PENDAHULUAN
Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok semua orang
atau kelompok dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-
masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai kepentingannya
masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga ditandai dengan perbedaan yang ada
mengenai segala macam sifat dalam anggota organisasi baik perilaku maupun budaya
organisa yang berbeda-beda .
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih.Perilaku keorganisasian adalah suatu konsep perbuatan atau kebudayaan
yang dilakukan dalam setiap organisasi apapun itu, mengerjakan suatu tugas pekerjaan
dengan dua orang atau lebih yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama
yang diinginkan dalam suatu organisasi, yang terdiri dari individu-individu , kelompo, dan
didukung oleh system yang baik.Dengan berorganisasi dapat mengukur perilaku individu
yang dimilikinya maupun dilingkunagn organisasi (kelompok), permasalahan. Apakah
seorang individu dapat menempatkan dirinya dilingkungan organisasi yang tentunya banyak
interaksi dengan orang lain??.Hal itu merupakan tantangan yang harus dihadapi dilingkungan
organisasi, dengan usaha bagaimana seorang individu dapat berinteraksi dengan baik
terhadap orang lain.
Pengertian Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah
organisasi, Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang bagaimana
sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi
tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut. Menurut Lubis dah
Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang
membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari
kerjasama pada setiap individu. Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencakup
masalah teori-teori organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan
perkembangannya hingga sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi
neoklasik dan teori organisasi modern.
Manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari masyarakat, kelompok
maupun kehidupan bersama komunitasnya. Manusia adalah makhluk yang berfikir dan dapat
berkembang. Setiap manusia memiliki naluri untuk hidup bermasyarakat. Untuk mmemenuhi
berbagai macam kebutuhan tersebut maka manusia harus melakukan kerjasama karena dia
tidak akan mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Di situlah tingkat keterbatasan
manusia yang merupakan cerminan bahwa manusia memerlukan kerjasama dan wadah itu
terdapat dalam organisasi.
Budaya organisasi mengacu pada suatu sistem berbagi arti yang dilakukan oleh para
anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya (Robbins
dan Judge, 2015). Budaya organisasi merupakan nilai yang dipahami bersama sehingga
menjadi acuan bagi setiap anggota organisasi dalam bertindak dan berinteraksi didalam
organisasi. Budaya organisasi yang kondusif akan mendorong karyawan untuk menunjukkan
kinerja yang optimal. Budaya organisasi yang kuat akan berpengaruh pada perilaku anggota
organisasi secara keseluruhan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja individu adalah motivasi. Menurut
Robbins dan Judge (2015), motivasi merupakan proses yang menjelaskan mengenai
kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Individu yang
termotivasi akan bertahan lama dengan tugasnya dan mendorongnya untuk melakukan yang
terbaik untuk menyelesasikan tugasnya. Motivasi merupakan kerelaan atau kesediaan
seseorang dalam mengeluarkan usaha yang maksimal bagi tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya tersebut dalam memenuhi beberapa kebutuhan
individual.
Semakin termotivasi seseorang dalam bekerja, maka pada umumnya mereka akan
dengan sukarela melakukan pekerjaan mereka serta terdorong untuk melakukan upaya lebih
untuk mencapai tujuan organisasi. Penting bagi perusahaan untuk membangun rasa sukarela
karyawan untuk melakukan tugasnya. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk menciptakan
kondisi yang membuat karyawan merasa termotivasi dalam bekerja. Motivasi dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat dalam individu maupun faktor-faktor yang
mengelilingi pekerjaan itu sendiri.
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep mata
kuliah Manajemen dan Organisasi dan secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi
:
1. Penulis, Sebagai wahana meningkatkan pengetahuan dan konsep keilmuan.
2. Pembaca, Sebagai media informasi mata kulaih Manajemen dan Organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
organisasi sebagai unit sosial yang terkoordinasi dan terstruktur, dalam bentuk apa
pun, terdiri dari individu- individu yang memasuki atau bergabung dengan organisasi untuk
mencapai berbagai macam tujuan. Sebaliknya,organisasi merekrut individu-individu sebagai
salah satu sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Selanjutnya,
individu-individu tersebut ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam suatu
kelompok kerja sehingga organisasi terdiri dari beberapa kelompok dengan tujuan-tujuan
khusus. Kemudian, keseluruhannya membentuk suatu organisasi yang mempunyai tujuan
tertentu.
Arti penting mengelola perilaku dalam organisasi adalah jelas sebab suatu organisasi,
baik itu organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, maupun organisasi lain,
pada dasarnya bertujuan untuk memberikan nilai atau manfaat bagi lingkungannya. Yang
dimaksud dengan lingkungan aclalah keseluruhan pihak yang punya kepentingan dengan
organisasi seperti pegawai, konsumen, pemegang saham, pemasok, plan lain-lain. Untuk
dapat memberikan manfaat yang optimal, organisasi sangat dipengaruhi oleh tindakan atau
perilaku anggotanya baik secara individual maupun secara kelompok dalam proses
pengubahan berbagai masukan mcnjadi suatu barang atau jasa yang bermanfaat. Oleh karena
itu, manusia dapat dikatakan sebagai elemen utama dari organisasi dan disebut sebagai
penentu utama dari keberhasilan organisasi.
Kedua definisi di atas mengatakan bahwa perilaku organisasi merupakan tingkah laku
dan studi rnengcnai tingkah laku manusia dalam organisasi yang di dadamnya organisasi
diartikan dengan ‘’organization is a consciously coordinated social entity, wit a relatively
identifiable boundary, t at .fucction on a relatively continuous basis to achieve a conunon
goal or set of' goal’’ yang diartikan dengan sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara
sadar dengan batas-batas yang dapat diidentifikasi yang berfungsi dalam waktu yang relatif
lama untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus.
Perilaku organisasi konsern dengan situasi hubungan manusia, sebab hal ini
eratkaitannya dengan: pekerjaan, absensi, pergantian karyawan, produktivitas, prestasi
seseorang dan manajemen. Perilaku keorganisasian juga meliputi: motivasi, perilaku dan
kekuatan/tenaga kepemimpinan, komunikasi antar personal, struktur kelompok dan proses,
konflik, desain pekerjaan, dan stres. Dari keterangan tersebut diatas dapat diilustrasikan
statemen yang berkaitan dengan manfaat perilaku keorganisasian sebagai berikut :Tingkat
kegembiraan/keserasian karyawan menjadikan karyawan tersebut menjadi produktif.Semua
individu karyawan produktif, bila pimpinan bersahabat, menaruh kepercayaan dan
mengadakan pendekatan.
Dalam bahasa inggris istilah untuk kepribadian adalah personality. Istilah ini berasal
dari sebuah kata lain persona yang berarti topeng perlengkapan yang selalu dipakai dalam
pentas drama Yunani kuno. Istilah ini kemudian dipakai oleh orang-orang Roma dan
mengartikannya sebagai seorang yang nampak di hadapan orang lain. Hal ini mengandung
arti bahwa kepribadian bukanlah diri orang yang terlihat sesugguhnya. Atau setiap orang
“bertopeng” dalam berinteraksi dengan orang lain.
Tipe-tipe kepribadian ini dilakukan oleh Hipocrates pada tahun 460-377 Sebelum Masehi,
Beliau adalah seorang bapak Ilmu Kedokteran pada abad ke IV Sebelum Masehi, yang
mengelompokkan tipe kepribadian manusia berdasarkan cairan-cairan tubuh yang
mempengaruhi temperamen seseorang.
2. Kholeris
3. Melankolis
a) Selalu menepati janji.
b) Setia kepada komitmen.
c) Pantang menyerah.
d) Takut membuat sebuah kesalahan.
4. Phlegmati
a) Tidak mudah marah.
b) Damai.
c) Mudah mendinginkan suasana panas.
d) Cocok untuk tugas penelitian dan keagamaan.
2. Kholeris
a) Sering membuat orang lain sakit hati karena ucapnnya.
b) Orang merasa jadi bawahannya.
c) Mendominasi dalam kelompoknya.
d) Sulit diatur oleh orang lain yang tidak ada hubungan emosionalnya.
3. Melankoli
a) Orang yang penuh denga kebimbangan.
b) Orang yang penuh dengan keragu-raguan.
c) Orang yang penuh dengan prasangka negative.
d) Fokusnya pada kesulitan bukan mencari solusinya.
e) Kurang dapat melihat kesenangan orang lain.
f) Kurang percaya dengan orang lain.
g)
4. Phlegmatis
a) Bekerjanya lambat.
b) Cenderung mudah mengantuk.
c) Mudah bosan.
d) Terlihat seperti seorang pemalas.
Pendekatan tipologi yang saat ini banyak dipergunakan dan sangat sederhana adalah tipologi
kepribadian manusia Introvert dan Ekstrovert yang mula-mula dikembangkan oleh Carl
Gustav Jung (1875-1961), mengatakan bahwa kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua
kecenderungan ekstrim berdasarkan reaksi individu terhadap pengalaman dalam hidupnya,
yaitu :
a. Kepribadian Introvert
Seseorang yang menarik diri dan tenggelam dalam pengalaman-pengalaman batinnya
sendiri. Orang yang mempunyai kecenderungan ini biasanya terlihat tertutup, tidak terlalu
memperhatikan orang lain, dan agak pendiam.
b. Kepribadian Ekstrovert
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah
mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka. Evaluasi inti
diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga
diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu
menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
2. Machiavellianisme
3. Narsisisme
4. Pemantauan diri
5. Kepribadian tipe A
6. Kepribadian proaktif
Perilaku organisasi, sebagaim ana terJihat dari perilaku anggota-anggota nya, bukanlah
merupakan perilaku yang acak melainkan perilaku yang dipengaruhi olch berbagai macam
faktor atau kekuatan, dorongan- dorongan tertentu, atau perilaku yang berorientasi pada suatu
tujuan. Sscorang bekerja dengan sangat rajin memiliki maksud tertentu, misal nya ingin
mendapatkan penghargaan dari organisasi, dan sebaliknya sese orang menunjukkan perilaku
rnalas mernpunyai maksud untuk men dapatkan perhatian dari atasan atau rekan sekerja.
Faktor-faktor yang dapat rnemengaruhi perilaku daJam organisasi adalah keseluruhan
faktor atau kekuatan yang melekat pada individu, kelompok, dan organisasi sebagaimana
tersirat dalam definisi di atas. Faktor-faktor individu dapat berupa persepsi, motif, nilai,
kemampuan, kepribadian, dan lain-lain yang senantiasa meJekat pada scseorang. Sedangkan,
faktor-faktor kelompok berupa rekan sekerja, norma kelom pok, struktur kelornpok,
kepemimpinan kelompok, pola komunikasi dalam kelompok dan lain-lainya. Organisasi
berupa struktur, aturan-aturan organisasi, berbagai sistem yang diciptakan dalam organisasi
tersebut.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, terdapat tiga unit analisis dalam perilaku
organsasi, yaitu perilaku individu,perilaku kelompok, dan perilaku organisasi. Ketiga unit
analisis tersebut dalam pembahsannya tentu saja dapat dipisahkan dalam hal, misalnya, apa
saja yang mempengaruhi perilaku(produktivitas) individual dilihat dari faktor individual,
produktivitas kelompok dilihat dari faktor dari kelompok, dan organisasi dilihat dari faktor
organisasional.
1. Untuk melindungi keadaan yang dipandang sudah baik dan sedang dinikmati (prevailing
advantage).
2. Untuk melindungi kualitas yang sudah ada (protection of quality), dalam hal ini
dikhawatirkan perubahan didalam organisasi akan menimbulkan gangguan terhadap
kualitas produk yang sudah dicapai.
3. Kekhawatiran akan biaya perubahan (psyhic of change). Dalam hal ini perubahan
organisasi terhambat oleh pertimbangan manfaat perubahan dibandingkan dengan biaya
yang harus digunakan.
4. Ketidakmampuan untuk berubah menurut pendapat Herbert Kaufmant (1985:15) adalah
karena beberapa alasan antara lain :
1) Pembuatan mental (mental Blinders)
Pembuatan mental didalam organisasi antara lain melalui prilaku secara terprogram
melalui metode yang sama dengan pengarahan, instruksi atau indoktrinasi sehingga tertanam
pada semua anggota organisasi. Pengisian posisi didalam organisasi didasarkan pada
pemilihan tidak hanya atas keahlian.
2) Hambatan Sistem (systemic Obstacles)
Hambatan system merupakan hambatan internal dalam diri orang-orang dalam
organisasi yang membentuk Karena pengendalian dari luar diri orang-orang tersebut, yaitu
dari system organisasi. Hambatan-hambatan tersebut meliputi :
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga,
organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain
dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat
anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan
keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi
bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu
yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu
harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar
dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Sejumlah peneliti telah melakukan kajian seputar konsep budaya organisasi. Walter R.
Freytag mendefinikan budaya organisasi sebagai :
“ ... a distint and shared set of conscious and unconscious assumptions and values that binds
organizational members together and prescribes appropriate patters of behavior.”
Freytag menitikberatkan pada asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang disadari atau tidak
disadari yang mampu mengikat kepaduan suatu organisasi. Asumsi dan nilai tersebut
menentukan pola perilaku para anggota di dalam organisasi.
Peneliti lain seperti Larissa A. Grunig, et.al., mendefinisikan budaya organisasi sebagai :
“ ... the sum total of shared values, symbols, meaning, beliefs, assumption, and expectations
that organize and integrate a group of people who work together.”
Definisi Grunig et.al. ini mirip dengan yang telah disampaikan Freytag sebelumnya,
yaitu bahwa budaya organisasi adalah totalitas nilai, simbol, makna, asumsi, dan harapan
yang mampu mengorganisasikan suatu kelompok orang yang bekerja secara bersama-sama.
Definisi lain, dan ini merupakan definisi dari seorang perintis teori budaya organisasi,
diajukan oleh Edgar H. Schein. Schein menyatakan budaya organisasi sebagai :
“.... a pattern of shared basic assumption that was learned by a group as it solved its
problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be
considered valid and, therefore, to be taught to new member as the correct way to perceive,
think, and feel in relation to those problem.”
Definisi yang lebih rinci mengenai budaya organisasi diberikan oleh Matt Alvesson, bahwa
saat bicara mengenai budaya organisasi, maka
“ ... seems to mean talking about the importance for people of symbolism – of rituals, myths,
stories and legends – and about the interpretation of events, ideas, and experiences tha are
influenced and shaped by the groups within they live. I will also, however, take
organizational culture to include values and assumptions about social reality ...” .
Hingga titik ini, definisi dari budaya organisasi telah cukup jelas, dalam mana
keseluruhannya rata-rata menekankan pada konsep “nilai, norma, asumsi, yang berlaku di
dalam suatu organisasi yang mengatur perilaku individu dalam berpikir ataupun merasa di
dalam organisasi dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan eksternal maupun
membangun integrasi internal, dalam mana nilai, norma, dan asumsi tersebut akan
disosialisasi dan diinternalisasi kepada anggota-anggota baru organisasi.”
Dari definisi rangkuman ini, tampak jelas bahwa konsep budaya organisasi bukanlah
sesuatu yang secara mudah dapat diukur akibat ia banyak melibatkan serangkaian
variabel laten seperti nilai, norma, dan asumsi. Untuk itu, perlu dilakukan suatu kajian
literatur guna mengkaji sistem pelapisan konsep yang inheren di dalam budaya organisasi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi Menurut Robert (2003: 80) ada
beberapa factor yang mempengaruhi budaya organisasi dalam sebuah perusahaan. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai.
2. Kepercayaan.
3. Perilaku yang dikehendaki.
4. Keadaan yang amat penting.
5. Pedoman menyeleksi atau mengevaluasi kejadian.
6. Perilaku.
Pendapat tidak jauh berbeda seperti yang diungkapkan olehPanuju (2002: 26),
menurutnya ada 5 faktor yang mempengaruhi budaya organisasi dalam sebuah perusahaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Nilai tentang:
a. Waktu
b. Efisiensi
c. Diri
d. Tindakan dan
e. Kerja
2. Kepercayaan tentang:
a. Karyawan
b. Pelanggan
c. Produksi
d. Manajemen
e. Mayarakat dan
f. Laba
a. Efisiensi
b. Kepemimpinanan
c. Motivasi
d. Kinerja
e. Komitmen dan
f. Kepuasan
4. Iklim organisasi
a. Iklim komunikasi tentang:
b. Dukungan
c. Keikutsertaan dalam proses keputusan
d. Kejujuran
e. Percaya diri dan keandalan
f. Terbuka dan tulus
g. Tujuan kinerja yang tinggi
Menurut Priasmoro (2000) terdapat banyak keuntungan bila perusahaan memiliki budaya yang
kuat: (Rachmawati 2004: 122). Seperti hal berikut ini:
1. Budaya perusahaan sangat menentukan etika kerja, caranya, perusahaan memberi hadiah
kepada perusahaan yang tidak pernah terlambat sampai setahun penuh hari kerja. Dari
budaya inilah, muncul sikap dan prilaku disiplin.
2. Budaya perusahaan memberi arah pengembangan bisnis. Adanya pengendalian atau
evaluasi terhadap visi, misi, struktur maka budaya perusahaan mendukung kejelasan
arah pengembangan bisnis.
3. Budaya perusahaan mampu mendukung produktivitas dan kreatifitas.
4. Budaya yang dinamis, kreatif memberi jaminan tumbuh kreatifitas pada semua
level,maka pegawainya, akan bergerak maju dan tidak terjebak aktifitas rutin.
5. Budaya perusahaan mengembangkan kualitas barang dan jasa. Bila ada komitmen dan
system nilai, maka gerak organisasi dalam menekan masalah mutu akan terjaga
dengan baik.
6. Budaya perusahaan memotivasi karyawan mencapai kinerja tinggi. Jika karyawan
memiliki sense of belonging terhadap perusahaan maka tanggung jawab moral akan
terjamin. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan akan menjadi tanggung jawab
bersama.
7. Budaya perusahaan akan terkait erat dalam perkembangan organisasi, yang terkait
erat dengan program, intervensi keorganisasian, struktur organisasi dan pada akhirnya
menyentuh pada perencanaan sumber daya manusia.
Robert Kreitner dan Angelo Knichi dalam bukunya Organizational Behaviour
membagi empat fungsi budaya organisasi menjadi (Tika 2005: 13) yaitu:
Kultur suatu organisasi menurut (Siagian 2004: 249) mempunyai fungsi yaitu:
Dengan demikian fungsi Budaya organisasi adalah sebagai perekat social dalam
mempersatukan anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-
ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para pegawai. Hal tersebut
dapat juga berfungsi sebagai control atas prilaku pegawai.
Luthans (1998:223) mengidentifikasi ada enam karakteristik penting yaitu sebagai berikut
:
Hofstede (1991:143) menyatakan bahwa budaya organisasi secara mendasar memiliki sifat-
sifat berikut:
1. Innovation and risk taking. The degree to which employees are encouraged to be
innovative and take risk.
2. Attention to detail. The degree to which employees are expected to exhibit
precision, analysis, and attention to detail.
3. Outcome orientation. The degree to which management focuses on results or out
comes rather than on the techniques and processes used to achieve the outcomes.
4. People orientation. The degree to which management decisions take into
consideration the effect of outcomes on people within the organization.
5. Team orientation. The degree to which work activities are organized around
teams rather than individuals.
6. Aggressiveness. The degree to which work people are aggressive and competitive
rather than easygoing.
7. Stability. The degree to which organizational activities emphasize maintaining
the status quo in contrast to growth.
2.9 gykgykhj
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2
DAFTAR PUSTAKA
Susanto A. B. (1997). Budaya Perusahaan: Manajemen dan Persaingan Bisnis. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
[2] Hofstede, G., (1991), Cultures and Organizations: Software of The Mind, McGraw-Hill
Book Company, London.
[3] Robbins, Stephen P., (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education
International.
Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. Teori-Teori Kebudayaan. Jakarta: Kanisius. Hal 148
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persad
Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit
Alfabeta, 2008