Laporan Limbahhh

DESAIN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH
TUGAS PENGELOLAAN BANGUNAN PENGOLAH LIMBAH

Disusu Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peglolahan Limbah
DISUSUN OLEH :
Kiki Kurnia Putri (16400572/SV/11076)
D-IV TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN

INFRASTRUKTUR SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH VOKASI
1
Tugas Pengelolaan Bangunan Pengolah Limbah
Kiki Kurnia Putri (16/400572/SV/11076)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah

Pengelolaan Bangunan Pengolah Limbah pada Program D-IV Teknik Pengelolaan dan
Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh :
Kiki Kurnia Putri (16400572/SV/11076)
Disetujui Oleh :
Dosen
Dr. Ir. Sindu Nuranto, MS.

NIP. 196206131989031000
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pengelolaan Bangunan Pengolah Limbah ini.
Tujuan penulisan laporan ini agar mahasiswa dapat memahami dan menerapkan semua
ilmu dan teori tentang Pengelolaan Bangunan Pengolah Limbah.
Dalam hal ini penyusun menyadari tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari semua pihak tentunya laporan ini tidak akan terselesaikan. Penyusun menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Suwardo, ST., MT., Ph.D. selaku Kepala Departemen Teknik Sipil Di
Universitas Gadjah Mada.
2. Bapak Dr. Eng. Iman Haryanto, ST., MT. selaku Kepala Prodi DIV Teknik
Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil di Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Dr. Ir. Sindu Nuranto, M.S. selaku Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Bangunan
Pengolah Limbah di Universitas Gadjah Mada.
4. Teman-teman seperjuangan Program D-IV Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan
Infrastruktur Sipil.
Laporan ini disusun dengan tujuan salah satunya sebagai syarat kelulusan pada mata
kuliah Pengelolaan Bangunan Pengolah Limbah di Universitas Gadjah Mada. Namun disisi
lain penyusun bersungguh-sungguh membuat laporan ini, sehingga cukup mendetail dengan
berorientasi kemasa depan, sehingga bisa digunakan sebagai pegangan saat bekerja kelak.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi kita
semua. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanya milik-Nya, maka
apabila ada kesalahan dalam penulisan laporan ini, penyusun memohon maaf sebesar-
3
besarnya kepada semua pembaca. Untuk itu penyusun memohon saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki dan melengkapi penyusunan laporan ini.
Yogyakarta, 25 Mei
2019
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. 1
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... 2
TUGAS PENGELOLAAN BANGUNAN PENGOLAH LIMBAH ..................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................3
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................6
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................................................7
1.2.1 Maksud ..............................................................................................................................7
1.2.2 Tujuan ................................................................................................................................7
1.3 Ruang Lingkup ...........................................................................................................................7
BAB II ANALISA PARAMETER AIR LIMBAH .............................................................................9
2.1 Pemeriksaan Temperatur ..........................................................................................................9
2.2 Pemeriksaan Bau dan Rasa .................................................................................................... 11
2.3 Pemeriksaan Warna ............................................................................................................... 13
2.4 Pemeriksaan pH ..................................................................................................................... 14
2.5 Pemeriksaan DO ............................................................................................................... 16
2.6 Pemeriksaan Daya Hantar Listrik (DHL).................................................................................. 20
2.7 Pemeriksaan TDS dan TSS ...................................................................................................... 22
2.8 Pemeriksaan Zat Organis sebagai KMNO4.............................................................................. 27
2.9 Pemeriksaan Kadar Fe ............................................................................................................ 30
2.10 Pemeriksaan Kesadahan ...................................................................................................... 33
4
2.11 Kesimpulan Pengujian .......................................................................................................... 37
BAB III PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH ........... Error! Bookmark not
defined.
3.1 Unit Pengolahan Sekunder ......................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Efisiensi Pengolahan ................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Skema Pengolahan IPAL ............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV DESAIN DAN PERHITUNGAN BANGUNAN PENGOLAH LIMBAH Error! Bookmark
not defined.
4.1 Desain Bar Screen ................................................................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Desain Bak Pengumpul ......................................................... Error! Bookmark not defined.
4.3 Pompa (Screw Pump) ........................................................... Error! Bookmark not defined.
4.4 Desain Grease Trap ............................................................. Error! Bookmark not defined.
4.5 Desain Grit Chamber ............................................................ Error! Bookmark not defined.
4.6 Desain UASB Reactor............................................................ Error! Bookmark not defined.
4.7 Desain Kolam Anaerobik ...................................................... Error! Bookmark not defined.
4.8 Desain Kolam Fakultatif........................................................ Error! Bookmark not defined.
4.9 Desain Kolam Maturasi ........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran..................................................................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air Limbah adalah air bersih yang telah digunakan oleh masyarakat untuk berbagai macam
keperluan. Ditinjau dari sudut tempat dihasilkannya, air buangan dapat didefinisikan sebagai
campuran dari zat cair atau air yang membawa limbah yang mengalir dari tempat pemukiman,
institusi, komersial, dan bangunan industri, bersamaan dengan air tanah, air permukaan, dan air
hujan. (Metcalf & Eddy, 1991)
Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah
penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan melebihi
dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Upaya pencegahan timbulnya pencemaran lingkungan dan bahaya yang diakibatkan
air limbah serta yang akan menyebabkan kerugian sosial ekonomi, kesehatan dan
lingkungan, maka harus ada pengelolaan secara khusus terhadap limbah tersebut agar bisa
dihilangkan atau dikurangi sifat bahayanya. Selain itu, perlu diusahakan metode pengelolaan
yang ramah lingkungan serta pengawasan yang benar dan cermat oleh berbagai
pihak.Lingkungan yang rusak akan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia
yang tinggal pada lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya perlu dilakukan
penanganan air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam penyaluran maupun
pengolahannya.
6
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah
tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran
tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak
interceptor yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
1. Mahasiswa mampu merencanakan pembangunan suatu Instalasi Pengolahan Air
Limbah Komunal (IPAL Komunal) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT).
2. Selain itu untuk memenuhi persyaratan tugas perencanaan pada mata kuliah
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (PIPAL).
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas perencanaan instalasi pengolahan air limbah ini antara lain
adalah :
1. Mahasiswa mampu membuat masterplan sederhana terkait metode pengolahan air

limbah yang digunakan/direncanakan pada wilayah perencanaan.
2. Mahasiswa mampu membuat Detailed Engineering Design untuk fasilitas instalasi
pengolahan air limbah komunal pada wilayah perencanaan.
3. Mahasiswa mampu membuat Detailed Engineering Design untuk fasilitas instalasi
pengolahan lumpur tinja pada wilayah perencanaan.
4. Mahasiswa mampu merencanakan pemanfaatan lumpur untuk biogas.
5. Mahasiswa mampu merencanakan perhitungan Bill of Quantity dan Rencana
Anggaran Biaya pada pembangunan fasilitas IPAL komunal dan IPLT di wilayah
perencanaan.
1.3 Ruang Lingkup

Batasan atau ruang lingkup dalam tugas perencanaan instalasi pengolahan air limbah
kecamatan dimana perencanaannya menyangkut :
1. Pendahuluan
7
Yang menjelaskan latar belakang adanya perencanaan instalasi pengolahan air
limbah, maksud dan tujuan sistem tersebut, ruang lingkup daerah yang akan di
rancang atau direncanakan pembuatan sistem IPAL dan sistematika laporan yang
mendeskripsikan isi pada setiap bab yang akan di buat.
2. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Menjelaskan kondisi wilayah perencanaan yang meliputi : luas wilayah, daerah
perbatasannya, kondisi geografis, fisik, demografi – sosial, jumlah penduduk dan
fasilitas – fasilitas yang ada di daerah perencanaan tersebut.
3. Kondisi Eksisting dan Proyeksi Air Limbah
Pada kondisi Eksisting ini berpedoan pada buku putih sanitasi yogyakarta, serta dapat
memproyeksikan kebutuhan air limbah berdasarkan jumlah penduduk yang ada serta
dari pemakaian air bersih yang digunakan penduduk untuk keperluan sehari – hari.
4. Strategi Pengolahan Air Limbah

Merancang sistem pengolahan air limbah untuk dapat membuat atau menbentuk IPAL
Komunal dan IPLT sesuai ketentuan yang ada,
5. Perencanaan IPAL Komunal
Menjelaskan rencana bentuk sistem pengolahan dan jaringan jalur IPAL Komunal
yang tersedia di suatu Kecamatan perencanaan.
6. Perencanaan IPLT
Menjelaskan rencana bentuk sistem pengolahan dan jaringan jalur IPLT yang tersedia
di suatu Kecamatan perencanaan.
8
BAB II
ANALISA PARAMETER AIR LIMBAH
2.1 Pemeriksaan Temperatur
A. PENDAHULUAN
Parameter temperatur air perlu diperiksa, karena parameter temperatur
merupakan parameter fisik air yang penting dalam menunjang biota air. Temperatur
air harus diukur di lapangan atau di tempat pengambilan contoh air, karena
temperatur air akan berubah menyesuaikan dengan temperatur udara disekitarnya.
Effendi (2003), mengemukakan bahwa suhu air dipengaruhi oleh musim,
garis lintang, ketinggian dari permukaan air laut, waktu, sirkulasi udara, penutupan
vegetasi (kanopi), serta kedalaman. Perubahan suhu akan mempengaruhi proses
fisika, kimia dan biologi air. Selain itu suhu juga sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu akan menurunkan
kadar kelarutan gas dalam air.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
9
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar suhu atau
temperatur air sampel yang diuji.
C. LANDASAN TEORI
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air yang
baik mempunyai deviasi suhu + 3 0 C dari suhu udara. Suhu yang melebihi batas
normal menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah
yang cukup besar (misalnya fenol atau belerang) atau sedang terjadi proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
D. ALAT
1. Statif
2. Gelas Ukur
3. Termometer
E. BAHAN
Berupa Sampel air limbah rumah tangga
F. CARA PELAKSANAAN
1. Memasukkan 1000 ml sampel air sumur dan sampel air sugai kedalam gelas
ukur.
2. Memasukkan termometer dalam air sampel, sebelumnya dibersihkan ujung
termometer. Tunggu beberapa menit, mencatat berapa suhunya.
3. Setelah selesai bersihkan kepala ukur dengan air suling sebelum digunakan
untuk pengujian pada sampel air sungai.
G. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

1. Data Pengujian : Sampel air limbah rumah tangga : 1000 ml
2. Suhu pada Termometer : Air limbah rumah tangga : 25oC
H. PEMBAHASAN
10
Berdasarkan PERMENKES NO. 492/MENKES/PER/IV/2010 untuk syarat
kualitas air minum dan air bersih adalah + 3 0 C dari suhu udara. Dalam praktikum
ini suhu yang tertera pada alat adalah 25oC. Untuk pengukuran Temperatur,
sebaiknya dilakukan ditempat pengambilan contoh air. Cara pengukurannya sangat
tergantung pada thermometer yang digunakan. Jika digunakan thermometer gelas,
maka thermometer tersebut dicelupkan kedalam air, dan biarkan sampai cairan
dalam kolom thermometer berhenti bergerak. Maka dari data pengujian diatas dapat
disimpulkan bahwa air sampel masih dalam batas maksimum suhu yang diperlukan
masih + 3 0 C dari suhu ruangan dan memenuhi persyaratan.
2.2 Pemeriksaan Bau dan Rasa
A. PENDAHULUAN
Peran air yang sangat penting dapat berdampak buruk bagi kehidupan apabila
air tersebut tidak sesuai lagi dari keadaan normalnya. Selain tidak estetis, air bersih
yang berbau juga tidak disukai oleh masyarakat. Bau air tersebut dapat
menggambarkan kualitas dari air yang dipakai.
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti
rasa logam/amis, rasa pahit, asin dan sebagainya. Kualitas air akan berubah apabila
kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui.

Untuk memeriksa bau serta rasa air kran dan air sungai apakah memenuhi
syarat atau tidak sebagai air bersih. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya
organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk
dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
11
C. LANDASAN TEORI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No :
416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bau pada air minum dan air bersih adalah
tidak berbau. Sedangkan persyaratan rasa pada air minum dan air bersih adalah
tidak berasa.
D. ALAT
1. Botol contoh atau tabung
E. BAHAN
Sampel air limbah rumah tangga.
F. CARA PELAKSANAAN
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukkan sampel air kran dan air sungai ke dalam botol contoh.
3. Mencium bau satu per satu sampel air menggunakan indera penciuman (hidung)
secara berulang agar perkiraan bau tersebut tepat.
4. Merasakan sampel air satu per satu dengan menggunakan indera pengecap
(mulut).
5. Memeriksa apakah kedua sampel tersebut memenuhi persyaratan sebagai air
bersih atau tidak.
G. PEMBAHASAN
Pemeriksaan bau dan rasa dilakukan dengan metode organoleptik yaitu
penggunaan indera dalam menganalisis sampel secara kualitatif. Sehingga dalam
hasil akhirnya kurang akurat karena tidak menggunakan perhitungan, melainkan
mengandalkan kemampuan panca indera. Sampel yang dipergunakan dalam
pengujian ini yaitu limbah rumah tangga. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara
organoleptik, diketahui sampel air berbau bekas cucian dan rasanya pahit. Jika hasil
pemeriksaan sampel air tersebut dibandingkan dengan persyaratan Menteri
Kesehatan, maka sampel air tersebut tidak memenuhi syarat sebagai air bersih.
12
2.3 Pemeriksaan Warna
A. PENDAHULUAN
Air alami yang sama sekali belum mengalami pencemaran itu berwarna
bening atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh
kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa
organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme
seperti plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi
dan mangan.
Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah
industrikemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air.
Disamping itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa
organik, yang melaluiproses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro
organisme air. Warna dalam air dapat ditimbulkan oleh adanya ion-ion logam
(seperti besi dan mangaan), humus dan bahan-bahan kompos, plankton, rumput,
dan bilangan industri.

Untuk membandingkan secara visual air pada sungai dan sumur dengan air
alam serta air yang mengandung senyawa organik dan bahan tersuspensi.
C. LANDASAN TEORI
Warna pada air disebabkan adanya bahan kimia atau mikroorganisme
(plankton maupun koloni bakteri) yang terlarut dalam air. Warna yang disebabkan
oleh bahan kimia disebut sebagai apparent color dan berbahaya bagi tubuh
manusia, sedangkan warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true
color yang juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
D. ALAT
1. Gelas ukur
2. Pipet
13
3. Alat tulis
E. BAHAN
Sampel air limbah rumah tangga.
F. PELAKSANAAN
1. Memasukan sampel kedalam gelas ukur 1000 mL.
2. Melakukan pengamatan terhadap dua sampel air limbah rumah tangga melalui
pengamatan mata.
G. HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan visual diperoleh hasil:
Pengamatan Air limbah rumah tangga
Warna Keruh
H. PEMBAHASAN
Dari percobaan yang diperoleh unit warna untuk air limbah rumah tangga tidak
memenuhi syarat kadar maksimum persyaratan.
2.4 Pemeriksaan pH
A. PENDAHULUAN
Pemerikasaan pH (Puissance d’Hydrogen Scale) merupakan parameter
untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk menyatakan banyaknya ion H+ di
dalam air. Semakin banyak ion H+ dalam air, semakin rendah pH air.
pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan bahwa
konsentrasi H+ rendah, yang berarti air bersifat alkalis atau basa, sebaliknya jika
nilai pH< 7 menunjukkan bahwa konsentrasi H+ tinggi maka pH air menjadi rendah
dan air bersifat asam atau acid. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi,
dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Indikator sederhana yang digunakan umumnya adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.
14
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH
meter. pH meter ini yang akan kita gunakan dalam praktikum ini. Alat ini bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH
mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat
pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari
negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang
formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hydrogen.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan air
sampel untuk mengetahui nilai pH air.
C. LANDASAN TEORI
SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No : KEP.02 /
MENKLH / 1 / 1998 Batas Ph adalah sbb :
a. Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu (6.5 – 8)
b. Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu
pengolahan (5 -9)
c. Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan (6 -9)
d. Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA. (5
-9) Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 Batas Ph adalah sbb :
e. Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu (6.5 – 8)
f. Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu
pengolahan (5 -9)
g. Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan (6 -9)
h. Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA. (5
-9)
SNI 06-6989.11-2004 tentang Air dan Limbah – Bagian 11: Cara uji derajat
keasaman (Ph) dengan menggunakan alat pH meter
D. ALAT
1. Kerucut imhoff
15
2. Statif
3. pH meter
E. BAHAN
Sampel air limbah rumah tangga
F. CARA PELAKSANAAN
1. Memasukkan 1000 ml sampel air sumur dalam kerucut imhoff.
2. Memasukkan pH meter dalam kerucut imhoff yang berisi air sumur,
sebelumnya bersihkan ujung pH meter terlebih dahulu. Tunggu beberapa menit
. Catat pHnya.
3. Setelah selesai bersihkan kepala ukur dengan air suling sebelum digunakan
untuk pengujian pada sampel air sungai.
4. Selanjutnya langkah yang sama untuk pengujian air sungai

1. Data Laboratorium :
Sampel air limbah rumah tangga : 1000 ml
2. Perhitungan :
pH yang tertera pada pH meter air limbah rumah tangga : 8,4
H. PEMBAHASAN
Dari percobaan di atas diperoleh nila pH yaitu 8,4 yang berarti bersifat basa.
Berdasarkan SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No :
KEP.02/MENKLH/1/1998 maka air limbah tersebut memenuhi persyaratan.
2.5 Pemeriksaan DO
A. PENDAHULUAN
Dissolved Oxygen ( DO ) atau oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut
dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi udara. Oksigen terlarut di suatu
16
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup
dalam air.
Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya
proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan
bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin
banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic.
Adanya oksigen terlarut dalam air sangat penting untuk menunjang
kehidupan ikan dan kehidupan organisme lainnya. Kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran secara alamiah sangat tergantung pada cukup tidaknya
kadar oksigen terlarut. Terlarutnya oksigen didalam air tergantung pada temperatur,
tekanan hidrometrik udaradan kadar udara dalam air.

Maksud dan tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan
oksigen dalam air sampel hingga dapat diketahui air tersebut tercemar atau tidak.
C. LANDASAN TEORI
Adanya oksigen yang terlarut (DO) dalam air dapat meningkatkan aktivitas
kehidupan ikan dan organisme-organisme yang lebih kecil dalam air. Sebaliknya,
adanya oksigen terlarut yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan korosi.
Apalagi pada sistem saluran air panas. Untuk ini pada beberapa industri tidak
menghendaki adanya kandungan oksigen yang tinggi dalam air yang akan
digunakan untuk proses industri, terutama yang menggunakan alat-alat dari besi.
17
Pada pemeriksaan oksigen terlarut ini akan mengalami beberapa proses reaksi
yang mana pada tahap awal oksigen diendapkan sebagai MnO2 (berwarna kuning-
coklat) dengan penambahan Mn (bervalensi 2) dalam suasana basa. Dengan
penambahan asam kuat, MnO2 akan terlarut yang selanjutnya mengoksidasi (I-)
menjadi iodium (I2). Iodium yang terbentuk ditentukan dengan larutan Natrium
tiosulfat dengan indikator amylum. (Hasunia,2006)
D. ALAT
1. Botol reagent
2. Pipet
3. Tabung ukur 10 ml
4. Gelas ukur
5. Labu erlenmeyer
E. BAHAN UJI
1. Sample air
2. Pereaksi O2 (PCrO2)
3. MnSO4
4. Amylum (kanji) 10%
5. H2SO4
6. ¼ Na2S2O3
F. CARA PELAKSANAAN
1. Memasukkan air sample kedalam botol reagent sampai leher botol.
2. Menambahkan 20 tetes pereaksi O2 (PCrO2) dan 20 tetes MnSO4, kemudian kocok-
kocok dengan cara membolak-balik botol berulang supaya tercampur.
3. Mendiamkan selama 5 menit sampai terlihat adanya endapan.
4. Menambahkan 1 ml H2SO4 pekat, kocok dengan cara membolak-balik botol
berulang kali sampai endapannya larut semua.
5. Mengambil 100 ml larutan tersebut dengan tabung ukur, memasukkan kedalam labu
erlenmeyer.
6. Menambahkan amylum 10 tetes sehingga timbul warna biru.
18
7. Menitrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
8. Mencatat nilai titrasi Na2S2O3 total.

1. Data Laboratorium:
Sampel air limbah rumah tangga : 100 ml
Titrasi Na2S2O3 pada air limbah rumah tangga : 11 tetes
2. Perhitungan :
1000
Kandungan O2= ×nilai titrasi× factor thio× 0,2
volume
1000 10
Kandungan O2 = × ×1,026× 0,2 = 1,2312 mg/l
100 20
1,2312−0
Nilai BOD dari Hasil Interpolasi adalah = 10 + ( ) x (20 – 10)
5−0
1,2312
= 10 + ( ) x 10
5
= 12,4624 mg/L
19
Perbandingan antara BOD dan COD pada kondisi untreated adalah 0,3 – 0,8 maka kita
asumsikan 0,3. Maka diperoleh nilai COD sebagai berikut :
COD = 12,4624/0,3 = 41,5413mg/L
H. PEMBAHASAN
Data oksigen terlarut berguna untuk menentukan tingkat pencemaran dibadan air,
dan kemampuan badan air (air sungai) untuk proses Self Purification. Dalam
pengolahan air secara biologis, data oksigen terlarut berguna untuk mengevaluasi
efisiensi pengolahan.
Kadar kandungan oksigen menurut DEPKES RI 1998 mutu air untuk DO dengan
kelas 1 batas minimum adalah 6 mg/l, kelas 2 batas minimumnya 4 mg/l, kelas 3 batas
minimumnya 3 mg/l, kelas 4 batas minimumnya 0 mg/l.
Berdasarkan hasil pengujian, kandungan oksigen air limbah rumah tangga adalah
1,2312 mg/l. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan oksigen pada air
limbah rumah tangga tidak memenuhi syarat batas minimum untuk kelas 1, 2, dan 3
namun memenuhi batas minimum kelas 4.
2.6 Pemeriksaan Daya Hantar Listrik (DHL)

A. PENDAHULUAN
Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu kapasitas air dalam menghatarkan arus
listrik. Menurut Mc Neely et al, (1979) dalam Wardhani (2002), Daya Hantar Listrik
(DHL) menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik. Konduktivitas
air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air, oleh karena itu kenaikan padatan
terlarut akan mempengaruhi kenaikan DHL. DHL adalah bilangan yang menyatakan
20
kemampuan larutan cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung
keberadaan ion, total konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat
pengukuran. Biasanya makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau
sampai asin. Walaupun dalam baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi untuk nilai-nilai
yang ekstrim perlu diwaspadai (Mahida, 1984). Konduktivitas air ditetapkan dengan
mengukur tahanan listrik antara dua elektroda dan membandingkan tahanan ini dengan
tahanan suatu larutan potasium klorida pada suhu 25oC. Bagi kebanyakan air,
konsentrasi bahan padat terlarut dalam miligram per liter sama dengan 0,55 sampai 0,7
kali hantaran dalam mikroumhos per sentimeter pada suhu 25oC. Nilai yang pasti dari
koefisien ini tergantung pada jenis garam yang ada didalam air (Linsley, 1995).

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai Daya Hantar
Listrik (DHL) pada benda uji yang dibawa.
C. LANDASAN TEORI
Daya Hantar Listrik (DHL) bisa disebut dengan Konduktivitas.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades)
memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
D. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung Reaksi
2. Benda Uji (sampel air limbah rumah tangga)
3. Alat Tester
E. CARA PELAKSANAAN
1. Menyediakan gelas
2. Menyediakan air contoh yang akan diperiksa atau di analisis
3. Memasukkan air ke dalam gelas secukupnya
21
4. Menaruh alat pada benda uji
5. Mengamati nilai yang tertera pada alat pengujian yang menunjukkan suatu nilai
6. Mencatat hasil yang didapatkan
F. HASIL PENGUJIAN
Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan nilai dari benda uji adalah sebagai berikut
:
1. Pengujian pertama : 0,43 mS/cm = 430 µmhos/cm
2. Pengujian kedua : 0,65 mS/cm = 650 µmhos/cm
G. PEMBAHASAN
Dari pengujian yang kami lakukan, dari dua kali pengujian diperoleh nilai DHL yang
telah memenuhi persyaratan yang berkisar antara 20-1500 µmhos/cm.
2.7 Pemeriksaan TDS dan TSS

A. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat
dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh
22
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar.
Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk
diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk
pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup
baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global,
dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air
tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada
lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada
permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat
menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan.

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan TSS dan TDS.
C. LANDASAN TEORI
Total Suspended Solid (TSS) atau zat padat yang tersuspensi, merupakan
residu yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan. TSS adalah salah satu
parameter yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS
berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori
0.45 μm (Clescerl, 1905). Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat
dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan
menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara
TSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik (Blom,
1994).
Nilai TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan
padatan tersuspensi tersebuit disupply oleh daratan melalui aliran sungai
(Helfinalis, 2005). Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa berdampak positif
23
apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas perairan
yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l (Helfinalis, 2005).
TDS (Total Dissolve Solid) atau zat terlarut adalah residu yang dapat
melewati saringan yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, mis
: garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah
zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter
(mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam
air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-
6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan
biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,

pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya
pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll).
D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat:
a. Oven
b. Gelas kimia
c. Cawan petridis
d. Kertas saring
e. Neraca analitik
f. Desikator
g. Pinset besi
h. Penjepit
i. Corong
j. Pipet tetes
k. Kompor listrik
l. Labu erlenmeyer
2. Bahan:
Sampel air limbah rumah tangga
24
D. CARA PELAKSANAAN
1. Letakkan Inhope ke dalam dudukan
2. Masukkan air ke dalam inhope 1000 ml.
3. Aduk air sungai kali code dengan koagulan secara merata setelah 5 menit.
4. Diamati selama 1 jam per 5 menit, ¼ jam, ½ jam, 1 jam.
5. Mencium bau air sungai .
6. Menimbang labu erlenmey dan kertas saring secara bergantian, kemudian
mencatat hasil penimbangannya.
Cara menghitung:
1000
a. TSS (Total Suspended Solids) = x (D - C) x 1000 mg/gram
𝑣
menggunakan data yang diperoleh dari penimbangan kertas saring.

1000
b. TDS (Total Dissolved Solids) = x (B - A) x 1000 mg/gram
𝑣
menggunakan data yang diperoleh dari penimbangan labu erlenmeyer.
E. DATA PRAKTIKUM
No. Waktu Volume endapan

1. 5 menit 0,3 ml
2. ¼ jam 10 ml
3. ½ jam 12 ml
4. 1 jam 14 ml
No Jenis kertas Berat sebelum dioven Berat sesudah dioven

(gr) (C) (gr) (D)
1 kertas dan endapan 0,078 0,584
No Jenis kertas Berat murni kertas Berat setelah inhope (gr)

(gr) (A) (B)
1 Kertas dan air limbah 0,029 0,432
25
Perhitungan :
1000
a) TSS air limbah rumah tangga = x (D - C) x 1000 mg/gram
𝑣
1000
= x (0,584 – 0,078) x 1000 mg/gram
100
= 5060 mg/gram
1000
b. TDS untuk air limbah = x (B - A) x 1000 mg/gram
𝑣
1000
= x (0,432 – 0,029) x 1000 mg/gram
100
= 403 mg/gram
F. PEMBAHASAN
Berat kertas saring dan labu erlenmeyer berubah setelah digunakan.
Ternyata setelah digunakan terjadi penambahan berat yang disebabkan oleh
partikel-partikel kecil yang menempel pada kertas serta labu erlenmeyer. Sifat – sifat
kimia dan fisika dari material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas
dan ketebalan saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap
paadanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat
tersuspensi dan zat padat terlarut. Dalam peraturan menteri kesehatan RI No :
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air,
bahwa untuk air bersih syarat TDS adalah 1000 mg/gr.
26
2.8 Pemeriksaan Zat Organis sebagai KMNO4
A. PENDAHULUAN
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air bersih mempunyai batasan-
batasannya adalah sebagai berikut, memenuhi persyaratan bagi sistem penyedia air
minum yang meliputi persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologis, dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping. (Ketentuan Umum Permenkes N0. 492/MENKES/PER/IV/2010)
Persyaratan kualitas air dari segi kimia salah satunya adalah Zat organis sebagai
KMnO4 . Zat organik dalam air dapat berasal dari :
1. Alam : tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula dan pati.
2. Sintesa : proses-proses industri
3. Fermentasi : alkohol, asam dan akibat kegiatan mikroorganisme.
Zat atau bahan organis yang berlebihan dalam air tesebut akan megakibatkan
timbulnya bau yang tidak sedap. Sedangkan zat organik di dalam air dioksidasikan
dengan KMnO4 direduksi oleh asam kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan
KMnO4 (SNI-0.1-3554-2006).

Untuk mengetahui kandungan zat organic yang ada dalam sampel air yang diuji.
Metode yang digunakan adalah metode oksidasi dengan KMnO4 (Permanganano Metri).
C. LANDASAN TEORI
27
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 492/MENKES/PER/IV/2010
kadar maksimum zat organik yang terkandung pada air layak minum tidak boleh
melebihi 10 mg/l KMnO4.
D. ALAT
1. Labu Erlenmeyer
2. Tabung ukur 10 ml dan 100 ml
3. Kompor
4. Pemegang/ penjepit
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
E. BAHAN
2. Air limbah rumah tangga
3. 0,01 M KMnO4SP
4. 0,01 M Asam Oksalat
5. 4 M H2SO4
6. Air aquades
F. CARA PELAKSANAAN
1. Mengambil 10 ml air limbah sampel dengan pipet, kemudian masukkan ke dalam
tabung ukur 10 ml tambahkan aquades dan dibolak-balik, kemudian masukan dalam
tabung ukur 100 ml dan tambahkan air aquades sampai 100ml kemudian masukan
dalam labu Erlenmeyer yang berbeda.
2. Menambahkan masing-masing 5 ml 4 M H2SO4
3. Menambahkan masing-masing sampel dengan 0,01 M KMnO4 sampai warna
sampel kelihatan merah muda (pink).
4. Memanaskan dengan kompor sampai mendidih, tambahkan 10 ml 0,01 M H2SO4
5. Memanaskan lagi dengan api kecil ±10 menit
6. Menambahkan 10 ml 0,01 M asam oksalt sehingga warna KMnO4 hilang.
7. Menitrasi panas-panas dengan KMnO4 hingga warna KMnO4 (pink) muncul
kembali
8. Mencatat nilai titrasi KMnO4 yang digunakan.
28
1. Data :
Sampel air limbah = 10 ml
2. Perhitungan :
1000 0,5
Nilai KMnO4 ( mg/l ) = × × 0,316 = 790 mg/L
0,01 20
H. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat organik dari sampel air
limbah rumah tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar zat organik
dalam air sampel di laboratorium kimia yaitu 790 KMnO4.
Dalam peraturan menteri kesehatan RI No : 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, bahwa untuk air bersih syarat kandungan
KMnO4 adalah 10 mg/l sedangkan untuk air minum syarat untuk air minum adalah 0
mg/l.
Dari data diatas didapatkan nilai KMnO4 air limbah adalah 790 mg/L, maka hasil
percobaan tidak memenuhi persyaratan.
29
2.9 Pemeriksaan Kadar Fe
A. PENDAHULUAN
Air minum umumnya bersumber dari air tanah dan secara alamiah mangandung
unsur anorganik. seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb) dan sebagainya.
Fe dan Mn merupakan logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam kadar
tertentu sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, namun dalam kadar yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun.
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan grologis dan semua badan air. Ion besi dapat
menimbulkan masalah yang serius dalam sistem penyediaan air minum, dan biasanya
besi banyak terkandung dalam air tanah. Dalam air sungai atau air danau, kandungan
ion besi akan bertambah pada musim-musim tertentu. Kandungan besi yang tinggi pada
air akan menyebabkan warna keruh atau kuning kecoklatan.
Untuk mengetahui kandungan besi dalam air sampel. Metode yang digunakan
adalah kalorimeter dengan menggunakan Thiosianat.
C. LANDASAN TEORI
30
Dari persyaratan kualitas air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan fisik antara lain tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa. Persyaratan kimia yaitu air tidak mengandung senyawa kimia yang
beracun dan setiap zat yang terlarut dalam air mempunyai batas tertentu yang
diperkenankan.(Putera, 2009).
D. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Pipet
E. BAHAN
1. 10 ml sampel air limbah rumah tangga
2. Larutan KMnO4
3. Larutan NH2SO4
4. Larutan KCN5
5. Larutan standar Fe 0,1 g/ L
6. Air aquades
F. CARA PELAKSANAAN
1. Pembuatan larutan standar Fe
a. Mengambil 3 buah tabung reaksi, bersihkan.
b. Menuangkan air aquades dalam gelas ukur, kemudian dimasukkan masing-
masing 10 ml dalam tabung reaksi.
c. Dari ketiga tabung reaksi ditetesi 0, 1, 2, tetes larutan Fe, ingat setiap
tabungnya agar tidak keliru.
d. Untuk setiap tabung ditetesi masing-masing 5 tetes 4NH2 5O4, 5 tetes KMNO4
dan 5 tetes KCN5, kocok-kocok hingga tercampur. Diletakkan dalam rak
tabung reaksi sesuai urutan.
2. Pemeriksaan sampel
a. Mengambil 1 buah tabung reaksi.
31
b. Menuangkan air sampel dalam gelas ukur masing-masing sebanyak 10 ml
kemudian memasukkan dalam tabung reaksi.
c. Menetesi dengan 5 tetes 4NH2SO4, 5 tetes KMNO4, 5 tetes KCN5 dikocok-
kocok hingga tercampur.
d. Membandingkan dengan larutan standar yang dibuat.
e. Mencatat berapa Fe yang sesuai.
G. DATA PENGUJIAN DAN HASIL PENGAMATAN

Data Laboratorium
Volume Air limbah : 10 ml
Larutan Standar Fe
Tabung 1 : 0 tetes larutan Fe
(Warna air pembanding semakin banyak tetes Fe semakin pekat)
Perbandingan Standar
Sampel air limbah mendekati larutan pada tabung 2 ( 1 tetes larutan Fe)
H. PERHITUNGAN
1000
Kandungan Fe air limbah rumah tangga = X 0,5 X 0,1
10
= 5 mg/L
I. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, air limbah rumah tangga memiliki kandungan Fe sebesar
5 mg/L. Syarat maksimum kandungan Fe untuk air bersih adalah 1,0 mg/l, sedangkan
untuk air minum syarat maksimum Fe adalah 0,3 mg/l, sehingga tidak memenuhi
persyaratan.
32
2.10 Pemeriksaan Kesadahan
A. PENDAHULUAN
Kalsium dan magnesium adalah ion-ion utama yang membentuk kesadahan air.
Air sadah tidak berbahaya bagi kesehatan tapi sangat merugikan karena dapat
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaaan sabun dan pemakaian bahan bakar
pemanas serta kerusakan pada peralatan plumbing yang merupakan air panas.
Beberapa istilah yang perlu diingat dalam kesadahan air adalah :
1. Kesadahan total : jumlah MCG ( Ca++ + Mg++)
2. Kesadahan sementara : jumlah MCG HCO3- dalam air , jika total MCG (Ca++
+ Mg++) lebih besar dari total MCg HCO3-
3. Kesadahan Tetap : jumlah MCG ( Ca++ + Mg++ ) – MCG HCO3-
Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation
logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-
ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator
33
Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na
EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan
membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir
titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan
didapat kesadahan total (Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji
dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium
hidroksida dan pada titik akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan
bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan
didapat kadar kalsium dalam air (Ca).
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara
mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang
dihitung sebagai CaCO3 (SNI-06-6989.12-2004)

Untuk mengetahui tingkat kesadahan air sampel 0,5 metoda yang digunakan
adalah titrasi kompleksometri dengan EDTA atau juga dikenal nama komplekson III .
C. LANDASAN TEORI
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih. Dalam
standar kualitas air minum (Depkes), Kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah
500 mg/l (sebagai CaCO3) , dan kadar minimum yang diperbolehkan adalah 75 mg/l.
Air yang memiliki tingkat kesadahan rendah kita sebut dengan air lunak, sedangkan air
yang memiliki kesadahan tinggi kita sebut dengan air sadah.
D. ALAT
1. Labu Erlenmeyer
2. Pipet
3. Gelas ukur
4. Sendok Penyu
5. Tabung ukur 100 ml
34
E. BAHAN
1. Sampel air limbah
2. EBT (Evlochrom Black T)
3. EDTA (Etthylene dianine Tetra Aceetate)
4. Amoniak
F. CARA PELAKSANAAN
1. Pemeriksaan Kesadahan total (Ca++ + Mg++)
1. Mengambil 1 ml air sungai Jambon dan 1 ml air sungai Bedog sampel dengan
pipet, kemudian masukkan ke dalam tabung ukur 10 ml tambahkan aquades
dan kocok-kocok, kemudian masukan dalam tabung ukur 100 ml dan
tambahkan air aquades sampai 100 ml kemudian masukan dalam labu
Erlenmeyer yang berbeda.
2. Menambahkan 1 pucuk sendok EBT warnanya merah tua.
3. Menitrasi Amoniak 20 tetes .
4. Menitrasi dengan EDTA sampai warna merah tua berubah menjadi biru
kehijauan.
5. Mencatat volume EDTA yang digunakan ( berapa tetes ) sampai warna tadi
berubah menjadi biru kehijauan.

1. Data:
Sampel Air limbah : 10 ml dan 90 ml air aquadest
Titrasi EDTA
Air limbah : 44 tetes = 2,2 ml
2. Perhitungan :
1000
Kandungan (Ca++) = × nilai titrasi EDTA × 1 x f x 0,4
volume
35
1000
Kandungan (Ca++) = ×2,2× 1 x 1,026 × 0,4
10
= 90,288 mg/l
1000
Kandungan (Ca++ + Mg++) = × nilai titrasi EDTA × 1 x 1.026 x
volume
0.1
1000
Kandungan (Ca++ + Mg++) = ×2,2 x 1× 1,026 × 0,1
10
= 22,57 mg/l
Kesadahan total = Kandungan (Ca++ + Mg++)

= 22,57 mg/L
H. PEMBAHASAN
Klasifikasi air menurut kesadahannya adalah :
Klasifikasi Total Kesadahan sebagai CaCO3
Air Sangat Lunak < 15
Air Lunak 15 – 60
Air agak Lunak 60 – 120
Air Sadah 121 – 180
Air Sangat Sadah > 180
Pengaruh Kesadahan pada air yaitu :

1. Air sukar berbuih
2. Menimbulkan kerak /karat pada ketel
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa kesadahan maksimum yang diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air minum
maksimum adalah 500 mg/l. Dari hasil pengujian, kesadahan total air limbah adalah
22,57 mg/l, sehingga memenuhi persyaratan.
36
2.11 Kesimpulan Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data sebagai berikut
37

Laporan Limbahhh

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Laporan Limbahhh

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

DESAIN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH

TUGAS PENGELOLAAN BANGUNAN PENGOLAH LIMBAH

Kiki Kurnia Putri (16400572/SV/11076)

D-IV TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah

Dr. Ir. Sindu Nuranto, MS.

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mahasiswa mampu membuat masterplan sederhana terkait metode pengolahan air

1.3 Ruang Lingkup

4. Strategi Pengolahan Air Limbah

2.1 Pemeriksaan Temperatur

B. MAKSUD DAN TUJUAN

G. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

2.2 Pemeriksaan Bau dan Rasa

B. MAKSUD DAN TUJUAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN

G. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN

G. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

2.6 Pemeriksaan Daya Hantar Listrik (DHL)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

D. ALAT DAN BAHAN

2.7 Pemeriksaan TDS dan TSS

B. MAKSUD DAN TUJUAN

biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,

D. ALAT DAN BAHAN

menggunakan data yang diperoleh dari penimbangan kertas saring.

menggunakan data yang diperoleh dari penimbangan labu erlenmeyer.

No. Waktu Volume endapan

No Jenis kertas Berat sebelum dioven Berat sesudah dioven

No Jenis kertas Berat murni kertas Berat setelah inhope (gr)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

G. DATA PENGUJIAN DAN HASIL PENGAMATAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN

G. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

Kesadahan total = Kandungan (Ca++ + Mg++)

Pengaruh Kesadahan pada air yaitu :

Anda mungkin juga menyukai