Studi AMDAL dilakukan sebelum pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
dilaksanakan. Kondisi saat ini di lokasi studi, belum ada kegiatan pembangunan fisik jalan
maupun jembatan. Penyusunan Studi AMDAL Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota
Bontang akan mengacu pada Detail Engineering Design yang sudah dibuat pada tahun 2012
dan 2013.
Berdasarkan peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang untuk Wilayah Kota
Bontang yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Bontang No. 11 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang (RTRW) 2012 - 2032, Kecamatan Bontang
Utara diarahkan sebagai pusat kegiatan industri strategis kota, pelabuhan, dan pergudangan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pembangunan jalan untuk mendukung fungsi Kecamatan
Bontang Utara sebagai pelabuhan dan menunjang lalu lintas nelayan. Pembangunan jalan
juga akan membantu meningkatnya perekonomian Kota Bontang sebagai salah satu pusat
kegiatan nasional. Untuk lebih jelasnya peta pola ruang disajikan pada Gambar 2.1 dan 2.2.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2. 1
Peta Rencana Struktur Tata Ruang
Kota Bontang Tahun 2012 - 2032
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2. 2
Peta Rencana Pola Ruang
Kota Bontang Tahun 2012 - 2013
Segment I
Titik Awal/ STA 0+000 berada di Jalan Kapal Layar Kelurahan Loktuan dan berujung STA
2+731 di Sungai Tanjung Limau Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara dengan
panjang 2.731 m.
Jenis konstruksi :
Jembatan = 1 Type Komposit, L = 36,0 mtr
Timbunan dan perkerasan jalan
Pile Slab
Segment II
Segmen II dimulai dari STA 2+731 di Jalan H.M Thamrin Kelurahan Bontang Baru dan
berujung STA 5+200 di Jalan Piere Tandean Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang
Utara, dengan panjang 2.469 m.
Jenis konstruksi :
Jembatan = 1 Type Balok T, L = 16,0 mtr
Timbunan dan perkerasan jalan
Pile Slab
Lebar jalan : 1,5 + 10,0 + 1+1,2+1+10,0+1,5 = 26,5 m
Kelas Jalan BMS 100
Segment III
Segmen II dimulai dari STA 5+200 di Jalan Piere Tandean Kelurahan Bontang Kuala dan
berujung STA 7+760 di Jalan Ir.H. Juanda/JL. Sultan Syahrir (Nama Baru) Kelurahan Tanjung
Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, dengan panjang 2.560 m.
Jenis konstruksi :
Jembatan = 1 Type Balok T, L = 16,0 mtr
Timbunan dan perkerasan jalan
Pile Slab
Lebar jalan : 1,5 + 10,0 + 1+1,2+1+10,0+1,5 = 26,5 m
Kelas Jalan BMS 100
Sesuai dengan ijin prinsip pembangunan Jalan Lingkar Kota Bontang yang dikeluarkan oleh
Walikota Bontang dengan lokasi ikat sebagai berikut :
No. Koordinat Lokasi
1 552.636,000 m E 18.355,000 m N Loktuan
2 554.469,000 m E 16.297,000 m N Tanjung Limau
3 556.020,124 m E 14.884,212 m N Kontang Koala
4 555.224,000 m E 12.620,000 m N Tanjung Laut
Sedangkan untuk lokasi rencana Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang disajikan pada Gambar
2.3.
Tabel 2.1
Data Teknis Trase Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
No. Kelurahan STA Panjang (m) Lahan Eksisting Lahan Rencana Segment Panjang (m)
Loktuan 0+000 sd 0+150 150 Jalan Kapal Layar dan Persimpangan Jalan Masuk I
1 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan
2 Loktuan 0+150 sd 0+425 275 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan I
3 Loktuan 0+425 sd 1+250 825 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I 2.731
4 Loktuan 1+250 sd 1+325 75 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
5 Gunung Elai 1+325 sd 2+450 1.125 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
6 Gunung Elai 2+450 sd 2+695 245 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
7 Gunung Elai 2+695 sd 2+731 36 Sungai Tanjung Limau Jembatan Komposit, Bentang 36m I
8 Bontang Baru 2+731 sd 2+865 134 Permukiman Terapung, Pile Slab II
2 Rumah
9 Bontang Baru 2+865 sd 2+875 10 Permukiman 10 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
10 Bontang Baru 2+875 sd 2+886 11 Halaman Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
11 Bontang Baru 2+886 sd 2+896 10 Jl. Raya H.M. Thamrin/ Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. Mulawarman (Nama Baru),
10 Rumah
12 Bontang Baru 2+896 sd 3+025 129 Lahan Kosong Permukiman, Timbunan dan Perkerasan Jalan II
4 Rumah
13 Bontang Baru 3+025 sd 3+031 6 Jalan Oto Iskandar Dinata Persimpangan Jalan Masuk II
14 Bontang Baru 3+031 sd 3+180 149 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan II
15 Bontang Baru 3+180 sd 3+200 20 Rumah Permanen, 2 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
16 Bontang Baru 3+200 sd 3+225 25 Lahan Kosong Permukiman Timbunan dan Perkerasan Jalan II
17 Bontang Baru 3+225 sd 3+230 5 Cross Jalan Pemukiman Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. KH. Dewantara
18 Bontang Baru 3+230 sd 3+280 50 Tanah Kosong Timbunan dan Perkerasan Jalan II
19 Bontang Baru 3+280 sd 3+285 5 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II 2.469
20 Bontang Baru 3+285 sd 3+590 305 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
21 Bontang Baru 3+590 sd 3+600 10 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
22 Bontang Baru 3+600 sd 3+700 100 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
No. Kelurahan STA Panjang (m) Lahan Eksisting Lahan Rencana Segment Panjang (m)
23 Bontang Baru 3+700 sd 3+800 100 Jalan Lingkungan Perumahan Timbunan dan Perkerasan Jalan II
Jl. Beton/Gang
24 Bontang Baru 3+800 sd 3+825 25 2 Rumah Permanen 50% Timbunan dan Perkerasan Jalan II
25 Bontang Kuala 3+825 sd 3+830 5 Jalan Lingkungan Perumahan Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. Cut Nyak Dien
26 Bontang Kuala 3+830 sd 3+850 20 Rumah 30% sedang dibangun Timbunan dan Perkerasan Jalan II
27 Bontang Kuala 3+850 sd 4+655 805 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
28 Bontang Baru 4+655 sd 4+975 320 Tambak Pile Slab II
29 Bontang Baru 4+975 sd 4+991 16 Sungai Rencana Jembatan B= 16m II
30 Tanjung Laut 4+991 sd 5+100 109 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
31 Tanjung Laut 5+100 sd 5+115 15 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
32 Tanjung Laut 5+115 sd 5+175 60 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
33 Tanjung Laut 5+175 sd 5+200 25 Bangunan Timbunan dan Perkerasan Jalan II
34 Tanjung Laut 5+200 sd 5+212 12 Jalan Piere Tandean/ Persimpangan Jalan Masuk III
Jl. Yos Sudarso ( Nama Baru)
35 Tanjung Laut 5+212 sd 5+234 22 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan III
36 Tanjung Laut 5+234 sd 5+250 16 Sungai Bontang Rencana Jembatan B= 16m III
37 Tanjung Laut Indah 5+250 sd 6+750 1.500 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III
38 Tanjung Laut Indah 6+750 sd 6+786 36 Sungai Siagian Rencana Jembatan 36m III
39 Tanjung Laut Indah 6+786 sd 6+950 164 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III 2.560
40 Tanjung Laut Indah 6+950 sd 6+975 25 2 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan III
41 Tanjung Laut Indah 6+975 sd 7+090 115 3 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan III
42 Tanjung Laut Indah 7+090 sd 7+625 535 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III
43 Tanjung Laut Indah 7+625 sd 7+645 20 Sungai Rencana Jembatan B=20m III
44 Tanjung Laut Indah 7+645 sd 7+760 115 Jalan Ir.H. Juanda/ Persimpangan Jalan Masuk III
JL. Sultan Syahrir (Nama Baru)
Total Panjang 7.760
• Timbunan 4.948
• Pile Slab 2.724
• Total Bentang
Jembatan 88
Gambar 2.3
Peta Lokasi Rencana Jalan
Lingkar Pesisir Kota Bontang
Tambak
Berdasarkan luas tambak yang diprakirakan harus dibebaskan adalah sekitar 6.264 m2
(Sumber : Dokumen Studi Kelayakan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012). Lokasi tambak yang akan
dibebaskan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Permukiman Penduduk
Pada trase Loktuan – Tanjung Limau, beberapa titik persimpangan jalan lingkar dengan jalan
eksisting akan memotong beberapa permukiman atau memotong beberapa rumah penduduk
diantaranya :
Segmen I terutama Jalan Kapal layar
Pada jalan ini terdapat sekitar 22 rumah penduduk yang dibebaskan untuk pelebaran jalan
yang digunakan oleh kendaraan berat/besar yang menuju ke Pelabuhan Loktuan.
Segmen II
Kawasan Tanjung Limau merupakan permukiman yang cukup padat. Sekitar 40 buah rumah
baik yang non permanen maupun yang permanen.
Segmen III
Pada segmen III jumlah rumah yang akan terkena pembebasan lahan sekitar 5 rumah yang
berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah.
Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak perubahan nilai lahan, keresahan masyarakat,
gangguan aktifitas nelayan dan tambak.
Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah dirancang beberapa program
antara lain :
Melakukan sosialisasi atas rencana pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
Melakukan pendekatan/musyawarah kepada pemilik lahan untuk mencapai kesepakatan
harga
Pembayaran ganti rugi lahan segera dilakukan.
Berkoordinasi dengan Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang untuk
menentukan lokasi, jumlah dan jenis penggantian hutan mangrove yang dibebaskan
Sebagian besar tenaga ahli, tenaga terlatih dan operator alat-alat berat akan didatangkan dari
luar proyek, jika tidak tersedia tenaga dari lokasi rencana kegiatan. Sedangkan tenaga kerja
tidak terampil diambil dari penduduk lokal, tetapi apabila tidak mencukupi bisa didatangkan
dari luar. Tenaga kasar tersebut ditampung dalam satu barak kerja yang disediakan oleh
kontraktor pelaksana. Untuk lebih jelasnya spesifikasi tenaga kerja disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jumlah dan Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan untuk Konstruksi
Jumlah Tenaga Asal Tenaga
No. Jenis Pekerjaan Kualifikasi Minimal
Kerja (Org) Kerja
I Pekerjaan Drainase
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 3 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 3 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 9 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 5 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 71
II Pekerjaan Tanah
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 5 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 12 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 10 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 80
III Pekerjaan Perkerasan Berbutir
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 5 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 12 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 10 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 80
IV Pekerjaan Perkerasan Aspal
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 4 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 10 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 8 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 75
V Pekerjaan Struktur
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 4 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 10 Dari Luar Kota
Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah direncanakan beberapa program
diantaranya :
Memasang septic tank portable untuk limbah cair yang dihasilkan oleh pekerja
Menyediakan tempat sampah
Melakukan sosialisasi
Melakukan pemasangan pengumumam penerimaan tenaga kerja
perekrutan tenaga kerja dilakukan secara transparan.
Selain peralatan tersebut, dalam pekerjaan konstruksi juga akan digunakan peralatan
konvensional seperti cangkul, sekop, garpu, linggis dan sebagainya.
Kegiatan mobilisasi akan berpotensi menimbulkan dampak seperti penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air sungai, penurunan kualitas air laut, gangguan
terhadap flora dan fauna, gangguan mangrove, gangguan terhadap biota air, keresahan
masyarakat, gangguan terhadap aktifitas nelayan, gangguan terhadap aktifitas tambak,
gangguan terhadap kesehatan masyarakat, gangguan terhadap transportasi sungai,
gangguan terhadap kualitas jalan, adanya kemacetan lalu lintas dan gangguan terhadap lalu
lintas lokal.
Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah dirancang beberapa program
antara lain :
Melakukan sosialisasi adanya rencana kegiatan pembangunan Jalan Lingkar Pesisisr Kota
Bontang
Pengaturan kecepatan kendaraan tidak melebihi 20 km/jam di daerah permukiman
(terutama pada jam sibuk)
Melakukan penyiraman pada jalan yang dilalui mobilisasi alat dan bahan terutama dekat
pemukiman
Menutup kendaraan pengangkut material dengan terpal atau lembar plastik
Menjaga kondisi mesin kendaraan proyek agar selalu baik
Memasang rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan
Pemeliharaan jalan setiap ada kerusakan pada akses kendaraan
Berkoordinasi dengan kepolisian setempat
Pengaturan ritasi pengangkutan
C. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan terdiri dari pembersihan lahan diantaranya penebangan pohon-pohon
maupun mangrove, semak belukar dan yang lainnya yang ada di lokasi rencana kegiatan.
Kontraktor pelaksana pekerjaan akan membongkar akak-akar dan yang berlubang akan
ditimbun dengan tanah galian. Prakiraan tanah galian sebanyak 110.000 m³ Alat yang
digunakan adalah bulldozer, excavator dan dump truck sebagai alat angkut.
D. Pematangan Lahan
Setelah lahan dibersihkan dilakukan kegiatan penimbunan lahan untuk meratakan ketinggian
sesuai dengan level dari alinyemen yang dibutuhkan. Sebagian tanah untuk pengisian dan
penimbunan diambil dari lahan di dalam lokasi rencana kegiatan yang akan diratakan.
Prakiraan tanah galian sebanyak 11.449 m³ dan tanah timbunan sebanyak 47.581 m³. Alat
yang digunakan adalah bulldozer dan excavator. Setelah pelaksanaan selesai semua, lokasi
rencana kegiatan juga akan dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai,
serta area diratakan dan dirapikan sesuai dengan ketentuan.
sungai alam dengan lebar 15 s/d 20 meter dan untuk hal ini direncanakan dibuat jembatan
Komposit dengan bentang 36 meter.
Pada segmen ini pelaksanaan konstruksi dimulai dari Sta 3+100 dengan mendahulukan sisi
kanan pileslab. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan sisi kiri, dimana supply tiang
pancang bisa dari atas pile slab yang sudah ada juga jika melibatkan ponton pancang tetap
dapat beroperasi dari sisi kiri yang langsung ke arah laut.
Segmen II
Pada segmen II dimulai dari STA 2+731 sampai STA 5+200 dengan panjang 2.469 m.
Secara keseluruhan segmen ini melewati tambak yaitu sepanjang 1.279 m dan 720 m rumah
penduduk yang akan dilakukan timbunan dan perkerasan jalan. Sedangkan pile slab yang
digunakan sepanjang 454 m. Segmen ini akan melewati sungai pada STA 4+975 sampai
STA 4+991 sehingga direncanakan dibuat jembatan komposit dengan bentang 16 meter.
Jarak terdekat dengan batas Taman Nasional Kutai (TNK) sejauh 90 meter.
Segmen III
Pada segmen II dimulai dari STA 5+200 sampai STA 7+760 dengan panjang 2.560 m.
Kegiatan di segmen ini masih didominasi dengan tambak yaitu sepanjang 1.500 m dan 988 m
rumah penduduk maupun jalan yang akan dilakukan timbunan dan perkerasan jalan dan tidak
menggunakan konstruksi pile slab. Segmen ini akan melewati 3 sungai sehingga
direncanakan dibuat jembatan komposit dengan bentang bervariasi antara 16, 20 maupun
36m.
Di lokasi badan jalan, material dihamparkan dengan menggunakan motor grader/ buldoser,
lapis demi lapis hingga mencapai ketebalan maksimal 30 cm. Dalam pemadatan kadar air
tanah dijaga mendekati kadar air optimum. Kemudian dipadatkan dengan vibro roller minimal
10 ton dan passing minimal 8 kali atau sesuai trial pemadatan apabila dilakukan. Test hasil
pemadatan dilakukan pada setiap layer dengan sandcone atau sejenis untuk mengetahui
kepadatan lapangan yang dicapai (minimal 95% untuk lapis bawah).
Pada Tabel 2.5 disajikan parameter perencanaan desain perkerasan jalan yang akan
digunakan.
tiang terjauh. Resiko dari modifikasi ini biasanya hammer pancang dapat bergerak
bebas sehingga tidak tepat pada kepala tiang yang berakibat rusak/patah nya tiang
tersebut.
• Material pancang diangkut ke lokasi pemancangan dengan alat angkut dengan
ponton service.
• Material diangkut secara bertahap sesuai kemampuan alat angkut yang digunakan.
• Pemancangan dimulai dari kedua ujung jalan dan bertemu di bentang tengah.
• Selama pemancangan, untuk menjaga kelurusan tiang pancang wajib dikontrol oleh
surveyor dengan 2 alat ukur.
• Pemancangan di hentikan apabila final set 10 pukulan terakhir telah mencapai 2,5
cm.
– Darat :
Dengan membuat jalan darurat/sementara sepanjang jalur pile slab, menggunakan
konstruksi timbunan tanah, bantalan balok kayu/bantalan kelapa dan pelat baja.
• Dibuatkan jalan darurat sepanjang trase jalan dengan konstruksi timbunan
landasan balok kayu serta kombinasi pelat baja.
• Diesel hammer dan material pancang di mobilisasi lewat timbunan
• Bila melewati alur harus dibuat jembatan darurat.
• Biasanya terkendala pasang surut air laut.
Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2.4
Pemancangan dengan Menggunakan
Ponton
P.3
Gambar 2.5
Typical Timbunan
Gambar 2.6
Typical Pile Slab
Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2.7
Pemasangan Precast Slab
Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2.8
Pengecoran Pile Cap
4. Pemasangan Jembatan
Struktur jembatan ini direncanakan menggunakan balok gelagar dari beton bertulang dengan
bentang 16 meter yang ditumpu oleh abudment tepi. Dalam arah longitudinal, gelagar akan
diperkaku dengan diafragma tiap jarak 2,65 meter yang terbuat dari balok beton bertulang
untuk mendapatkan konfigurasi kekakuan struktur dan kekuatan yang saling terbagi setiap
beban yang diterimanya. Untuk bagian ujungnya berupa perletakan system simple beam
menggunakan bearing pad dari karet elastomer yang didalamnya berupa plat baja yang
ditumpu diatas abudment. Pada tengan abudment juga dibuat konstruksi penahan lateral
untuk menghindari pergeseran perletakan.
Bentang jembatan yang dibangun adalah bentang 16, 20 dan 36. Untuk lebih jelasnya
bentang jembatan disajikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10.
Perencanaan Perletakan
Perencanaan perletakan/bearing pad jembatan akhir akhir ini sering memakai elastomer, yaitu
bahan yang terbuat dari kombinasi antara karet yang didalamnya terdapat pelat baja.
Perencanaan elastometer ini digunakan pada metode rencana keadaan batas kelayanan,
sedangkan rencana keadaan batas ultimate tidak diperkenankan. Bridge Design Code pasal
8.3 mengatur persyaratan mengenai perletakan elastomer, yang mampu memikul translasi
dan rotasi melalui deformasi elastic. Bearing harus harus dipasang minimum 25 mm dari tepi
sesi permukaan tumpuan, untuk mengejutkan mengijinkan pelebaran elastometer dibawah
beton. Bila perletakan mengalami displacement geser/torsi secara bersamaan dalam 2 arah
maka perletakan bulat/circular umumnya lebih sesuai disbanding dengan perletakan
persegi/rectangular. Untuk jembatan komposit dan rangka baja ini memakai perletakan
elastomer persegi.
Gambar 2.9
Rencana Jembatan Beton Type T Bentang 16 m
Gambar 2.10
Rencana Jembatan Komposit Bentang 36 m
Pengaspalan
Tahapan selanjutnya pekerjaan pengaspalan, setelah selesai baik konstruksi jalan di darat
dan di lokasi berair/rawa dengan menggunakan pile slab, selanjutnya dilakukan pengaspalan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menaburkan aspal cair/tackout ke bagian jalan yang sudah kering dengan menggunakan
sprayer disemprotkan.
2. Baru dilakukan penggelaran Aspal Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
Kegiatan mobilisasi akan berpotensi menimbulkan dampak seperti penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, peningkatan getaran, penurunan kualitas air sungai, penurunan
kualitas air laut, gangguan terhadap oceanografi, gangguan terhadap flora dan fauna,
gangguan mangrove, gangguan terhadap biota air, gangguan terhadap aktifitas nelayan,
gangguan terhadap aktifitas tambak, gangguan terhadap transportasi sungai, adanya
kemacetan lalu lintas dan gangguan terhadap lalu lintas.
0.20
1.10
Gambar 2.11
Detail Dinding Pengaman
C. Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan dilaksankan jika ada ruas jalan yang rusak dan akan segera diperbaiki.
Potensi yang menimbulkan dampak adalah adanya peluang kerja dan usaha, peningkatan
pendapatan dan kemacetan lalu lintas.
A. Letak Geografis
Kota Bontang yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, berjarak ± 90 km dari ibukota
provinsi yaitu Kota Samarinda. Secara geografis, Kota Bontang terletak antara 117o26’34,86”
Bujur Timur dan 0o4’7,34” Lintang Utara. Kota Bontang memiliki letak yang cukup strategis
yaitu terletak pada jalan trans Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Selat
Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang
dengan wilayah lain di luar Kota Bontang.
Tabel 2.7 Letak Geografis, Luas Wilayah Daratan serta Lautan Menurut Kecamatan di
Kota Bontang
Letak Geografis Luas Area (Km2)
No Kecamatan
Bujur Timur Lintang Utara Daratan Lautan
1. Bontang Selatan 1770 29’ 17,35” 00 7’ 19,43” 104,40 -
2. Bontang Utara 117 29’ 40,34”
0 00 8’ 17,60” 26,20 -
3. Bontang Barat 117 29’ 34,86”
0 00 7’ 53,25” 17,20 -
Kota Bontang 117 26’ 34,86”
0 00 4’ 7,34” 147,80 349,77
Sumber : Bappeda Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012
B. Morfologi
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit
serta bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1 - 120 meter dpl
dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut
di Kota Bontang (Ha)
Kelas Ketinggian
No Kecamatan
0–7m 8 – 25 m 26 – 100 m 101 – 500 m ≥ 500 m
1. Bontang Selatan 3.832,29 3.207,18 3.458,08 12,94 0
2. Bontang Utara 2.152,45 403,12 130,20 0 0
3. Bontang Barat 62,15 76,44 923,27 1,28 0
Kota Bontang 6.046,89 3.686,74 4.511,55 14,22 0
Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 37
Pelingkupan
Tabel 2.9
Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan di Kota Bontang
Kelas Lereng/kemiringan
No Kecamatan 0 – 2% 3 – 15% 16 – 40% ≥ 41%
1. Bontang Selatan 4.232,29 2.991,92 3.071,02 0
2. Bontang Utara 2.625,45 298,12 43,83 0
3. Bontang Barat 366,10 733,19 563,48 0
Kota Bontang 7.250,84 4.023,23 3.678,33 0
Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Kota Bontang merupakan salah satu kota di Indonesia yang dilalui Garis Khatulistiwa dengan
suhu udara rata-rata tertinggi sebesar 28,60°C pada bulan Oktober, dan terendahnya 26,1°C
pada bulan April. Rata-rata kelembaban udara tertinggi 81,60% pada bulan Juli dan
terendahnya 67,85% pada bulan April. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Setiap Bulan di Kota Bontang, Tahun 2011
Suhu Udara (oC) Rata-rata
Bulan Kelembaban
Min Maks Rata-rata
( % Rh)
Januari 22.80 32,80 27,80 76,20
Februari 21,70 31,70 26,70 71,14
Maret 22,20 31,10 26,65 76,16
April 21,10 31,10 26,10 67,85
Mei 21,70 31,70 26,70 68,63
Juni 22,20 31,70 26,95 77,21
Juli 21,70 31,70 26,70 81,60
Agustus 22,80 31,70 27,25 75,64
September 22,80 32,10 27,45 74,77
Oktober 24,40 32,80 28,60 69,08
November 24,40 30,60 27,50 69,17
Desember 24,40 31,70 28,05 68,17
Rata-rata 22,68 31,73 27,20 72,97
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bontang, dalam
Bontang Dalam Angka, 2012
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 38
Pelingkupan
D. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata selama tahun 2011 adalah 197,7 mm dan 15,5 hari hujan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.11
Banyaknya Curah Hujan, Hari Hujan dan Hari Kering di Kota Bontang, Tahun 2011
Curah Hujan Curah Hujan Jumlah Jumlah
Bulan (mm) Maksimum Hari Hujan Hari Kering
(mm) (hari) (hari)
Januari 283,1 84,8 17,0 14,0
Februari 148,1 28,5 17,0 11,0
Maret 338,9 48,6 22,5 8,5
April 115,3 30,3 16,0 14,0
Mei 234,3 45,9 18,0 13,0
Juni 200,6 64,2 14,0 16,0
Juli 105,5 53,2 10,5 20,5
Agustus 145,0 64,6 10,5 20,5
September 193,4 74,3 15,0 15,0
Oktober 123,4 30,1 13,5 17,5
November 166,3 44,3 11,0 19,0
Desember 317,9 63,5 21,0 10,0
Jumlah 2.371,8 632,3 186,0 179,0
Rata - rata 197,7 52,7 15,5 14,9
Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Tabel 2.12
Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan di Kota Bontang, 2011
Tekanan Udara (InHg) Rata-rata
Bulan Kecepatan Angin
Min Maks Rata-rata
( Mph)
Januari 29,40 30,05 29,73 15,10
Februari 29,42 30,00 29,71 19,20
Maret 29,43 30,06 29,75 14,82
April 29,42 30,07 29,75 14,40
Mei 29,51 30,06 29,79 13,50
Juni 29,44 29,62 29,53 17,50
Juli 29,44 29,62 29,53 13,50
Agustus 29,04 29,62 29,33 17,50
September 29,47 29,96 29,72 13,50
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 39
Pelingkupan
F. Kualitas Udara
Berdasarkan laporan studi kelayakan pembangunan jalan lingkar pesisir Kota Bontang, lokasi
di sekitar rencana proyek memiliki kepadatan lalu lintas yang relatif rendah sehingga tidak
menimbulkan kebisingan dan polusi udara yang berlebihan yang mengganggu masyarakat
yang tinggal di tepi-tepi jalan.
G. Kualitas Tanah
Tanah-tanah yang menjadi akses ke lokasi proyek didominasi oleh jenis pasir, sedangkan
tanah yang akan dilalui proyek sebagian merupakan hutan mangrove yang dibawahnya
didominasi oleh jenis tanah regosol, alluvial dan litosol. Tanah di bawah hutan mangrove
memiliki kekhasan secara alami. Tanah mangrove, seperti juga tanah pada ekosistem lainnya
dapat dijadikan sebagai patokan untuk melihat potensi dan produktivitasnya. Tanah-tanah di
sempadan pantai dekat rencana kegiatan sebagian besar mengalami longsor akibat intrusi air
laut. Untuk mengatasi intrusi air laut di beberapa tempat telah diberi turap beton.
H. Kondisi Oseanografi
Perairan pantai timur Pulau Kalimantan banyak memiliki karakter dan morfologi yang unik
seperti misalnya Teluk Balikpapan, Delta Mahakam termasuk perairan pantai Bontang. Sejak
tumbuhnya industri pupuk dan lainnya di Bontang banyak kegiatan yang terkait dengan
bidang transportasi laut dan fasilitas dermaga dibangun untuk bongkar muat material dan
barang. Untuk kelancaran kegiatan tersebut dan keselamatan pelayaran maka pemahaman
tentang kondisi laut (karakteristik oseanografi) daerah perairan pantai Bontang, Kalimantan
Timur sangat penting untuk dipahami.
Tidak hanya informasi tentang alur pelayaran dan keselamatan pelayaran yang dapat
diberikan dari pemahaman kondisi oseanografi, tetapi dapat memberikan informasi yang baik
dalam mengelola perairan pantai tersebut secara berkelanjutan. Contohnya, kebutuhan akan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 40
Pelingkupan
materi urugan untuk mereklamasi daratan dibutuhkan bahan urugan (quary site) dari laut.
Kegiatan penggalian (dredging) ini tentu akan menimbulkan dampak kekeruhan (peningkatan
TSS= Total Suspended Solid). Untuk memahami lebih dalam tentang sebaran luasan dan
besaran dampak tersebut diperlukan informasi dasar tentang pola arus yang dapat diprediksi
dari kedalaman laut, pasang-surut, angin) serta karakteristik material yang akan dikeruk.
Berikut ini akan dideskripsikan kondisi umum dari masing-masing parameter oseanografi yang
terjadi di perairan pantai timur Bontang.
Batimetri
Gambaran kedalaman laut di perairan pantai timur Bontang digambarkan kedalam peta
batimetri (Gambar 2.13). Seperti umumnya kedalaman laut di perairan pantai di perairan
Kalimantan Timur tidak melebihi 20 m. Kedalaman laut di dekat pantai dari pulau-pulau kecil
terlihat kurang dari 5 m. Kedalaman laut di tengah-tengah alur pelayaran dengan kunjungan
kapal-kapal tanker yang besar terlihat memiliki kedalaman lebih dalam dari 20 m.
Kemungkinan pada alur ini telah dilakukan pendalaman atau pengerukan alur. Pendalaman
juga terlihat dilakukan di sekitar dermaga sandar.Kedalaman laut di perairan laut lepas di sisi
barat Selat Makasar terlihat memiliki kedalaman diatas 30 m.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 41
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 42
Pelingkupan
Besarnya nilai frekuensi air pasang dan surut dalam satu hari bisa digunakan untuk
menentukan tipe pasang surut di suatu lokasi perairan. Jika di suatu lokasi perairan
mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari, maka tipe pasang surut di
perairan tersebut dikatakan bertipe pasang surut tunggal (diurnal tide). Apabila dalam satu
hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, maka dikatakan bertipe pasang surut ganda
(semi diurnal tide). Tipe pasang surut yang lainnya merupakan peralihan dari dua tipe pasang
surut yang disebutkan diatas, sehingga dikenal dengan pasang surut tipe campuran (mixed
tide).
Metode kuantitatif lainnya yang sering digunakan untuk menentukan tipe pasang surut di
suatu perairan adalah rasio dari penjumlahan komponen pasut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan (O1) dengan komponen pasut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari (K1) dan penjumlahan dari komponen pasut
ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan (M2) dan unsur pasut ganda utama yang
disebabkan oleh gaya tarik matahari (S2). Nilai rasio ini dikenal dengan bilangan Formzahl
(F). Bila kisaran nilai F berada pada 0,00-0,25, maka daerah yang berada pada kisaran ini
bertipe pasut ganda (dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut). Untuk nilai F
berkisar anatara 0,25-1,50, disebut pasut tipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.
Kisaran nilai F pada 1,50-3,00 mempunyai tipe campuran condong kearah tipe tunggal.
Selanjutnya untuk F>3,00, maka pasut bertipe tunggal (artinya dalam satu hari terjadi sekali
pasang dan sekali surut).
Komponen utama pembangkit pasang-surut dari keempat lokasi tersebut ditabulasikan pada
Tabel 2.13. Bila 4 komponen utama tersebut dimasukkan ke dalam formula Formzhal maka
mendapatkan nilai berkisar antara 0,21 sampai dengan 2,49.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 43
Pelingkupan
Untuk mengetahui tipe pasut di empat lokasi dengan menggunakan data komponen pasut
(Tabel 2.13), maka dilakukan perhitungan. Pembagian dari total komponen tunggal (K1+O1)
dengan komponen ganda (M2+S2) menhasilkan bilangan Formzhal (F). Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai F di muara Sungai Barito paling besar bila
dibandingkan dengan lokasi lainnya.Tipe pasut yang terjadi di Barito dan Makassar adalah
tipe pasut campuran condong ke harian tunggal.Tipe pasut harian ganda tercata di
Balikpapan dan tipe pasut campuran condong ke harian ganda terjadi di Toli-toli.
Bontang yang terletak di utara Delta Mahakam memiliki komponen pasut seperti
ditabulasikan pada Tabel 2.14. Bila dihitung nilai Formzhalnya maka nilai F=0,37 yang berarti
tipe pasut di perairan pantai timur Bontang adalah bertipe campuran dominan ganda. Hasil
yang sama juga dapat terbaca dari grafik fluktuasi muka laut yang tersaji pada Gambar 2.14.
Tabel 2.14 Komponen Harmonik Pasut Hasil Analisa Data yang Diukur selama 29 Paitan
di Pelanuhan Sekangat Kota Bontang, Kalimantan timur
Sumber : Data Sekunder, Laporan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut Kota Bontang, 2012
Keterangan:
A : Amplitudo
G : Beda fase
M2 : Komponen utama bulan (pasut ganda)
P1 : Komponen utana bulan harian
S2 : Komponen utama matahari (pasut ganda)
K2 : Komponen luni bulan ganda
N2 : Komponen eliptik besar bulan (pasut ganda)
K1 : Komponen luni bulan harian
M4 : Komponen utama perempat harian
MS4 : Komponen perairan dangkal bulan matahari perempat harian
O1 : Komponen utama matahari harian
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 44
Pelingkupan
Arus
Pergerakan massa air (arus) di suatu perairan diangkitkan oleg berbagai gaya pembangkit
arus seperti angin, pasang surut, perbedaan densitas air dan tekanan hidristatis perairan.
Besarnya pengaruh masing-masing gaya tadi terhadap kekuatan dan arus aliran arus yang
ditimbulkannya bergantung kepada tipe perairannya (pantai, teluk atau laut lepas) dan
keadaan geografisnya.
Secara skematik pola arus permukaan di Selat Makasar dan sekitarnya berdasarkan musim
digambarkan paga Gambar 2.15. Hampir sepanjang tahun arus permukaan di perairan Selat
Makasar bergerak dari Laut Sulawesi ke arah Laut Jawa dan Laut Flores, fenomeda
disebabkan oleh adanya perbedaan gradien tekanan air laut yang dibangkitkan oleh
perbedaan tinggi muka laut di sisi Samudera Pasifik dan tinggi muka laut yang berada pada
sisi Samudera Hindia. Wytkti (1961) melaporkan bahwa tinggi muka laut di sisi Samudera
Pasifik (Davao) selalu lebih tinggi dari muka laut di Samudera Hindia (Darwin)
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 45
Pelingkupan
Gambar 2.15 Pola arus permukaan secara musiman di perairan Selat Makassar
(Puncak Musim Barat diwakili bulan Februari, Musim Peralihan I diwakili bulan April, Awal Musim
Timur diwakili bulan Juni, Puncak Musim Timur Agustus, Musim Peralihan II diwakili bulan Oktober,
dan awal musim barat diwakili bulan Desember)
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 46
Pelingkupan
Gambar 2.16
Jenis Vegetasi dan Satwa Liar (kelompok monyet dalam lingkaran merah)
yang terdapat di rencana lokasi proyek
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang
(Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea
sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon
zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki
potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan
(Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang
(Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 47
Pelingkupan
dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar
(Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus
javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai.
Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-
tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau
(Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular
asia (Anhinga melanogaster melanogaster).
Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi
orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba. Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan
beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan
Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan
pelestarian taman nasional tersebut.
Mangrove
Hutan mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah
hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang
terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di
mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik
di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muarasungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya
dari hulu.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 48
Pelingkupan
Adapun luas hutan mangrove yang masuk dalam rencana lokasi jalan lingkar kota Bontang
yang secara spot/gerombol adalah seluas 1.300 meter dan spot yang lain kurang lebih 600
meter. Artinya luas hutan mangrove yang terkena rencana proyek adalah sekitar 1.900 x 30
meter sama dengan kurang lebih 57.000 meter persegi.
Jumlah penduduk ke 5 (lima) wilayah kelurahan tersebut adalah 53.102 jiwa dan dengan
luas wilayah sebesar 20,76 km2, maka rata-rata kepadatan penduduk adalah 2558 jiwa
/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang
Utara sebanyak 4563 jiwa/km2 dan yang paling rendah adalah Kelurahan Bontang Kuala,
Kecamatan Bontang Utara sebanyak 658 jiwa/km2 (lihat Tabel 2.15)
Mengacu kepada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2010),
Kepadatan penduduk dikelompokkan kedalam tiga kriteria kepadatan yaitu:
1. Kriteria kepadatan tinggi apabila penduduk berjumlah lebih dari 2.000 jiwa per km 2.
2. Kriteria kepadatan sedang apabila penduduk berjumlah antara 1.000 jiwa sampai
dengan 2.000 jiwa per km2.
3. Kriteria kepadatan rendah apabila penduduk berjumlah kurang dari 1.000 jiwa per km 2.
Sesuai dengan acuan tersebut maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi
termasuk ke dalam kriteria tinggi. Apabila dibandingkan dengan angka kepadatan seluruh
wilayah Kecamatan Bontang Selatan sebanyak 569 jiwa/km2, maka rata-rata kepadatan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 49
Pelingkupan
penduduk di wilayah studi lebih tinggi. Demikian pula apabila dibandingkan dengan rata–
rata kepadatan penduduk di Kecamatan Bontang Utara sebesar 2.379 jiwa/km2, maka
kepadatan pendudk wilayah studi sedkit lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
permukiman pada 5 (lima) kelurahan di wilayah studi merupakan pusat pemukiman
penduduk di wilayah Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan.
Jumlah rumahtangga adalah 16.209 KK, dengan demikian rata-rata jumlah anggota
rumahtangga adalah 3 sampai 4 orang saja, yang terdiri dari kedua orangtua dan satu atau
dua orang anak–anaknya.
Jumlah penduduk laki-laki adalah 28.762 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan
adalah 24.340 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk adalah 83, yang
berarti pada setiap 100 orang penduduk laki–laki terdapat 83 orang penduduk perempuan.
Gejala ini menunjukkan dominasi penduduk laki–laki.
Keberadaan dua industri besar nasional masih menjadi daya tarik tenaga kerja untuk hijrah
ke Kota Bontang, ditambah lagi dengan perusahaan tambang yang lokasinya tak jauh dari
Kota Bontang. Kedatangan tenaga kerja baru di Kota Bontang tentunya akan terus
menambah populasi penduduk yang pada tahun 2008, 2009, 2010 berturut-turut adalah
sebesar 133.512 jiwa, 137.349 jiwa, dan 143.683 jiwa. Jumlah ini menjadikan Kota
Bontang menjadi kota terpadat di Kalimantan Timur setelah Balikpapan dan Kota
Samarinda. Kecamatan Bontang Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu sebanyak 61.394 jiwa padahal jika dilihat dari luas wilayah Kecamatan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 50
Pelingkupan
Bontang Utara bukan merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya jika
dibandingkan dengan Kecamatan Bontang Selatan. Kepadatan penduduk selanjutnya
diikuti oleh Kecamatan Bontang Selatan sebanyak 57.442 jiwa dan Kecamatan Bontang
Barat 24.847 jiwa.
Penduduk yang berstatus pelajar dan mahasiswa sebanyak 28,21%. Angka tersebut
menunjukkan potensi yang cukup besar untuk peningkatan pendidikan pada masa yang
akan datang.
Tabel 2.16
Komposisi Pendidikan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Utara
Kelurahan
No Tingkat Pendidikan Lok Gunung Bontang Bontang Jumlah %
Tuan Elai Baru Kuala
1 Tidak pernah sekolah 39 21 8 14 82 0,20
2 Lulus SD 3178 1438 1040 460 6116 14,66
3 Lulus SMP 984 732 687 422 2825 6,77
4 Lulus SMA 4073 4182 2846 1009 12110 29,03
Lulus diploma dan Perguruan
5 Tinggi 413 563 285 296 1557 3,73
6 Masih pelajar/mahasiswa 4873 3522 2479 895 11769 28,21
7 Belum sekolah 2777 2013 1836 634 7260 17,40
Total : 16337 12471 9180 3730 41719 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Utara ,2012, diolah
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 51
Pelingkupan
Tabel 2.17
Komposisi Pendidikan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Selatan
Kelurahan
No. Tingkat Pendidikan Tanjung Laut %
Indah
1 Tidak pernah sekolah 4 0,05
2 Lulus SD 1987 19,01
3 Lulus SMP 455 7,45
4 Lulus SMA 4986 38,45
5 Lulus diploma dan Perguruan Tinggi 651 4,94
6 Masih pelajar/mahasiswa 2391 22,64
7 Belum sekolah 911 7,45
Total 11384 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Selatan,2012, diolah
Kelompok penduduk yang bekerja sebagai nelayan mencapai 4,80%. Kelompok nelayan
nampak tersebar pada seluruh wilayah kelurahan. Untuk kelompok perempuan yang
berstatus sebagai ibu rumahtangga, sebagian besar berkegiatan mengurus rumahtangga
masing–masing.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 52
Pelingkupan
Tabel 2.18
Komposisi Pekerjaan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Utara
Kelurahan
No Jenis Pekerjaan Lok Gunung Bontang Bontang Jumlah %
Tuan Elai Baru Kuala
1 Nelayan 232 138 171 547 1088 4,80
2 Karyawan Swasta 1869 1257 977 189 4292 18,92
3 Buruh 1322 1008 121 73 2524 11,12
4 Petani 23 44 39 76 182 0,80
5 Wiraswasta 971 699 680 216 2566 11,31
6 Pedagang 844 1321 137 211 2513 11,08
7 Belum bekerja 660 821 643 336 2460 10,84
8 Ibu Rumahtanga 2766 1648 2098 553 7065 31,14
Jumlah (angkatan
kerja) 8687 6936 4866 2201 22690 100
9 Kelompok anak-anak 7650 5535 4315 1529 19029
Total 16337 12471 9180 3730 41719 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Utara,2012, diolah
Tabel 2.19
Komposisi Pekerjaan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Selatan
Kelurahan
No. Jenis Pekerjaan %
Tanjung Laut Indah
1 Nelayan 177 3,28
2 Karyawan Swasta 1403 13,83
3 Buruh 1211 15,21
4 PNS 59 0,81
5 Wiraswasta 592 17,83
6 Pedagang 977 16,91
7 Belum bekerja 709 9,20
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 53
Pelingkupan
Kelurahan
No. Jenis Pekerjaan %
Tanjung Laut Indah
8 Ibu Rumahtanga 2955 22,92
Jumlah (angkatan kerja) 8083 100
9 Kelompok anak-anak 3301 0
Total 11384 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Selatan,2012, diolah
Dari tiga perusahaan besar itulah tulang punggung perkembangan perekonomian kota ini.
Keberadaan perusahaan raksasa itu punya andil dalam meningkatkan kegiatan
perdagangan dengan munculnya kebutuhan baru akan komoditas keperluan hidup sehari-
hari.
Untuk sektor pariwisata, wilayah pesisir dengan pantai yang bersih, landai, berpasir putih
bisa menjadi obyek wisata yang potensial. Bontang Kuala misalnya, selain menarik
wisatawan karena perkampungan nelayan di atas laut, juga tengah dikembangkan sebagai
obyek wisata. Kota ini memiliki potensi menjadi kota pariwisata dengan beberapa tempat
andalan, Pulau Beras Basah, Pulau Segajah serta Taman Nasional Kutai yang
berdampingan dengan wilayah Kutai Timur. Potensi budidaya perikanan laut dengan
komoditas unggulan berupa udang, kepiting, ikan kerapu, udang lobster, kakap merah,
teripang, rumput laut dan tiram banyak diminta oleh pasar luar negeri.
Gas Alam Cair (LNG) merupakan komoditi utama yang menopang perekonomian Kota
Bontang. Kota ini dianugrahi kekayaan alam, terutama gas alam yang sangat besar.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 54
Pelingkupan
Berdasarkan catatan dari laman wikipedia. Or.Id, Pada tahun 2005 produksi LNG
mencapai 42.889.510 M3. Sebagian besar produksi itu sebanyak 42.623.823 M3 untuk
konsumsi ekspor. Perusahaan yang memproduksi dan mengekspor LNG adalah PT.
Badak LNG & Co.
Selain LNG, di Kota Bontang terdapat industri lainnya, yaitu industri yang memproduksi
amoniak dan urea. Perusahaan yang memproduksi dan mengekspor urea dan amoniak
dari daerah ini adalah PT. Pupuk Kaltim. Produksi amoniak pada tahun 2005 mencapai
389.099 ton. Mayoritas dari produksi tersebut untuk keperluan ekspor, sebesar 311.230,68
ton. Sedangkan produksi Urea, dalam hal ini urea curah sebesar 1.009.693,79 ton. Seperti
produk industri lainnya produksi urea curah untuk ekspor, mencapai sebesar 543.782,23
ton.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 55
Pelingkupan
Tabel 2.20
Pendapatan Daerah Regional Daerah Bruto Kota Bontang 2005 – 2011
Tahun
2011 2010 2009 2006 2005
Sektor
Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) %
Pertanian 28.551 0,14 28.029 0,12 27.896 0,12 28.807 0,11 30.522 1,46
Pertambangan 53.295 0,25 53.104 0,23 53.791 0,23 51.350 0,2 45.457 2,17
Industri Pengolahan 19.040.064 90,68 20.954.317 91,83 21.990.998 92,49 24.652.693 94,18 685.791 32,81
Listrik dan Air Bersih 15.835 0,08 14.810 0,06 13.249 0,06 9.759 0,04 9.020 0,43
Bangunan 1.043.397 4,97 987.484 4,33 943.918 3,97 772.019 2,95 667.908 31,95
Perdagangan, Hotel,
Restoran 472.870 2,25 451.648 1,98 434.002 1,83 385.657 1,47 381.742 18,26
Angkutan/Komunikasi 114.393 0,54 109.434 0,48 104.595 0,44 87.076 0,33 84.686 4,05
Bank/Keu/Perum 130.271 0,62 123.015 0,54 116.494 0,49 110.409 0,42 109.089 5,22
Jasa 99.008 0,47 95.714 0,42 91.086 0,38 78.686 0,3 76.229 3,65
Total 20.997.685 100 22.817.555 100 23.776.029 100 26.176.457 100 2.090.442 100
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2013
Kerangka Acuan
II - 56
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013
Pelingkupan
Dominasi berbagai industri di atas terlihat jelas dalam komposisi PDRB Kota Bontang. Dari
keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2005, tahun 2011 sebesar Rp.
26,26 trilyun, konstribusi sektor industri pengolahan mencapai Rp. 17,4673 trilyun atau
80,98 persen (Lihat Tabel 2.20). Dominasi industri yang berhubungan dengan hasil alam
ini tidak hanya bermanfaat bagi perekonomian Kota Bontang sendiri, melainkan juga
menghasilkan devisa yang besar bagi negara.
Dilihat dari banyaknya industri, di Kota Bontang terdapat berbagai jenis industri antara lain
industri aneka sebesar 196 buah, industri hasil pertanian dan kehutanan 299 buah dan
industri logam, mesin dan kimia sebesar 205 buah. Industri aneka menyerap tenaga kerja
838 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2,39 milyar. Sedangkan industri hasil
pertanian dan kehutanan menyerap 893 tenaga kerja dan nilai investasi sebesar Rp. 14,91
milyar. Sementara industri logam, mesin dan kimia menyerap 4.020 tenaga kerja dengan
nilai investasi sebesar Rp. 5,29 trilyun.
Sektor Pertanian
Potensi pertanian tanaman pangan di wilayah studi dan juga di Kota Bontang secara
umumnya tidak terlalu menonjol, mengingat Bontang adalah daerah perkotaan. Selama ini
Kota Bontang masih mengandalkan suplai bahan-bahan makanan dari daerah lain. Untuk
tahun 2011 produksi padi di Kecamatan Bontang Selatan jika dibandingkan yaitu sebesar
512 ton dari 18 Ha luas lahan panen (lihat Tabel 2.21). Menurut catatan, angka ini
mengalami penurunan dibanding pada tahun sebelumnya yang mencapai 534 ton /tahun.
Tanaman palawija yang dihasiilkan adalah kacang tanah (2 ton), ubi kayu (413 ton) dan
ubi jalar (84 ton) Luas panen tanaman palawija pada umumnya mengalami kenaikan pada
tahun 2011 jika dibandingkan dari tahun 2010.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 57
Pelingkupan
Tabel 2.21
Hasil Panen Beberapa Jenis Komoditi Pertanian, Tahun 2011
No. Jenis komoditi Bontang Utara (ton) Bontang Selatan (ton) Jumlah (ton)
1 Padi 0 512 512
2 Kacang Tanah 0 2 2
3 Ubi Kayu 244 169 413
4 Ubi Jalar 42 42 84
5 Holtikultura 1220 1009 2229
6 Buah pisang 440 1000 1440
7 Kelapa 10,5 14,5 25
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2012
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 58
Pelingkupan
Tabel 2.22
Sepuluh Besar Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kota Bontang, Tahun 2011
Jumlah
No. Jenis tangkapan ikan %
(ton)
1 Cakalang 728,4 8,69
2 Layang 614,8 7,33
3 Beronang Lingkis 585,5 6,98
4 Tongkol Komo 581,4 6,93
5 Tongkol Karai 567,3 6,77
6 Kembung 567 6,76
7 Tembang 517,4 6,17
8 Teri 466,4 5,56
9 Belanak 386,4 4,61
10 Beronang 161,3 1,92
Ikan dan hewan lautnya (33 jenis) 3208,7 38,27
Jumlah 8384,6 100
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2012
Kecamatan Bontang Utara jumlah penduduk nelayan paling banyak diantara 3 kecamatan
pesisir yang ada di Kota Bontang dengan jumlah rumah tangga perikanan budidaya keramba
sebanyak 121 rumahtangga, budidaya rumput laut sebanyak 75 rumah tangga, 132 rumah
tangga perikanan budidaya tambak dan 255 rumah tangga pengelola hasil budidaya
perikanan dan rumput laut. Wilayah pesisir yang dimiliki Bontang Utara yaitu berada di
Kelurahan Bontang Kuala dan Kelurahan Lok Tuan.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 59
Pelingkupan
A. Sanitasi Lingkungan
Kondisi sanitasi masyarakat Kota Bontang dilihat dari tiga
indikator utama yaitu sistem pengelolaan air limbah
rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase
lingkungan. Penduduk yang menempati rumah di tepi-
tepi jalan tidak melakukan pengelolaan sampah, namun
mereka membuang sampah pada tempat-tempat yang
telah di sediakan, sehingga tidak berceceran di tepi-tepi
jalan atau halaman rumah. Air limbah rumah tangga
langsung masuk ke dalam saluran drainase dan mengalir lancar, drainase berdinding semen
tertata rapi dan berfungsi secara normal.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 60
Pelingkupan
Saat ini PDAM Kota Bontang memiliki dua unit sumur bor. Kedua sumur tersebut memiliki
kedalaman 300 meter; menggunakan sistem sumur dalam (deep well) dengan debit 25
liter/detik dan kapasitas produksi 855 m3/hari. Kebocoran saat distribusi rata-rata mencapai
10% (masih berada dalam ambang normal).
Banyaknya air minum yang disalurkan selama tahun 2011 sebanyak 4.852.509 m3 sedangkan
banyaknya pelanggan PDAM selama tahun 2011 adalah sebanyak 12.622 pelanggan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.23
Banyaknya Air Minum yang Disalurkan (m3) Menurut Jenis Konsumen di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011
Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011
Sosial
Umum 4,640 3,415 1,601 1,662 20,326
Khusus 11,203 10,206 7,237 7,053 87,207
RTSS 1,528 1,755 7,174 7,295 81,953
Non Niaga
Rumah Tangga (A) 123,838 133,715 146,562 141,132 1,401,728
Rumah Tangga (B) 120,106 125,209 138,845 146,732 1,780,758
Instansi Pemerintah (C) 2,788 3,422 4,991 4,454 52,345
Niaga
Kecil 22,744 25,946 42,772 63,816 1,164,778
Besar 3,404 3,774 2,926 4,573 156,567
Industri Kecil 10 23 13 52 1,286
Industri Besar 0 0 0 0 0
Khusus
Pelabuhan Laut, Sungai 0 0 0 174 1,387
Air Isi Ulang 475 2,918 4,127 4,600 102,793
Mobil Tangki 42 36 147 33 903
Lainnya 0 0 0 0 478
Jumlah 290,778 310,419 356,395 381,576 4,852,509
Sumber : PDAM Tirta Taman Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 61
Pelingkupan
Tabel 2.24
Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011
Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011
Sosial
Umum 78 63 33 33 32
Khusus 146 154 139 142 147
RTSS 67 72 121 121 114
Non Niaga
Rumah Tangga (A) 4.208 4.899 5.128 4.782 3.954
Rumah Tangga (B) 4.537 4.703 4.965 5.331 5.951
Instansi Pemerintah (C) 60 64 66 70 76
Niaga
Kecil 652 741 1.009 1.221 1.923
Besar 36 37 45 64 326
Industri Kecil 1 1 1 2 4
Industri Besar 0 0 0 0 0
Khusus
Pelabuhan Laut, Sungai 0 0 0 2 2
Air Isi Ulang 10 50 60 72 93
Mobil Tangki 0 0 0 0 0
Lainnya 0 0 0 0 0
Jumlah 9.795 10.784 11.567 11.840 12.622
Sumber : PDAM Tirta Taman Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
C. Kesehatan
Salah satu upaya pemerintah Kota Bontang dalam rangka memeratakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua jenis fasilitas tersebut dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil. Jumlah fasilitas penunjang kesehatan
yang ada di Kota Bontang pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang baik selain
dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan, juga melalui penyuluhan kesehatan, agar
masyarakat dapat berprilaku hidup sehat. Diharapkan dengan penyuluhan ini penularan
penyakit seperti diphteria, muntaber, kolera, dan demam berdarah, sebagai akibat dari
sanitasi lingkungan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat dicegah.
Prasarana kesehatan yang ada, berupa 4 unit rumah sakit, 1 unit rumah sakit bersalin, 3 unit
puskesmas, 2 unit puskesmas pembantu, 108 unit posyandu, 7 unit praktek dokter keluarga, 2
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 62
Pelingkupan
unit klinik/balai pengobatan dan 15 apotek. Untuk lebih jelasnya mengenai fasilitas kesehatan
yang ada di Kota Bontang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.25
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Bontang, 2011
Fasilitas Kesehatan (Unit)
Rumah Rumah Puskesmas Pustu Posyandu Praktek Klinik/ Apotek
No Kecamatan
Sakit Sakit Dokter Balai
Bersalin Keluarga Kesehatan
1. Bontang 1 0 1 1 41 2 1 6
Selatan
2. Bontang 2 0 1 0 45 2 1 6
Utara
3. Bontang 1 1 1 1 22 3 0 3
Barat
Kota Bontang 4 1 3 2 108 7 2 15
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Tenaga kesehatan yang tersedia di Kota Bontang pada tahun 2011 sebanyak 144 dokter, 513
perawat, 104 bidan, dan 77 farmasi. Sedangkan untuk tenaga non medis yang ada adalah 12
ahli gizi, orang teknisi medis, 17 sanitasi, dan 29 ahli kesehatan masyarakat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26
Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kesehatan
di Kota Bontang, 2011
No Unit Tenaga Medis Tenaga Non Medis
Kerja Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Teknis Sanitasi Kesehatan
Gizi Medis Masyarakat
1. Puskesmas 13 47 17 3 3 0 7 7
2. Instalasi 0 0 0 0 0 0 0 0
Farmasi
3. Labkesda 2 1 0 0 0 5 2 0
Dinas 4 5 6 5 3 0 4 16
Kesehatan
Rumah 74 395 50 53 6 42 4 3
Sakit
Sarana 51 65 31 16 0 0 0 3
Kesehatan
Lainnya
Jumlah (2011) 144 513 104 77 12 47 17 29
2010 88 402 102 61 17 28 24 25
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Secara umum tenaga kesehatan yang ada di Kota Bontang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
(2007 – 2011) setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Tenaga kesehatan yang
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 63
Pelingkupan
peningkatannya cukup besar adalah jumlah dokter dan tenaga keperawatan Perkembangan
jumlah tenaga kesehatan di Kota Bontang secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.27
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Bontang, Tahun 2007 - 2011
Jumlah Tenaga Kesehatan
No Tenaga Kesehatan
2007 2008 2009 2010 2011
1. Dokter Spesialis 18 28 22 23 23
2. Dokter Umum 52 78 78 79 87
3. Dokter Gigi 21 39 42 40 34
4. Tenaga Keperawatan 333 336 464 451 513
5. Tenaga Kefarmasian 8 10 89 90 77
6. Tenaga Kesehatan 13 14 18 26 29
Masyarakat
7. Tenaga Gizi 13 16 17 12 12
8. Tenaga Keterapian Fisik 6 7 7 9 8
9. Keteknisian Medis 31 31 31 29 64
Jumlah (Total) 495 559 768 759 847
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Salah satu dari sepuluh penyakit utama yang paling sering diderita masyarakat Kota Bontang
selama tahun 2010 menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Bontang adalah penyakit pada
saluran pernafasan bagian atas (16.509 penderita). Sebagai penyakit dengan jumlah
penderita terbesar, penyakit ini perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat
mengganggu aktivitas masyarakat Kota Bontang.
Tabel 2.28
10 Penyakit Dominan di Kota Bontang, Tahun 2011
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 64
Pelingkupan
Struktur jalan di Kota Bontang berpola terpusat di Bontang Baru dengan titik pusat di
pertemuan Jl. MT. Haryono, Jl. Diponegoro, Jl. Mulawarman yang juga merupakan pusat
pemerintahan. Dari titik pusat tersebut jaringan jalan kemudian berkembang menghubungkan
Kelurahan Bontang Baru dengan Tanjung Limau, Kelurahan Bontang Kuala, Lok Tuan,
Kelurahan Belimbing, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berbas Tengah dan Satimpo
dengan konstruksi jalan aspal, cor dan perkerasan dengan kondisi jalan baik sampai sedang.
Sedangkan jalan khusus di lingkungan industri PT. Pupuk Kaltim dan PT. LNG Badak adalah
sepanjang 81,686 meter dengan kondisi baik.
Panjang jalan di seluruh Kota Bontang pada tahun 2011 mencapai 203,492 km, terdiri dari
9,036 km jalan negara dan 194,456 km jalan kota. Untuk jalan kota, 143,191 km dalam
kondisi baik dan hanya 51,265 km dalam kondisi rusak sedang.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 65
Pelingkupan
Gambar 2.17
Peta Jaringan Jalan Kota Bontang
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 66
Pelingkupan
Tabel 2.29
Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang di Kota Bontang (meter)
Tahun 2007 – 2011
Tahun
Jenis Jalan
2007 2008 2009 2010 2011
Jalan negara 8.151,15 8.151,15 - - 9.036,00
Jalan provinsi 33.718,90 33.718,90 33.727,90 33.727,90 -
Jalan kota 127.857,92 193.160,47 211.710,92 211.710,92 194.456,00
Jumlah 169.727,97 235.030,52 245.438,82 245.438,82 203.492,00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Tabel 2.30
Panjang Jalan Menurut Kondisi Permukaan Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007-2011 (meter)
Kondisi Status Jalan
Permukaan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Diaspal 8.174,00 - 71.444,00
Kerikil - - 1.485,00
Tanah - - 21.300,00
Lainnya 862,00 - 100.227,00
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 211.231,77
2009 - 33.729,00 221.231,77
2008 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Tabel 2.31
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007-2011 (meter)
Status Jalan
Kondisi Jalan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Baik 9.036,00 - 143.191,00
Sedang - - 51.265,00
Rusak - - -
Rusak Berat - - -
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 211.231,77
2009 - 33.729,00 221.231,77
2008 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 67
Pelingkupan
Tabel 2.32
Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011 (meter)
Status Jalan
Kelas Jalan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Kelas III A - - 5.701,00
Kelas III B 9.036,00 - 52.443,00
Kelas III C - - 136.312,00
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 203.710,90
2009 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2008 8.151,15 33.718,90 127.857,92
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012
Di Awal Segment 2, mula dari Jalan Raya H.M. Tahmrin, pemukiman penduduk Kelurahan
Tanjung Limau, perdagangan dan jasa. Di pertengahan trase dijumpai Taman Nasional Kutai
(TNK) sebelah Utara, terdapat juga bangunan Ibadah Pure, dan pemukiman, ladang, sawah
dan berakhir di Jalan Piere Tandean tepat sebelah kiri Kantor Dinas PMBK.
Masuk ke Segment 3, diawali dengan melintasi Sungai, ladang, sawah dan berakhir di depan
pintu masuk cafe Singapore. Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan yang ada di sekitar
lokasi rencana kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.18.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 68
Pelingkupan
Gambar 2.18
Peta Kegiatan lain di Sekitar Lokasi Kegiatan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 69
Pelingkupan
A. Pengumuman
Pengumuman dilakukan di media cetak, dimuat di Surat Kabar Bontang Pos pada Hari Rabu
tanggal 26 Juni 2013.
B. Konsultasi Publik
Konsultasi publik dilakukan di Kantor Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang pada hari
Jum’at tanggal 28 Juni 2013 yang dihadiri oleh Pemrakarsa, Badan Lingkungan Hidup Kota
Bontang, Camat Bontang Selatan, Camat Bontang Utara, Lurah Lhokuan, Lurah Bontang
Kuala, Lurah Bontang Baru, Lurah Gunung Elai, Lurah Tanjung Laut Indah, tokoh/perwakilan
masyarakat dan instansi terkait.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 70
Pelingkupan
• Penelaahan pustaka, dengan menggunakan beberapa referensi antara lain data statistik
Kota Bontang, serta dokumen lain yang terkait.
• Serangkaian konsultasi dan diskusi dengan instansi terkait.
• Rapat konsultasi publik dengan yang berkepentingan di seluruh desa.
• Pengamatan lapangan dan wawancara bebas dengan masyarakat di sekitar lokasi
rencana kegiatan terutama yang akan terkait dengan alih fungsi lahan.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 71
Pelingkupan
Pada proses identifikasi dan evaluasi dampak penting, salah satu bahan pertimbangan utama
adalah masukan dari masyarakat dan pemerhati/pakar lingkungan yang disampaikan secara
tertulis maupun lisan pada konsultasi publik.
Metode (perangkat/alat) yang digunakan dalam identifikasi dampak potensial ini adalah
matriks interaksi sederhana antara rencana kegiatan dan komponen lingkungan untuk
mendapatkan kemungkinan dampak potensial yang terjadi. Matriks Identifikasi Dampak
Potensial disajikan pada Tabel 2.33
Dampak penting hipotetik yang muncul dari proses pelingkupan dari interaksi rencana
kegiatan dan komponen lingkungan untuk masing-masing disajikan pada Tabel 2.35.
Sedangkan untuk diagram alir pelingkupan dapat dilihat pada Gambar 2.19
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 72
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 73
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 74
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 75
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 76
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 77
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 78
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 79
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 80
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 81
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 82
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 83
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 84
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 85
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 86
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 87
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 88
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 89
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 90
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 91
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 92
Pelingkupan
DAMPAK POTENSIAL
Tahap Pra Konstruksi :
RENCANA KEGIATAN - Keresahan Masyarakat
Pembangunan Jalan Lingkar - Peningkatan Nilai Lahan
Pesisir Kota Bontang - Gangguan Aktifitas Nelayan
Pra Konstruksi - Gangguan Aktifitas Tambak
1. Pembebasan Lahan DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK
Tahap Konstruksi :
2. Sosialisasi dan Koordinasi
- Penurunan kualitas udara Tahap Pra Konstruksi :
Konstruksi
- Peningkatan kebisingan - Keresahan Masyarakat
3. Pemakaian Tenaga Kerja - Peningkatan erosi lahan - Peningkatan Nilai Lahan
4. Mobilisasi Alat dan Bahan - Penurunan kualitas air sungai - Gangguan Aktifitas Tambak
5. Pembukaan Lahan - Penurunan kualitas air laut
6. Pematangan Lahan - Penurunan oceanografi
- Gangguan flora dan fauna Tahap Konstruksi :
7. Konstruksi Jalan dan
- Gangguan mangrove - Penurunan kualitas uadara
Jembatan - Gangguan biota air - Peningkatan kebisingan
Operasi Masukan - Terbukanya Peluang Kerja - Peningkatan erosi lahan
8. Pengoperasian Jalan Masyarakat saat - Peningkatan Pendapatan - Penurunan kualitas air sungai
9. Pengoperasian Rest Area konsultasi publik - Kecemburuan sosial - Gangguan flora dan fauna
10. Pemeliharaan Jalan - Keresahan masyarakat - Gangguan mangrove
- Gangguan atifitas nelayan - Gangguan biota air
- Gangguan aktifitas tambak - Terbukanya Peluang Kerja
- Gangguan kesehatan masyarakat - Peningkatan Pendapatan
- Gangguan transportasi sungai
- Kecemburuan sosial
- Penurunan kualitas jalan
- Gangguan atifitas nelayan
- Peningkatan kemacetan LL
- Gangguan lalu lintas lokal
- Gangguan aktifitas tambak
- Gangguan transportasi sungai
RONA LINGKUNGAN - Gangguan lalu lintas lokal
Komponen Fisik Kimia
Tahap Operasi :
Komponen Biologi Tahap Operasi :
- Penurunan kualitas udara
Komponen Sosial - Peningkatan kebisingan - Perubahan tata ruang
Ekonomi Budaya - Penurunan kualitas air sungai - Peningkatan nilai lahan
Komponen Kesehatan Evaluasi Dampak - Perubahan tata ruang
Masyarakat Potensial - Gangguan biota air
Komponen Transportasi - Peluang kerja dan usaha Evaluasi Dampak
- Peningkatan pendapatan Potensial
- Peningkatan nilai lahan
- Gangguan transportasi sungai
- Peningkatan kemacetan LL
- Gangguan lalu lintas lokal Gambar 2.19
Diagram Alir Proses Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 93
Pelingkupan
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan
kegiatan pra konstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan
inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Batas proyek adalah areal
untuk Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang sepanjang 7,760 meter.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis, adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Yang menjadi batas ekologis adalah batas rencana kegiatan
c. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Dengan demikian, maka ditetapkan batas administratif yaitu
di wilayah Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan.
.
d. Batas Sosial
atas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial dalam cakupan budaya), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dengan demikian, maka
ditetapkan batas sosial yaitu Kelurahan Tanjung Laut dan Tanjung Laut Indah Kleurahan
Bontang Kuala, Bontang Baru, Gunung Elai dan Loktuan.
Data batas wilayah studi secara detail di tampilkan pada Gambar 2.20.
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 94
Pelingkupan
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 95
Pelingkupan
Gambar 2.20
Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 96