Anda di halaman 1dari 96

Pelingkupan

2.1 DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI


2.1.1 Status Studi AMDAL
Penyusunan dokumen Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur
sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan pembangunan yang berwawasan lingkungan,
karena pembangunan Jalan Lingkar Pesisisr Kota Bontang ini dapat menimbulkan dampak
yang dapat mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik, biologi, sosial ekonomi maupun
budaya.

Studi AMDAL dilakukan sebelum pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
dilaksanakan. Kondisi saat ini di lokasi studi, belum ada kegiatan pembangunan fisik jalan
maupun jembatan. Penyusunan Studi AMDAL Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota
Bontang akan mengacu pada Detail Engineering Design yang sudah dibuat pada tahun 2012
dan 2013.

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang


Lokasi rencana Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang terletak Kecamatan
Bontang Utara yaitu Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Bontang Baru
dan Kelurahan Bontang Kuala, dan di Kecamatan Bontang Selatan yaitu Kelurahan Tanjung
Laut Indah.

Berdasarkan peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang untuk Wilayah Kota
Bontang yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Bontang No. 11 Tahun 2012 tentang

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 1
Pelingkupan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang (RTRW) 2012 - 2032, Kecamatan Bontang
Utara diarahkan sebagai pusat kegiatan industri strategis kota, pelabuhan, dan pergudangan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pembangunan jalan untuk mendukung fungsi Kecamatan
Bontang Utara sebagai pelabuhan dan menunjang lalu lintas nelayan. Pembangunan jalan
juga akan membantu meningkatnya perekonomian Kota Bontang sebagai salah satu pusat
kegiatan nasional. Untuk lebih jelasnya peta pola ruang disajikan pada Gambar 2.1 dan 2.2.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 2
Pelingkupan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2. 1
Peta Rencana Struktur Tata Ruang
Kota Bontang Tahun 2012 - 2032

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 3
Pelingkupan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2. 2
Peta Rencana Pola Ruang
Kota Bontang Tahun 2012 - 2013

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 4
Pelingkupan

2.1.3 Rencana Kegiatan


2.1.3.1 Lokasi Kegiatan
Lokasi rencana Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang terletak di dua Kecamatan
yang meliputi Kecamatan Bontang Utara (Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai,
Kelurahan Bontang Baru dan Kelurahan Bontang Kuala), dan di Kecamatan Bontang Selatan
yaitu Kelurahan Tanjung Laut Indah.

Segment I
Titik Awal/ STA 0+000 berada di Jalan Kapal Layar Kelurahan Loktuan dan berujung STA
2+731 di Sungai Tanjung Limau Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara dengan
panjang 2.731 m.
Jenis konstruksi :
 Jembatan = 1 Type Komposit, L = 36,0 mtr
 Timbunan dan perkerasan jalan
 Pile Slab

Segment II
Segmen II dimulai dari STA 2+731 di Jalan H.M Thamrin Kelurahan Bontang Baru dan
berujung STA 5+200 di Jalan Piere Tandean Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang
Utara, dengan panjang 2.469 m.
Jenis konstruksi :
 Jembatan = 1 Type Balok T, L = 16,0 mtr
 Timbunan dan perkerasan jalan
 Pile Slab
Lebar jalan : 1,5 + 10,0 + 1+1,2+1+10,0+1,5 = 26,5 m
Kelas Jalan BMS 100

Segment III
Segmen II dimulai dari STA 5+200 di Jalan Piere Tandean Kelurahan Bontang Kuala dan
berujung STA 7+760 di Jalan Ir.H. Juanda/JL. Sultan Syahrir (Nama Baru) Kelurahan Tanjung
Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, dengan panjang 2.560 m.
Jenis konstruksi :
 Jembatan = 1 Type Balok T, L = 16,0 mtr
 Timbunan dan perkerasan jalan

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 5
Pelingkupan

 Pile Slab
Lebar jalan : 1,5 + 10,0 + 1+1,2+1+10,0+1,5 = 26,5 m
Kelas Jalan BMS 100

Untuk detail masing-masing segmen disajikan pada Tabel 2.1.

Lahan Kuburan Jalan Kapal Layar Semak Belukar

Sesuai dengan ijin prinsip pembangunan Jalan Lingkar Kota Bontang yang dikeluarkan oleh
Walikota Bontang dengan lokasi ikat sebagai berikut :
No. Koordinat Lokasi
1 552.636,000 m E 18.355,000 m N Loktuan
2 554.469,000 m E 16.297,000 m N Tanjung Limau
3 556.020,124 m E 14.884,212 m N Kontang Koala
4 555.224,000 m E 12.620,000 m N Tanjung Laut

Sedangkan untuk lokasi rencana Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang disajikan pada Gambar
2.3.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 6
Pelingkupan

Tabel 2.1
Data Teknis Trase Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
No. Kelurahan STA Panjang (m) Lahan Eksisting Lahan Rencana Segment Panjang (m)
Loktuan 0+000 sd 0+150 150 Jalan Kapal Layar dan Persimpangan Jalan Masuk I
1 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan
2 Loktuan 0+150 sd 0+425 275 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan I
3 Loktuan 0+425 sd 1+250 825 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I 2.731
4 Loktuan 1+250 sd 1+325 75 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
5 Gunung Elai 1+325 sd 2+450 1.125 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
6 Gunung Elai 2+450 sd 2+695 245 Mangrove Teluk Sekatup Pile Slab I
7 Gunung Elai 2+695 sd 2+731 36 Sungai Tanjung Limau Jembatan Komposit, Bentang 36m I
8 Bontang Baru 2+731 sd 2+865 134 Permukiman Terapung, Pile Slab II
2 Rumah
9 Bontang Baru 2+865 sd 2+875 10 Permukiman 10 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
10 Bontang Baru 2+875 sd 2+886 11 Halaman Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
11 Bontang Baru 2+886 sd 2+896 10 Jl. Raya H.M. Thamrin/ Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. Mulawarman (Nama Baru),
10 Rumah
12 Bontang Baru 2+896 sd 3+025 129 Lahan Kosong Permukiman, Timbunan dan Perkerasan Jalan II
4 Rumah
13 Bontang Baru 3+025 sd 3+031 6 Jalan Oto Iskandar Dinata Persimpangan Jalan Masuk II
14 Bontang Baru 3+031 sd 3+180 149 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan II
15 Bontang Baru 3+180 sd 3+200 20 Rumah Permanen, 2 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
16 Bontang Baru 3+200 sd 3+225 25 Lahan Kosong Permukiman Timbunan dan Perkerasan Jalan II
17 Bontang Baru 3+225 sd 3+230 5 Cross Jalan Pemukiman Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. KH. Dewantara
18 Bontang Baru 3+230 sd 3+280 50 Tanah Kosong Timbunan dan Perkerasan Jalan II
19 Bontang Baru 3+280 sd 3+285 5 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II 2.469
20 Bontang Baru 3+285 sd 3+590 305 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
21 Bontang Baru 3+590 sd 3+600 10 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
22 Bontang Baru 3+600 sd 3+700 100 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 7
Pelingkupan

No. Kelurahan STA Panjang (m) Lahan Eksisting Lahan Rencana Segment Panjang (m)
23 Bontang Baru 3+700 sd 3+800 100 Jalan Lingkungan Perumahan Timbunan dan Perkerasan Jalan II
Jl. Beton/Gang
24 Bontang Baru 3+800 sd 3+825 25 2 Rumah Permanen 50% Timbunan dan Perkerasan Jalan II
25 Bontang Kuala 3+825 sd 3+830 5 Jalan Lingkungan Perumahan Persimpangan Jalan Masuk II
Jl. Cut Nyak Dien
26 Bontang Kuala 3+830 sd 3+850 20 Rumah 30% sedang dibangun Timbunan dan Perkerasan Jalan II
27 Bontang Kuala 3+850 sd 4+655 805 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
28 Bontang Baru 4+655 sd 4+975 320 Tambak Pile Slab II
29 Bontang Baru 4+975 sd 4+991 16 Sungai Rencana Jembatan B= 16m II
30 Tanjung Laut 4+991 sd 5+100 109 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
31 Tanjung Laut 5+100 sd 5+115 15 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan II
32 Tanjung Laut 5+115 sd 5+175 60 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan II
33 Tanjung Laut 5+175 sd 5+200 25 Bangunan Timbunan dan Perkerasan Jalan II
34 Tanjung Laut 5+200 sd 5+212 12 Jalan Piere Tandean/ Persimpangan Jalan Masuk III
Jl. Yos Sudarso ( Nama Baru)
35 Tanjung Laut 5+212 sd 5+234 22 Semak Belukar Timbunan dan Perkerasan Jalan III
36 Tanjung Laut 5+234 sd 5+250 16 Sungai Bontang Rencana Jembatan B= 16m III
37 Tanjung Laut Indah 5+250 sd 6+750 1.500 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III
38 Tanjung Laut Indah 6+750 sd 6+786 36 Sungai Siagian Rencana Jembatan 36m III
39 Tanjung Laut Indah 6+786 sd 6+950 164 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III 2.560
40 Tanjung Laut Indah 6+950 sd 6+975 25 2 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan III
41 Tanjung Laut Indah 6+975 sd 7+090 115 3 Rumah Timbunan dan Perkerasan Jalan III
42 Tanjung Laut Indah 7+090 sd 7+625 535 Tambak Timbunan dan Perkerasan Jalan III
43 Tanjung Laut Indah 7+625 sd 7+645 20 Sungai Rencana Jembatan B=20m III
44 Tanjung Laut Indah 7+645 sd 7+760 115 Jalan Ir.H. Juanda/ Persimpangan Jalan Masuk III
JL. Sultan Syahrir (Nama Baru)
Total Panjang 7.760
• Timbunan 4.948
• Pile Slab 2.724
• Total Bentang
Jembatan 88

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 8
Pelingkupan

Gambar 2.3
Peta Lokasi Rencana Jalan
Lingkar Pesisir Kota Bontang

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 9
Pelingkupan

2.1.3.2 Lingkup Tahapan Kegiatan


I. Tahap Pra Konstruksi
A. Pembebasan Lahan
Luas total yang akan dibebaskan untuk rencana kegiatan jalan ini adalah sekitar 24,72 Ha
dengan panjang jalan 7.760 m dan lebar 30 m. Sebagian besar lahan ini milik masyarakat,
dan akan dilakukan inventarisasi sebelum dilaksanakan kegiatan pembebasan lahan.
Kegiatan pembebasan lahan akan dilakukan secara transparan dan langsung antara pemilik
lahan dengan tim pembebasan lahan, secara musyawarah untuk mencapai mufakat
mengenai harga yang pantas dan menguntungkan semua pihak.

Hutan Mangrove yang terkena pembebasan


Pada trase Kelurahan Lok Tuan – Tanjung Limau, terdapat beberapa luas hutan mangrove
yang harus dibebaskan dikarenakan sangat sulit untuk dihindari. Adapun luas hutan
mangrove yang akan dibebaskan adalah sekitar 1.900 x 30 meter sama dengan kurang lebih
57.000 m².

Tambak
Berdasarkan luas tambak yang diprakirakan harus dibebaskan adalah sekitar 6.264 m2
(Sumber : Dokumen Studi Kelayakan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012). Lokasi tambak yang akan
dibebaskan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Permukiman Penduduk
Pada trase Loktuan – Tanjung Limau, beberapa titik persimpangan jalan lingkar dengan jalan
eksisting akan memotong beberapa permukiman atau memotong beberapa rumah penduduk
diantaranya :
 Segmen I terutama Jalan Kapal layar
Pada jalan ini terdapat sekitar 22 rumah penduduk yang dibebaskan untuk pelebaran jalan
yang digunakan oleh kendaraan berat/besar yang menuju ke Pelabuhan Loktuan.
 Segmen II
Kawasan Tanjung Limau merupakan permukiman yang cukup padat. Sekitar 40 buah rumah
baik yang non permanen maupun yang permanen.
 Segmen III
Pada segmen III jumlah rumah yang akan terkena pembebasan lahan sekitar 5 rumah yang
berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 10
Pelingkupan

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak perubahan nilai lahan, keresahan masyarakat,
gangguan aktifitas nelayan dan tambak.
Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah dirancang beberapa program
antara lain :
 Melakukan sosialisasi atas rencana pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
 Melakukan pendekatan/musyawarah kepada pemilik lahan untuk mencapai kesepakatan
harga
 Pembayaran ganti rugi lahan segera dilakukan.
 Berkoordinasi dengan Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang untuk
menentukan lokasi, jumlah dan jenis penggantian hutan mangrove yang dibebaskan

B. Sosialisasi dan Koordinasi


Kegiatan sosialisasi dilakukan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah kegiatan
untuk memberikan informasi secara transparan rencana kegiatan yang akan dilakukan dari
tahap pra konstruksi hingga tahap operasi. Sosialisasi ini memberikan dampak positif berupa
adanya saran, tanggapan dan masukan dari masyarakat serta instansi terkait yang
merupakan bahan pertimbangan bagi rencana kegiatan. Koordinasi dilaksanakan dengan
dinas-dinas terkait untuk menunjang pelaksanaan kegiatan terutama dalam perizinan.

II. Tahap Konstruksi


A. Pemakaian Tenaga Kerja
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang akan membutuhkan tenaga kerja, baik
dalam pekerjaan pembangunan jalan maupun rest area. Tenaga kerja tersebut diperlukan
mulai dari pematangan lahan sampai dengan pembangunan. Jumlah tenaga kerja total yang
dibutuhkan dalam pembangunan jalan lingkar pesisir sekitar 584 orang, yang terdiri dari
Tenaga Ahli 7 orang, mandor 19 orang, supir terampil 27 orang, pembantu supir 73 orang,
buruh terampil 108 orang dan buruh tidak terampil 350 orang diantaranya 541 orang dari
penduduk lokal.

Sebagian besar tenaga ahli, tenaga terlatih dan operator alat-alat berat akan didatangkan dari
luar proyek, jika tidak tersedia tenaga dari lokasi rencana kegiatan. Sedangkan tenaga kerja
tidak terampil diambil dari penduduk lokal, tetapi apabila tidak mencukupi bisa didatangkan

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 11
Pelingkupan

dari luar. Tenaga kasar tersebut ditampung dalam satu barak kerja yang disediakan oleh
kontraktor pelaksana. Untuk lebih jelasnya spesifikasi tenaga kerja disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jumlah dan Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan untuk Konstruksi
Jumlah Tenaga Asal Tenaga
No. Jenis Pekerjaan Kualifikasi Minimal
Kerja (Org) Kerja
I Pekerjaan Drainase
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 3 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 3 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 9 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 5 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 71
II Pekerjaan Tanah
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 5 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 12 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 10 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 80
III Pekerjaan Perkerasan Berbutir
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 5 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 12 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 10 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 80
IV Pekerjaan Perkerasan Aspal
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 1 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 2 Dari Luar Kota
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 4 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 10 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 8 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 50 Penduduk Sekitar
Sub.Total 75
V Pekerjaan Struktur
1 Tenaga Ahli S1, Teknik Sipil 4 Dari Luar Kota
2 Mandor SMK atau sederajat 10 Dari Luar Kota

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 12
Pelingkupan

Jumlah Tenaga Asal Tenaga


No. Jenis Pekerjaan Kualifikasi Minimal
Kerja (Org) Kerja
3 Supir Terampil/operator SMA & memiliki SIM B1 10 Dari Luar Kota
4 Pembantu Supir SLTP Sederajat 40 Penduduk Sekitar
5 Buruh Terampil SMU atau sederajat 75 Penduduk Sekitar
6 Buruh tak terampil SLTP 150 Penduduk Sekitar
Sub.Total 289
Total I, II, III, IV, V 584
Sumber : DED Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012

Kegiatan pemakaian tenaga kerja berpotensi menimbulkan dampak adalah penurunan


kualitas air sungai, penurunan kualitas air laut, gangguan terhadap mangrove, gangguan
terhadap biota air, adanya peluang kerja dan usaha, adanya peningkatan pendapatan,
adanya kecemburuan sosial dan terjadinya keresahan masyarakat.

Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah direncanakan beberapa program
diantaranya :
 Memasang septic tank portable untuk limbah cair yang dihasilkan oleh pekerja
 Menyediakan tempat sampah
 Melakukan sosialisasi
 Melakukan pemasangan pengumumam penerimaan tenaga kerja
 perekrutan tenaga kerja dilakukan secara transparan.

B. Mobilisasi Alat dan Bahan


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang akan memerlukan bahan/material seperti
semen, besi beton, batu bata, batu kali/gunung, pasir, kerikil dan lain sebagainya.
Pelaksanaan pekerjaan pengambilan maupun pengangkutan material akan dilakukan oleh
kontraktor pelaksana. Sumber bahan material yang digunakan berasal di sekitar lokasi
kegiatan dan didatangkan dari luar lokasi. Pelaksanaan pengelolaan quarry akan
dilaksanakan oleh kontraktor yang telah memiliki ijin dari instansi terkait dan disyaratkan tidak
merusak lingkungan dan ekosistem setempat.

Pekerjaan konstruksi akan dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat berat seperti


buldozer, excavator, loader, grader dan dump truck. Alat maupun bahan yang diperlukan
berasal dari dekat lokasi kegiatan maupun didatangkan dari luar Kota Bontang.Untuk batu kali
didatangkan dari Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 13
Pelingkupan

Tabel 2.3 Volume Material yang Akan Digunakan


No. Jenis Bahan Satuan Volume Alat Angkut Disposal Area
I Pekerjaan Drainase
Galian untuk jalan kerja Ponton Material Tanah
1 M³ 110.000 Dump Truck
Service dan lumpur
2. Batu Kali M³ 2.674 Dump Truck
3. Gorong-gorong Pipa Beton Ø30 cm M’ 3.000 Dump Truck
II Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah M³ 11.449 Dump Truck
2 Timbunan Tanah Pilihan M³ 47.581 Dump Truck
3 Penyiapan Badan Jalan M² 37.800 Dump Truck
Pembersihan dan Pengupasan
4 M² 46.800 Dump Truck
Lahan
III Pekerjaan Berbutir
1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A M³ 5.670 Dump Truck
2. Perkerasan M³ 10.566 Dump Truck
III Pekerjaan Aspal
1 Lapis Perekat - Aspal Cair Ltr 136.474 Dump Truck
2 Laston Lapis Aus (AC-WC) Hotmix Ton 7.223 Dump Truck
3 Aspal Minyak Ton 488 Dump Truck
IV Struktur
1 Beton fc’ =30 Mpa (K-350) M³ 55.173 Truck Mixer
2 Beton fc’ =20 Mpa (K-250) M³ 2.975 Truck Mixer
3 Beton fc’ =10 Mpa (K-125) M³ 9.565 Truck Mixer
4 Pracetak Flat Slab Bentang 5,5 m Bh 14.400 Dump Truck
5 Baja Tulangan BJ 24 Polos Kg 309.311 Dump Truck
6 Baja Tulangan BJ 39 Ulir Kg 12.775.380 Dump Truck
Tiang Pancang Beton Prategang
7 M’ 117.600 Trailer
Pracetak ukuran/ diameter 600 mm
8 Expansion Joint Tipe baja bersudut M’ 1.632 Dump Truck
9 Sandaran (Railing) M’ 6.371 Dump Truck
10 Pipa Cucuran Baja M’ 1.275 Dump Truck
11 Pasir Urug M³ 1.204 Dump Truck
Sumber : DED Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 14
Pelingkupan

Tabel 2.4 Kebutuhan Alat Berat yang Digunakan


Jumlah Alat
No. Jenis Alat Kapasitas
(unit)
1. Asphalt Mixing Plant (AMP) 1
2. Asphalt Finisher 1
3. Asphalt Sprayer 1
4. Bulldozer 100-150 HP 100-150 HP 2
5. Compressor 4000-6500 L\M 4000-6500 L\M 1
6. Concrete Mixer 0.3-0.6 M3 0.3-0.6 M3 4
7. Crane 10-15 Ton 10-15 ton 2
8. Dump Truck 6 Ton 6 ton 16
9. Excavator 80-140 HP 80-140 HP 4
10. Generator Set 1
11. Motor Grader >100 HP >100 HP 1
12. Wheel Loader 1.0-1.6 M3 1.0-1.6 M3 1
13. Tandem Roller 6-8 T. 6-8 ton 1
14. Tire Roller 8-10 T 8-10 ton 1
15. Vibratory Roller 5-8 T. 5-8 ton 2
16. Concrete Vibrator 4
17. Water Tanker 3000-4500 L. 3000-4500 L 2
18. Stamper 1
19. Concrete Pump 2
20. Trailer 20 ton 20 TON 1
21. Pile Driver + Hammer 2
22. Crane on Track 35 ton 35 ton 2
23. Welding Set 1
24. Condrete Mixer (350) 350 4
25. Truk Mixer (Agitator) 6 M3 12
26. Ponton Service 15000 Fit 2
27. Batching Plant 1
Sumber : DED Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012

Selain peralatan tersebut, dalam pekerjaan konstruksi juga akan digunakan peralatan
konvensional seperti cangkul, sekop, garpu, linggis dan sebagainya.

Kegiatan mobilisasi akan berpotensi menimbulkan dampak seperti penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air sungai, penurunan kualitas air laut, gangguan
terhadap flora dan fauna, gangguan mangrove, gangguan terhadap biota air, keresahan
masyarakat, gangguan terhadap aktifitas nelayan, gangguan terhadap aktifitas tambak,
gangguan terhadap kesehatan masyarakat, gangguan terhadap transportasi sungai,

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 15
Pelingkupan

gangguan terhadap kualitas jalan, adanya kemacetan lalu lintas dan gangguan terhadap lalu
lintas lokal.

Untuk meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan, telah dirancang beberapa program
antara lain :
 Melakukan sosialisasi adanya rencana kegiatan pembangunan Jalan Lingkar Pesisisr Kota
Bontang
 Pengaturan kecepatan kendaraan tidak melebihi 20 km/jam di daerah permukiman
(terutama pada jam sibuk)
 Melakukan penyiraman pada jalan yang dilalui mobilisasi alat dan bahan terutama dekat
pemukiman
 Menutup kendaraan pengangkut material dengan terpal atau lembar plastik
 Menjaga kondisi mesin kendaraan proyek agar selalu baik
 Memasang rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan
 Pemeliharaan jalan setiap ada kerusakan pada akses kendaraan
 Berkoordinasi dengan kepolisian setempat
 Pengaturan ritasi pengangkutan

C. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan terdiri dari pembersihan lahan diantaranya penebangan pohon-pohon
maupun mangrove, semak belukar dan yang lainnya yang ada di lokasi rencana kegiatan.
Kontraktor pelaksana pekerjaan akan membongkar akak-akar dan yang berlubang akan
ditimbun dengan tanah galian. Prakiraan tanah galian sebanyak 110.000 m³ Alat yang
digunakan adalah bulldozer, excavator dan dump truck sebagai alat angkut.

Kegiatan pembukaan lahan akan berpotensi menimbulkan dampak seperti peningkatan


kebisingan, adanya erosi lahan, penurunan kualitas air sungai, penurunan kualitas air laut,
gangguan terhadap flora dan fauna, gangguan mangrove, gangguan terhadap biota air,
keresahan masyarakat, gangguan terhadap aktifitas nelayan dan gangguan terhadap aktifitas
tambak.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Tenaga kerja yang terlibat dilengkapi dengan alat safety

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 16
Pelingkupan

 Membangun sedimen trap untuk padatan tersuspensi/lumpur seperti kolam pengendapan


lumpur yang memadai untuk mengendapkan lumpur sebelum dialirkan ke sungai.
 Penebangan pohon disesuaikan dengan luasan yang telah ditentukan.

D. Pematangan Lahan
Setelah lahan dibersihkan dilakukan kegiatan penimbunan lahan untuk meratakan ketinggian
sesuai dengan level dari alinyemen yang dibutuhkan. Sebagian tanah untuk pengisian dan
penimbunan diambil dari lahan di dalam lokasi rencana kegiatan yang akan diratakan.
Prakiraan tanah galian sebanyak 11.449 m³ dan tanah timbunan sebanyak 47.581 m³. Alat
yang digunakan adalah bulldozer dan excavator. Setelah pelaksanaan selesai semua, lokasi
rencana kegiatan juga akan dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai,
serta area diratakan dan dirapikan sesuai dengan ketentuan.

Kegiatan pematangan lahan akan berpotensi menimbulkan dampak seperti penurunan


kualitas udara, peningkatan kebisingan, adanya erosi lahan, penurunan kualitas air sungai,
penurunan kualitas air laut, dan gangguan terhadap biota air.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Tenaga kerja yang terlibat pada tahap pematangan lahan akan dilengkapi dengan masker
penutup mulut untuk menghindari sebaran debu dan dilengkapi alat safety.
 Pekerjaan pematangan lahan tidak dilaksanakan pada malam hari
 Menjaga kondisi mesin kendaraan proyek agar selalu baik
 Membanguan sedimen trap untuk padatan tersuspensi/lumpur seperti kolam pengendapan
lumpur yang memadai untuk mengendapkan lumpur sebelum dialirkan ke sungai.

E. Konstruksi Jalan dan Jembatan


 Segmen I
Pada segmen I ini, Sta +000 berada pada ketinggian elevasi tertinggi +12.830 m. Sedangkan
Sta 3+100 merupakan pertemuan Jalan Kapal Layar dengan tinggi elevasi + 24.190 m.
Daerah ini merupakan daerah rawan pasang surut air laut dengan estimasi prosentasi hutan
mangrove yang mencapai 85%. Jarak terdekat dengan batas Taman Nasional Kutai (TNK)
sejauh 75 meter. Pada posisi ini direncanakan konstruksi menggunakan pile slab sepanjang
2.270 m dengan ketinggian terendah +8.950 m dan tertinggi +14.121 m. Posisi trase melewati

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 17
Pelingkupan

sungai alam dengan lebar 15 s/d 20 meter dan untuk hal ini direncanakan dibuat jembatan
Komposit dengan bentang 36 meter.

Pada segmen ini pelaksanaan konstruksi dimulai dari Sta 3+100 dengan mendahulukan sisi
kanan pileslab. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan sisi kiri, dimana supply tiang
pancang bisa dari atas pile slab yang sudah ada juga jika melibatkan ponton pancang tetap
dapat beroperasi dari sisi kiri yang langsung ke arah laut.

 Segmen II
Pada segmen II dimulai dari STA 2+731 sampai STA 5+200 dengan panjang 2.469 m.
Secara keseluruhan segmen ini melewati tambak yaitu sepanjang 1.279 m dan 720 m rumah
penduduk yang akan dilakukan timbunan dan perkerasan jalan. Sedangkan pile slab yang
digunakan sepanjang 454 m. Segmen ini akan melewati sungai pada STA 4+975 sampai
STA 4+991 sehingga direncanakan dibuat jembatan komposit dengan bentang 16 meter.
Jarak terdekat dengan batas Taman Nasional Kutai (TNK) sejauh 90 meter.

 Segmen III
Pada segmen II dimulai dari STA 5+200 sampai STA 7+760 dengan panjang 2.560 m.
Kegiatan di segmen ini masih didominasi dengan tambak yaitu sepanjang 1.500 m dan 988 m
rumah penduduk maupun jalan yang akan dilakukan timbunan dan perkerasan jalan dan tidak
menggunakan konstruksi pile slab. Segmen ini akan melewati 3 sungai sehingga
direncanakan dibuat jembatan komposit dengan bentang bervariasi antara 16, 20 maupun
36m.

Konstruksi Jalan dengan Perkerasan Timbunan, Berbutir, Struktur dan Pengaspalan


Metode timbunan adalah :
Material tanah existing dibersihkan dari bahan organik atau material humus lainnya dengan
excavator/buldoser. Setelah itu material timbunan diangkut dari quarry (yang materialnya
memenuhi syarat timbunan secara laboratorium) ke lokasi badan jalan dengan alat angkut
dump truck.

Di lokasi badan jalan, material dihamparkan dengan menggunakan motor grader/ buldoser,
lapis demi lapis hingga mencapai ketebalan maksimal 30 cm. Dalam pemadatan kadar air
tanah dijaga mendekati kadar air optimum. Kemudian dipadatkan dengan vibro roller minimal

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 18
Pelingkupan

10 ton dan passing minimal 8 kali atau sesuai trial pemadatan apabila dilakukan. Test hasil
pemadatan dilakukan pada setiap layer dengan sandcone atau sejenis untuk mengetahui
kepadatan lapangan yang dicapai (minimal 95% untuk lapis bawah).

Pada Tabel 2.5 disajikan parameter perencanaan desain perkerasan jalan yang akan
digunakan.

Tabel 2.5 Parameter Perencanaan Design Perkerasan Jalan


No. Parameter Perkerasan Lentur
1. Umur rencana 10 tahun
2. Terminal serviceability (pt) 2,0 – 3,0
3. Initial serviceability (po) 4,2
4. Serviceability loss (ΔPSI) po - pt
5. Elastic (resilient) modulus AC (EAC) 450.000 psi
6. Layer coeff .AC surface course (a1) Berdasarkam EAC = 450.000 psi
7. Layer coeff. ATB (a21) Bersadarkan MS = 800 kg
8. Tebal minimum Asphalt Concrete 4 inch
Sumber : Dokumen Studi Kelayakan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, 2012

Konstruksi Jalan dengan Perkerasan Pile Slab dan pengaspalan


Metode Pile Slab :
1. Pemancangan Spun Pile
Material dan alat pancang dimobilisasi ke lokasi pekerjaan di ujung jalan timbunan. Karena
lokasi merupakan daerah pantai dimana airnya pasang surut, maka pemancangannya dapat
dibuat 2 alternatif :
– Laut :
Pemancangan dilakukan apabila air laut sedang pasang. Dengan menggunakan ponton
service dan mesin pancang diatasnya. Apabila kedalaman air tidak memenuhi draft
ponton maka bisa dilakukan pembuatan kanal sepanjang jalan dengan driging
menggunakan swamp backhoe.untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 2.4.
• Dibuat titik-titik BM sepanjang pile slab dengan jarak maksimum 50 meter untuk
menghindari kesalahan penempatan titik pancang.
• Titik-titik lokasi tiang pancang sudah di stake out dengan alat ukur (minimal 2 alat
ukur) dan ditandai.
• Alat pancang berdiri di landasan/ponton dan dimodifikasi agar hammer pancang
dapat bergerak dengan jangkauan yang lebih jauh. Mengingat lebar jalan sangat
besar sehingga tidak memungkinkan alat pancang bergerak bebas untuk menjangkau

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 19
Pelingkupan

tiang terjauh. Resiko dari modifikasi ini biasanya hammer pancang dapat bergerak
bebas sehingga tidak tepat pada kepala tiang yang berakibat rusak/patah nya tiang
tersebut.
• Material pancang diangkut ke lokasi pemancangan dengan alat angkut dengan
ponton service.
• Material diangkut secara bertahap sesuai kemampuan alat angkut yang digunakan.
• Pemancangan dimulai dari kedua ujung jalan dan bertemu di bentang tengah.
• Selama pemancangan, untuk menjaga kelurusan tiang pancang wajib dikontrol oleh
surveyor dengan 2 alat ukur.
• Pemancangan di hentikan apabila final set 10 pukulan terakhir telah mencapai 2,5
cm.
– Darat :
Dengan membuat jalan darurat/sementara sepanjang jalur pile slab, menggunakan
konstruksi timbunan tanah, bantalan balok kayu/bantalan kelapa dan pelat baja.
• Dibuatkan jalan darurat sepanjang trase jalan dengan konstruksi timbunan
landasan balok kayu serta kombinasi pelat baja.
• Diesel hammer dan material pancang di mobilisasi lewat timbunan
• Bila melewati alur harus dibuat jembatan darurat.
• Biasanya terkendala pasang surut air laut.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 20
Pelingkupan

Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang
Gambar 2.4
Pemancangan dengan Menggunakan
Ponton

P.3

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 21
Pelingkupan

Gambar 2.5
Typical Timbunan

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 22
Pelingkupan

Gambar 2.6
Typical Pile Slab

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 23
Pelingkupan

2. Pemasangan Precast Slab


Sebelumnya precast slab di cor jauh hari sebelum dipasang ke pilecap. Precast slab dibuat
modul–modul precast yang sesuai ukurannya dengan kondisi lapangan dan dapat mudah
diangkat. Misalnya 1,3 x 4,4. Tebal precast slab setebal lantai 35 cm dan merupakan bagian
dari lantai jembatan. Precast slab dipasang menggunakan alat angkat crane sesuai
kapasitas/berat modul slabnya. Dipasang selebar bentang kemudian bersambung kebentang
selanjutnya. Precast slab didesain sedemikian rupa, sehingga bisa dengan mudah dapat
dipasang, dan dipada tiap sambungan dibuat overstek untuk dapat dicor dan berperilaku
secara monolit. Pembesian pada pile cap juga didesain sedemikian rupa (tambahan overstek)
sehingga dapat monolite dengan slab lantai. Sambungan antara satu precast slab dengan
precast slab selanjutnya pada pile cap dicor dengan menggunakan truck mixer yang langsung
dapat lewat diatas precast slab yang telah terpasang. Precast slab dipasang secara kontinyu
saling bersambung ke arah sta selanjutnya. Untuk lebih jelasnya pemasangan precast slab
disajikan pada Gambar 2.7.

3. Pemasangan Pile Cap


Sesudah pelaksanaan tiang pancang selesai dikerjakan tahapan selanjutnya adalah
pemasangan pile cap (Gambar 2.8).
Metode pemasangan adalah sebagai berikut :
• Dibuat perancah sesuai bentuk pile cap dengan balok balok kayu/baja, dimana
seluruhnya menumpu pada tiang pancang. Tumpuan balok diklam pada tiang pancang.
• Dilakukan pengasaran/pemotongan ujung tiang pancang untuk pemasangan overstek
penyaluran tulangan.
• Besi tulangan yang sudah dipabrikasi di base camp dipasang sesuai gambar desain.
• Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump dan selang untuk
menjangkau seluruh pile capnya (lewat darat/badan jalan)

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 24
Pelingkupan

Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang

Gambar 2.7
Pemasangan Precast Slab

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 25
Pelingkupan

Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir
Kota Bontang

Gambar 2.8
Pengecoran Pile Cap

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 26
Pelingkupan

4. Pemasangan Jembatan
Struktur jembatan ini direncanakan menggunakan balok gelagar dari beton bertulang dengan
bentang 16 meter yang ditumpu oleh abudment tepi. Dalam arah longitudinal, gelagar akan
diperkaku dengan diafragma tiap jarak 2,65 meter yang terbuat dari balok beton bertulang
untuk mendapatkan konfigurasi kekakuan struktur dan kekuatan yang saling terbagi setiap
beban yang diterimanya. Untuk bagian ujungnya berupa perletakan system simple beam
menggunakan bearing pad dari karet elastomer yang didalamnya berupa plat baja yang
ditumpu diatas abudment. Pada tengan abudment juga dibuat konstruksi penahan lateral
untuk menghindari pergeseran perletakan.

Bentang jembatan yang dibangun adalah bentang 16, 20 dan 36. Untuk lebih jelasnya
bentang jembatan disajikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10.

Perencanaan Perletakan
Perencanaan perletakan/bearing pad jembatan akhir akhir ini sering memakai elastomer, yaitu
bahan yang terbuat dari kombinasi antara karet yang didalamnya terdapat pelat baja.
Perencanaan elastometer ini digunakan pada metode rencana keadaan batas kelayanan,
sedangkan rencana keadaan batas ultimate tidak diperkenankan. Bridge Design Code pasal
8.3 mengatur persyaratan mengenai perletakan elastomer, yang mampu memikul translasi
dan rotasi melalui deformasi elastic. Bearing harus harus dipasang minimum 25 mm dari tepi
sesi permukaan tumpuan, untuk mengejutkan mengijinkan pelebaran elastometer dibawah
beton. Bila perletakan mengalami displacement geser/torsi secara bersamaan dalam 2 arah
maka perletakan bulat/circular umumnya lebih sesuai disbanding dengan perletakan
persegi/rectangular. Untuk jembatan komposit dan rangka baja ini memakai perletakan
elastomer persegi.

Perletakan jembatan komposit


Rencana keadaan batas kelayanan beban hidup load factor K = 2, beban angin K = 1,2
sedangkan beban mati dan gempa K = 1 berdasar Bridge Design Code section 2.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 27
Pelingkupan

Gambar 2.9
Rencana Jembatan Beton Type T Bentang 16 m

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 28
Pelingkupan

Gambar 2.10
Rencana Jembatan Komposit Bentang 36 m

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 29
Pelingkupan

5. Pemasangan Dinding Pengaman/Railling dan Trotoar


• Tahapan terakhir adalah pemasangan dinding pengaman dan trotoar serta aksesoris
jembatan.
• Bekisting dan pembesian dipasang dan seluruhnya ditahan oleh lantai jembatan.
• Pengecoran oleh truck mixer dilaksanakan lewat badan jembatan.
Gambar detail dari dinding pengaman disajikan pada Gambar 2.11.

 Pengaspalan
Tahapan selanjutnya pekerjaan pengaspalan, setelah selesai baik konstruksi jalan di darat
dan di lokasi berair/rawa dengan menggunakan pile slab, selanjutnya dilakukan pengaspalan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menaburkan aspal cair/tackout ke bagian jalan yang sudah kering dengan menggunakan
sprayer disemprotkan.
2. Baru dilakukan penggelaran Aspal Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)

Kegiatan mobilisasi akan berpotensi menimbulkan dampak seperti penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, peningkatan getaran, penurunan kualitas air sungai, penurunan
kualitas air laut, gangguan terhadap oceanografi, gangguan terhadap flora dan fauna,
gangguan mangrove, gangguan terhadap biota air, gangguan terhadap aktifitas nelayan,
gangguan terhadap aktifitas tambak, gangguan terhadap transportasi sungai, adanya
kemacetan lalu lintas dan gangguan terhadap lalu lintas.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Melakukan sosialisasi adanya rencana kegiatan pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota
Bontang
 Tenaga kerja yang terlibat akan dilengkapi dengan masker penutup mulut untuk
menghindari sebaran debu dan dilengkapi alat safety.
 Membanguan sedimen trap untuk padatan tersuspensi/lumpur seperti kolam pengendapan
lumpur yang memadai untuk mengendapkan lumpur sebelum dialirkan ke sungai
 Memasang rambu lalu lintas
 Berkoordinasi dengan dinas terkait

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 30
Pelingkupan

0.20

1.10

Gambar 2.11
Detail Dinding Pengaman

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 31
Pelingkupan

F. Pembangunan Rest Area


Luas rest area yang direncanakan adalah 1000 m2. Kegiatan yang ada di rest area ini
dilengkapi dengan kedai-kedai makanan, juga dilengkapi dengan toilet untuk pria dan wanita.
Rest area ini dilengkapi dengan area parkir sekitar 20 kendaraan dan juga dilengkapi dengan
sandaran jetty. Pelebaran jalan ke arah laut menggunakan pile slab. Untuk lebih jelasnya
denah rest area disajikan pada Gambar 2.12.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 32
Pelingkupan

Gambar 2.12 denah rest area

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 33
Pelingkupan

III. Tahap Operasi


A. Pengoperasian Jalan
Pengoperasain jalan dilaksanakan setelah proses konstruksi selesai. Jalan ini untuk
menghubungkan jalan dari Loktuan menuju ke Tanjung Laut Indah.

Potensi yang menimbulkan dampak adalah penurunan kualitas udara, peningkatan


kebisingan, perubahan tata ruang, peningkatan nilai lahan dan gangguan terhadap
transportasi sungai.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Melakukan penghijauan
 Memasang rambu-rambu lalu lintas
 Pemeliharaan jalan setiap ada kerusakan pada akses kendaraan

B. Pengoperasian Rest Area


Pengoperasian rest area ditujukan untuk tempat istirahat bagi yang akan melanjutkan
perjalanan ke Tanjung laut Indah. Potensi yang menimbulkan dampak adalah gangguan
terhadap kualitas air sungai, gangguan terhadap biota air, adanya peluang kerja dan usaha
dan peningkatan pendapatan.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Menyediakan tempat sampah.
 Menyediakan septic tank portable
 Bekerja sama dengan dinas terkait dalam pengangkutan sampah.
 Memprioritaskan dan memberi kesempatan terhadap penduduk lokal dalam
mengembangkan usaha.

C. Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan dilaksankan jika ada ruas jalan yang rusak dan akan segera diperbaiki.

Potensi yang menimbulkan dampak adalah adanya peluang kerja dan usaha, peningkatan
pendapatan dan kemacetan lalu lintas.

Pengelolaan lingkungan yang direncanakan diantaranya :


 Melakukan pemasangan pengumuman adanya kegiatan pemeliharaan

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 34
Pelingkupan

 perekrutan tenaga kerja dilakukan secara transparan


 Mengutamakan penduduk lokal
 Memasang rambu-rambu lalu lintas
 Pemeliharaan jalan setiap ada kerusakan pada akses kendaraan
 Berkoordinasi dengan dinas terkait

2.1.3.3 Jadwal Pelaksanaan Rencana Kegiatan


Jadwal pelaksanaan rencana kegiatan pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang
mulai dari tahapan pra konstruksi sampai tahap operasi disajikan pada Tabel 2.6.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 35
Pelingkupan

Tabel 2.6 Jadwal Rencana Kegiatan


Tahun Ke - 1 Tahun Ke - 2 Tahun Ke - 3 Tahun
No. Jenis Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ke - 4
A Tahap Pra Konstruksi
1. Pembebasan Lahan
2. Sosialisasi dan Koordinasi
B Tahap Konstruksi
3. Pemakaian Tenaga Kerja
4. Mobilisasi Alat, Bahan dan
Quarry
5. Pembukaan Lahan
6. Pematangan Lahan
7. Konstruksi Jalan dan
Jembatan
C Tahap Operasi
8. Pengoperasian Jalan dst
9. Pengoperasian Rest Area dst
10. Pemeliharaan Jalan dst

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 36
Pelingkupan

2.2 RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL


2.2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak
2.2.1.1 Komponen Geofisika Kimia

A. Letak Geografis
Kota Bontang yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, berjarak ± 90 km dari ibukota
provinsi yaitu Kota Samarinda. Secara geografis, Kota Bontang terletak antara 117o26’34,86”
Bujur Timur dan 0o4’7,34” Lintang Utara. Kota Bontang memiliki letak yang cukup strategis
yaitu terletak pada jalan trans Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Selat
Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang
dengan wilayah lain di luar Kota Bontang.

Tabel 2.7 Letak Geografis, Luas Wilayah Daratan serta Lautan Menurut Kecamatan di
Kota Bontang
Letak Geografis Luas Area (Km2)
No Kecamatan
Bujur Timur Lintang Utara Daratan Lautan
1. Bontang Selatan 1770 29’ 17,35” 00 7’ 19,43” 104,40 -
2. Bontang Utara 117 29’ 40,34”
0 00 8’ 17,60” 26,20 -
3. Bontang Barat 117 29’ 34,86”
0 00 7’ 53,25” 17,20 -
Kota Bontang 117 26’ 34,86”
0 00 4’ 7,34” 147,80 349,77
Sumber : Bappeda Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012

B. Morfologi
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit
serta bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1 - 120 meter dpl
dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut
di Kota Bontang (Ha)
Kelas Ketinggian
No Kecamatan
0–7m 8 – 25 m 26 – 100 m 101 – 500 m ≥ 500 m
1. Bontang Selatan 3.832,29 3.207,18 3.458,08 12,94 0
2. Bontang Utara 2.152,45 403,12 130,20 0 0
3. Bontang Barat 62,15 76,44 923,27 1,28 0
Kota Bontang 6.046,89 3.686,74 4.511,55 14,22 0
Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 37
Pelingkupan

Tabel 2.9
Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan di Kota Bontang
Kelas Lereng/kemiringan
No Kecamatan 0 – 2% 3 – 15% 16 – 40% ≥ 41%
1. Bontang Selatan 4.232,29 2.991,92 3.071,02 0
2. Bontang Utara 2.625,45 298,12 43,83 0
3. Bontang Barat 366,10 733,19 563,48 0
Kota Bontang 7.250,84 4.023,23 3.678,33 0
Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012

C. Iklim dan Temperatur Udara


Wilayah Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah lain di Indonesia pada
umumnya. Musim Kemarau biasanya terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober,
sedang musim penghujan terjadi pada Bulan November sampai dengan Bulan April. Selain
itu, karena berada di daerah khatulistiwa, iklim di wilayah Kota Bontang juga dipengaruhi oleh
angin Muson Barat (November-April) dan angin Muson Timur (Mei-Oktober).

Kota Bontang merupakan salah satu kota di Indonesia yang dilalui Garis Khatulistiwa dengan
suhu udara rata-rata tertinggi sebesar 28,60°C pada bulan Oktober, dan terendahnya 26,1°C
pada bulan April. Rata-rata kelembaban udara tertinggi 81,60% pada bulan Juli dan
terendahnya 67,85% pada bulan April. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Setiap Bulan di Kota Bontang, Tahun 2011
Suhu Udara (oC) Rata-rata
Bulan Kelembaban
Min Maks Rata-rata
( % Rh)
Januari 22.80 32,80 27,80 76,20
Februari 21,70 31,70 26,70 71,14
Maret 22,20 31,10 26,65 76,16
April 21,10 31,10 26,10 67,85
Mei 21,70 31,70 26,70 68,63
Juni 22,20 31,70 26,95 77,21
Juli 21,70 31,70 26,70 81,60
Agustus 22,80 31,70 27,25 75,64
September 22,80 32,10 27,45 74,77
Oktober 24,40 32,80 28,60 69,08
November 24,40 30,60 27,50 69,17
Desember 24,40 31,70 28,05 68,17
Rata-rata 22,68 31,73 27,20 72,97
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bontang, dalam
Bontang Dalam Angka, 2012

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 38
Pelingkupan

D. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata selama tahun 2011 adalah 197,7 mm dan 15,5 hari hujan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.11
Banyaknya Curah Hujan, Hari Hujan dan Hari Kering di Kota Bontang, Tahun 2011
Curah Hujan Curah Hujan Jumlah Jumlah
Bulan (mm) Maksimum Hari Hujan Hari Kering
(mm) (hari) (hari)
Januari 283,1 84,8 17,0 14,0
Februari 148,1 28,5 17,0 11,0
Maret 338,9 48,6 22,5 8,5
April 115,3 30,3 16,0 14,0
Mei 234,3 45,9 18,0 13,0
Juni 200,6 64,2 14,0 16,0
Juli 105,5 53,2 10,5 20,5
Agustus 145,0 64,6 10,5 20,5
September 193,4 74,3 15,0 15,0
Oktober 123,4 30,1 13,5 17,5
November 166,3 44,3 11,0 19,0
Desember 317,9 63,5 21,0 10,0
Jumlah 2.371,8 632,3 186,0 179,0
Rata - rata 197,7 52,7 15,5 14,9
Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang, dalam Bontang Dalam Angka, 2012

E. Tekanan Udara dan Kecepatan Angin


Rata-rata tekanan udara selama tahun 2011 bervariasi antara 29,53 InHg sampai 30,00 InHg,
dengan rata-rata kecepatan angin antara 13,50 knot hingga 19,20 knot. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.12
Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan di Kota Bontang, 2011
Tekanan Udara (InHg) Rata-rata
Bulan Kecepatan Angin
Min Maks Rata-rata
( Mph)
Januari 29,40 30,05 29,73 15,10
Februari 29,42 30,00 29,71 19,20
Maret 29,43 30,06 29,75 14,82
April 29,42 30,07 29,75 14,40
Mei 29,51 30,06 29,79 13,50
Juni 29,44 29,62 29,53 17,50
Juli 29,44 29,62 29,53 13,50
Agustus 29,04 29,62 29,33 17,50
September 29,47 29,96 29,72 13,50

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 39
Pelingkupan

Tekanan Udara (InHg) Rata-rata


Bulan Kecepatan Angin
Min Maks Rata-rata
( Mph)
Oktober 29,77 29,95 29,86 14,40
November 29,93 30,07 30,00 14,40
Desember 29,90 29,94 29,92 17,50
Rata-rata 29,51 29,92 29,72 15,41
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bontang, dalam
Bontang Dalam Angka, 2012

F. Kualitas Udara
Berdasarkan laporan studi kelayakan pembangunan jalan lingkar pesisir Kota Bontang, lokasi
di sekitar rencana proyek memiliki kepadatan lalu lintas yang relatif rendah sehingga tidak
menimbulkan kebisingan dan polusi udara yang berlebihan yang mengganggu masyarakat
yang tinggal di tepi-tepi jalan.

G. Kualitas Tanah
Tanah-tanah yang menjadi akses ke lokasi proyek didominasi oleh jenis pasir, sedangkan
tanah yang akan dilalui proyek sebagian merupakan hutan mangrove yang dibawahnya
didominasi oleh jenis tanah regosol, alluvial dan litosol. Tanah di bawah hutan mangrove
memiliki kekhasan secara alami. Tanah mangrove, seperti juga tanah pada ekosistem lainnya
dapat dijadikan sebagai patokan untuk melihat potensi dan produktivitasnya. Tanah-tanah di
sempadan pantai dekat rencana kegiatan sebagian besar mengalami longsor akibat intrusi air
laut. Untuk mengatasi intrusi air laut di beberapa tempat telah diberi turap beton.

H. Kondisi Oseanografi
Perairan pantai timur Pulau Kalimantan banyak memiliki karakter dan morfologi yang unik
seperti misalnya Teluk Balikpapan, Delta Mahakam termasuk perairan pantai Bontang. Sejak
tumbuhnya industri pupuk dan lainnya di Bontang banyak kegiatan yang terkait dengan
bidang transportasi laut dan fasilitas dermaga dibangun untuk bongkar muat material dan
barang. Untuk kelancaran kegiatan tersebut dan keselamatan pelayaran maka pemahaman
tentang kondisi laut (karakteristik oseanografi) daerah perairan pantai Bontang, Kalimantan
Timur sangat penting untuk dipahami.

Tidak hanya informasi tentang alur pelayaran dan keselamatan pelayaran yang dapat
diberikan dari pemahaman kondisi oseanografi, tetapi dapat memberikan informasi yang baik
dalam mengelola perairan pantai tersebut secara berkelanjutan. Contohnya, kebutuhan akan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 40
Pelingkupan

materi urugan untuk mereklamasi daratan dibutuhkan bahan urugan (quary site) dari laut.
Kegiatan penggalian (dredging) ini tentu akan menimbulkan dampak kekeruhan (peningkatan
TSS= Total Suspended Solid). Untuk memahami lebih dalam tentang sebaran luasan dan
besaran dampak tersebut diperlukan informasi dasar tentang pola arus yang dapat diprediksi
dari kedalaman laut, pasang-surut, angin) serta karakteristik material yang akan dikeruk.
Berikut ini akan dideskripsikan kondisi umum dari masing-masing parameter oseanografi yang
terjadi di perairan pantai timur Bontang.

Batimetri
Gambaran kedalaman laut di perairan pantai timur Bontang digambarkan kedalam peta
batimetri (Gambar 2.13). Seperti umumnya kedalaman laut di perairan pantai di perairan
Kalimantan Timur tidak melebihi 20 m. Kedalaman laut di dekat pantai dari pulau-pulau kecil
terlihat kurang dari 5 m. Kedalaman laut di tengah-tengah alur pelayaran dengan kunjungan
kapal-kapal tanker yang besar terlihat memiliki kedalaman lebih dalam dari 20 m.
Kemungkinan pada alur ini telah dilakukan pendalaman atau pengerukan alur. Pendalaman
juga terlihat dilakukan di sekitar dermaga sandar.Kedalaman laut di perairan laut lepas di sisi
barat Selat Makasar terlihat memiliki kedalaman diatas 30 m.

Pasang Surut (Pasut)


Fenomena naik turunnya muka laut secara periodik yang dibangkitkan oleh adanya gaya tarik-
menarik benda-benda angkasa khususnya matahari dan bulan terhadap muka laut di bumi
sangat mempengaruhi prilaku kehidupan masyarakat pesisir, tidak terkecuali di daerah pantai
timur Bontang. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa perairan pantai timur Bontang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perairan Selat Makassar. Pasang surut di
perairan Selat Makassarmerupakan perambatan gelombang pasut dari Samudera Pasifik
melalui Laut Sulawesi. Sebagian juga terlihat masuk dari arah Laut Jawa.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 41
Pelingkupan

Gambar 2.13 Kondisi Batimetri di Perairan Pantai Bontang, Kalimantan Timur

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 42
Pelingkupan

Besarnya nilai frekuensi air pasang dan surut dalam satu hari bisa digunakan untuk
menentukan tipe pasang surut di suatu lokasi perairan. Jika di suatu lokasi perairan
mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari, maka tipe pasang surut di
perairan tersebut dikatakan bertipe pasang surut tunggal (diurnal tide). Apabila dalam satu
hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, maka dikatakan bertipe pasang surut ganda
(semi diurnal tide). Tipe pasang surut yang lainnya merupakan peralihan dari dua tipe pasang
surut yang disebutkan diatas, sehingga dikenal dengan pasang surut tipe campuran (mixed
tide).

Metode kuantitatif lainnya yang sering digunakan untuk menentukan tipe pasang surut di
suatu perairan adalah rasio dari penjumlahan komponen pasut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan (O1) dengan komponen pasut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari (K1) dan penjumlahan dari komponen pasut
ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan (M2) dan unsur pasut ganda utama yang
disebabkan oleh gaya tarik matahari (S2). Nilai rasio ini dikenal dengan bilangan Formzahl
(F). Bila kisaran nilai F berada pada 0,00-0,25, maka daerah yang berada pada kisaran ini
bertipe pasut ganda (dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut). Untuk nilai F
berkisar anatara 0,25-1,50, disebut pasut tipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.
Kisaran nilai F pada 1,50-3,00 mempunyai tipe campuran condong kearah tipe tunggal.
Selanjutnya untuk F>3,00, maka pasut bertipe tunggal (artinya dalam satu hari terjadi sekali
pasang dan sekali surut).

Komponen utama pembangkit pasang-surut dari keempat lokasi tersebut ditabulasikan pada
Tabel 2.13. Bila 4 komponen utama tersebut dimasukkan ke dalam formula Formzhal maka
mendapatkan nilai berkisar antara 0,21 sampai dengan 2,49.

Tabel 2.13 Konstanta pasang surut di empat lokasi yang berbeda


No. Lokasi Komponen Pasut Bilangan
K1 O1 M2 S2 Formzhal (F)
1 Makassar 30 25 10 13 2.39
2 Barito 64 33 34 5 2.49
3 Balikpapan 12 13 59 59 0.21
4 Toli-toli 19 16 63 38 0.35
Sumber: Dishidros-TNI AL, 2010

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 43
Pelingkupan

Untuk mengetahui tipe pasut di empat lokasi dengan menggunakan data komponen pasut
(Tabel 2.13), maka dilakukan perhitungan. Pembagian dari total komponen tunggal (K1+O1)
dengan komponen ganda (M2+S2) menhasilkan bilangan Formzhal (F). Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai F di muara Sungai Barito paling besar bila
dibandingkan dengan lokasi lainnya.Tipe pasut yang terjadi di Barito dan Makassar adalah
tipe pasut campuran condong ke harian tunggal.Tipe pasut harian ganda tercata di
Balikpapan dan tipe pasut campuran condong ke harian ganda terjadi di Toli-toli.

Bontang yang terletak di utara Delta Mahakam memiliki komponen pasut seperti
ditabulasikan pada Tabel 2.14. Bila dihitung nilai Formzhalnya maka nilai F=0,37 yang berarti
tipe pasut di perairan pantai timur Bontang adalah bertipe campuran dominan ganda. Hasil
yang sama juga dapat terbaca dari grafik fluktuasi muka laut yang tersaji pada Gambar 2.14.

Tabel 2.14 Komponen Harmonik Pasut Hasil Analisa Data yang Diukur selama 29 Paitan
di Pelanuhan Sekangat Kota Bontang, Kalimantan timur

Sumber : Data Sekunder, Laporan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut Kota Bontang, 2012
Keterangan:
A : Amplitudo
G : Beda fase
M2 : Komponen utama bulan (pasut ganda)
P1 : Komponen utana bulan harian
S2 : Komponen utama matahari (pasut ganda)
K2 : Komponen luni bulan ganda
N2 : Komponen eliptik besar bulan (pasut ganda)
K1 : Komponen luni bulan harian
M4 : Komponen utama perempat harian
MS4 : Komponen perairan dangkal bulan matahari perempat harian
O1 : Komponen utama matahari harian

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 44
Pelingkupan

Gambar 2.14 Fluktuasi Muka Laut di Perairan Bontang selama 48 Jam

Arus
Pergerakan massa air (arus) di suatu perairan diangkitkan oleg berbagai gaya pembangkit
arus seperti angin, pasang surut, perbedaan densitas air dan tekanan hidristatis perairan.
Besarnya pengaruh masing-masing gaya tadi terhadap kekuatan dan arus aliran arus yang
ditimbulkannya bergantung kepada tipe perairannya (pantai, teluk atau laut lepas) dan
keadaan geografisnya.

Secara skematik pola arus permukaan di Selat Makasar dan sekitarnya berdasarkan musim
digambarkan paga Gambar 2.15. Hampir sepanjang tahun arus permukaan di perairan Selat
Makasar bergerak dari Laut Sulawesi ke arah Laut Jawa dan Laut Flores, fenomeda
disebabkan oleh adanya perbedaan gradien tekanan air laut yang dibangkitkan oleh
perbedaan tinggi muka laut di sisi Samudera Pasifik dan tinggi muka laut yang berada pada
sisi Samudera Hindia. Wytkti (1961) melaporkan bahwa tinggi muka laut di sisi Samudera
Pasifik (Davao) selalu lebih tinggi dari muka laut di Samudera Hindia (Darwin)

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 45
Pelingkupan

Gambar 2.15 Pola arus permukaan secara musiman di perairan Selat Makassar
(Puncak Musim Barat diwakili bulan Februari, Musim Peralihan I diwakili bulan April, Awal Musim
Timur diwakili bulan Juni, Puncak Musim Timur Agustus, Musim Peralihan II diwakili bulan Oktober,
dan awal musim barat diwakili bulan Desember)

2.2.1.2 Komponen Biologi


Komponen biologi yang dimaksud di sini menyangkut keberadaan vegetasi dan satwa yang
hidup dan berkembang biak di hutan mangrove tempat di mana akan terkena dampak
pelaksanaan proyek, sehingga perlu ada upaya mitigasi untuk melindungi habitat mangrove
sebagai tempat berkembang biak berbagai jenis kepiting, tempat bertelur ikan (tertentu) dan
penyerap karbon agar dapat berfungsi normal. Jenis tanaman yang ada di hutan mangrove
antara lain Avicennia spp. Selain itu juga terdapat kehidupan biota laut di sepanjang pantai
dan terdapat 1 jenis kera berekor panjang (Presbitys frontata) dan 1 jenis bangau.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 46
Pelingkupan

Gambar 2.16
Jenis Vegetasi dan Satwa Liar (kelompok monyet dalam lingkaran merah)
yang terdapat di rencana lokasi proyek

Taman Nasional Kutai (TNK) dan Hutan Mangrove Kota Bontang


Taman Nasional Kutai (TNK) adalah taman nasional yang berada dekat dengan lokasi
kegiatan dan memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove,
hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan
ulin/meranti/kapur dan hutan campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin
yang paling luas di Indonesia.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang
(Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea
sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon
zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki
potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan
(Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang
(Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 47
Pelingkupan

dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar
(Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus
javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai.
Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-
tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau
(Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular
asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi
orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba. Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan
beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan
Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan
pelestarian taman nasional tersebut.

Mangrove
Hutan mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah
hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang
terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di
mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik
di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muarasungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya
dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena


adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya
aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air
laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan
hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 48
Pelingkupan

Hutan Mangrove yang harus terkena pembebasan


Berdasarkan laporan studi kelayakan, pada trase Kelurahan Lok Tuan – Tanjung Limau,
terdapat beberapa luas hutan mangrove yang harus dibebaskan karena sangat sulit untuk
dihindari dalam rangka efisiensi jangkauan jarak rencana jalan lingkar pesisir kota Bontang.

Adapun luas hutan mangrove yang masuk dalam rencana lokasi jalan lingkar kota Bontang
yang secara spot/gerombol adalah seluas 1.300 meter dan spot yang lain kurang lebih 600
meter. Artinya luas hutan mangrove yang terkena rencana proyek adalah sekitar 1.900 x 30
meter sama dengan kurang lebih 57.000 meter persegi.

2.2.1.3 Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya


A. Kependudukan
Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi Jalan Lingkar Bontang terletak pada 5 (lima) Kelurahan pada 2 (dua) wilayah
Kecamatan, yaitu Kelurahan Lok Tuan, Gunung Elai, Bontang Baru dan Bontang Kuala di
Kecamatan Bontang Utara dan Kelurahan Tanjung Laut Indah di Kecamatan Bontang
Selatan, Kota Bontang.

Jumlah penduduk ke 5 (lima) wilayah kelurahan tersebut adalah 53.102 jiwa dan dengan
luas wilayah sebesar 20,76 km2, maka rata-rata kepadatan penduduk adalah 2558 jiwa
/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang
Utara sebanyak 4563 jiwa/km2 dan yang paling rendah adalah Kelurahan Bontang Kuala,
Kecamatan Bontang Utara sebanyak 658 jiwa/km2 (lihat Tabel 2.15)

Mengacu kepada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2010),
Kepadatan penduduk dikelompokkan kedalam tiga kriteria kepadatan yaitu:
1. Kriteria kepadatan tinggi apabila penduduk berjumlah lebih dari 2.000 jiwa per km 2.
2. Kriteria kepadatan sedang apabila penduduk berjumlah antara 1.000 jiwa sampai
dengan 2.000 jiwa per km2.
3. Kriteria kepadatan rendah apabila penduduk berjumlah kurang dari 1.000 jiwa per km 2.

Sesuai dengan acuan tersebut maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi
termasuk ke dalam kriteria tinggi. Apabila dibandingkan dengan angka kepadatan seluruh
wilayah Kecamatan Bontang Selatan sebanyak 569 jiwa/km2, maka rata-rata kepadatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 49
Pelingkupan

penduduk di wilayah studi lebih tinggi. Demikian pula apabila dibandingkan dengan rata–
rata kepadatan penduduk di Kecamatan Bontang Utara sebesar 2.379 jiwa/km2, maka
kepadatan pendudk wilayah studi sedkit lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
permukiman pada 5 (lima) kelurahan di wilayah studi merupakan pusat pemukiman
penduduk di wilayah Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan.

Tabel 2.15 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk


No Nama Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Jumlah
Kelurahan (Km2) Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Rumahtangga
Kec. Bontang Utara :
1. Lok Tuan 3,58 8834 7503 16337 4563 4501
2. Gunung Elai 4,59 7237 5234 12471 2717 4663
3. Bontang Baru 2,08 4721 4459 9180 4413 3077
4. Bontang Kuala 5,67 1960 1770 3730 658 1153
Jumlah 15,92 22752 18966 41718 2620 13394
Kec. Bontang Selatan :
1. Tanjung Laut
Indah 4,84 6010 5374 11384 2352 2815
Jumlah 4,84 6010 5374 11384 2352 2815
Kec. Bontang Utara 26,2 33669 28670 62339 2379 21386
Kec. Bontang Selatan 104,4 31075 28317 59392 569 15950
Sumber : Kec. Bontang Utara Dalam Angka, 2012 dan Kec. Bontang Selatan Dalam Angka 2012

Jumlah rumahtangga adalah 16.209 KK, dengan demikian rata-rata jumlah anggota
rumahtangga adalah 3 sampai 4 orang saja, yang terdiri dari kedua orangtua dan satu atau
dua orang anak–anaknya.

Jumlah penduduk laki-laki adalah 28.762 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan
adalah 24.340 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk adalah 83, yang
berarti pada setiap 100 orang penduduk laki–laki terdapat 83 orang penduduk perempuan.
Gejala ini menunjukkan dominasi penduduk laki–laki.

Keberadaan dua industri besar nasional masih menjadi daya tarik tenaga kerja untuk hijrah
ke Kota Bontang, ditambah lagi dengan perusahaan tambang yang lokasinya tak jauh dari
Kota Bontang. Kedatangan tenaga kerja baru di Kota Bontang tentunya akan terus
menambah populasi penduduk yang pada tahun 2008, 2009, 2010 berturut-turut adalah
sebesar 133.512 jiwa, 137.349 jiwa, dan 143.683 jiwa. Jumlah ini menjadikan Kota
Bontang menjadi kota terpadat di Kalimantan Timur setelah Balikpapan dan Kota
Samarinda. Kecamatan Bontang Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu sebanyak 61.394 jiwa padahal jika dilihat dari luas wilayah Kecamatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 50
Pelingkupan

Bontang Utara bukan merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya jika
dibandingkan dengan Kecamatan Bontang Selatan. Kepadatan penduduk selanjutnya
diikuti oleh Kecamatan Bontang Selatan sebanyak 57.442 jiwa dan Kecamatan Bontang
Barat 24.847 jiwa.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah studi yang termasuk
Kecamatan Bontang Utara, menunjukkan bahwa kelompok yang paling besar adalah
penduduk yang menamatkan lulusan SLTA/SMK (29,03%), Kemudian diikuti oleh
kelompok lulusan SD sebanyak 14,66% dan lulusan SMP sebanyak 677%. Lulusan
Diplomam serta perguruan tinggi relatif besar yaitu 3,73%.

Penduduk yang berstatus pelajar dan mahasiswa sebanyak 28,21%. Angka tersebut
menunjukkan potensi yang cukup besar untuk peningkatan pendidikan pada masa yang
akan datang.

Tabel 2.16
Komposisi Pendidikan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Utara
Kelurahan
No Tingkat Pendidikan Lok Gunung Bontang Bontang Jumlah %
Tuan Elai Baru Kuala
1 Tidak pernah sekolah 39 21 8 14 82 0,20
2 Lulus SD 3178 1438 1040 460 6116 14,66
3 Lulus SMP 984 732 687 422 2825 6,77
4 Lulus SMA 4073 4182 2846 1009 12110 29,03
Lulus diploma dan Perguruan
5 Tinggi 413 563 285 296 1557 3,73
6 Masih pelajar/mahasiswa 4873 3522 2479 895 11769 28,21
7 Belum sekolah 2777 2013 1836 634 7260 17,40
Total : 16337 12471 9180 3730 41719 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Utara ,2012, diolah

Untuk penduduk di wilayah studi yang tergabung di Kecamatan Bontang Selatan,


komposisi penduduk berdasarkan tingat pendidikan, tidak jauh berbeda. Peringkat pertama
tingkat pendidikan adalah kelompok yang menamatkan SMA/SMK sebanyak 38,45%,
kemudian diikuti lulusan SD sebanyak 19,01% dan lulusan SMP sebanyak 7,45%.
Penduduk yang menamatkan diploma serta perguruan tinggi mencapai 4,94%. Ditinjau
dari segi persentase, nampak bahwa wilayah Kelurahan di Kecamatan Bontang Selatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 51
Pelingkupan

nampak sedikit lebih tinggi pencapaian tingkat pendidikannnya dibanding wilayah


kelurahan yang ada di Kecamatan Bontang Utara.

Tabel 2.17
Komposisi Pendidikan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Selatan
Kelurahan
No. Tingkat Pendidikan Tanjung Laut %
Indah
1 Tidak pernah sekolah 4 0,05
2 Lulus SD 1987 19,01
3 Lulus SMP 455 7,45
4 Lulus SMA 4986 38,45
5 Lulus diploma dan Perguruan Tinggi 651 4,94
6 Masih pelajar/mahasiswa 2391 22,64
7 Belum sekolah 911 7,45
Total 11384 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Selatan,2012, diolah

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Berdasarkan catatan monografi kependudukan dokumen Bontang Dalam Angka 2012,
jumlah angkatan kerja produktif pada 5 (lima) wilayah kelurahan di wilayah studi
mencapai 40.123 jiwa atau 60,21% dari seluruh penduduk. Dari jumlah tersebut, maka
jenis-jenis pekerjaan penduduk minimal terdiri dari 6 (enam) jenis. Untuk penduduk di
Kecamatan Bontang Utara jenis pekerjaan yang paling banyak adalah penduduk yang
bekerja sebagai karyawan swasta (18,92%). Kemudian penduduk yang bermata
pencaharian berbagai usaha yang populer dengan istilah wiraswasta (11,31%) serta
penduduk yang bekerja sebagai pedagang (11,12%).

Kelompok penduduk yang bekerja sebagai nelayan mencapai 4,80%. Kelompok nelayan
nampak tersebar pada seluruh wilayah kelurahan. Untuk kelompok perempuan yang
berstatus sebagai ibu rumahtangga, sebagian besar berkegiatan mengurus rumahtangga
masing–masing.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 52
Pelingkupan

Tabel 2.18
Komposisi Pekerjaan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Utara
Kelurahan
No Jenis Pekerjaan Lok Gunung Bontang Bontang Jumlah %
Tuan Elai Baru Kuala
1 Nelayan 232 138 171 547 1088 4,80
2 Karyawan Swasta 1869 1257 977 189 4292 18,92
3 Buruh 1322 1008 121 73 2524 11,12
4 Petani 23 44 39 76 182 0,80
5 Wiraswasta 971 699 680 216 2566 11,31
6 Pedagang 844 1321 137 211 2513 11,08
7 Belum bekerja 660 821 643 336 2460 10,84
8 Ibu Rumahtanga 2766 1648 2098 553 7065 31,14
Jumlah (angkatan
kerja) 8687 6936 4866 2201 22690 100
9 Kelompok anak-anak 7650 5535 4315 1529 19029
Total 16337 12471 9180 3730 41719 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Utara,2012, diolah

Untuk masyarakat di wilayah Kecamatan Bontang Selatan mempunyai karakteristik yang


sedikit berbeda, yaitu kelompok yang paling banyak adalah yang menekuni kegiatan
wiraswasta (17,83%), disusul oleh kelompok pedagang (16,91%). Kemudian disusul oleh
kelompok penduduk yang bekerja sebagai buruh (15,21%). Kelompok karyawan swasta
(13,83%).

Meskipun penduduk banyak menekuni pekerjaan non–pertanian dan nelayan, namun


jumlah penduduk nelayan cukup banyak yaitu mencapai 575 orang atau 3,28% dari
seluruh penduduk. Kelompok pencari kerja di kedua wilayah mencakup 10,84% di
Kecamatan Bontang Utara dan 9,20% di wilayah Kecamatan Bontang Selatan. Angka
pengangguran di kedua wilayah hampir sebanding dengan angka pengangguran umum di
Kota Bontang yang mencapai 9,04% (BPS tahun 2012).

Tabel 2.19
Komposisi Pekerjaan Penduduk di Wilayah Kecamatan Bontang Selatan
Kelurahan
No. Jenis Pekerjaan %
Tanjung Laut Indah
1 Nelayan 177 3,28
2 Karyawan Swasta 1403 13,83
3 Buruh 1211 15,21
4 PNS 59 0,81
5 Wiraswasta 592 17,83
6 Pedagang 977 16,91
7 Belum bekerja 709 9,20

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 53
Pelingkupan

Kelurahan
No. Jenis Pekerjaan %
Tanjung Laut Indah
8 Ibu Rumahtanga 2955 22,92
Jumlah (angkatan kerja) 8083 100
9 Kelompok anak-anak 3301 0
Total 11384 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Bontang Selatan,2012, diolah

B. Gambaran Umum Perekonomian Kota Bontang


Wilayah studi yang terletak pada Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang
Selatan merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem ekonomi Kota Bontang. (satu
wilayah kecamatan lainnya adalah Kecamatan Bontang Barat.) Kota Bontang dikenal
dengan kota industri dan jasa, dua sektor tersebut telah memberikan nilai pendapatan
yang utama bagi daerah ini . Di Kota Bontang, dalam kawasan tiga perusahaan raksasa
itu, berbagai fasilitas modern lengkap tersedia, mulai dari fasilitas perumahan bagi
karyawan, tempat olahraga, rekreasi, taman bermain, rumah sakit hingga hotel berbintang
yang tentunya menambah kas daerah dari sektor jasa, sektor jasa dan industri pengolahan
adalah dua lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Dari tiga perusahaan besar itulah tulang punggung perkembangan perekonomian kota ini.
Keberadaan perusahaan raksasa itu punya andil dalam meningkatkan kegiatan
perdagangan dengan munculnya kebutuhan baru akan komoditas keperluan hidup sehari-
hari.

Untuk sektor pariwisata, wilayah pesisir dengan pantai yang bersih, landai, berpasir putih
bisa menjadi obyek wisata yang potensial. Bontang Kuala misalnya, selain menarik
wisatawan karena perkampungan nelayan di atas laut, juga tengah dikembangkan sebagai
obyek wisata. Kota ini memiliki potensi menjadi kota pariwisata dengan beberapa tempat
andalan, Pulau Beras Basah, Pulau Segajah serta Taman Nasional Kutai yang
berdampingan dengan wilayah Kutai Timur. Potensi budidaya perikanan laut dengan
komoditas unggulan berupa udang, kepiting, ikan kerapu, udang lobster, kakap merah,
teripang, rumput laut dan tiram banyak diminta oleh pasar luar negeri.

Gas Alam Cair (LNG) merupakan komoditi utama yang menopang perekonomian Kota
Bontang. Kota ini dianugrahi kekayaan alam, terutama gas alam yang sangat besar.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 54
Pelingkupan

Berdasarkan catatan dari laman wikipedia. Or.Id, Pada tahun 2005 produksi LNG
mencapai 42.889.510 M3. Sebagian besar produksi itu sebanyak 42.623.823 M3 untuk
konsumsi ekspor. Perusahaan yang memproduksi dan mengekspor LNG adalah PT.
Badak LNG & Co.

Selain LNG, di Kota Bontang terdapat industri lainnya, yaitu industri yang memproduksi
amoniak dan urea. Perusahaan yang memproduksi dan mengekspor urea dan amoniak
dari daerah ini adalah PT. Pupuk Kaltim. Produksi amoniak pada tahun 2005 mencapai
389.099 ton. Mayoritas dari produksi tersebut untuk keperluan ekspor, sebesar 311.230,68
ton. Sedangkan produksi Urea, dalam hal ini urea curah sebesar 1.009.693,79 ton. Seperti
produk industri lainnya produksi urea curah untuk ekspor, mencapai sebesar 543.782,23
ton.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 55
Pelingkupan

Tabel 2.20
Pendapatan Daerah Regional Daerah Bruto Kota Bontang 2005 – 2011
Tahun
2011 2010 2009 2006 2005
Sektor
Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) %

Pertanian 28.551 0,14 28.029 0,12 27.896 0,12 28.807 0,11 30.522 1,46
Pertambangan 53.295 0,25 53.104 0,23 53.791 0,23 51.350 0,2 45.457 2,17
Industri Pengolahan 19.040.064 90,68 20.954.317 91,83 21.990.998 92,49 24.652.693 94,18 685.791 32,81
Listrik dan Air Bersih 15.835 0,08 14.810 0,06 13.249 0,06 9.759 0,04 9.020 0,43
Bangunan 1.043.397 4,97 987.484 4,33 943.918 3,97 772.019 2,95 667.908 31,95
Perdagangan, Hotel,
Restoran 472.870 2,25 451.648 1,98 434.002 1,83 385.657 1,47 381.742 18,26
Angkutan/Komunikasi 114.393 0,54 109.434 0,48 104.595 0,44 87.076 0,33 84.686 4,05
Bank/Keu/Perum 130.271 0,62 123.015 0,54 116.494 0,49 110.409 0,42 109.089 5,22
Jasa 99.008 0,47 95.714 0,42 91.086 0,38 78.686 0,3 76.229 3,65
Total 20.997.685 100 22.817.555 100 23.776.029 100 26.176.457 100 2.090.442 100
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2013

Kerangka Acuan
II - 56
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013
Pelingkupan

Dominasi berbagai industri di atas terlihat jelas dalam komposisi PDRB Kota Bontang. Dari
keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2005, tahun 2011 sebesar Rp.
26,26 trilyun, konstribusi sektor industri pengolahan mencapai Rp. 17,4673 trilyun atau
80,98 persen (Lihat Tabel 2.20). Dominasi industri yang berhubungan dengan hasil alam
ini tidak hanya bermanfaat bagi perekonomian Kota Bontang sendiri, melainkan juga
menghasilkan devisa yang besar bagi negara.

Dilihat dari banyaknya industri, di Kota Bontang terdapat berbagai jenis industri antara lain
industri aneka sebesar 196 buah, industri hasil pertanian dan kehutanan 299 buah dan
industri logam, mesin dan kimia sebesar 205 buah. Industri aneka menyerap tenaga kerja
838 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2,39 milyar. Sedangkan industri hasil
pertanian dan kehutanan menyerap 893 tenaga kerja dan nilai investasi sebesar Rp. 14,91
milyar. Sementara industri logam, mesin dan kimia menyerap 4.020 tenaga kerja dengan
nilai investasi sebesar Rp. 5,29 trilyun.

Sektor Pertanian
Potensi pertanian tanaman pangan di wilayah studi dan juga di Kota Bontang secara
umumnya tidak terlalu menonjol, mengingat Bontang adalah daerah perkotaan. Selama ini
Kota Bontang masih mengandalkan suplai bahan-bahan makanan dari daerah lain. Untuk
tahun 2011 produksi padi di Kecamatan Bontang Selatan jika dibandingkan yaitu sebesar
512 ton dari 18 Ha luas lahan panen (lihat Tabel 2.21). Menurut catatan, angka ini
mengalami penurunan dibanding pada tahun sebelumnya yang mencapai 534 ton /tahun.

Tanaman palawija yang dihasiilkan adalah kacang tanah (2 ton), ubi kayu (413 ton) dan
ubi jalar (84 ton) Luas panen tanaman palawija pada umumnya mengalami kenaikan pada
tahun 2011 jika dibandingkan dari tahun 2010.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 57
Pelingkupan

Tabel 2.21
Hasil Panen Beberapa Jenis Komoditi Pertanian, Tahun 2011
No. Jenis komoditi Bontang Utara (ton) Bontang Selatan (ton) Jumlah (ton)
1 Padi 0 512 512
2 Kacang Tanah 0 2 2
3 Ubi Kayu 244 169 413
4 Ubi Jalar 42 42 84
5 Holtikultura 1220 1009 2229
6 Buah pisang 440 1000 1440
7 Kelapa 10,5 14,5 25
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2012

Tanaman holtikultura/sayur–sayuran mencapai hasil 2.229 ton pada tahun 2011.


Petsai/sawi adalah tanaman sayuran yang paling tinggi produksinya, diikuti oleh kangkung
dan kacang panjang. Produksi buah-buahan pada tahun 2011, tertinggi adalah pisang,
diikuti salak dan pepaya.

Sektor Perikanan dan Karakteristik Nelayan


Wilayah laut di Kota Bontang lebih luas daripada wilayah daratan, oleh karena itu wajar
jika hasil produksi perikanan didominasi oleh perikanan laut. Hasil produksi perikanan laut
yang paling banyak adalah ikan cakalang (728,4 ton) diikuti ikan kembung (585,4 ton).
Sedangkan produk olahan hasil perikanan laut yang terbanyak adalah Baronang Lingkis
yang diasinkan yaitu sebanyak 313,4 ton. Produksi perikanan budidaya tambak yang
diusahakan di Kota Bontang terbanyak adalah bandeng (5,6 ton), diikuti udang windu (3,3
ton), dan udang putih (3,3 ton). Ikan lele merupakan produk budidaya kolam yang
terbanyak yaitu 22,2 ton, disusul oleh ikan nila dengan 2,8 ton.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 58
Pelingkupan

Tabel 2.22
Sepuluh Besar Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kota Bontang, Tahun 2011
Jumlah
No. Jenis tangkapan ikan %
(ton)
1 Cakalang 728,4 8,69
2 Layang 614,8 7,33
3 Beronang Lingkis 585,5 6,98
4 Tongkol Komo 581,4 6,93
5 Tongkol Karai 567,3 6,77
6 Kembung 567 6,76
7 Tembang 517,4 6,17
8 Teri 466,4 5,56
9 Belanak 386,4 4,61
10 Beronang 161,3 1,92
Ikan dan hewan lautnya (33 jenis) 3208,7 38,27
Jumlah 8384,6 100
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2012

Kecamatan Bontang Utara jumlah penduduk nelayan paling banyak diantara 3 kecamatan
pesisir yang ada di Kota Bontang dengan jumlah rumah tangga perikanan budidaya keramba
sebanyak 121 rumahtangga, budidaya rumput laut sebanyak 75 rumah tangga, 132 rumah
tangga perikanan budidaya tambak dan 255 rumah tangga pengelola hasil budidaya
perikanan dan rumput laut. Wilayah pesisir yang dimiliki Bontang Utara yaitu berada di
Kelurahan Bontang Kuala dan Kelurahan Lok Tuan.

Kedua Kelurahan tersebut merupakan permukiman, yang dominasi masyarakatnya adalah


nelayan. Produksi hasil perikanan selain dipasarkan dalam bentuk segar juga berupa produk
olahan. Jenis produk olahan antara lain ikan asin/kering, pindang, terasi, krupuk ikan/udang,
dan manisan rumput laut. Pada kawasan nelayan di Kecamatan Bontang Utara terdapat
beberapa permukiman yang sebagian telah tertata dengan teratur tetapi sebagian terlihat
kumuh. Kondisi lingkungan pada kawasan tersebut kurang memenuhi syarat kesehatan. Di
Kecamatan Bontang Utara, kawasan nelayan terdapat pada Kelurahan Bontang Kuala dan
Kelurahan Lok Tuan. Pada dua Kelurahan tersebut, terdapat beberapa permukiman di atas
laut.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 59
Pelingkupan

2.2.1.4 Komponen Kesehatan Masyarakat


Pembangunan jalan lingkar pesisir Kota Bontang baik secara langsung maupun tidak
langsung berpotensi menyebabkan dampak terhadap kesehatan, seperti adanya debu dan
kebisingan yang diakibatkan oleh lalu lalang kendaraan proyek pada tahap konstruksi.

A. Sanitasi Lingkungan
Kondisi sanitasi masyarakat Kota Bontang dilihat dari tiga
indikator utama yaitu sistem pengelolaan air limbah
rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase
lingkungan. Penduduk yang menempati rumah di tepi-
tepi jalan tidak melakukan pengelolaan sampah, namun
mereka membuang sampah pada tempat-tempat yang
telah di sediakan, sehingga tidak berceceran di tepi-tepi
jalan atau halaman rumah. Air limbah rumah tangga
langsung masuk ke dalam saluran drainase dan mengalir lancar, drainase berdinding semen
tertata rapi dan berfungsi secara normal.

Sedangkan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan


menjorok ke arah laut dengan jalan terbuat dari susunan
kayu ulin membuang air limbah rumah tangga langsung
ke badan laut, meskipun setiap rumah menyediakan
tempat sampah masih terdapat ceceran sampah di sekitar
rumah, drainase tidak tersedia karena rumah-rumah yang
mereka tempati berupa rumah kayu berbentuk panggung
yang berkolongkan aliran air laut.

B. Sumber Air Bersih


Masyarakat di sekitar rencana proyek menggunakan air yang dialirkan dari pipa PDAM
sebagai sumber air bersih. Pemerintah Kota Bontang senantiasa berupaya meningkatkan
pelayanan dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Upaya yang dilakukan, antara
lain perbaikan kualitas air bersih sehingga memenuhi persyaratan kesehatan dan perluasan
jaringan pelayanan, terutama ke kawasan yang padat penduduknya.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 60
Pelingkupan

Saat ini PDAM Kota Bontang memiliki dua unit sumur bor. Kedua sumur tersebut memiliki
kedalaman 300 meter; menggunakan sistem sumur dalam (deep well) dengan debit 25
liter/detik dan kapasitas produksi 855 m3/hari. Kebocoran saat distribusi rata-rata mencapai
10% (masih berada dalam ambang normal).

Banyaknya air minum yang disalurkan selama tahun 2011 sebanyak 4.852.509 m3 sedangkan
banyaknya pelanggan PDAM selama tahun 2011 adalah sebanyak 12.622 pelanggan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.23
Banyaknya Air Minum yang Disalurkan (m3) Menurut Jenis Konsumen di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011
Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011
Sosial
Umum 4,640 3,415 1,601 1,662 20,326
Khusus 11,203 10,206 7,237 7,053 87,207
RTSS 1,528 1,755 7,174 7,295 81,953
Non Niaga
Rumah Tangga (A) 123,838 133,715 146,562 141,132 1,401,728
Rumah Tangga (B) 120,106 125,209 138,845 146,732 1,780,758
Instansi Pemerintah (C) 2,788 3,422 4,991 4,454 52,345
Niaga
Kecil 22,744 25,946 42,772 63,816 1,164,778
Besar 3,404 3,774 2,926 4,573 156,567
Industri Kecil 10 23 13 52 1,286
Industri Besar 0 0 0 0 0
Khusus
Pelabuhan Laut, Sungai 0 0 0 174 1,387
Air Isi Ulang 475 2,918 4,127 4,600 102,793
Mobil Tangki 42 36 147 33 903
Lainnya 0 0 0 0 478
Jumlah 290,778 310,419 356,395 381,576 4,852,509
Sumber : PDAM Tirta Taman Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 61
Pelingkupan

Tabel 2.24
Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011
Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011
Sosial
Umum 78 63 33 33 32
Khusus 146 154 139 142 147
RTSS 67 72 121 121 114
Non Niaga
Rumah Tangga (A) 4.208 4.899 5.128 4.782 3.954
Rumah Tangga (B) 4.537 4.703 4.965 5.331 5.951
Instansi Pemerintah (C) 60 64 66 70 76
Niaga
Kecil 652 741 1.009 1.221 1.923
Besar 36 37 45 64 326
Industri Kecil 1 1 1 2 4
Industri Besar 0 0 0 0 0
Khusus
Pelabuhan Laut, Sungai 0 0 0 2 2
Air Isi Ulang 10 50 60 72 93
Mobil Tangki 0 0 0 0 0
Lainnya 0 0 0 0 0
Jumlah 9.795 10.784 11.567 11.840 12.622
Sumber : PDAM Tirta Taman Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

C. Kesehatan
Salah satu upaya pemerintah Kota Bontang dalam rangka memeratakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua jenis fasilitas tersebut dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil. Jumlah fasilitas penunjang kesehatan
yang ada di Kota Bontang pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang baik selain
dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan, juga melalui penyuluhan kesehatan, agar
masyarakat dapat berprilaku hidup sehat. Diharapkan dengan penyuluhan ini penularan
penyakit seperti diphteria, muntaber, kolera, dan demam berdarah, sebagai akibat dari
sanitasi lingkungan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat dicegah.

Prasarana kesehatan yang ada, berupa 4 unit rumah sakit, 1 unit rumah sakit bersalin, 3 unit
puskesmas, 2 unit puskesmas pembantu, 108 unit posyandu, 7 unit praktek dokter keluarga, 2

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 62
Pelingkupan

unit klinik/balai pengobatan dan 15 apotek. Untuk lebih jelasnya mengenai fasilitas kesehatan
yang ada di Kota Bontang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.25
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Bontang, 2011
Fasilitas Kesehatan (Unit)
Rumah Rumah Puskesmas Pustu Posyandu Praktek Klinik/ Apotek
No Kecamatan
Sakit Sakit Dokter Balai
Bersalin Keluarga Kesehatan
1. Bontang 1 0 1 1 41 2 1 6
Selatan
2. Bontang 2 0 1 0 45 2 1 6
Utara
3. Bontang 1 1 1 1 22 3 0 3
Barat
Kota Bontang 4 1 3 2 108 7 2 15
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Tenaga kesehatan yang tersedia di Kota Bontang pada tahun 2011 sebanyak 144 dokter, 513
perawat, 104 bidan, dan 77 farmasi. Sedangkan untuk tenaga non medis yang ada adalah 12
ahli gizi, orang teknisi medis, 17 sanitasi, dan 29 ahli kesehatan masyarakat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.26
Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kesehatan
di Kota Bontang, 2011
No Unit Tenaga Medis Tenaga Non Medis
Kerja Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Teknis Sanitasi Kesehatan
Gizi Medis Masyarakat
1. Puskesmas 13 47 17 3 3 0 7 7
2. Instalasi 0 0 0 0 0 0 0 0
Farmasi
3. Labkesda 2 1 0 0 0 5 2 0
Dinas 4 5 6 5 3 0 4 16
Kesehatan
Rumah 74 395 50 53 6 42 4 3
Sakit
Sarana 51 65 31 16 0 0 0 3
Kesehatan
Lainnya
Jumlah (2011) 144 513 104 77 12 47 17 29
2010 88 402 102 61 17 28 24 25
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Secara umum tenaga kesehatan yang ada di Kota Bontang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
(2007 – 2011) setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Tenaga kesehatan yang

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 63
Pelingkupan

peningkatannya cukup besar adalah jumlah dokter dan tenaga keperawatan Perkembangan
jumlah tenaga kesehatan di Kota Bontang secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.27
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Bontang, Tahun 2007 - 2011
Jumlah Tenaga Kesehatan
No Tenaga Kesehatan
2007 2008 2009 2010 2011
1. Dokter Spesialis 18 28 22 23 23
2. Dokter Umum 52 78 78 79 87
3. Dokter Gigi 21 39 42 40 34
4. Tenaga Keperawatan 333 336 464 451 513
5. Tenaga Kefarmasian 8 10 89 90 77
6. Tenaga Kesehatan 13 14 18 26 29
Masyarakat
7. Tenaga Gizi 13 16 17 12 12
8. Tenaga Keterapian Fisik 6 7 7 9 8
9. Keteknisian Medis 31 31 31 29 64
Jumlah (Total) 495 559 768 759 847
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Salah satu dari sepuluh penyakit utama yang paling sering diderita masyarakat Kota Bontang
selama tahun 2010 menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Bontang adalah penyakit pada
saluran pernafasan bagian atas (16.509 penderita). Sebagai penyakit dengan jumlah
penderita terbesar, penyakit ini perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat
mengganggu aktivitas masyarakat Kota Bontang.

Tabel 2.28
10 Penyakit Dominan di Kota Bontang, Tahun 2011

Jenis Penyakit Banyak Kasus


1. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA) 16.509
2. Tekanan Darah Tinggi 6.223
3. Pharingitis 5.401
4. Dyspepsia 4.762
5. Diare & Gastreontetris / Penyebab Infeksi Tertentu 2.989
6. Observasi Febris 2.705
7. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 2.409
8. Atopic Dermatitis 2.150
9. Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan Atas 1.967
10. Penyakit Susunan Syaraf Lain-lain 1.672
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 64
Pelingkupan

2.2.1.5 Komponen Transportasi


Jaringan jalan di Kota Bontang dapat dibagi atas jaringan jalan regional dan jalan lokal (kota).
Jaringan jalan regional ke arah selatan menghubungkan Bontang dengan ibukota Provinsi
Kalimantan Timur yakni Kota Samarinda yang jaraknya ± 120 km dengan konstruksi jalan
aspal, sementara ke arah Utara menghubungkan dengan Sengata ibukota Kabupaten Kutai
Timur dan berjarak ± 80 km dengan konstruksi jalan aspal.

Struktur jalan di Kota Bontang berpola terpusat di Bontang Baru dengan titik pusat di
pertemuan Jl. MT. Haryono, Jl. Diponegoro, Jl. Mulawarman yang juga merupakan pusat
pemerintahan. Dari titik pusat tersebut jaringan jalan kemudian berkembang menghubungkan
Kelurahan Bontang Baru dengan Tanjung Limau, Kelurahan Bontang Kuala, Lok Tuan,
Kelurahan Belimbing, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berbas Tengah dan Satimpo
dengan konstruksi jalan aspal, cor dan perkerasan dengan kondisi jalan baik sampai sedang.
Sedangkan jalan khusus di lingkungan industri PT. Pupuk Kaltim dan PT. LNG Badak adalah
sepanjang 81,686 meter dengan kondisi baik.

Panjang jalan di seluruh Kota Bontang pada tahun 2011 mencapai 203,492 km, terdiri dari
9,036 km jalan negara dan 194,456 km jalan kota. Untuk jalan kota, 143,191 km dalam
kondisi baik dan hanya 51,265 km dalam kondisi rusak sedang.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 65
Pelingkupan

Gambar 2.17
Peta Jaringan Jalan Kota Bontang

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 66
Pelingkupan

Tabel 2.29
Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang di Kota Bontang (meter)
Tahun 2007 – 2011
Tahun
Jenis Jalan
2007 2008 2009 2010 2011
Jalan negara 8.151,15 8.151,15 - - 9.036,00
Jalan provinsi 33.718,90 33.718,90 33.727,90 33.727,90 -
Jalan kota 127.857,92 193.160,47 211.710,92 211.710,92 194.456,00
Jumlah 169.727,97 235.030,52 245.438,82 245.438,82 203.492,00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Tabel 2.30
Panjang Jalan Menurut Kondisi Permukaan Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007-2011 (meter)
Kondisi Status Jalan
Permukaan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Diaspal 8.174,00 - 71.444,00
Kerikil - - 1.485,00
Tanah - - 21.300,00
Lainnya 862,00 - 100.227,00
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 211.231,77
2009 - 33.729,00 221.231,77
2008 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Tabel 2.31
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007-2011 (meter)
Status Jalan
Kondisi Jalan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Baik 9.036,00 - 143.191,00
Sedang - - 51.265,00
Rusak - - -
Rusak Berat - - -
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 211.231,77
2009 - 33.729,00 221.231,77
2008 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 67
Pelingkupan

Tabel 2.32
Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan di Kota Bontang,
Tahun 2007 - 2011 (meter)
Status Jalan
Kelas Jalan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
Kelas III A - - 5.701,00
Kelas III B 9.036,00 - 52.443,00
Kelas III C - - 136.312,00
Jumlah 2011 9.036,00 0,00 194.456,00
2010 - 33.727,90 203.710,90
2009 8.151,15 33.718,90 193.160,47
2008 8.151,15 33.718,90 127.857,92
2007 8.151,15 33.718,90 127.857,92
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bontang dalam Bontang Dalam Angka, 2012

2.2.2 Kegiatan yang ada di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan


Kegiatan yang ada di sekitar lokasi kegiatan mulai dari STA Awal/ 0+000 meliputi Makam
Muslim, semak belukar, mangrove. Sementara di Lokasi Segment 1 akhir terdapat dermaga
klotok/kapal kecil yang berada di Sungai Tanjung Limau, pemukiman penduduk, mangrove
milik PKT, Pelabuhan speed, TPI Tanjuang Limau, dan Taman Nasional Kutai (TNK).

Di Awal Segment 2, mula dari Jalan Raya H.M. Tahmrin, pemukiman penduduk Kelurahan
Tanjung Limau, perdagangan dan jasa. Di pertengahan trase dijumpai Taman Nasional Kutai
(TNK) sebelah Utara, terdapat juga bangunan Ibadah Pure, dan pemukiman, ladang, sawah
dan berakhir di Jalan Piere Tandean tepat sebelah kiri Kantor Dinas PMBK.

Masuk ke Segment 3, diawali dengan melintasi Sungai, ladang, sawah dan berakhir di depan
pintu masuk cafe Singapore. Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan yang ada di sekitar
lokasi rencana kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.18.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 68
Pelingkupan

Gambar 2.18
Peta Kegiatan lain di Sekitar Lokasi Kegiatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 69
Pelingkupan

2.3 HASIL PELIBATAN MASYARAKAT


Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan masyarakat
dilakukan melalui pengumuman dan konsultasi publik.

A. Pengumuman
Pengumuman dilakukan di media cetak, dimuat di Surat Kabar Bontang Pos pada Hari Rabu
tanggal 26 Juni 2013.

B. Konsultasi Publik
Konsultasi publik dilakukan di Kantor Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang pada hari
Jum’at tanggal 28 Juni 2013 yang dihadiri oleh Pemrakarsa, Badan Lingkungan Hidup Kota
Bontang, Camat Bontang Selatan, Camat Bontang Utara, Lurah Lhokuan, Lurah Bontang
Kuala, Lurah Bontang Baru, Lurah Gunung Elai, Lurah Tanjung Laut Indah, tokoh/perwakilan
masyarakat dan instansi terkait.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 70
Pelingkupan

Hasil konsultasi publik tersebut diperoleh masukan sebagai berikut :


 Dampak positif dari pembangunan jalan harus lebih besar jika dibandingkan dengan
dampak negatifnya.
 Dipertimbangkan dampak terhadap kawasan budidaya nelayan dan juga jalur nelayan
untuk melaut
 Saat konstruksi masalah debu dan penumpukan material harus diperhatikan
 Sempadan di sepanjang jalan lingkar sebaiknya dihijaukan
 Dampak kerusakan lingkungan diminimalisir
 Jembatan Tanjung Limau – Loktuan harus segera dilaksanakan
 Minimalkan pembangunan yang merusak lingkungan hutan mangrove dan pesisir
 Quarry/urigan jangan sampai mengambil tanah di hutan lindung dan taman nasional

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

2.4 DAMPAK PENTING HIPOTETIK


2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial
Pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan
hidup (primer, sekunder dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat
dari adanya rencana kegiatan. Pada tahap ini dilakukan inventarisasi dampak potensial yang
mungkin timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak.
Dengan demikian dalam tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial
tersebut merupakan dampak penting. Identifikasi dampak potensial ditempuh melalui
serangkaian langkah kegiatan sebagai berikut :

• Penelaahan pustaka, dengan menggunakan beberapa referensi antara lain data statistik
Kota Bontang, serta dokumen lain yang terkait.
• Serangkaian konsultasi dan diskusi dengan instansi terkait.
• Rapat konsultasi publik dengan yang berkepentingan di seluruh desa.
• Pengamatan lapangan dan wawancara bebas dengan masyarakat di sekitar lokasi
rencana kegiatan terutama yang akan terkait dengan alih fungsi lahan.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 71
Pelingkupan

Pada proses identifikasi dan evaluasi dampak penting, salah satu bahan pertimbangan utama
adalah masukan dari masyarakat dan pemerhati/pakar lingkungan yang disampaikan secara
tertulis maupun lisan pada konsultasi publik.

Metode (perangkat/alat) yang digunakan dalam identifikasi dampak potensial ini adalah
matriks interaksi sederhana antara rencana kegiatan dan komponen lingkungan untuk
mendapatkan kemungkinan dampak potensial yang terjadi. Matriks Identifikasi Dampak
Potensial disajikan pada Tabel 2.33

2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial bertujuan untuk meniadakan dampak potensial yang dianggap
tidak relevan/tidak penting, sehingga didapat dampak penting hipotetik yang perlu ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL.

Dampak penting hipotetik yang muncul dari proses pelingkupan dari interaksi rencana
kegiatan dan komponen lingkungan untuk masing-masing disajikan pada Tabel 2.35.

Sedangkan untuk diagram alir pelingkupan dapat dilihat pada Gambar 2.19

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 72
Pelingkupan

Tabel 2.33 Matrik Identifikasi Dampak


Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
No. Komponen Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Komponen Fisik Kimia
1. Kualitas Udara - - - √ - √ √ √ - -
2. Tingkat Kebisingan - - - √ √ √ √ √ - -
3 Getaran - - - - - - √ - - -
4. Geologi
 Erosi Lahan - - - - √ √ - - - -
5. Kualitas Air Sungai - - √ √ √ √ √ - √ -
6. Kualitas Air Laut - - √ √ √ √ √ - - -
7. Oceanografi - - - - - - √ - - -
8. Ruang dan Lahan - - - - - - - √ - -
B. Komponen Biologi
9. Flora & Fauna Darat - - - √ √ - √ - - -
10. Mangrove - - √ √ √ - √ - - -
11. Biota Air - - √ √ √ √ √ - √ -
C. Komponen Sosial Ekonomi Budaya
12. Peluang kerja dan Usaha - - √ - - - - - √ √
13. Tingkat Pendapatan - - √ - - - - - √ √
14. Nilai Lahan √ - - - - - - √ - -
15. Kecemburuan Sosial - - √ - - - - - - -
16. Keresahan Masyarakat √ √ √ √ √ - - - - -
17. Aktifitas Nelayan √ - - √ √ - √ - - -
18. Aktifitas Tambak √ - - √ √ - √ - - -

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 73
Pelingkupan

Pra Konstruksi Konstruksi Operasi


No. Komponen Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
D Komponen Kesehatan Masyarakat
19. Kesehatan Masyarakat - - √ √ - - - - - -
E Transportasi
 Transportasi sungai - - - √ - - √ √ - -
 Kualitas Jalan - - - √ - - - - - -
 Kemacetan Lalu Lintas - - - √ - - √ - - √
 Lalu Lintas Lokal - - - √ - - √ - - -
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
√ : ada dampak
1. Pembebasan Lahan 3. Pemakaian Tenaga Kerja 8. Pengoperasian Jalan
2. Sosialisasi dan Koordinasi 4. Mobilisasi Alat, Bahan dan Quarry 9. Pengoperasian Rest Area
5. Pembukaan Lahan 10. Pemeliharaan Jalan
6. Pematangan Lahan
7. Konstruksi Jalan dan Jembatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 74
Pelingkupan

Tabel 2.34 Ringkasan Proses Pelingkupan


Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan
Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
I. Tahap Pra Konstruksi
1. Pembebasan Lahan  Melakukan sosialisasi Nilai Lahan Peningkatan  Terdapatnya peluang DPH Kec. Bontang Utara 2 minggu, durasi
 Melakukan pendekatan/ nilai lahan meningkatnya nilai lahan dan Kec. Bontang pembebasan
musyawarah kepada pemilik yang terjadi terutama di Selatan lahan sendiri
lahan untuk mencapai kawasan Loktuan sekitar 22 diperkirakan
kesepakatan harga rumah dan Tanjung Limau berlangsung
 Pembayaran ganti rugi lahan sekitar 40 rumah yang dalam waktu 3
segera dilakukan terkena pembebasan lahan. bulan
 Peraturan yang terkait  Ketidakpuasan dari
dengan pembebasan lahan masyarakat mengenai ganti
 Berkoordinasi dengan Dinas rugi
Perikanan, Kelautan dan  Dengan demikian, maka
Pertanian Kota Bontang dianggap perlu melakukan
untuk menentukan lokasi, kajian lebih dalam mengenai
jumlah dan jenis penggantian dampak ini
hotan mangrove yang Keresahan Keresahan  Adanya peluang yang cukup DPH
dibebaskan Masyarakat masyarakat besar akan terjadinya
keresahan masyarakat akibat
kegiatan pembebasan lahan
 Ketidakpuasan masyarakat
pemilik lahan yang akan
dibebaskan mengenai ganti
rugi
 Dengan demikian, maka
dianggap perlu melakukan
kajian lebih dalam mengenai
dampak ini

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 75
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
Aktifitas Nelayan Gangguan  Adanya gangguan aktifitas TDPH
aktifitas nelayan nelayan yang akan terjadi
pada saat pembebasan lahan
 Dikarenakan sudah
dilaksanakan pengelolaan
lingkungan maka dianggap
tidak perlu melakukan kajian
lebih dalam lagi
Aktifitas Tambak Gangguan  Adanya peluang yang cukup DPH
aktifitas tambak besar akan terjadinya
gangguan aktifitas tambak
akibat kegiatan pembebasan
lahan
 Adanya kekhawatiran dari
masyarakat mengenai
tambak yang terkena jalur
trase jalan
 Dengan demikian, maka
dianggap perlu melakukan
kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
2. Sosialisasi dan  Melakukan sosialisasi Keresahan Keresahan Dikarenakan sudah TDPH Kec. Bontang Utara
Koordinasi  Melakukan koordinasi masyarakat masyarakat dilaksanakan pengelolaan dan Kec. Bontang
dengan instansi terkait lingkungan maka dianggap Selatan
tidak perlu melakukan kajian
lebih dalam lagi

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 76
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
II Tahap Konstruksi
3. Pemakaian Tenaga  Memasang septic tank Kualitas air sungai Penurunan Kegiatan pemakaian tenaga TDPH Di lokasi rencana 1 minggu dengan
Kerja portable untuk limbah cair kualitas air kerja ini berlangsung selama kegiatan asumsi kegiatan
yang dihasilkan oleh pekerja sungai tahap konstruksi. Dikarenakan ini rutin selama
 Menyediakan tempat sampah sudah dilaksanakan tahap konstruksi
 Melakukan sosialisasi pengelolaan lingkungan maka
 Melaksanakan sesuai dianggap tidak perlu melakukan
dengan peraturan kajian lebih dalam lagi
Kualitas air laut Penurunan TDPH
kualitas air laut
Mangrove Gangguan TDPH
terhadap
mangrove
Biota air Gangguan TDPH
terhadp biota air
 Melakukan sosialisasi Peluang kerja dan Peluang kerja Jumlah tenaga kerja yang DPH Kec. Bontang Utara Proses
 Melakukan pemasangan usaha dan usaha dibutuhkan sebanyak 584 orang dan Kec. Bontang pelingkupan akan
pengumumam penerimaan baik lokal maupun didatangkan Selatan berlangsung
tenaga kerja dari luar. Dengan adanya dalam 2 bulan
 perekrutan tenaga kerja peluang kerja akan perekrutan untuk
dilakukan secara transparan miningkatkan tingkat tenaga kerja lokal
 mengutamakan tenaga kerja pendapatan masyarakat tetapi maupun dari luar.
lokal dapat juga menimbulkan Batas waktu
kecemburuan sosial dan kajian akan
keresahan masyarakat. Dengan memakan waktu
demikian, maka dianggap perlu sekitar 2 minggu
melakukan kajian lebih dalam
mengenai dampak ini

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 77
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
Tingkat pendapatan Peningkatan DPH 1minggu karena
pendapatan kegiatan sudah
Kecemburuan Kecemburuan DPH merupakan
sosial sosial kegiatan rutin
Keresahan Keresahan Dikarenakan jumlah tenaga TDPH
masyarakat masyarakat kerja lokal yang akan diterima
cukup banyak sehingga
menimbulkan persepsi positif
dan kemungkinan diterima
sebagai pekerja lebih besar .
Kesehatan Gangguan Kegiatan pemakaian tenaga TDPH 1 minggu dengan
masyarakat terhadap kerja ini berlangsung selama asumsi kegiatan
kesehatan tahap konstruksi. Dikarenakan ini rutin selama
masyarakat sudah dilaksanakan tahap konstruksi
pengelolaan lingkungan maka
dianggap tidak perlu melakukan
kajian lebih dalam lagi
4. Mobilisasi Alat dan  Melakukan sosialisasi Kualitas udara Penurunan Kegiatan mobilisasi alat dan TDPH Jalan Kapal Layar, 1 hari dengan
Bahan  Pengaturan kecepatan kualitas udara bahan berlangsung secara Tanjung Limau asumsi bahwa
kendaraan tidak melebihi 20 sementara pada tahap dalam masa
km/jam di daerah konstruksi. Perhitungan radius mobilisasi selama
permukiman (terutama pada debu dan kebisingan dari 3 bulan dianggap
jam sibuk) kendaraan yang bergerak pada sama sehingga
 Melakukan penyiraman pada rute mobilisasi adalah berjarak besaran yang
jalan yang dilalui mobilisasi 100 m dikelola dan
alat dan bahan terutama dipantau adalah
dekat pemukiman secara harian
 Menutup kendaraan Tingkat kebisingan Peningkatan TDPH
pengangkut material dengan kebisingan
terpal atau lembar plastik

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 78
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
 Menjaga kondisi mesin Kualitas air sungai Penurunan Adanya kegiatan mobilisasi TDPH Jalur perahu
kendaraan proyek agar kualitas air lewat jalur sungai maupun laut nelayan
selalu baik sungai dapat menyebabkan penurunan
 Memasang rambu-rambu Kualitas air laut Penurunan kualitas air sungai maupun air TDPH
pembatasan kecepatan kualitas air laut laut. Kegiatan ini berlangsung
kendaraan sementara selama 3 bulan
 Pemeliharaan jalan setiap Flora dan fauna Gangguan Kegiatan mobilisasi alat dan TDPH Jalan Kapal Layar,
ada kerusakan pada akses terhadap flora bahan berlangsung secara Tanjung Limau
kendaraan dan fauna sementara pada tahap
 Berkoordinasi dengan Mangrove Gangguan konstruksi. Perhitungan radius TDPH
kepolisian setempat terhadap debu dan kebisingan dari
 Pengaturan ritasi mangrove kendaraan yang bergerak pada
pengangkutan rute mobilisasi adalah berjarak
Biota air Gangguan 100 m TDPH
terhadap biota
air
Keresahan Keresahan Adanya mobilisasi lewat sungai TDPH Jalan Kapal Layar,
masyarakat masyarakat maupun laut dapat Tanjung Limau
Aktifitas nelayan Gangguan menimbulkan keresahan TDPH Jalur perahu
terhadap masyarakat terutama nelayan
aktifitas nelayan terganggunya aktifitas nelayan
Aktifitas tambak Gangguan maupun tambah. Kegiatan ini TDPH
terhadap berlangsung hanya sementara
aktifitas tambak yaitu selama 3 bulan.
Kesehatan Gangguan Adanya mobilisasi baik lewat TDPH Jalan Kapal Layar,
masyarakat terhadap darat maupun lewat sungai dan Tanjung Limau
kesehatan laut dapat menimbulkan
masyarakat gangguan kesehatan
masyarakat yang berasal dari
debu kendaraan pengangkut.
Kegiatan ini berlangsung hanya

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 79
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
sementara yaitu selama 3
bulan.
Transportasi sungai Gangguan Kegiatan mobilisasi TDPH Jalur perahu
terhadap berlangsung secara sementara nelayan
transportasi yaitu selama 3 bulan. Kegiatan
sungai yang melewati sungai akan
mengganggu transportasi
sungai
Kualitas jalan Penurunan Dengan adanya kegiatan TDPH Jalan Kapal Layar,
kualitas jalan mobilisasi maka akan Tanjung Limau
menurunkan kualitas jalan yang
digunakan oleh alat berat dan
kendaraan pengangkut karena
jalan yang ada tidak sesuai
peruntukannya
Kemacetan lalu Peningkatan Ritasi yang terjadi pada saat TDPH Jalan Kapal Layar,
lintas kemacetan lalu mobilisasi alat dan bahan dapat Tanjung Limau
lintas menyebabkan kemacetan lalu
lintas. Hal ini dikarenakan kelas
jalan eksisting iudak sesuai
dengan peruntukannya
Lalu lintas lokal Gangguan Kegiatan mobilisasi TDPH Jalan Kapal Layar,
terhadap lalu berlangsung selama 3 bulah. Tanjung Limau
lintas lokal Hal ini akan mempengaruhi
terhadap lalu lintas lokal
5. Pembukaan Lahan  Tenaga kerja yang terlibat Tingkat kebisingan Peningkatan Kegiatan pembukaan lahan TDPH Sepanjang lokasi 1 hari dengan
dilengkapi dengan alat safety kebisingan yaitu pembersihan dari pohon- rencana kegiatan asumsi bahwa
 Membanguan sedimen trap pohon ataupun semak yang dalam masa
untuk padatan ada di lokasi rencana kegiatan. pembukaan
tersuspensi/lumpur seperti Kegiatan berlangsung lahan selama 3
kolam pengendapan lumpur sementara selama 3 bulan dan bulan dianggap

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 80
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
yang memadai untuk dilakukan pada siang hari sama
mengendapkan lumpur
sebelum dialirkan ke sungai.
 Penebangan pohon Erosi lahan Peningkatan Kegiatan pembukaan lahan DPH 14 hari adalah
disesuaikan dengan luasan erosi lahan dapat menimbulkan waktu yang
yang telah ditentukan. Kualitas air sungai Penurunan peningkatan terhadap erosi DPH dibutuhkan untuk
kualitas air lahan yang nantinya melihat lokasi,
sungai berpengaruh terhadap kualitas sampling
air sungai. Dengan demikian, sedimen,
maka dianggap perlu melakukan studi
melakukan kajian lebih dalam literatur dan data
mengenai dampak ini sekunder
Kualitas air laut Penurunan Kegiatan pembukaan lahan TDPH
kualitas air laut akan menyebabkan penurunan
kualitas air laut. Jarak antara
laut dengan kegiatan
pembukaan lahan cukup jauh
sehingga tidak merupakan
dampak penting hipotetik
Flora dan fauna Gangguan Pembukaan lahan yang DPH
terhadap flora dilakukan akan mengakibatkan
dan fauna gangguan flora dan fauna,
hilangnya mangrove serta
gangguan terhadap biota air.
Mangrove Gangguan Luas lahan mangrove yang DPH
terhadap terkena pembukaan lahan
mangrove seluas 57.000 m².
Biota air Gangguan Dengan demikian, maka DPH
terhadap biota dianggap perlu melakukan
air kajian lebih dalam mengenai
dampak ini

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 81
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
Keresahan Keresahan Adanya pembukaan lahan akan TDPH Sepanjang jalan di 1 minggu adalah
masyarakat masyarakat menimbulkan dampak Kelurahan Loktuan waktu yang
diantaranya keresahan –Tanjung Limau dibutuhkan untuk
masyarakat, gangguan aktifitas melihat lokasi,
nelayan, aktifitas tambak. sampling dll.
Aktifitas nelayan Gangguan Dampak tidak menjadi DPH, TDPH Nelayan di sekitar
terhadap namun tetap dikelola dengan lokasi rencana
aktifitas nelayan melakukan sosialisasi kegiatan
Aktifitas tambak Gangguan TDPH
terhadap
aktifitas tambak
6. Pematangan Lahan  Tenaga kerja yang terlibat Kualitas udara Penurunan Kegiatan pematangan lahan TDPH Sepanjang area 1 minggu adalah
pada tahap pematangan kualitas udara berlangsung selama 3 bulan. pematangan lahan waktu yang
lahan akan dilengkapi Adanya kegiatan pematangan terutama jalut dibutuhkan untuk
dengan masker penutup lahan dapat menyebabkan Tanjung Limau – melihat lokasi,
mulut untuk menghindari penurunan kualitas udara Bontang Kuala sampling
sebaran debu dan dilengkapi Tingkat kebisingan Peningkatan terutama debu gan peningkatan TDPH
alat safety. kebisingan kebisingan. Dampak tidak
 Pekerjaan pematangan lahan menjadi DPH, namun tetap
tidak dilaksanakan pada dikelola dengan melakukan
malam hari pekerjaan pematangan lahan
 Menjaga kondisi mesin tidak dilaksanakan pada malam
kendaraan proyek agar hari, para pekerja dilengkapi
selalu baik dengan alat safety dan sesuai
dengan standar prosedur.
 Membanguan sedimen trap Erosi lahan Peningkatan Kegiatan pematangan lahan DPH Sepanjang rencana
untuk padatan erosi lahan dapat menimbulkan jalan
tersuspensi/lumpur seperti peningkatan terhadap erosi
kolam pengendapan lumpur lahan yang nantinya
yang memadai untuk berpengaruh terhadap kualitas
mengendapkan lumpur air sungai. Dengan demikian,

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 82
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
sebelum dialirkan ke sungai. maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam
mengenai dampak ini
Kualitas air sungai Penurunan Dikarenakan kegiatan TDPH
kualitas air pematangan lahan ini bersifat
sungai sementara dan sudah dilakukan
Kualitas air laut Penurunan Pengelolaan dengan membuat TDPH
kualitas air laut sedimen trap agar tidak
mengganggu perairan yang
Biota air Gangguan ada di sekitar lokasi rencana TDPH
terhadap biota kegiatan, sehingga dampak
air menjadi tidak dampak penting
hipotetik
7. Konstruksi Jalan dan  Melakukan sosialisasi Kualitas udara Penurunan Kegiatan konstruksi jalan dan DPH Sepanjang jalur 1 minggu adalah
Jembatan  Melakukan penyiraman di kualitas udara jembatan menyebabkan rencana jalan waktu yang
sekitar lokasa rencana penurunan kualitas uadra dibutuhkan
kegiatan terutama debu, peningkatan
 Tenaga kerja yang terlibat kebisingan serta peningkatan
akan dilengkapi dengan grtaran. Kegiatan berlangsung
masker penutup mulut untuk selama tahap konstruksi jalan
menghindari sebaran debu dan jembatan yaitu selama 26
dan dilengkapi alat safety bulan.
 Membanguan sedimen trap Tingkat kebisingan Peningkatan DPH
untuk padatan kebisingan
tersuspensi/lumpur seperti
kolam pengendapan lumpur
yang memadai untuk
mengendapkan lumpur Getaran Peningkatan Peningkatan getaran menjadi TDPH
sebelum dialirkan ke sungai Getaran tidak dampak penting hipotetik
 Berkoordinasi dengan dinas karena kegiatan pemasangan
terkait tiang pancang yang paling

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 83
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
dekat dengan masyarakat
Tajung Limau sekitar 5 m dan di
daerah rawa yang diprakirakan
besa bertindak sebagai
peredam. Rumah yang terbuat
dari kayu juga tahan dari
getaran
Kualitas air sungai Penurunan Kegiatan konstruksi jalan dan DPH
kualitas air jembatan selama 26 bulan
sungai diprakirakan akan
mengakibatkan penurunan
kualitas air sungai terutama dari
adanya ceceran bahan-bahan
bangunan. Dengan demikian,
maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam
mengenai dampak ini.
Kualitas air laut Penurunan Kegiatan konstruksi jalan dan TDPH 2 minggu adalah
kualitas air laut jembatan jauh dari laut waktu kajian
sehingga tidak akan yang dibutuhkan
mempengaruhi kualitas air laut untuk melihat
sehingga dampak menjadi tidak dampak yang
penting hipotetik. terjadi pada
penurunan
kualitas air
sungai, air laut,
oceanografi, flora
dan fauna,
mangrove, dan
biota laut/air

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 84
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
Oceanografi Gangguan Kegiatan konstruksi jalan dan TDPH
oceanografi jembatan jauh dari laut
sehingga tidak akan
mempengaruhi oceanografi
terutama sedimen dan pola
arus sehingga dampak menjadi
tidak penting hipotetik.
Flora dan fauna Gangguan Gangguan terhadap flora dan TDPH
terhadap flora fauna diprakirakan oleh adanya
dan fauna kegiatan konstruksi jalan dan
jembatan. Kegiatan ini akan
menyebabkan berpindahnya
habitat fauna ke tempat lain
sehingga dampak menjadi tidak
penting hipotetik
Mangrove Gangguan Kegiatan konstruksi jalan dan DPH
terhadap jembatan berlangsung selama
mangrove 26 bulan. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya
gangguan estauria, gangguan
mangrove, alur biota air,
aktifitas nelayan, aktifitas
tambak.
Biota air Gangguan Dengan demikian, maka DPH
terhadap biota dianggap perlu melakukan
air kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
Aktifitas nelayan Gangguan DPH
terhadap
aktifitas nelayan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 85
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
Aktifitas tambak Gangguan DPH 1 minggu yang
terhadap dibutuhkan untuk
aktifitas tambak menganalisa
Transportasi sungai Gangguan DPH terganggunya
transportasi aktifitas nelayan
sungai dan transportasi
sungai
Kemacetan lalu Peningkatan Dengan adanya pembangunan TDPH
lintas kemacetan lalu jalan dan jembatan yang
lintas berlangsung selam 26 bulan
akan menimbulkan kemacetan
lalu lintas. Hal ini menjadi tidak
penting dikarenakan telah
dilakukan sosialisasi, adanya
pemasangan rambu-rambu
serta berkoordinasi dengan
instansi terkait
Lalu lintas lokal Gangguan lalu Kegiatan konstruksi jalan dan DPH
lintas lokal jembatan juga akan
menimbulkan dampak terhadap
gangguan lalu lintas lokal
selama 26 bulan. Gangguan
lalu lintas lokal terjadi baik di
jalan darat maupun terhadap
lalu lintas air. Dengan demikian,
maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam
mengenai dampak ini

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 86
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
III. Tahap Operasi
8. Pengoperasian Jalan  Melakukan penghijauan Kualitas udara Penurunan Kegiatan pengoperasian jalan TDPH Sepanjang jalur 5 hari waktu yang
 Memasang rambu-rambu lalu kualitas udara dapat menimbulkan penurunan jalan lingkar Kota dibutuhkan
lintas kualitas udara dan peningkatan Bontang
 Pemeliharaan jalan setiap kebisingan. Kegiatan ini akan
ada kerusakan pada akses berlangsung mulai dari tahun ke
kendaraan 4 sampai seterusnya.
 Berkoordinasi dengan dinas Tingkat kebisingan Peningkatan Untuk itu pengelolaan yang TDPH
terkait kebisingan dilakukan adalah melakukan
penghijauan
Ruang dan lahan Perubahan pola Dengan beroperasinya jalan DPH
ruang lingkar pesisir Kota Bontang
maka akan mengalami
Nilai Lahan Peningkatan perubahan enggunaan lahan DPH
nilai lahan dan nilai lahan yang tinggi,
Dengan demikian, maka
dianggap perlu melakukan
kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
Transportasi sungai Gangguan Pada saat pengoperasian jalan TDPH
transportasi & jembatan, ada beberapa ruas
sungai yang melintasi jalur transportasi
sungai. Tetapi kegiatan ini
sudah sesuai dengan standar
9. Pengoperasian Rest  Membangun septic tank Kualitas air sungai Penurunan Kegiatan pengoperasian rest TDPH Loktuan 3 hari waktu yang
Area portable kualitas air area di jalur jalan lingkar pesisir dibutuhkan
 Bekerja sama dengan dinas sungai Kota Bontang dimaksudkan
terkai dalam pengangkutan umtuk tempat peristirahatan
sampah orang yang akan ke Tanjung
 Menyediakan tempat sampah Laut.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 87
Pelingkupan

Rencana Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pelingkungan


Komponen
yang Berpotensi yang Sudah Direncanakan Batas Waktu
No. Lingkungan Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
menimbulkan Sejak Awal sebagai Bagian Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Terkena Dampak Potensial Hipotetik (DPH)
Dampak Lingkungan dari Rencana Kegiatan
 Memprioritaskan dan Biota air Gangguan biota Kegiatan di rest area telah TDPH
memberi kesempatan air menggunakan septic tank dan
terhadap penduduk lokal Penyediakan tempat sampah
dalam mengembangkan yang cukup memadai agar tidak
usaha mencemari air sungai dan
adanya gangguan biota air
Peluang kerja dan Peluang kerja Adanya kegiatan TDPH Kec. Bontang Utara 1 minggu adalah
usaha dan usaha pengoperasian rest area akan dan Kec. Bontang waktu yang
menimbulkan peluang kerja dan Selatan dibutuhkan
usaha serta peningkatan.
Tingkat pendapatan Peningkatan peluang kerja dan usaha. TDPH
kebisingan Jumlah pekerja yang
dibutuhkan tidak banyak
10. Pemeliharaan Jalan  perekrutan tenaga kerja Peluang kerja dan Peluang kerja Adanya kegiatan pemeliharaan TDPH Sepanjang jalur 1 minggu adalah
dilakukan secara transparan usaha dan usaha jalan dapat menimbulkan jalan lingkar Kota waktu yang
 Mengutamakan penduduk peluang kerja sehingga dapat Bontang dibutuhkan
lokal meningkatkan pendapatan
 Memasang rambu-rambu lalu tetapi dapat pula menimbulkan
lintas kemacetan lalu lintas
 Pemeliharaan jalan setiap Tingkat pendapatan Peningkatan Hal ini tidak menimbulkan TDPH
ada kerusakan pada akses pendapatan dampak penting potensial
kendaraan dikarenakan dampak yang
 Berkoordinasi dengan dinas terjadi sangat kecil serta
terkait dilaksanakan sesuai dengan
prosedur.
Kemacetan lalu Peningkatan TDPH
lintas kemacetan lalu
lintas

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 88
Pelingkupan

Tabel 2.35 Matrik Evaluasi Dampak Potensial

Pra Konstruksi Konstruksi Operasi


No. Komponen Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Komponen Fisik Kimia
1. Kualitas Udara - - - TDPH - TDPH DPH TDPH - -
2. Tingkat Kebisingan - - - TDPH TDPH TDPH DPH TDPH - -
3. Getaran TDPH
4. Geologi
 Erosi Lahan - - - - DPH DPH - - - -
5. Kualitas Air Sungai - - TDPH TDPH DPH TDPH DPH - TDPH -
6. Kualitas Air Laut - - TDPH TDPH TDPH TDPH TDPH - - -
7. Oceanografi - - - - - - TDPH - - -
8. Ruang dan Lahan - - - - - - - DPH - -
B. Komponen Biologi
9. Flora & Fauna Darat - - - TDPH DPH - TDPH - - -
10. mangrove - - TDPH TDPH DPH - DPH - - -
11. Biota Air - - TDPH TDPH DPH TDPH DPH - TDPH -
C. Komponen Sosial Ekonomi Budaya
12. Peluang kerja dan Usaha - - DPH - - - - - TDPH TDPH
13. Tingkat Pendapatan - - DPH - - - - - TDPH TDPH
14. Nilai Lahan DPH - - - - - - DPH - -
15. Kecemburuan Sosial - - DPH - - - - - - -
16. Keresahan Masyarakat DPH TDPH TDPH TDPH TDPH - - - - -
17. Aktifitas Nelayan TDPH - - TDPH TDPH - DPH - - -
18. Aktifitas Tambak DPH - - TDPH TDPH - DPH - - -

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 89
Pelingkupan

Pra Konstruksi Konstruksi Operasi


No. Komponen Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
D Komponen Kesehatan Masyarakat
19. Kesehatan Masyarakat - - TDPH TDPH - - - - - -
E Transportasi
 Transportasi sungai - - - TDPH - - DPH TDPH - -
 Kualitas Jalan - - - TDPH - - - - - -
 Kemacetan Lalu Lintas - - - TDPH - - TDPH - - TDPH
 Lalu Lintas Lokal - - - TDPH - - DPH - - -
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
√ : ada dampak
1. Pembebasan Lahan 3. Pemakaian Tenaga Kerja 8. Pengoperasian Jalan
2. Sosialisasi dan Koordinasi 4. Mobilisasi Alat dan Bahan 9. Pengoperasian Rest Area
5. Pembukaan Lahan 10. Pemeliharaan Jalan
6. Pematangan Lahan
7. Konstruksi Jalan dan Jembatan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 90
Pelingkupan

Tabel 2.36 Resume Dampak Penting Hipotetik


Rencana Komponen Lingkungan
No. Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Kegiatan Terkena Dampak
I. Tahap Pra Konstruksi
1 Pembebasan Peningkatan Nilai Nilai Lahan  Terdapatnya peluang meningkatnya nilai
Lahan Lahan lahan yang terjadi terutama di kawasan
Loktuan sekitar 22 rumah dan Tanjung
Limau sekitar 40 rumah yang terkena
pembebasan lahan.
 Ketidakpuasan dari masyarakat
mengenai ganti rugi
 Dengan demikian, maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
2 Keresahan Keresahan masyarakat  Adanya peluang yang cukup besar akan
Masyarakat terjadinya keresahan masyarakat akibat
kegiatan pembebasan lahan
 Ketidakpuasan masyarakat pemilik lahan
yang akan dibebaskan mengenai ganti
rugi
 Dengan demikian, maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
3 Gangguan aktifitas Aktifitas Tambak  Adanya peluang yang cukup besar akan
tambak terjadinya gangguan aktifitas tambak
akibat kegiatan pembebasan lahan
 Adanya kekhawatiran dari masyarakat
mengenai tambak yang terkena jalur
trase jalan
 Dengan demikian, maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
II Tahap Konstruksi
4 Pemakaian Peluang kerja dan Peluang kerja dan usaha Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
Tenaga Kerja usaha sebanyak 584 orang baik lokal maupun
5 Peningkatan Tingkat pendapatan didatangkan dari luar. Dengan adanya
pendapatan peluang kerja akan miningkatkan tingkat
6 Kecemburuan Kecemburuan sosial pendapatan masyarakat tetapi dapat juga
sosial menimbulkan kecemburuan sosial dan
keresahan masyarakat. Dengan demikian,
maka dianggap perlu melakukan kajian
lebih dalam mengenai dampak ini
7 Pembukaan Peningkatan erosi Erosi lahan Kegiatan pembukaan lahan dapat
Lahan lahan menimbulkan peningkatan terhadap erosi
8 Penurunan kualitas Kualitas air sungai lahan yang nantinya berpengaruh terhadap
air sungai kualitas air sungai. Dengan demikian,
maka dianggap perlu melakukan kajian
lebih dalam mengenai dampak ini
9 Gangguan terhadap Flora dan fauna Pembukaan lahan yang dilakukan akan
flora dan fauna mengakibatkan gangguan flora dan fauna,
estauria, hilangnya mangrove serta
gangguan terhadap biota air.
10 Gangguan terhadap Mangrove Luas lahan mangrove yang terkena
mangrove pembukaan lahan seluas 57.000 m².
11 Gangguan terhadap Biota air Dengan demikian, maka dianggap perlu
biota air melakukan kajian lebih dalam mengenai

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 91
Pelingkupan

Rencana Komponen Lingkungan


No. Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Kegiatan Terkena Dampak
dampak ini
12 Pematangan Peningkatan erosi Erosi lahan Kegiatan pematangan lahan dapat
Lahan lahan menimbulkan peningkatan terhadap erosi
lahan yang nantinya berpengaruh terhadap
kualitas air sungai. Dengan demikian,
maka dianggap perlu melakukan kajian
lebih dalam mengenai dampak ini
13 Konstruksi Penurunan kualitas Kualitas udara Kegiatan konstruksi jalan dan jembatan
Jalan dan udara menyebabkan penurunan kualitas uadra
Jembatan terutama debu, peningkatan kebisingan
14 Peningkatan Tingkat kebisingan serta peningkatan grtaran. Kegiatan
kebisingan berlangsung selama tahap konstruksi jalan
dan jembatan yaitu selama 26 bulan.
15 Penurunan kualitas Kualitas air sungai Kegiatan konstruksi jalan dan jembatan
air sungai selama 26 bulan diprakirakan akan
mengakibatkan penurunan kualitas air
sungai terutama dari adanya ceceran
bahan-bahan bangunan. Dengan demikian,
maka dianggap perlu melakukan kajian
lebih dalam mengenai dampak ini.
16 Gangguan terhadap Mangrove Kegiatan konstruksi jalan dan jembatan
mangrove berlangsung selama 26 bulan.
17 Gangguan terhadap Biota air Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
biota air gangguan estauria, gangguan mangrove,
18 Gangguan terhadap Aktifitas nelayan alur biota air, aktifitas nelayan, aktifitas
aktifitas nelayan tambak.
19 Gangguan terhadap Aktifitas tambak Dengan demikian, maka dianggap perlu
aktifitas tambak melakukan kajian lebih dalam mengenai
20 Gangguan Transportasi sungai dampak ini
transportasi sungai
21 Gangguan lalu Lalu lintas lokal Kegiatan konstruksi jalan dan jembatan
lintas lokal juga akan menimbulkan dampak terhadap
gangguan lalu lintas lokal selama 26 bulan.
Gangguan lalu lintas lokal terjadi baik di
jalan darat maupun terhadap lalu lintas air.
Dengan demikian, maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam mengenai
dampak ini
III Tahap Operasi
22 Pengoperasian Perubahan pola Ruang dan lahan Dengan beroperasinya jalan lingkar pesisir
Jalan ruang Kota Bontang maka akan mengalami
23 Peningkatan nilai Nilai Lahan perubahan enggunaan lahan dan nilai
lahan lahan yang tinggi,
Dengan demikian, maka dianggap perlu
melakukan kajian lebih dalam mengenai
dampak ini

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 92
Pelingkupan

DAMPAK POTENSIAL
Tahap Pra Konstruksi :
RENCANA KEGIATAN - Keresahan Masyarakat
Pembangunan Jalan Lingkar - Peningkatan Nilai Lahan
Pesisir Kota Bontang - Gangguan Aktifitas Nelayan
Pra Konstruksi - Gangguan Aktifitas Tambak
1. Pembebasan Lahan DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK
Tahap Konstruksi :
2. Sosialisasi dan Koordinasi
- Penurunan kualitas udara Tahap Pra Konstruksi :
Konstruksi
- Peningkatan kebisingan - Keresahan Masyarakat
3. Pemakaian Tenaga Kerja - Peningkatan erosi lahan - Peningkatan Nilai Lahan
4. Mobilisasi Alat dan Bahan - Penurunan kualitas air sungai - Gangguan Aktifitas Tambak
5. Pembukaan Lahan - Penurunan kualitas air laut
6. Pematangan Lahan - Penurunan oceanografi
- Gangguan flora dan fauna Tahap Konstruksi :
7. Konstruksi Jalan dan
- Gangguan mangrove - Penurunan kualitas uadara
Jembatan - Gangguan biota air - Peningkatan kebisingan
Operasi Masukan - Terbukanya Peluang Kerja - Peningkatan erosi lahan
8. Pengoperasian Jalan Masyarakat saat - Peningkatan Pendapatan - Penurunan kualitas air sungai
9. Pengoperasian Rest Area konsultasi publik - Kecemburuan sosial - Gangguan flora dan fauna
10. Pemeliharaan Jalan - Keresahan masyarakat - Gangguan mangrove
- Gangguan atifitas nelayan - Gangguan biota air
- Gangguan aktifitas tambak - Terbukanya Peluang Kerja
- Gangguan kesehatan masyarakat - Peningkatan Pendapatan
- Gangguan transportasi sungai
- Kecemburuan sosial
- Penurunan kualitas jalan
- Gangguan atifitas nelayan
- Peningkatan kemacetan LL
- Gangguan lalu lintas lokal
- Gangguan aktifitas tambak
- Gangguan transportasi sungai
RONA LINGKUNGAN - Gangguan lalu lintas lokal
 Komponen Fisik Kimia
Tahap Operasi :
 Komponen Biologi Tahap Operasi :
- Penurunan kualitas udara
 Komponen Sosial - Peningkatan kebisingan - Perubahan tata ruang
Ekonomi Budaya - Penurunan kualitas air sungai - Peningkatan nilai lahan
 Komponen Kesehatan Evaluasi Dampak - Perubahan tata ruang
Masyarakat Potensial - Gangguan biota air
 Komponen Transportasi - Peluang kerja dan usaha Evaluasi Dampak
- Peningkatan pendapatan Potensial
- Peningkatan nilai lahan
- Gangguan transportasi sungai
- Peningkatan kemacetan LL
- Gangguan lalu lintas lokal Gambar 2.19
Diagram Alir Proses Pelingkupan

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 93
Pelingkupan

2.5 BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN


2.5.1 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah kegiatan studi AMDAL Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang ditentukan
berdasarkan resultante dari wilayah studi yang meliputi wilayah batas proyek (tapak kegiatan),
batas ekologis, batas sosial dan batas administratif, dengan memperhatikan batasan teknik,
yang dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan
kegiatan pra konstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan
inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Batas proyek adalah areal
untuk Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang sepanjang 7,760 meter.

b. Batas Ekologis
Batas ekologis, adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Yang menjadi batas ekologis adalah batas rencana kegiatan

c. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Dengan demikian, maka ditetapkan batas administratif yaitu
di wilayah Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan.
.
d. Batas Sosial
atas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial dalam cakupan budaya), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dengan demikian, maka
ditetapkan batas sosial yaitu Kelurahan Tanjung Laut dan Tanjung Laut Indah Kleurahan
Bontang Kuala, Bontang Baru, Gunung Elai dan Loktuan.

Data batas wilayah studi secara detail di tampilkan pada Gambar 2.20.

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 94
Pelingkupan

2.5.2 Batas Waktu Kajian


Lingkup batasan waktu kajian ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batasan waktu
pelaksanaan rencana kegiatan. Batas waktu kajian adalah batas waktu yang akan digunakan
dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL. Penentuan batas
waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas waktu yang digunakan dalam kajian AMDAL bukan
merupakan batas waktu untuk menyatakan kadaluarsa atau tidaknya suatu kajian AMDAL.
Batas waktu kajian untuk setiap kegiatan adalah :
 Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan pembebasan lahan selama tahap pra konstruksi yaitu selama 3 bulan. Oleh karena
itu batas waktu kajian yang dipilih yang digunakan untuk memprakirakan dampak selapa
tahap pra konstruksi adalah 3 bulan.
 Tahap Konstruksi : 2 tahun
Pada tahap konstruksi batas waktu kajian yang dilaksankan selama 2 tahun terhitunng sejak
tahap pra konstruksi dimulai
 Tahap Operasi : 2 tahun
Tahap operasi batas waktu kajian yang akan dilaksankan selama 2 tahun sejak dimulainya
penyusunan dokumen AMDAL

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 95
Pelingkupan

Gambar 2.20

Peta Batas Wilayah Studi

Kerangka Acuan
Pembangunan Jalan Lingkar Pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, 2013 II - 96

Anda mungkin juga menyukai