Jurnal Riswan
Jurnal Riswan
ABSTRAK
Jembatan Bintang Pepara, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, merupakan jembatan
yang menghubungkan daerah Ketol. Direncanakan jembatan dengan panjang 20 meter,dan
lebar lantai jembatan 6 meter, yang terdiri dari lebar lantai jembatan 5 meter, dan lebar
trotoar 2 x 0,5 meter dengan beban 50% dari loading sistem bina marga, dengan
menggunakan material beton bertulang. Jembatan ini direncanakan memiliki empat buah
gelagar. Tujuan perencanaan adalah untuk meninjau pembebanan penampang balok gelagar
persegi tepi dan balok gelagar persegi tengah dengan menggunakan metode pembebanan
untuk jembatan SNI 17 – 1725 -2016. Perencanaan balok gelagar persegi direncanakan
dengan dimensi tinggi 1,3 meter, lebar 0,65 meter, dan lebar sayap 1,6 meter dan
pendukung lainnya, pembebanan yang didapat dibalok persegi tepi Mu = 1177,8 kNm, Vu =
61,62 kN. Sedangkan pembebanan yang di dapat pada balok gelagar persegi tengah Mu =
3484,651 kNm, Vu = 639,1 kN. jumlah tulangan tarik pada gelagar persegi dengan
menggunakan pembebanan yang terbesar yaitu beban pada gelagar tengah adalah 13 D32,
perencanaan sengkang diperoleh 2 D10-248 mm dan tulangan susut 4 D16. Diagrafma
dengan ukuran tinggi 0,80 m, dan lebar 0,30 m, pada perencanaan ini mutu beton yang
digunakan untuk balok girder fc’ =29,05 MPa dan mutu baja tulangan yang digunakan fy =
390 MPa, lendutan yang di terima δ = 0,045 m pada kombinasi ekstrim I, sedangkan
lendutan maksimum yang diizinkan adalah δizin = 0,083 m, lendutan ini berdasarkan beban
pada balok gelagar tengah.
Kata Kunci : Pembebanan untuk jembatan SNI – 1725 – 2016, Jembatan, beton
bertulang, gelagar persegi
I. PENDAHULUAN
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian
jalan yang terputus oleh adanya rintangan – rintangan seperti lembah, sungai dan irigasi.
Jembatan dibangun untuk mempermudah lalu lintas pejalan kaki dan pemandu kendaraan
diatasnya.
Jembatan Bintang Pepara awalnya hanyalah jembatan sementara yang belum memenuhi
kelayakan sebuah jembatan secara sempurna. Jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan
jalan antara Kecamatan Ketol dan sekitarnya. Pembangunan jembatan ini selain membantu
masyarakat setempat untuk mengakses jalur transportasi juga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat seperti mengangkut hasil pertanian. Demi mendapatkan
jembatan yang aman dan juga ekonomis diperlukan adanya perhitungan-perhitungan lebih
lanjut mengenai jembatan tersebut. Panjang bentang keseluruhan jembatan adalah 20 meter
dan lebar keseluruhan jembatan 6 meter, jembatan ini dapat diklasifikasikan ke dalam
jembatan kelas C.
Manfaat dari peneliian ini adalah Mendapatkan dimensi penampang yang efektif dari
hasil perencanaan yang diperoleh dan Mengembangkan ilmu yang telah didapat dalam
bentuk suatu perencanaan konstruksi jembatan serta mengetahui cara mengaplikasikan
berbagai ilmu dibidang Teknik Sipil yang telah diperoleh selama ini dengan melaksanakan
proses dan mengetahui kapasitas beban yang bekerja pada jembatan yang direncanakan.
Beban lajur (D) terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan beban garis
(BGT) seperti terlihat dalam Gambar 2.4. Adapun faktor beban yang digunakan untuk beban
lajur (D) seperti pada Tabel 2.4
b1
p kN/m
5.5 m
100 %
50 %
12
10
8
q (kPa)
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
L (m)
Gambar 2.4 : Faktor Beban Dinamis Untuk beban (T) untuk Pembebanan Lajur (D)
7. Gaya Rem
Menurut SNI 1725 - 2016 Standar Pembebanan Jembatan, bekerjanya gaya-gaya di arah
memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu
lintas pada Tabel 2.5 halaman 10, pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem
sebesar 5% dan 25 % dari beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas,
tanpa dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut
dianggap bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan dengan titk tangkap setinggi 1,8 m
di atas permukaan lantai kendaraan. Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang
bentang melebihi 30 m, digunakan persamaan 2.1, yaitu : q = 9 kPa. Faktor beban akibat gaya
rem dapat diperlihatkan pada Tabel 2.6.
Pembebanan lalu lintas 70% dan faktor pembesaran diatas 100% BTG dan BTR tidak berlaku
untuk gaya rem. Gaya rem per lajur 2,75 meter dapat diperlihatkan pada Gambar 2.5 berikut
ini:
500
400
Gaya Rem (kN)
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250
Bentang (m)
8. Aksi lingkungan
1. Temperatur Merata (EUn)
Deformasi akibat perubahan temperatur yang merata dapat dihitung dengan
menggunakan prosedur seperti yang dijelaskan pada pasal ini. Prosedur ini dapat
digunakan untuk perencanaan jembatan yang menggunakan gelagar terbuat dari beton
atau baja. Rentang temperatur harus seperti yang ditentukan dalam Tabel 2.7
2. Bebaan angin
a. Tekanan angin Horizontal
Tekanan angin yang ditentukan pada pasal ini diasumsikan disebabkan oleh angin
rencana dengan kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Untuk jembatan
atau bagian jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10000 mm diatas
permukaan tanah atau permukaan air, kecepatan angin rencana,
gaya total beban angin tidak boleh diambil dari 4,4 kN/mm2 pada bidang tekan 2,2
kN/mm2pada bidang hisap pada struktur rangka dan pelengkung, serat kurang dari 4,4
kN/mm2 pada balok gelagar.
Tabel 2.9 : Tekanan angin dasar (PB) untuk berbagai sudut serang
Sudut Rangka, kolom, dan
Gelagar
serang Pelengkung
Beban Beban Beban Beban
Derajat lateral longitudinal lateral longitudinal
MPa Mpa MPa MPa
0 0,0036 0,0 0,0024 0.0
15 0,00034 0,0006 0,0021 0,0003
30 0,0031 0,003 0,0020 0,0006
45 0,0023 0,0020 0,0016 0,0008
50 .0,0011 0,0024 0,0008 0,0009
Sumber : SNI 1725 – 2016
d. Beban Gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh namun
dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan akibat
gempa. Penggantian secara parsial atau lengkap pada struktur diperlukan untuk beberapa
kasus. Kinerja yang lebih tinggi seperti kinerja operasional dapat ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian
antara koefisien respons elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian
dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd) dengan formulasi sebagai berikut :
CSM
EQ = x Wt .......................................................................................(2.3)
Rd
Keterangan :
EQ = Gaya gempa Horizontal (kN)
CSM = Koefesien Respons Gempa elastis
Rd = Faktor Modifikasi Respons
Wt = berat total (kN)
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan
spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa rencana.
Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan dengan
suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah sampai kedalaman 30 m di
bawah struktur jembatan.
Tabel 2 .12 : Faktor modifukasi respon (RD) untuk kolom dan bangunan bawah
Kolom ataub pilar Penghubung (connection) bangunan atas pada,
Kolom, pilar,
Pilar tipe 2 (sumbu kuat) Kepala Sambungan
atau tiang
dinding (a) 3 (sumbu lemah) jembatan (b) dilatasi
(c)
Kolom tunggal 3 – 4
Kolom majemuk 5 – 6 0,8 1.0 0,6
Pile cap beton 2 – 3
Catatan :Untuk Jembatan Tunggal digunakan faktor Rd =2,5, untuk hubungan pada
kepala jembatan
3. Penulangan gelagar
Tulangan lentur
Rasio penulangan :
ρ min = 0.003
ρ perlu = 0,00538
ρmax = 0,024
As = ρ perlu x beff x d
As = 10026,61 mm2
Direncanakan tulangan D32 mm (As pakai = 11259,47 mm2)
As
n= =
As 1
n =12,47 ≈ 13 batang D32
IV. SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari perencanaan gelagar pada jembatan Bintang Pepara
Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai berikut :
1. Pembebanan yang dapat lebih besar pembebanan pada gelagar persegi tengah dari
pada pembebanan gelagar persegi tepi.
2. Uraian dimensi yang dipakai pada perencanaan gelagar persegi aman dibuktikan
dengan kapasitas Momen ultimit Mn lebih besar dari kombinasi momen ultimit Mu
sehingga dimensi yang digunakan sanggup menerima beban yang bekerja pada
gelagar.
3. Pada perencanaan gelagar persegi di peroleh Momen nominal Ø Mn = 4355,813 kNm.
Sedangkan pada perencanaan gelagar persegi tersebut aman dari pengaruh lendutan,
karena lendutan yang terjadi lebih kecil dari lendutan maksimum yang diizinkan δmaks
= 0,083 m, sedangkan lendutan yang terjadi dari kombinasi exstrim I adalah δ =
0,045 m.
4. Tulangan pokok yang didapat dari perencanaan untuk gelagar persegi adalah D32
dengan tulangan tarik pada girder persgi sebanyak 13 D32. Luas tulangan yang
digunakan pada perencanaan gelagar persegi yaitu As pakai = 11259,47 mm2.
5. Jembatan yang direncanakan mampu menahan beban lalu lintas yang bekerja pada
jembatan, serta memenuhi persyaratan keamanan
DAFTAR PUSTAKA
Badan standardisasi nasional.2016. Pembebanan untuk jembatan. SNI – 1725 – 2016. ICS
93.040
Badan standardisasi nasional, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan.SNI
-2833 – 2008. ICS 91. 120. 25
Bambang S, dan Mountohar A.s. 2000 jembatan. Yogyakarta : Beta Offset.
Badan standardisasi nasional, Baja tulangan. SNI 205 – 2014. ICS 77.140.15
Kementrian pekerjaan umum, Juli 2010. Peta Hazard gempa Indonesia 2010, sebagai acuan
dasar perencanan dan perancangan Infrastruktur tahan gempa,Jakarta.
McCornac, J.c, 2000. Desain beton bertulang. Jakarta , P.T Erlangga.
Van Der Ven dan Struyk, 1998 Pengertian jembatan.
W.C.Vis dan Kusuma, G.h, Dasar – dasar perencanaan beton bertulang berdasarkan SKSNI T-
15- 1991-03 seri 1. Jakarta, P.T Penerbit Erlangga.