Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN LEGO

PADA ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN)


DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT GUNUNG JATI CIREBON

Disusun Oleh:
1. RIZKA WIGATI
2. SISKA SRI MULYANI
3. DIAH SARI FATKHUROHMAH
4. EKA SEPTIANINGRUM
5. WILINA AGUSTIN
6. PIPIT FITRIYANI
7. TRI SUCI WAHYUNINGSIH
8. PRADIPTA WAHYU PAMUNGKAS
9. IMAM MAULANA
10. DWI AYU MITASARI
11. KHOLIFAH ULFI SANAH
12. IQBAL ADI PRADANA
13. ADE AMALIAWINDIASTARI
14. ANA AUNUL ATQIA
15. WINDA RIZKI AMALIA
16. M. TOTO ISKANDARDINATA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu, Slawi- Kab. Tegal
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres. Jika stres pada anak tidak diatasi maka akan
terjadi penarikan dan penolakan terhadap pelaksanaan tindakan medis atau keperawatan,
lama tinggal di rumah sakit, dan kondisi kesehatan yang semakin memburuk (Ramdaniati,
Hermaningsih & Muryati, 2016). Stress juga akan mengganggu perkembangan anak
sehingga proses kematangan menjadi terhambat (Hidayat, 2005). Oleh karena itu, perlu
adanya pentalaksanaan untuk menurunkan stres pada anak yang menjalani hospitalisasi.
Salah satu penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada anak-anak selama dirumah sakit
yaitu bermain terapeutik.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-
ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya
sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang
dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka
yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Di rumah sakit, seorang tenaga kesehatan seperti perawat dapat merancang suatu
aktivitas untuk tujuan tertentu atau sebagai pelepasan dari ketegangan yang disebut juga
bermain terapeutik. Karakteristik permainan pada anak usia toddler adalah bermain
dramatik dan berimajinasi, fokus pada pengembangan keterampilan motorik halus,
memiliki koleksi-koleksi sederhana, dan bermain dengan bahan-bahan yang dapat dibuat
bangunan atau diciptakannya (Suriadi & Yuliani, 2010). Berdasarkan karakteristik
tersebut maka kelompok kami ingin menerapkan permainan lego sebagai media terapi
bermain karena bermain lego memiliki beberapa manfaat, seperti melatih motorik halus,
kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan bersosialisasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi
efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
1. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
2. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat
3. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
4. Beradaptasi dengan lingkungan
5. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

1.3 Sasaran
Anak usia 1-3 tahun yang sedang menjalani terapi rawat inap di ruang anak RS Gunung
Jati Cirebon
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Bermain


2.1.1 Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.
2.1.2 Tujuan Bermain.
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif.
2.1.3 Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
a. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensorismotorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media
yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
2.1.4 Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
a. Bermain aktif
1) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocokngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan
kadangkadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
3) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengansaudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
4) Bermain bola, tali, dan sebagainya
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contohnya melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah,
mendengarkan cerita atau music, menonton televise dll.

2.1.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain


a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,
karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan
energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak
lakilaki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah
salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.

2.1.7 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

Hambatan bermain di rumah sakit yang mungkin muncul seperti usia antar
pasien tidak dalam satu kelompok usia, pasien tidak kooperatif atau tidak
antusias terhadap permainan, dan a

danya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang


bersamaan.

Antisipasi hambatan bermain di rumah sakit yang dapat dilakukan yaitu


mencari pasien dengan kelompok usia yang sama, melibatkan orang tua dalam
proses terapi bermain, jika anak tidak kooperatif ajak anak bermain secara
perlahan-lahan, perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap
permainan, dan kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya.

2.2 Konsep Bermain Lego


2.2.1 Pengertian Bermain Lego
Lego (berasal dari Denmark) adalah jenis alat permainan bongkah plastik kecil
yang terkenal di dunia khususnya di kalangan anak-anak. Bongkah-bongkah ini
dapat disusun menjadi model apa saja.

2.2.2 Manfaat Bermain Lego


Lego adalah salah satu jenis mainan kreatif dan edukasi yang bermanfaat
mengasah otak anak. Lego memiliki beberapa manfaat pada anak diantaranya
mengasah kemampuan motorik halus dan persistensi, melatih kemampuan
memecahkan masalah dan bermain kooperatif, menumbuhkan percaya diri, serta
merangsang kreativitas anak. Selain itu lego bermanfaat untuk mengenalkan
macam warna pada anak.
2.3 Karakteristik Sasaran
Toddler adalah anak yang memaski tahun pertama sampai dengan tahun ke 3
kehidupannya pada masa ini anak mulai mengembangkan fikirannya seperti berbicara,
berjalan dan menyuap makannnya sendiri. Tumbuh kembang yang paling nyata pada
tahap ini adalah kemampuan untuk mengexplor dan memanipulasikasi lingkungan
tanpa tergantng pada orang lain. Usia toddler berada pada fase otonomi vs rasa malu
dan rag dimana perkembangan otonomi berpusat pada kemampn anak untuk
mengontrol tbh dan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin
dilakukannya dengan kemampuan yang sudah mereka miliki.pada fase ini anak akan
meniru perilaku orang lain disekitarnya sebaliknya perasaan malu dan ragu akan
timbul jika anak merasa dirinya kerdil atau saat mereka dipaksa oleh orang tua atau
orang dewasa lainnya ntk memilih sesuatu yang tidak dikehendaki oleh anak. Pada
masa ini kehidupan anak juga akan berpusat pada kesenagan anak yang meliputi
motorik halus, motorik kasar, emosi sosial, perilaku dan berbicara.

2.4 Analisa Kasus


Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak merasa takut
didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa toddler yaitu menangis
perlahan, tidak kooperatif, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang
percaya diri atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
BAB III
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN LEGO

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit Gunung Jati Cirebon
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia 1-3 tahun
Tujuan : Mengurangi dampak hospitalisasi dan mengoptimalkan tingkat
perkembangan anak
Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat Bermain : Ruang kemuning
Peserta :
1. Anak usia 1–3 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Sarana :
1. Ruangan tempat bermain
2. Tikar/ kursi untuk duduk
Media : Lego
Deskripsi Permainan :
Terapi bermain yang dilakukan menggunakan lego yang sudah disediakan. Anak berusaha
menyusun lego sesuai yang diperintahkan dan kreasi mereka masing-masing. Anak yang
dapat menyusun lego dengan cepat dan tepat maka akan mendapatkan reinforcement positif
dalam bentuk hadiah.
Tujuan Permainan :
1. Melatih motorik halus
2. Meningkatkan kreativitas
3. Melatih konsentrasi
4. Anak dapat mengenal warna
5. Mengasah kognitif anak
Proses Bermain :
No Terapis Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga siap
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan keluarga
2 Pembukaan 5 menit Memperhatikan dan menjawab
a. Beri salam pembuka salam
b. Memperkenalkan diri
c. Sesama anak saling berkenalan
d. Menjelaskan pada anak dan keluarga
tentang maksud dan tujuan bermain
dan cara bermain
2 Proses 15 menit Mengikuti terapi bermain
a. Anak diminta untuk menyusun lego
terpanjang
b. Anak diminta untuk menyusun lego
terpendek
c. Anak diminta untuk menyusun lego
tertinggi
d. Anak diminta untuk menyusun lego
terendah
e. Anak diminta untuk menyusun lego
sesuai keinginan mereka
f. Berikan hadiah bagi yang menyusun
lego dengan benar
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan menjawab
a. Menyimpulkan permainan dan salam
mengucapkan salam

Antisipasi Meminimalkan Hambatan :


1. Libatkan keluarga supaya anak kooperatif sehingga terapi bermain dapat dilakukan.
2. Berikan contoh terlebih dahulu sebelum permainan dimulai
Pengorganisasian dan Denah Bermain :
1. Leader :
a. Eka septianingrum
b. Siska sri mulyani
c. Rizka wigati
d. Pradipta wahyu pamungkas
Tugas :
a. Memulai dan mengkhiri kegiatan
b. Menjelaskan tujuan bermain
c. Menjelaskan prosedur dan cara bermain
d. Menjelaskan aturan bermain pada anak
e. Memotivasi anggota kelompok mengemukakan pendapat dan memberikan feed back
terhadap kegiatan yang dilakukan
f. Mengkoordinir seluruh petugas yang terlibat pelaksanaan terapi bermain
g. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
h. Memberikan reinforcement positif
i. Menyimpulkan kegiatan

2. Co-Leader :
a. Iman maulana
b. Dwi ayu mitasari
c. Kholifah ulfi sanah
d. Diah sari fatkhurohmah
Tugas :
a. Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
b. Membatu leader dalam menjalankan perannya
c. Bersama leader sebagai contoh dalam bentuk kerja sama yang baik dalam bekerja
d. Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
e. Mengingatkan leader tentang waktu kegiatan
f. Mengingatkan leader jika jalan terapi bermain tidak sesuai

3. Observer :
a. Ade amalia mindiastari
b. Winda rizki amalia
c. Pipit fitriyani
d. M. toto iskandardinata
Tugas :
a. Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal
b. Mencatat seluruh proses bermain dan semua perubahan perilaku
c. Mencacat dan mengamati peserta aktif dari program bermain

4. Fasilitator :
a. Iman maulana
b. Ana aunul atqia
c. Tri suci wahyuningsih
d. Wilina agustin
Tugas :
a. Menyiapkan alat-alat permainan
b. Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang di jelaskan
c. Mempertahankan kehadiran anak
d. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam

Fasilitator Leader Co-Leader Observer

Anak Anak

Orang tua anak Orang tua anak

Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktural
a. Sebelum pelak sanaan kegiatan,pre planning telah disiapkan sehari sebelumnya.
b. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
c. Anak-anak sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Leader, co-leader, observer dan fasilitator berperan sebagaimana mestinya
2. Evaluasi Proses
a. Rencana pelaksanaan kegiatan sesuai yaitu 30 menit.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat
c. Para peserta yang diberikan terapi bermain dalam keadaan umum baik
d. Terapi dapat dilakukan sesuai yang telah direncanakan
e. Peserta antusias mengikuti terapi bermain ini
f. Pelaksaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak mampu mempraktekan apa yang sudah diajarkan
b. Anak dapat menyapaikan persaannya setelah melakukan terapi bermain
c. Anak mampu menyatakan rasa senangnya
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, kognitif,emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan
kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas
dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada
orang dewasa , oleh sebab itu bermain dirumah sakit sangat diperlukan guna mengatasi
adanya dampak hospitalisasi yang dirasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap
dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak
hospitalisasi tersebut.

4.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.pemilihan permainan menjadi point
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Factor keamanan
dari permainan yang dipilih juga harus tetapdiperhatikan.
2. Rumah sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan,sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan
3. Mahasiswa
Mahasiswa diaharapkna dapat tetap membantu anak untukmengurangi damapak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengantahapkembangnya. Karena
dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Erlita.2006.Pengaruh Permainan Pada Anak.Jakarta:Erlangga


Hidayat, A. A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika, Jakarta.
Ramdaniati, S. Hermaningsih, S. & Muryati. 2016. Comparison Study Of Art Therapy
And Play Therapy In Reducing Anxiety On PreSchool Children Who Experience
Hospitalization, Journal Of Nursing. 6 (1). Hal 47. http://file.scirp.org, diakses tanggal
9 November 2019.
Supartini,Y.2004.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGC
Wong, Donna L.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Cetakan
Pertama.Jakarta:EGC
Soetjiningsih.2005.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai