Anda di halaman 1dari 5

PRADITYA SUKMA RAMADHAN

2017017263/ Akuntansi 5B

1. Rumuskan pemahaman saudara tentang demokrasi baik secara substansi maupun procedural
Demokrasi itu sendiri adalah suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat dan dijalankan oleh pemerintah yang telah dipilih. Jadi yang diutamakan
pemerintahan demokrasi adalah rakyat. Terdapat dua cara pandang utama untuk melihat
demokrasi yakni melihat demokrasi sebagai demokrasi prosedural dan demokrasi substansial
Melihat demokrasi dari sudut pandang demokrasi prosedural berarti melihat demokrasi sebagai
bentuk pemerintahan, yang menekankan prosedur pelaksanaan demokrasi itu seperti
bagaimana cara memilih pemerintah dengan menggunakan cara-cara demokratis seperti
dengan mufakat atau voting. Sedangkan demokrasi substansial melihat demokrasi pada
substansinya yaknipenggunaan prinsip-prinsip demokrasi seperti kebebasan individu dan
pengakuan atas hak sipil sebagai pelaksanaan demokrasi. Singkatnya, demokrasi prosedural
berfokus pada bagaimana suatu keputusan itu diambil sedangkan demokrasi substansial
berfokus pada apa yang pemerintah lakukan.
2. Temukan perbedaan pemahaman dan implementasi demokrasi dari waktu ke waktu di
Indonesia (sebelum merdeka, orde lama, orde baru, dan orde reformasi)
a. Demokrasi pada masa orde lama
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Demokrasi
pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Hal ini dikarenakan
persyaratan yang hendak diwujudkan tersebut, terutama adanya kelas menengah yang kuat
sebagai aktor sentral untuk menopang demokrasi, tidak ditemukan. Pembangunan semesta
yang dicanangkan Presiden Soekarno untuk mengubah perekonomian kolonial menjadi
perekonomian nasional yang bercorak lebih sosialis terbukti gagal total, akibat tidak adanya
dukungan struktur politik yang mapan dan demokratis. Kelas menengah yang diharapkan
akan lahir pun sulit diketemukan.
Maka kemudian, Soekarno mencoba sistem Demokrasi Terpimpin, yang katanya menjadi
demokrasi khas Indonesia. Sekalipun Soekarno mengatakan bahwa pemerintahannya
menganut sistem demokrasi, namun praktik yang meluas dalam kehidupan bangsa dan
negara justru adalah kekuasaan yang serba terpusat (sentralistik) pada diri Soekarno.
Kekuasaan otoriter yang anti demokrasi pada masa Orde Lama itu akhirnya tumbang pada
tahun 1965.
b. Demokrasi pada masa orde baru
Pelaksanaan demokrasi masa “Orde Baru” ditandai perbedaan, yaitu dilaksanakan pemilihan
umum dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia lebih dari lima kali untuk memilih
anggota DPRD tingkat I, DPRD tingkat II, dan DPRD. Pemilihan tersebut kemudian
membentuk MPR yang bertugas menetapkan GBHN dan memilih Presiden dan Wakil
Presiden.
Dari hasil pemilu 1971 sampai pemilu 1997, pucuk pemerintahan tidak pernah mengalami
pergantian, hanya pejabat setingkat menteri yang silih berganti. Pucuk kekuasaan tidak
pernah digantikan orang lain, Soeharto menjabat 32 tahun karena pada masa itu belum
dikenal adanya pembatasan kekuasaan presiden tentang periode jabatan.
Di sinilah kemudian terjadi proses penyingkiran corak egaliter dan demokratik dari budaya
bangsa Indonesia dan kemudian digantikan oleh corak feodalistik, yang dimungkinkan
karena dua hal pokok (Suharso, 2002). Pertama, melalui integrasi, pembersihan dan
penyatuan birokrasi negara dan militer di bawah satu komando. Kedua, pengukuhan negara
qua negara juga dilakukan melalui upaya penyingkiran politik massa. Partisipasi politik yang
terlalu luas dan tidak terkontrol, dianggap dapat membahayakan stabilitas politik yang
merupakan conditio sine qua non bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi. Oleh karena
itu, keterlibatan negara melalui aparat birokrasi dan militer diabsahkan hingga menjangkau
ke seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Kekuasaan “Orde Baru” sampai tahun 1998 dalam ketatanegaraan Indonesia tidak
mengamalkan nilai – nilai demokrasi. Praktik kenegaraan “Orde Baru” dijangkiti korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa demokrasi pada masa orde
baru hanya sekedar formalitas belaka, pada akhirnya rezim yang berkuasa akan tetap
menekan kita untuk memilihnya kembali menjadi penguasa di negeri ini.
c. Demokrasi pada masa reformasi
Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami saat
yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh Amien Rais mendorong reformasi terus
bergulir. Reformasi yang gegap gempita tersebut memberikan secercah harapan akan
munculnya tata kehidupan yang benar-benar demokratis, yang ditandai dengan booming
munculnya banyak parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan berpendapat,
kebebasan pers, dan sebagainya, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3, No.2, 2004 122 yang
merupakan ciri-ciri demokrasi. Muncul tuntutan-tuntutan terhadap reformasi politik karena
adanya optimisme perbaikan implementasi demokrasi.
Namun, di balik dinamika reformasi yang penuh akselerasi tinggi, nampaknya masih belum
banyak kekuatan-kekuatan sosial politik yang benar-benar memiliki kesungguhan untuk
menggelindingkan demokrasi. Sekalipun berbagai pranata bangunan demokrasi kini telah
terbentuk, namun di sana sini paradoks demokrasi masih banyak dijumpai. Demokrasi yang
dibangun dan dipahami lebih mengacu pada demokrasi yang bersifat prosedural
kelembagaan ketimbang demokrasi yang mengacu pada tata nilai.
Pada masa “Orde Lama” ada dua pelaksanaannya yaitu masa demokrasi liberal kekuatan
demokrasi belum tampak karena demokrasi dan pemerintahan masih berpusat pada bangsawan
dan kaum terpelajar, sehingga rakyat kebanyakan tidak mengerti apa itu demokrasi. Sedangkan
pada demokrasi terpimpin demokrasi hanyalah sebuah kendaraan. Layaknya mobil, demokrasi
merupakan sarana mereka untuk maju sebagai pemimpin politik. Sarana untuk mengeksploitasi
simpati rakyat untuk memperoleh suara sebanyak – banyaknya.
Demokrasi pada masa “Orde Baru” hanya sekedar formalitas belaka, karena meskipun kita
memperjuangkan apapun yang kita anggap sebagai salah satu perwujudan dari demokrasi pada
akhirnya rezim yang berkuasa akan tetap menekan kita untuk memilihnya kembali menjadi
penguasa di negeri ini.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan hasil pemilu. Nuansa demokrasi sangat terasa
dalam era reformasi ini terutama dalam hal penegakkan HAM dan usaha recorvy ekonomi dan
kemandirian bangsa
3. Temukan juga dalam tulisan ini kelemahan dan keunggulan demokrasi di era reformasi dan apa
solusi saudara?
Keunggulan:
Pada masa Era Reformasi, Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia
sedang mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh Amien Rais
mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap gempita tersebut memberikan
secercah harapan akan munculnya tata kehidupan yang benar-benar demokratis, yang ditandai
dengan booming munculnya banyak parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan
berpendapat, kebebasan pers, dan sebagainya, yang merupakan ciri-ciri demokrasi. Muncul
tuntutan-tuntutan terhadap reformasi politik karena adanya optimisme perbaikan implementasi
demokrasi. Ada tiga alasan munculnya optimisme semacam ini (Aspinall, 2004), yaitu: (1)
Meluasnya antusiasme terhadap reformasi; (2) Kedalaman krisis ekonomi yang dipercaya
berakar pada korupsi dan kurangnya pertanggung jawaban yang meresapi sistem politik,
sehingga reformasi demokratis diyakini merupakan solusi; (3) Perpecahan di kalangan elite
politik yang berkuasa. Namun, selain diatas kelebihan yang dimiliki pada masa reformasi antara
lain :
(1) Berhasil menata kehidupan ketatanegaraan dengan amandemen UUD 1945
(2) Menjamin terjadinya stabilitas politik, kecuali bertentangan dengan pasal 7 A UUD
1945
(3) Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terdapat usaha
nyata penegakan supremasi hukum.
Kelemahan:
(1) Pertama, berkembangnya kekerasan politik, anarki, radikalisme, percekcokan massal yang
sering dilanjutkan dengan adu fisik secara kolektif, pemaksaan kehendak, dan berbagai
perilaku menyimpang lainnya yang justru mencerminkan perilaku anti demokrasi. Politik
zero sum game (dan bukan win-win) dalam rangka menenggelamkan lawan politik menjadi
praktek-praktek lazim yang menumbuhkan rasa takut untuk berbeda. Tumbuh ketakutan
politik diam-diam di berbagai kalangan masyarakat, termasuk mereka yang kritis, hanya
karena merasa berbeda dengan kekuatan politik yang ada.
(2) Kedua, berkembangnya konspirasi politik yang sangat pragmatis dengan mereka yang dulu
anti demokrasi, yang diwarnai dengan semangat kental hanya sekedar demi meraih
kemenangan Pemilu tanpa menunjukkan komitmen serius dalam mengagendakan
demokrasi.
(3) Ketiga, demokrasi mulai dimasukkan hanya sekedar sebagai retorika politik ketimbang
sebagai sebuah agenda politik. Kesan yang tumbuh ialah bahwa demokrasi bukan lagi
sebagai idealisme dan agenda yang harus diperjuangkan untuk mencerahkan kehidupan
berbangsa dan bernegara, tetapi lebih sebagai alat dan isu untuk meraih kekuasaan.
(4) Keempat, ketika kultus individu yang diperagakan oleh rezim Soeharto dengan berbagai
simbolnya dihujat keras untuk dihabisi, kini sebagian masyarakat politik malahan
memperagakan simbolisasi-simbolisasi figur kepemimpinan yang membawa warna kultus
individu dalam bentuk lain.
Solusi: Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, beberapa hal yang telah kita
tegakan dengan berlandaskan demokrasi pancasila adalah seperti berikut ini.
1. Kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, sehingga kapanpun dan bagaimanapun
rakyat bisa saja menggulingkan kekuasaan pemerintah yang sedang berkuasa dengan
alasan kuat yang rasional
2. Segala kegiatan dilakukan dengan berasaskan kekeluargaan dan gotong-royong
3. Pengambilan keputusan didasari dengan musyawarah untuk mencapai mufakat, hal ini
bisa terlihat pula dari organisasi-organisasi intra dan ekstrakurikuler di sekolah ataupun
di perguruan tinggi.
4. Tidak ada partai pemerintah atau oposisi, semua partai berlandaskan untuk kepentingan
bersama rakyat Indonesia
5. Hak dan kewajiban dijalankan dengan seimbang, tidak berat sebelah ke satu sisi
6. Hak Asasi Manusia dijunjung tinggi dan dilindungi oleh hukum yang jelas
7. Pendapat rakyat disampaikan melalui lembaga perwakilan rakyat dan tidak menganut
sistem partai tunggal
8. Pemilu dilaksanakan secara LUBERJURDIL dan sistem hukum diterapkan secara fleksibel
(tidaak kaku terhadap perkembangan zaman namun juga tidak mudah terbawa arus
perubahan), dll.
Ternyata kenyataan pelaksanaan demokrasi di Indonesia tidaklah semulus yang kita bayangkan,
hal-hal di atas merupakan kenyataan yang kini mulai menjadi ekspektasi. Bangsa dan Negara
kita perlahan mulai membelot dari tujuan dan cita-cita demokrasi sesungguhnya. Hal itu bisa
dibuktikan dengan maraknya kasus pemerintah ataupun rakyat Indonesia yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma pancasila. Disini kita haruslah mulai menata diri dan mendemokratisasi
kembali kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sehingga jangan sampai demokrasi hanya
menjadi pemanis bernegara saja, namun juga bisa terealisasi sesuai dengan hakikatnya.

Anda mungkin juga menyukai