peningkatan viskositas isi pembuluh darah
Gangguan kelemahan aliran darah terhambat
Aktivitas sehari-hari
energi berkurang suplai O2 ke jaringan adekuat
nyeri iritasi terhadap ujung-ujung
saraf oleh asam laktat metabolisme anaerob
penimbunan asam laktat di jaringan
6. Manifestasi Klinis a. Demam Deman biasanya terjadi dengan cara yang mendadak berlangsung dalam waktu 2-7 hari kemudian kembali turut menuju suhu yang normal atau bisa lebih rendah. Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinis yang tidak spesifik dapat muncul misalnya anoreksia, adanyanya nyeri punggu, nyeri tulang dan nyeri persedian, nyeri kepala serta ras lemah juga dapat menyertainya. b. Perdarahan Perdarahan umumnya dapat terjadi pada hari kedua disaat demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat didukung dengan hasil uji tocsniquet petekia. c. Hepatomegali Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa terabah, meski pada anak yang kurang gizi hati juga sudah dirabah. Apabila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati telah terabah kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan adanya terjadi sebuah rejatan pada penderita. d. Rejatan (syok) Syok umumnya dapat terjadi pada hari ketiga, dimulai dengan beberapa tanda kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apibila syok terjadi ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat buruk. 7. Klasifikasi Menurut derajat ringannya penyakit, dengue haemoragic fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat yaitu : a. Derajat 1 Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif. b. Derajat II Sama dengan derajat I ditambah denagn gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, haematemesis, malena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya. c. Derajat III Penderita syok ditandai oleh bgejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120/menit) tekanan nadi sempit (<20 mmHg) tekanan darah menurun (120/80 mmHg) sampai tekanan sistolik di bawah 80 mmHg. d. Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur 9denyut jantung ≥ 140 mmHg ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. 8. Pencegahan a. Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk aedes aegypti dengan cara : 1) Rumah selalu terang 2) Tidak menggantung pakaian 3) Bak/tempat penampung air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali 4) Kubur barang-barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan 5) Tutup tempat penampungan air b. Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan 1) Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuaidengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak 2) jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping 3) menjelaskan gejala-gejala kekambuahan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala 4) tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan