Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN KOLESISTITIS

OLEH :
KADEK LIANA DEWI
19J10201

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan
distensi kandung empedu. (Bloom, 2014). Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli,
batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
sangat bervariasi.
2. Etiologi
a. Infeksi bakteri, organisme ini termasuk gram positif dan gram negatif, aerob dan
anaerob. Contohnya Eschericia coli, Klebsiella sp, Clostridium sp, dan
Streptoccocus sp.
b. Pemasangan jangka panjang IV, banyaknya elektrolit dalam cairan intravena
menyebabkan terbentuknya batu empedu
c. Koleklitiasis (batu empedu), akan menghambat duktus sistikus yang menyebabkan
distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfe serta aliran cairan
empedu. Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu menyebabkan
otolisis (penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari sel itu sendiri yang
berujung pada kematian sel) serta edema dan pembuluh darah dalam kandung
empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu. Hal ini dapat
menyebabkan peradangan.
d. Obesitas, kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat
tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Kolesterol yang tinggi melebihi solubilisasi empedu
dan sintesis asam empedu yang menurun menyebabkan supersaturasi getah
empedu. Hal ini menyebabkan kolesterol tidak lagi tidak terdispersi sehingga
terjadi pengumpalan kristal kolesterol monohidrat padat
e. Pembedahan
Terjadi ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya kadar garam
empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya peradangan.
f. Luka bakar
Respon umum pada luka bakar >20% adalah penurunan aktifitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologic serta
respon endokrin terhadap luka
g. Sirosis Hepar
Pembengkakan hepar menyebabkan terjepitnya saluran empedu yang berada dalam
hepar.
h. Jenis kelamin
Perempuan lebih rentan menderita kolesistitis (yang disebabkan oleh batu
kolesterol). Insiden pembentukan batu empedu yang meningkat pada para
pengguna pil kontrasepsi, ekstrogen, dan klofibrat (obat penurun kadar lemak
dalam darah) yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier
3. Patofisiologi
Pada kolesistitis kalkulosa akut, batu empedu yang terbentuk akut supersaturasi
kolesterol yang meningkat pada para pengguna pil kontrasepsi, ekstrogen, dan klofibrat
(obat penurun kadar lemak dalam darah) dan pemasangan IV yang lama akan
menyumbat saluran keluar empedu. Hal ini akan membuat getah empedu tidak bisa
dialirkan keluar dari kandung empedu. Getah empedu yang tersimpan menimbulkan
reaksi kimia yaitu otolisis. Fosfolipase yang berasal dari mukosa menghidrolisi lesitin
empedu menjadi lisolesitin yang bersifat toksik bagi mukosa. Lapisan mukosa gliko
protein yang secara normal bersifat protektif rusak, sehingga epitel mukosa terpajan
langsung ke efek detergen garam empedu menyebabkan inflamasi, edema, dan
penebalan atau peregangan (distensi). Peregangan kandung empedu ini bias menekan
dinding abdomen pada daerah kartilago costa sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan
ini juga dapat menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika
pasien mengambil napas dalam yang menyebabkan kesulitan dalam pengembangan
dada. Selain itu, hal ini menyebabkan mual muntah akibat impuls yang dihantarkan ke
pusat muntah dari distensi duktus empedu. Distensi atau peregangan ini juga
menyebabkan pembuluh darah terjepit yang mengakibatkannya terganggunya drainase
aliran darah ke mukosa. Lama-kelamaan terjadi poliferasi bakteri dan terjadi
pembentukan daerah iskemik. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya gangrene. Getah
empedu yang tidak tersalurkan dengan baik ke duodenum akan diserap kembali oleh
darah dan dibawa keseluruh tubuh. Getah empedu tersebut akan melalui kulit yang
menimbulkan perubahan warna (ikterus) pada kulit dan membran mukosa (berubah
menjadi kuning) yang disertai rasa gatal dan pada feses dan urin yang disebabkan
pigmen yang memberi warna pada feses dan urin tidak bias masuk ke duodenum.
Pada kolesistitis akut akalkulosa akut, infeksi bakteri menghasilkan peradangan
pada kandung empedu dan gas yang membuat perut terasa penuh (kembung). Pada
kejadian sirosi hati, pembengkakan tersebut akan menekan saluran empedu
intrahepatic, yang mengganggu aliran getah empedu yang menghasilkan peradangan.
Pasien dengan riwayat pembedahan akan menyebabkan perubahan fungsi yang
mengakibatkan ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya asam empedu
yang memicu terjadinya peradangan.
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan
bagian atas. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering
menjalar ke
bahu kanan.
b. Nyeri tekan perut
c. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Gangguan pencernaan menahun
f. Mual dan muntah.
g. Perut terasa penuh atau kembung
h. Sering sendawa.
i. Perubahan warna feses dan urine
5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium
c. CT scan (Computerized Tomography Scan) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. ERC (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)
e. USG
f. blood tests
6. Penatalaksanaan Medis
a. Nonfarmakologi
1) Istirahat
2) Diet rendah lemak
3) Hindari makan bergas
4) Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
a) Pelarutan batu empedu
Tindakan ini dilakukan dengan menginfuskan suatu bahan pelarut
(monooktanoin atau metil tertier butil eter MTBEI) kedalam kandung
empedu. Jalur yang digunakan adalah melalui kateter yang dipasang
perkutan langsung kedalam kandung empedu melalui selang atau drain
yang dimasukkan melalui saluran T-tube, Endoskop ERCP, Kateter bilier
transnasal.
b) ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Prosedur ini menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan
kepada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus kelodokus
dengan maksud untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen
b. Farmakologi
1) Pemberian antibiotic, berfungsi untuk membunuh bakteri yang meninfeksi
kandung empedu.
2) Pemberian antiemetic, dapat mengatasi rasa mual muntah yang disebabkan oleh
distensi kandung empedu
3) Pemberian analgesik berfungsi untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien
dari proses inflamasi
4) Asam ursodeoksikolat (undafalk) dan kenodeoksikolat (chenodiol, chenofalk)
pemberian obat-obatan ini bertujuan untuk melarutkan batu empedu radiolusen
yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol
5) Pemberian Cairan perenteral
c. Pembedahan
1) Kolesitektomi
Kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu
kedalam kasa absorben.
2) Minikolesistektomi prosedur ini dilakukan dengan mengeluarkan kandung
empedu lewat luka insisi selabar 4cm
3) Koledokostomi dalam prosedur ini, insisi dilakukan pada duktus koledokus
untuk mengeluarkan batu. setelah batu dikeluarkan, dipasang kateter kedalam
duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda.
B. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas kllien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor register, diagnose medic, alamat, semua data mengenai
identitas klien untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Indentitas penangggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data terkumpul meliputi nama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas.
2) Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST
3) Riwayat kesehatan yang lalu
perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau pernah
dirawat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis
d. Pola kebiasaan (sebelum dan saat pengkajian)
1) Bernafas
2) Makan minum
3) Eliminasi
4) Gerak dan aktivitas
5) Istirahat tidur
6) Kebersihan diri
7) Pengaturan suhu tubuh
8) Rasa nyaman
9) Rasa aman
10) Data social
11) Pretasi dan produktivitas
12) Rekreasi
13) Belajar
14) Ibadah
e. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, foto rontgent, USG
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (obstruksi kandung empedu)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
e. Mual berhubungan dengan iritasi lambung
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
g. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
h. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi klien
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi (misalnya
pemedahan)

3. Perencanaan
a. Prioritas masalah (bedasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson)
1) Ketidakefektifan pola nafas
2) Kekurangan volume cairan
3) Mual
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
5) Intoleransi aktifitas
6) Hipertermia
7) Nyeri akut
8) Ansietas
9) Resiko perdarahan
b. Rencana perawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan: pola nafas efektif/ jalan nafas paten
Kriteria hasil:
- Menuju jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abdormal)
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah. Tidak ada pursed lips
Intervensi:
- Monitor vital sign
- Monitor respirasi dan status O2
- Monitor pola nafas abnormal
- Auskultasi suara nafas catat bila adanya suara nafas tambahan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Kolaborasi dalam pemberian oksigenasi
2) Kekurangan volume cairan
Tujuan:
Kriteria hasil:
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
- Vital sign dalam batas normal
- Tidak ada tanda dan gejala dehidrasi
- Elastisitas tugor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Intervensi:
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
- Dorong masukan peroral
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
3) Mual
Tujuan :
Ktiteria hasil:
-
Intervensi:
-
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan: nutrisi seimbang/adekuat
Kriteria hasil:
- adanya peningkatan berat badan/sesuai dengan tujuan
- berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- tidak terjadinya penurunan berat badan
- menunjukan peningkatan fungsi dan pengecapan menelan
Intervensi:
- kaji adanya alergi makanan
- jelaskan pentingnya pemenuhan nutrisi yang adekuat kepada keluarga
pasien
- yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
- berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi pasien
5) Intoleransi aktifitas
Tujuan:
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, RR
- Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
- Mampu berpindah tanpa menggunakan alat bantu
- Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Intervensi:
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
6) Hipertermia
Tujuan: tidak terjadinya peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,50C-37,50C)
- Nadi dan RR dalam batas normal (90-150x/menit, 24-40x/menit)
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor warna kulit dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
- Monitor WBC, HB, HCT
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor intake dan output
- Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
- Jelaskan kepada keluarga untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
- Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
7) Nyeri akut
Tujuan: nyeri yang dirasakan berkurang
Kriteria hasil:
- Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri
- Mampu mengenali nyari (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
- Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST
- Observasi vital sign
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan nyeri
- Control lingkungan yang dapat memperngaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan teknik norfarmakologi yaitu teknik relaksasi nafas dalam
- Berikan posisi yang nyaman
- Kolaborasi dalam pemberian pemberian analgetik
8) Ansietas
Tujuan: klien dapat mengontrol kecemasan yang dirasakan
Kriteria hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya kecemasan
- Klien mengatakan bahwa dirinya memahami penjelasan perawat mengenai
kondisi klien
Intervensi
- Lakukan pendekatan yang menenangkan orang tua klien
- Dorong agar orang tua klien dapat mengungkapkan apa yang dirasakan
- Bantu orang tua klien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
- Berikan penjelasan kepada orang tua klien secara tepat dan rinci mengenai
kondisi klien secara tepat dan rinci mengenai kondisi klien
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Berikan dorongan positif pada pasien
9) Resiko perdarahan
Tujuan: perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Tidak ada hematuria dan hematemesis
- Kehilangan darah yang terlihat
- Tekanan darah dalam batas normal
- Tidak ada distensi abdominal
- Hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal
- Plasma, PT, PTT, dalam batas normal
Intervensi:
- Monitor tanda-tanda perdarahan
- Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
- Monito nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit
- Monitor cairan yang meliputi intake dan ouput
- Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
- Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K
- Kolaborasi dalam pemberian produk darah

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain.

5. Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai