Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu isu dalam pembangunan yang penting pada saat ini adalah

masalah kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja yang

menjadi perhatian utama. Masa remaja sebagai masa transisi membuat kondisi

kejiwaan pada remaja masih labil, rendahnya pemahaman remaja tentang

pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar, seperti seks pranikah, aborsi,

HIV/AIDS. (Imron, 2012)

Menurut WHO (2004) , kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang

sempurna baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan serta bukan semata-mata

terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

edngan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Departemen kesehatan (2005),

mendefenisikan kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh

serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya

kondisi bebas dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki

kehidupan seksual yang aman dan memuaskan baik sebelum menikah maupun

sesudah menikah. Dengan adanya pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO

dan depkes, maka kita harus menjaga segala sesuatu yang berhubungan dengan

sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya sehingga akan tercipta suatu perilaku

yang sehat.
2

Sekitar 1 milyar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah

remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup diantara di negara berkembang. Di

indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun

1970 dan 2000, kelompok umur 15-24 jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi

43 juta atau dari 18% menjadi 21% dari total jumlah populasi penduduk di

indonesia. (kusmiran, 2012)

Data SKRRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia) tahun

2007 menyatakan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja masih rendah.

Pengetahuan remaja putri tentang tanda akil baliq yaitu suara menjadi besar

adalah 55%, tumbuh rambut sekitar alat kelamin, ketiak, dada, dan kaki 32%.

Pengetahuan tentang akil baliq wanita mulai haid sebesar 74,9%, payudara

membesar 36,9% dan timbul jerawat13,2% dan terendah menonjolkan jati diri

0,8%, gairah seks meningkat 2,3%,tertarik lawan jenis 6,4%.

Data departemen kesehatan RI (2008), di indonesia diperkirakan 52 juta

perempuan indonesia beresiko terkena kanker serviks, sementara 36% perempuan

dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15000 kasus baru

kenker serviks terjadi dengan angka kematian 7500 kasus per tahun. Kanker

serviks merupakan kenker yang paling sering terjadi pada perempuan indonesia.

Penyebab yaitu karena infeksi Human Papilloma Virus (HVP). Tingginya angka

kejadian kanker serviks di indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi, dan

sosial bagi perempuan di manapun.

Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi sumatera barat, kumulatif

kasus HIV/AIDS dari tahun 1992 hingga juni 2012 terdapat 814 kasus dengan
3

kelompok umur terbanyak antara 20 s.d 29 tahun yaitu 53,36% dan 30,32%. Hal

ini mengindikasikan bahwa remaja merupakan kelompok usia dengan resiko

tinggi tertular HIV/AIDS. Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat

dengan data depkes tahun 2009 di empat kota besar (medan, jakarta pusat,

bandung dan surabaya) menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman

yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah.

Pemahaman seseorang terhadap sistem maupun fungsi reproduksinya

sangatlah penting. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya

dan pada akhirnya dia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya

sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor yang penting

dalammenentukan perilaku higienis perempuan pada saat mentruasi. Rendahnya

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak

berperilaku higienis pada saat menstruasi yang dapat membahayakan kesehatan

reproduksinya sendiri. (BKKBN, 2003)

Berdasarkan penelitian zulvia tahun 2011, hasil penelitian ini

menunjukkan ..... tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi di SMPN 27 padang 2011, didapat bahwa.....

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah didapatkan jumlah

siswa kelas II SLTP N 27 Padang tahun 2016 adalah sebanyak 244 orang siswa

terdiri dari 121 laki-laki dan 123 perempuan.

Dari fenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh pendidikan, dalam hal ini dengan melakukan penyuluhan


4

terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa-siswi Sekolah

Menengah Pertama (SMP), yang termasuk dalam kelompok usia remaja muda.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan

pendidikan kesehatan reproduksi dengan cara penyuluhan kepada remaja untuk

mengatasi tingginya masalah kesehatan reproduksi di indonesia, khususnya di

padang.........

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penyuluhan

Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan

Reproduksi Di SMPN 27 Padang Tahun 2016?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi di SMPN 27 padang tahun 2016.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sebelum dilakukan penyuluhan di SMPN 27 padang

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi setelah dilakukan penyuluhan di SMPN 27 padang

c. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan di SMPN 27

padang.
5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat mengetahui

pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang

kesehatan remaja.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi, bacaan dan pengarahan bagi peneliti

keperawatan dan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan dasar untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan sehingga dapat mengetahui apakah ada

pengaruh penyuluhan bagi remaja tentang kesehatan reproduksi dan

meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMPN

27 padang.

1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam

melanjutkan penelitian terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Dan

Sebagai data, informasi dan sebagai penelitian terkait untuk penelitian

selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


6

Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas mengenai pengaruh

penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi di SMPN 27 padang tahun 2016. Pada penelitian ini yang menjadi

responden adalah remaja atau siswa-siswi kelas 2 yang ada di SMPN 27 padang.

Pengumpulan data dengan cara data sekunder yaitu data yang di ambil di.......

Jenis penelitianya adalah...........

Anda mungkin juga menyukai