GANGGUAN JALAN
STEP 7
1. Mengapa pada pasien mengalami tremor pada 1 anggota gerak saat istirahat ?
o FISIOLOGI GERAK
a. Fisiologi
Susunan ekstrapiramidal, terdiri atas komponen-komponen, yakni :
- Korpus striatum
- Globus palidus
- Inti-inti talamik
- Nukleus subtalamikus
- Substansia nigra
- Formasio retikularis batang otak
- Serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yakni area 4, 6,
dan 8
Komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh
akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang
melingkar, yang dikenal dengan sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan
penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan
tersebut dinamakan sirkuit striatal.
Data dari luar yang masuk dalam sirkuit striatal adalah terutama impuls
ascendens non-spesifk yang disalurkan melalui difuse ascending reticular system
atau lintasan spinotalamik multisinaptik dan impuls proprioseptif yang diterima oleh
serebelum. Data yang diterima oleh serebelum disampaikan ke talamus juga (melalui
brakium konyungtivum). Inti talamus yang menerima adalah nukleus ventralis
lateralis talami dan nukleus ventralis anterior talami. Kedua lintasan yang
memasukkan data eksteroseptif itu dikenal sebagai sistem input sirkuit striatal.
Acetylcholine (ach)
Neurotransmitter yang diproduksi di ujung serabut postganglionar saraf
simpatetik yang menyaraf kelenjar keringat dan ujung saraf motorik perifer yang
bersinaps di motor end plate
Dopamin
gamma aminobutyric acid (gaba)
Serotonin
• GABA
NT inhibisi.
Ganglia basalia
Ganglia basalia dapat dianggap sebagai suatu sistem untuk
mengubah output motorik karena kawasan itu menerima input nya dari
daerah-daerah motorik kortikal dan output nya ditujukan kembali kepada
daerah-daerah motorik kortikal melalui talamus.
Serebelum
Serebelum mengurusi soal regulasi atau pengelolaan tonus otot,
koordinasi gerakan dan pengelolaan sikap berikut masalah berjalan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit perkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50%
yang disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinoflik (Lewy Bodies) dengan penyebab
multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut sebagai black subtance), adalah suatu regio kecil diotak
(brain stem) yang terletak sedikit keatas medula spinalis. Bagian ini yang menjadi pusat
kontrol/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmiter yang
berfungsi untuk mengatur seluruh pergerakan. Sel selnya menghasilkan neurotransmiter
yang disebur dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh pergerakan otot dan
keseimbangan badan yang dilakukan oleh sistem saraf pusat. Dopamin diperlukan untuk
komunikasi elektrokimia antara sel sel neuron di otak terutama dalam mengatur
pergerakan, keseimbangan dan reflek postural, serta kelancaran komunikasi (bicara). Pada PP
sel sel neuron di SNc mengalami degenerasi, sehingga produksi dopamin menurun,
akibatnya semua fungsi neuron di SSP menurun dan menghasilkan kelambanan gerak
(bradikinesia), kelambanan dalam bicara dan berfkir (bradifrenia), tremor dan kekakuan.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed.V. EGC
Tremor dapat didefnisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan ritmis yang disebabkan oleh
kontraksi otot berlawanan secara bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut
membedakan tremor dari gerakan involunter lain. Keterlibatan otot agonis dan antagonis
membedakan tremor dari klonus. 1
Dua kategori umum dari tremor ialah fsiologis (normal) dan patologik (abnormal). Tremor
fsiologis merupakan fenomena normal, yang muncul pada semua grup otot yang berkontraksi dan
berlangsung selama keadaan bangun dan bahkan pada fase-fase tidur tertentu. Pergerakan yang
terjadi sangat halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya deteksi
dilakukan dengan menggunakan instrumen khusus. Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang
dewasa, frekuensi dominan adalah 10 Hz dan kurang pada anak-anak dan orang tua. Beberapa
hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor fsiologi. Salah satu hipotesis tradisional
menyebutkan bahwa tremor merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang dihasilkan oleh
aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu bukanlah penjelasan keseluruhan
dari tremor fsiologis. Seperti yang dikemukakan oleh Marsden, beberapa faktor tambahan (seperti
input spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan frekuensi resonansi natural dan
inersia otot dan struktur lain) mungkin memegang peranan lebih besar. 1
Tremor abnormal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor postural atau aksi, dan paling
tidak satu tipe dari tremor familial) disebut sebagai tremor fsiologis yang berlebihan ( enhanced
physiologic tremor). 1
Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika menggunakan kata tremor dalam
kondisi klinis, mempengaruhi grup otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun. Grup
otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari dan tangan), bagian proksimal
anggota gerak (lebih jarang), kepala, lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh (jarang).
Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari frekuensi tremor fsiologis. Pada
orang yang terkena, frekuensi tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena. Dengan
menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik, tremor abnormal dibagi
berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan postur anggota gerak dan pergerakan volunter, pola
aktivitas EMG (synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon terhadap obat-
obatan tertentu.1
Dalam keadaan fsiologis, untuk menghasilkan gerakan motorik impuls dari korteks
harus melewati sejumlah sirkuit di ganglia basal. Proyeksi kortikal memasuki ganglia
basal melalui striatum dan keluar melalui Globus Pallidus internus (GPi) dan
Substansia Nigra pars reticularis (SNr). Sedang Globus Palidus eksternus (GPe) dan
Nukleus Subtalamik (STN) memiliki efek eksitatorik terhadap GPi dan SNr. Dengan
adanya proyeksi dopaminergik, maka efek eksitatorik terhadap GPi dan SNr ini
dihambat melalui reseptor D1 di striata, sehingga memfasilitasi terbentuknya
gerakan motorik kortikal yang sempurna dan inhibisi gerakan-gerakan yang tidak
perlu. Pada keadaan patofsiologis kekurangan dopamin inhibitorik menyebabkan
disinhibisi efek eksitatorik STN terhadap GPi dan SNr, akibatnya terjadi gangguan
gerakan motorik dan munculnya gerakan-gerakan yang tidak perlu (tremor).
Serebelum
Serebelum mengurusi soal regulasi atau pengelolaan tonus otot, koordinasi
gerakan dan pengelolaan sikap berikut masalah berjalan.
Keseimbangan tubuh yang terganggu pada manusia terlihat apabila ia
cenderung jatuh ke depan, belakang atau samping sewaktu berdiri. Apabila ia
berjalan gaya berjalannya sempoyongan yang dapat disertai dengan perasaan
pusing atau berputar-putar.
Diskoordinasi antara gerakan otot-otot pernapasan, otot-otot pita suara dan
lidah bermanifestasi pada pengucapan kata-kata dalam kalimat yang
tersendat-sendat, kurang jelas, dan banyak kata-kata yang tertelan. Serta
gangguan artikulasi kata-kata dan gangguan irama berbicara (disartria).
Neurologi Klinis Dasar. Prof. DR. Mahar Mardjono. Dian Rakyat.
Rigiditas merupakan gejala yang menonjol pada penyakit ganglia basal, seperti
Parkinson (tahap lanjut), penyakit Wilson, degenerasi striatonigral, palsy supranuklir
progeresif, intoksikasi obat neuroleptik dan kalsinosis ganglia basal. Patofsiologi
rigiditas pada penyakit Parkinson masih belum diketahui secara pasti. Namun
pendapat lama mengemukakan adanya gangguan pada refleks regang (long latency
stretch reflex).
Rigiditas
pada penyakit parkinson disebabkan oleh peningkatan tonus otot secara
involunter yang dapat melibatkan seluruh kelompok otot, yaitu otot-otot tubuh
maupun anggota gerak, fleksor maupun ekstensor. Rigiditas bukan merupakan
gejala yang dirasakan pasien, tetapi merupakan temuan di dalam pemeriksaan,
yaitu adanya tahanan dalam gerakan pasif pada persendian (fenomena roda
pedati).
Spastisitas
yang memperlihatkan kecepatan gerak karena peningkatan tonus dan adanya
tahanan pada lingkup gerak sendi (fenomena pisau lipat), dan biasanya
berhubungan dengan reflek patologis dan kelemahan anggota gerak.
Abstract
The goal of this study was to estimate the incidence of Parkinsons disease by age, gender,
and ethnicity. Newly diagnosed Parkinsons disease cases in 1994 1995 were identifed
among members of the Kaiser Permanente Medical Care Program of Northern California, a
large health maintenance organization. Each case met modifed standardized
criteria/Hughes diagnostic criteria as applied by a movement disorder specialist. Incidence
rates per 100,000 person-years were calculated using the Kaiser Permanente membership
information as the denominator and adjusted for age and/or gender using the direct method
of standardization. A total of 588 newly diagnosed (incident) cases of Parkinson s disease
were identifed, which gave an overall annualized age- and gender-adjusted incidence rate of
13.4 per 100,000 (95% confdence interval (CI): 11.4, 15.5). The incidence rapidly increased
over the age of 60 years, with only 4% of the cases being under the age of 50 years. The rate
for men (19.0 per 100,000, 95% CI: 16.1, 21.8) was 91% higher than that for women (9.9 per
100,000, 95% CI: 7.6, 12.2). The age- and gender-adjusted rate per 100,000 was highest
among Hispanics (16.6, 95% CI: 12.0, 21.3), followed by non-Hispanic Whites (13.6, 95% CI:
11.5, 15.7), Asians (11.3, 95% CI: 7.2, 15.3), and Blacks (10.2, 95% CI: 6.4, 14.0). These data
suggest that the incidence of Parkinsons disease varies by race/ethnicity .
http://aje.oxfordjournals.org/content/157/11/1015.full
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20347450
http://books.google.co.id/books?
id=LhzANK2oLfoC&pg=PA182&lpg=PA182&dq=hubungan+riwayat+keluarga+dengan+parkinson&so
urce=bl&ots=8KVsynWo-y&sig=XOVrG0e-_q4hOBy4yu-
Nsu5WXwU&hl=id&sa=X&ei=4nL4UKKmJNHprQfjs4CoCA&redir_esc=y#v=onepage&q=hubungan
%20riwayat%20keluarga%20dengan%20parkinson&f=false
Among familial cases of Parkinson disease, the inheritance pattern differs depending on the
gene that is altered. If the LRRK2 or SNCA gene is involved, the disorder is inherited in an
autosomal dominant pattern, which means one copy of an altered gene in each cell is
sufficient to cause the disorder. In most cases, an affected person has one parent with the
condition.
When genetic alterations modify the risk of developing Parkinson disease, the inheritance
pattern is usually unknown.
http://ghr.nlm.nih.gov/condition/parkinson-disease
10. DD ?
PARKINSON
o DEFINISI
o ETIOLOGI
a. Faktor genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degenerasi protein
dan mengakibatkan protein tidak beracun tak dapat didegenerasi di
ubiquitinproteasomal pathway. Kegagalan degenerasi ini menyebabkan
peningkatan apoptosis di sel-sel SNc meningkatan kematian sel neuron di SNc.
Ini yang mendasari terjadinya PP sporadic yang bersifat familial. Disini kadar sub
unit alfa dari proteasome 20S menurun secara bermakna pada sel neuron SNc
pada PP dibandingkan dengan orang normal. Dan juga didapatkan penurunan
sekitar 40% 3 komponen (chymotriptic, trytic dan postacidic) dari proteasome
26Spada sel neuron SNc penderita PP
b. Faktor lingkungan
Bahan-bahan beracun, seperti : carbon disulfde, manganese, dan pelarut
hidrokarbon
Pasca ensefalitis
Pestisida / herbisida
Terpapar pekerjaan terutama zat kimia seperti logam dan bahan-bahan cat
Kafein
Alkohol
Diet tinggi protein
Merokok
Trauma kepala
Depresi dan stres
d. Ras
Lebih tinggi pada kulit putih dibandingkan kulit hitam
e. Cedera kranioserebral
Belum jelas. Lebih pada sindrom parkinson (akibat trauma kepala,
infeksi, dan tumor di otak)
f. Sters emosional
o KLASIFIKASI
Parkinsonisme primer
Parkinsonisme sekunder, karena :
a. Pasca ensefalitis virus
b. Pasca infeksi lain, misalnya siflis meningovaskular, tuberculosis,
aterosklerosis.
c. Iatrogenic atau terinduksi obat, misalnya obat obat golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin .
d. Toksik, misalnya karena intoksikasi karbonmonoksida, karbondisulfda,
mangan, sianida.
e. Lain lain, misalnya karena perdarahan serebral petekial pasca trauma
yang berulang ulang pada petinju, infark lakunar, tumor serebri,
hipoparatiroid, kalsifkasi.
Sindrom paraparkinson
Arif Mansjoer, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Primer / idiopatik
- penyebab tidak diketahui
- sebagian besar merupakan penyakit Parkinson
- ada peran toksi yang berasal dari lingkungan
- ada peran factor genetic, bersifat sporadis
Sekunder / akuisita
- timbul setelah terpapar suatu penyakit / zat
- infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
- terpapar kronis oleh toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
tetrahydropyridine (MPTP), Mn (mangan), CO (karbon monoksida), sianida
dan lain-lain
- efek samping obat penghambat reseptor dopamine (sebagian besar obat anti
psikotik) dan obat yang menurunkan cadangan dopamine (reserpin)
- pasca strok (vaskular)
- lain-lain : hipotiroid, hipoparatiroid, tumor / trauma otak, hidrosefalus
bertekanan normal
a. primer
penyakit parkinson idiopatik
parkinsonism-plus sindrom
- supranuklear palsy progresiva
- sindroma-shy drager
- degenerasi striatonigral
b. metabolik sekunder
penyakit wilsons
degenerasi hepatoserebral nonwilsonian kronik
sidroma hallervorden-spatz
sindrom fahrs
c. infeksi
postencepalitis
paraencepalitis
d. toksik
ireversibel
- karbon monoksida/ karbon/ keracunan disilfda (anoksik)
- mangan
reversibel
- reserpine
e. pseudoparkinsonism
arteriosklerosis
normal pressure hydrocephalus
lesi massa (tumor, subdural hematoma)
sindroma tremor
o PATOGENESIS
Substansia nigra (black substance), adalah suatu regio kecil di otak yang
terletak sedikit di atas medula spinalis. Bagian ini menjadi pusat kontrol / koordinasi
dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut
dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh pergerakan otot dan
keseimbangan badan yang dilakukan oleh sistem saraf pusat. Dopamin diperlukan
untuk komunikasi elektrokikia antara sel-sel neuron di otak teruatam dalam
mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran
komunikasi (bicara). Pada penyakit parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami
degenerasi, sehingga prosuksi dopamin menurun, akibatnya semua fungsi neuron di
SSP menurun dan menghasilkan kelambanan gerak (bradikinesia), kelambanan bicara
dan berpikir (bradifrenia), tremor, dan kekakuan (rigiditas)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed.4. EGC
a. Kelainan Metabolisme
b. Eksitotoksisitas
c. Stres Oksidatif
d. Faktor Genetik
e. Alpha-synucleinprotein yg dtemukan dlm jml besar di jung akson prasinaps pd
otak sehat, terutama di traktus dan bulbusolfaktorius di hypothalamus dan SN
f. Kegagalan UPS (Ubiquitin Proteasome System)
g. Raksi radang (inflamasi)
Terjadi karena penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron disubstansia nigra pars
compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinoflik (Lewy
bodies) dengan penyebab multifaktorial.
Substansia nigra suatu region kecil diotak yang terletak sedikit diatas medulla spinalis
yang menjadi pusat control / koordinasi dari seluruh pergerakan yang akan menghasilkan
neurotransmitter yang disebut dopamine (untuk mengatur seluruh pergerakan otot dan
keseimbangan badan yang dilakukan oleh system saraf pusat) dopamine diperlukan untuk
komunikasi elektrokimia antara sel2 neuron diotak terutama dalam mengatur pergerakan,
keseimbangandan reflek postural serta klelancaran komunikasi / bicara
Yang mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah stress oksidatif menyebabkan
terbentuknya formasi oksiradikal menumpuk tidak dapat didegradasi oleh ubiquitin-
proteasomal pathway sehingga sel2 SNc mati
a. efek lain dr stress oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dgn NO yang
menghasilkan peroxynitric radical
b. kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi ATP dan akumulasi
elektron2 yang memperburuk stress oksidatif, akirnya menghasilkan peningkatan
apoptosis dan kematian sel
c. perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra , memproduksi sitokin yang memicu
apoptosis sel2 SNc
o PATOFISIOLOGI
Korpus striatum selain menerima persarafan dopaminergik yang datang dari substansia nigra, juga
dipersaraf oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin ( AKA ) sebagai neurotransmiternya, pengaruh dari
striatum terhadap fungsi motorik korteks ditentukan oleh kegiatan kedua saraf tersebut.
Bila mana kegiatan dopaminergik meningkat dan atau kegiatan kolinergik menurun maka pengaruh
dopaminergik akan dominan shg timbullah gejala hiperkinesia, sebaliknya jika kegiatan dopaminergik
menurun dan atau kolinergik meningkat maka pengaruh kolinergik akan dominan shg timbullah
gejala hipokinesia ( sindroma parkinson )
Baik jalur langsung maupun tidak langsung keduanya akan bermuara ke GPi / SNr dan salanjutnya
dari sini akan mengeluarkan output menuju talamus dan korteks, bila masukan dari keduanya
seimbang maka outputnyapun akan seimbang pula sehingga tidak timbul kelainan gerakan motorik.
Akan tetapi manakala terjadi hiperaktif jalur langsung atau hipoaktif jalur tak langsung maka output
dari GPi dan SNr ke arah talamo korteks akan menurun maka akan terjadi gerakan hiperkinesia.
Sebaliknya jika terjadi hipoaktifitas jalur langsung dan hiperaktifitas jalur tak langsung maka
keluaran dari Gpi dan SNr akan meningkat maka terjadi gerakan hipokinesia / sindroma parkinson.
o MANIFESTASI KLINIS
Umum
Khusus
1. Tremor :
• Laten
• Tremor saat istirahat
• Tremor yang bertahan saat istirahat
• Tremor saat gerak disamping adanya tremor istirahat
2. Rigiditas
3. Akinesia/Bradikinesia
• Kedipan mata berkurang
• Wajah seperti topeng
• Hipofonia (suara kecil)
• Liur menetes
• Akathisia/Takhikinesia (gerakan cepat yang tak terkontrol)
• Mikrografa: tulisan semakin mengecil
• Cara berjalan : langkah kecil-kecil
• Kegelisahan motorik (sulit duduk atau berdiri)
4. Hilangnya reflek postural (lost of postural reflexes) Gambaran motorik lain
• Distonia
• Distonia pagi hari biasa pada ibu jari
• Hemidistonia
• Rasa kaku
• Sulit memulai gerak
• Rasa kaku saat berjalan dan berputar mengikuti garis
• Rasa kaku pada berbagai kegiatan lain (bicara: palilalia) dan menulis
• Suara monoton
• Oculogyric crises spasme berupa elevasi mata, atau kombinasi elevasi mata
dan kepala
o DIAGNOSIS
Ditandai oleh bradikinesia yang timbul lambat, tonus otot otot yang
meningkat dan tremor istirahat yang bersifat asimetris, kasar (3-7siklus perdetik) dan
menghilang bila otot berelaksasi total. Perlambatan gerakan volunteer ditemukan
terutama pada awal gerakan berjalan, memutar badan dan mikrografa. Ekspresi
facial menurun, bicara monoton, volume bicara kecil, dan kedipan mata berkurang.
Postur tubuh kaku, pasien berjalan lambat dengan langkah kecil-kecil, dengan
ayunan lengan berkurangdan keseimbangan postural menurun.
Stadium Klinis
Tremor
Rigiditas
Bradikinesia, atau 3 dari 4 tanda motorik :
- tremor
- rigiditas
- bradikinesia
- ketidakstabilan postural
Possible :
Probable
Definite
Terapi Pembedahan
a. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk dalam kategori ini adalah Thalamotomy dan Pallidotomy.
Pada prosedur ini dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan
menggunakan kauterisasi. Tidak ada instrument apapun yang dipasang di
otak setelah penghancuran tersebut.
Terapi Rehabilitasi
Latihan fsioterapi yang dilakukan meliputi latihan gelang bahu
dengan tongkat, latihan ekstensi truncus, latihan Frenkle untuk berjalan dengan
menapakkan kaki pada tanda tanda di lantai, latihan isometric untuk otot
kuadrisep femoris, dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki
tangga dan bangkit dari kursi.
CHOREA ATHETOSIS
1. Defnisi
2. Etiologi
3. epidemiologi
4. klasifkasi
5. Patogenesis
6. Patofsiologi
7. Manifestasi klinis
8. Penegakan diagnosis
9. komplikasi
10. penatalaksanaan
STEP 4