1. Tepat waktu
Mulailah memberi MPASI saat bayi sudah berumur 6 bulan. Pada umur tersebut, usus
bayi sudah lebih siap menerima sesuatu yang lebih padat, serta bayi sudah dapat
duduk dengan kepala tegak.
Koordinasi mata, tangan, dan mulut untuk menerima makanan pun sudah baik. Selain
itu, di usia 6 bulan, kebutuhan dari ASI saja kurang bisa mencukupi kalori anak.
"Ternyata, pada saat 6 sampai 8 bulan, bayi butuh 600 kalori, dari ASI cuma dapat 400
kalori, jadi butuh tambahan dari MPASI," tutur dr Diana.
2. Gizi lengkap
Memberikan makan anak jangan asal saja. Tetapi harus yang cukup energi seperti
karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak, sayur, buah, semua mesti lengkap. Agar
bayi dapat gizi seimbang.
MPASI harus diberikan dengan cara yang benar. Mulai dari tekstur hingga jumlah yang
harus sesuai dengan umur bayi. Semakin bayi bertambah usia, semakin padat tekstur
makannya dan frekuensi makan pun semakin sering.
Selain itu, Bunda mesti lihat sinyal lapar dan kenyang bayi. Sebaiknya, Bunda sudah
harus siap memberi makan sebelum tanda lapar itu keluar.
"Nggak bisa dia lagi kenyang kita kasih makan. Atau udah keburu lapar baru dikasih,
dia udah keburu ngambek nggak mau makan nanti," jelas dr Diana.
4. Bersih
MPASI harus disiapkan dengan cara higienis. Salah satunya, biasakan cuci tangan
dengan air mengalir. Cuci sayur dan buah sebelum dimakan, serta peralatan makan
juga mesti bersih. Selain itu, hindari mencampur makanan mentah dan sudah matang
dalam kulkas.
"Jadi, benar-benar harus dipisahkan, nggak boleh sebelahan matang dan mentah, nanti
ada kontaminasi bakteri silang," tutup dr Diana. (yun)
Hindari hal itu ya, Bun, karena memiliki banyak risiko. Apa saja bahayanya? Berikut telah
HaiBunda rangkum dari berbagai sumber.
Pemberian makanan padat pada bayi di bawah enam bulan, bisa membuat makanan tak dapat
dicerna dengan baik. Saluran cerna yang belum sempurna akan bekerja ekstra keras untuk
mengolah makanan padat. Akibatnya bisa menimbulkan reaksi seperti diare, sembelit atau
konstipasi, serta timbulnya gas.
Menurut dr Meta Hanindita SpA, ketika nekat memberi bayi makanan selain ASI sebelum usia 6
bulan tanpa ada indikasi tertentu, ada kondisi paling gawat yang bisa terjadi yaitu invaginasi
atau intususepsi. Kondisi yang membuat suatu segmen usus masuk ke dalam bagian usus
lainnya sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius.
"Bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Walau penyebab pasti penyakit ini
belum diketahui, namun hipotesis yang paling kuat karena pemberian MPASI yang terlalu
cepat," ujar dr Meta dari RSUD Dr Soetomo Surabaya dikutip dari detikcom.
MPASI dini dapat meningkatkan risiko anak alergi dan terkena berbagai penyakit. Sebab, saat
bayi menerima asupan lain selain ASI, maka kekebalan yang diterima bayi akan berkurang.
Kemudian, pemberian MPASI dini berisiko membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis
kuman, apalagi jika MPASI yang disajikan tidak higienis.
"Di usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih 'terbuka'. Nah, antibodi (sIgA) dari ASI bertugas
melapisi organ pencernaan bayi dan memberikan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya
penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Sementara, bayi mulai
memproduksi antibodi sendiri saat usia 6 bulan. Di usia itu pula penutupan usus terjadi,"
pungkas dr Meta.
4. Obesitas
Dilansir Cleveland Clinic, memberi MPASI terlalu dini bisa menimbulkan risiko anak mengalami
obesitas. Makanan padat tidak sebanyak gizinya dengan ASI. Makanan padat dapat
menurunkan nutrisi yang baik dan kalori yang lebih tinggi, yang dapat menyebabkan obesitas.
Untuk itu, lebih baik bayi di bawah usia enam bulan diberikan ASI ekslusif tanpa makanan
pendamping, Bun.
Makanya, menurut dr Reisa, penambahan bumbu lain sebagai pengganti garam dan gula itu
sangat penting. Bunda bisa menggunakan bumbu seperti bawang, oregano, basil, daun salam
dan sereh di dalam MPASI si kecil untuk menambahkan rasa.
1. Madu
Madu yang tidak dipanaskan mengandung antijamur, antibakteri, dan antiseptik. Ketika
tidak dipanaskan, enzim aktif di dalamnya seperti asam amino, vitamin, dan mineral
baik untuk perkembangan kekebalan tubuh anak. Tapi, perlu diingat, madu hanya boleh
diberikan pada anak di atas usia 1 tahun ya.
2. Apel
Apel bisa dikenalkan sejak bayi berusia 6 bulan. Buah ini bisa jadi makanan manis yang
ideal untuk bayi karena mengandung serat dan berbagai nutrisi. Bunda bisa mengolah
apel dengan cara mengupas, memotong, lalu menghaluskannya.
3. Sirup maple
Sama seperti madu, sirup maple juga hanya boleh diberikan pada anak yang sudah
berusia 1 tahun. Ada fakta unik nih, Bun, tentang sirup yang satu ini. Sirup maple hanya
diproduksi di Amerika Utara dengan kondisi cuaca yang khusus lho. Tapi tenang,
sekarang di Indonesia sudah ada yang jual kok.
4. Gula aren
Gula aren memiliki sejumlah mineral, seperti kalium, zat besi, magnesium, fitamin, dan
fitonutrien. Gula aren dapat diberikan kepada bayi yang sudah berusia 6 bulan.
5. Gula kelapa
Gula kelapa memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibanding gula halus. Makanya,
gula kelapa dikatakan lebih bernutrisi. Gula jenis ini bisa jadi alternatif ketika Bunda
ingin membuat kue atau puding untuk si kecil.
Bicara soal menambahkan gula atau pemanis di makanan bayi, dr Lucia Nauli Simbolon
SpA dari RSAB Harapan Kita mengatakan, Bunda boleh kok menambahkan gula pada
makanan selingan MPASI dalam jumlah yang sedikit.
"Sama seperti MPASI, boleh kok pakai gula dan garam, tapi secukupnya. Tapi, kalau
anaknya dikasih makanan yang tanpa tambahan gula garam mau, nggak apa-apa
nggak usah dikasih. Tapi kalau nggak suka, bisa kita tambahkan secukupnya," kata dr
Lucida beberapa waktu lalu.
Jadi, meskipun menggunakan pemanis alami, tetap nggak boleh berlebihan ya, Bun.
Kalau kebanyakan mendapat gula, dikhawatirkan anak akan mengalami gigi berlubang
atau obesitas.
Memasuki usia 6 bulan, bayi sudah bisa diberi makanan pendamping ASI (MPASI).
Selain karena saluran pencernaannya telah siap untuk makanan padat, refleks bayi
usia 6 bulan juga telah berkembang dengan cukup baik.
Bayi usia 6 bulan umumnya telah mempunyai refleks lidah yang baik, dapat
menegakkan kepalanya dengan baik, dan juga dapat duduk dengan tegak. Beberapa
ciri inilah yang menandakan bahwa bayi telah siap untuk diperkenalkan dengan MPASI.
Perlu dicatat, jadwal makan bayi 6 bulan mungkin berbeda pada tiap bayi, namun jarak
waktu pemberiannya kurang lebih sama, yaitu 6-8 kali sehari. Bunda dapat
bereksprerimen untuk menemukan waktu yang paling cocok untuk Si Kecil.
Jika Si Kecil menolak MPASI yang Bunda berikan, cobalah menunggu beberapa
menit atau beberapa hari. Bila Si Kecil tetap tidak tertarik, Bunda tidak perlu
cemas, karena pada periode ini, MPASI masih merupakan makanan pelengkap
dan bukan asupan utama bagi bayi.
Jika Si Kecil sudah mau mengonsumsi satu jenis MPASI, tunggulah hingga 3
hari sebelum memperkenalkan jenis MPASI yang lain. Rentang waktu ini
diperlukan untuk melihat apakah bayi memiliki alergi terhadap makanan tersebut.
Pada saat memperkenalkan MPASI, Bunda bisa mencampur buah maupun
sayur yang sudah dilumatkan dengan ASI. Pencampuran ini bertujuan agar
tekstur MPASI menjadi lebih lunak sehingga mudah dicerna oleh bayi.
Agar MPASI lebih kaya rasa, Bunda bisa menambahkan sedikit garam dan gula
ke dalamnya.
Sewaktu memberikan MPASI, Bunda boleh menyuapi air putih sebagai selingan,
untuk membantu Si Kecil menelan.
Hindari memberikan madu atau susu sapi pada Si Kecil. Keduanya baru boleh
diberikan saat ia sudah berusia 1 tahun.
Selain melakukan tips di atas, Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter untuk
merencanakan jadwal makan bayi 6 bulan dan jenis makanan apa saja yang baik untuk
diberikan saat memperkenalkan MPASI. Selain itu, ingatlah untuk tetap mengawasi Si
Kecil saat makan, agar ia tidak tersedak.
Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang tua harus memperhatikan ASI dan
makanan yang dikonsumsinya. ASI merupakan satu-satunya makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan. Namun dengan bertambahnya usia bayi dan tumbuh kembang, bayi
memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/
pendamping ASI atau yang biasa disebut dengan MPASI.
Pengertian MP ASI
Makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga yang
mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI.
Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi
ASI. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.
1. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
2. Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa emas sekaligus masa kritis.
3. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan nutrisi yang
sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
4. Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka periode emas ini akan
berubah menjadi periode kritis.
Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Dan
ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada bayinya yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan
bayi kedua yang menyertai pemberian ASI.
1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi sampai berumur 6 bulan
2. Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari berbagai risiko penyakit
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk
berkembang menjadi lebih matang
4. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesediaan ASI
1. Gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB (Buang Air Besar), muntah
2. Gangguan menyusui seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga
frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang yang berakibat produksi ASI juga
berkurang
3. Meningkatkan resiko terkena infeksi (penyakit menular)
1. Peningkatan berat badan (obesitas) dan alergi makanan. Obesitas ini bisa berlanjut
hingga usia dewasa nanti
2. Gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat
mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein)
1. Memperkenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lumat (tekstur makanan
cair dan lembut)
2. Contoh : bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan, bubur sumsum, nasi tim
saring
3. ASI tetap diberikan dimana ASI diberikan terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.
4. Frekuensi pemberian : 2-3 kali sehari makanan lumat
5. ASI sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan : 2-3 sendok makan penuh setiap kali makan,
secara bertahap ditingkatkan sampai 1/2 mangkuk berukuran 250 ml setiap kali makan
Usia 6 Bulan :
1. Mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan. Seperti pisang yang dihaluskan
2. Pada waktu awal MP ASI diberikan, pastikan tekstur MP ASI tidak terlalu cair atau encer. Hal ini
dapat dilihat ketika sendok dimiringkan bubur tidak langsung tumpah
3. Pemberian ASI di sela-sela waktu makan utama
1. Bisa diperkenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar, yaitu bubur tim saring
2. Makanan sumber protein contohnya seperti ikan bisa diperkenalkan pula pada usia ini
3. Setelah secara bertahap diberikan tim saring, bayi bisa dikenalkan dengan nasi tim tanpa
disaring
1. Memberikan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lunak atau lembik (dimasak
dengan banyak air dan tampak berair ) atau dicincang yang mudah ditelan anak
2. Contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri
3. Untuk makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di antara waktu makan lengkap
4. ASI masih tetap diberikan.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan lembek + 1-2 kali sehari makanan selingan atau
bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : ½ sampai
dengan ¾ mangkuk berukuran 250 ml
Usia 9-10 bulan :
1. Pemberian pure dan jus buah bisa diberikan seperti pada usia 6-8 bulan
2. Bisa dengan kombinasi sampai dengan tiga jenis buah
3. Bayi juga sudah bisa diberikan bubur saring
1. Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut dengan makanan
keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
2. Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan, seperti makanan
terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak.
3. Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau potongan
sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan dalam memegang
makanan dan merangsang pertumbuhan giginya
4. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan selingan atau
bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : semangkuk
penuh berukuran 250 ml
Kacang-Kacangan
1. Diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk pertumbuhan.
Contohnya kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang polong dan lain-lain.
2. Kacang tanah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan pada
tenggorokan sehingga bayi sulit bernafas
1. Sayuran yang kaya akan kandungan karotennya seperti sayuran berwarna jingga dan
hijau. Contohnya wortel, tomat merah, bayam, kangkung, labu kuning dan lainnya.
2. Sayuran mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak sebaiknya tidak diberikan karena
makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung. Untuk buah sebaiknya pilih buah yang
berwarna jingga dan tidak asam seperti, pepaya, pisang, jeruk manis, apel, melon, alpukat dan
lainnya.
1. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain, daging sapi dan ayam pilihan yang tidak
berlemak, ikan segar yang dihaluskan dan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet ikan kakap,
dan fillet gurami, telur.
2. Terkadang putih telur dapat memacu alergi. Sebaiknya diberikan secara bertahap dengan porsi
kecil. Jika bayi alergi maka segera dihentikan.
1. Memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan.
2. Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan antara lain mentega, keju dan jenis minyak yang
umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak kacang, minyak jagung dan lainnya.
Bahan :
Cara membuat :
Bahan :
Cara Membuat :
1. Memasukkan pisang, pepaya dan air ke dalam blender, kemudian memblendernya hingga halus
2. Menuang ke dalam mangkuk saji dan segera diberikan pada bayi
Bahan :
Cara membuat :
Bahan :
Cara Membuat :
Resep untuk Usia 1 Tahun Ke Atas Sandwich Saus Buah (Untuk 1 porsi)
Bahan :
Cara Membuat :
Makan 0-6 Bulan 6-7 Bulan 7-8 Bulan 8-9 Bulan 9-10 Bulan 11-12 Bulan 1-2 Tahun
Keluarga
Secara umumnya, tujuan pemberian makanan pertama untuk bayi mulai usia 6 bulan yakni:
Salah satu alasan yang mendasari perubahan asupan makanan pada bayi usia 6 bulan yakni
karena adanya peningkatan kebutuhan zat gizi hariannya. Meliputi kebutuhan energi dan zat
besi selepas usianya memasuki 6 bulan.
Menurut WHO, saat bayi berusia 6 bulan ada kesenjangan pada kebutuhan energi dan zat besi
yang tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI saja. Itulah mengapa di usia 6 bulan ini, bayi
membutuhkan makanan pelengkap guna memenuhi semua kebutuhan gizi hariannya.
Berikut rentang kesenjangan antara kebutuhan energi dan zat besi, dengan asupan yang
terpenuhi dari ASI:
Kebutuhan energi bayi
Usia 6-8 bulan: kebutuhan energi per hari sebanyak 600 kkal, tapi hanya sekitar 400 kkal yang
diberikan oleh ASI. Artinya, masih kurang sekitar 200 kkal per hari.
Usia 9-11 bulan: kebutuhan energi per hari sebanyak 700 kkal, tapi hanya sekitar 400 kkal yang
diberikan oleh ASI. Artinya, masih kurang sekitar 300 kkal per hari.
Usia 12-23 bulan: kebutuhan energi per hari sebanyak 900 kkal, tapi hanya sekitar 350 kkal
yang diberikan oleh ASI. Artinya, masih kurang sekitar 550 kkal per hari.
Untuk kebutuhan zat besi bayi dari rentang usia 0-5 bulan, masih terpenuhi dengan baik berkat
adanya cadangan zat besi selama kelahiran. Namun setelah itu alias saat usianya masuk 6
bulan, cadangan tersebut sudah habis.
Ditambah lagi karena asupan ASI yang tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat besi harian
bayi usia 6 bulan. Nah, bagian yang kurang tersebut merupakan jumlah asupan energi dan zat
besi yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan seiring bertambahnya usia anak.
Perhatikan tanda bayi siap untuk menerima
makanan pertama
Selain kebutuhan gizinya yang memang semakin berkembang, secara tidak langsung bayi juga
akan mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk diberikan makanan pertama di usia 6
bulan. Mulai dari terlihat sudah mampu menahan kepalanya sendiri, tertarik dengan berbagai
macam makanan, bahkan berusaha meraih makanan di depannya.
Jika bayi sudah menunjukkan tanda-tanda seperti itu, artinya ia sudah siap untuk diperkenalkan
dengan makanan pertamanya. Namun di samping itu, penting untuk diperhatikan oleh setiap
orangtua agar sebaiknya memperkenalkan bayi dengan makanan lain selain ASI di waktu yang
tepat.
Jika diperkenalkan terlalu dini, maka risikonya bayi akan berhenti menyusu terlalu dini,
sehingga ia tidak mendapatkan manfaat dari ASI lagi. Sebaliknya, jika diperkenalkan terlalu
lama bayi akan lebih sulit untuk menerima makanan padat, sehingga bisa kekurangan vitamin
dan mineral yang ia butuhkan.
Berikut beberapa tanda fisik yang harus diperhatikan ketika bayi sudah mulai siap untuk
menerima makanan pertama di usia 6 bulan:
Refleks menjulurkan lidah sudah sangat berkurang, atau bahkan menghilang.
Perkembangan keterampilan yang semula hanya mampu mengisap dan menelan cairan saja,
kini sudah mulai bisa mengunyah dan menelan makanan lain. Terutama makanan yang lebih
kental dan padat, serta dapat memindahkan makanan dari bagian depan ke belakang mulut.
Mampu menahan kepala agar tetap tegak.
Duduk dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan sama sekali, dan mampu menjaga
keseimbangan badan ketika tangannya berusaha meraih benda di dekatnya.
Berikut beberapa tanda psikologis yang harus diperhatikan ketika bayi sudah mulai siap untuk
menerima makanan pertama di usia 6 bulan:
Sebelum memberikan makanan pertama untuk bayi di usia 6 bulan, perhatikan kalau ada
beberapa jenis sediaan MPASI. Pertama yakni MPASI yang disediakan secara khusus alias
buatan rumah tangga maupun pabrik.
Sedangkan yang kedua, yakni MPASI dari makanan yang biasa dimakan anggota keluarga tapi
telah dimodifikasi. Tujuannya agar lebih mudah dimakan oleh bayi, sekaligus dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi hariannya.
Sebagai orangtua, Anda dihimbau untuk jangan asal dalam memberikan makanan pertama bayi
di usia 6 bulan. Berikut beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyediakan
bahan makanan untuk MPASI:
Mengingat zat besi merupakan salah satu mineral yang kebutuhannya kadang tidak terpenuhi
setelah usia 6 bulan, maka pilihlah bahan makanan utama yang kaya zat besi. Sumber zat
besi yang bisa diberikan untuk bayi seperti daging merah, hati sapi atau ayam, kuning telur,
makanan laut, dan lain sebagainya.
Berikan makanan padat pertama untuk bayi yang terbuat dari sumber beras. Sementara
pemberian gandum dan campuran serealia lainnya dengan kandungan gluten, sebaiknya
ditunda sampai bayi berusia 8 bulan.
Telur bisa mulai diberikan pada bayi meskipun belum berusia 1 tahun.
Tidak ada urutan tertentu mengenai jenis atau bahan makanan yang sebaiknya diberikan
terlebih dahulu pada bayi.
Sementara untuk jenisnya, berikut beberapa pilihan makanan pertama untuk bayi di usia 6
bulan:
Setelah bayi sudah menerima makanan tersebut dengan baik, kemudian Anda bisa
memberikan makanan lainnya yang lebih bervariasi, seperti daging, ayam, ikan, telur, hati sapi,
dan lainnya.
Jika bayi sudah berusia 6 bulan dan sudah menunjukkan tanda bahwa ia siap untuk menerima
makanan padat, Anda mulai bisa untuk memperkenalkannya dengan makanan pertama. Dalam
hal ini, berikan ia makanan yang memiliki tekstur lunak dan lembut terlebih dahulu.
Di samping karena bayi belum mempunyai gigi yang lengkap, sistem pencernaannya juga
belum siap untuk menerima makanan keluarga. Bayi masih membutuhkan waktu untuk
beradaptasi di masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga secara bertahap.
Oleh karena itu, mulailah dengan memberinya makanan lunak dalam porsi kecil dengan
konsistensi halus yang telah melalui proses penyaringan sebelumnya.
Hancurkan terlebih dahulu makanan tersebut sampai halus dan lunak, sehingga memudahkan
bayi untuk menelannya. Mungkin akan memakan waktu beberapa lama sampai bayi benar-
benar dapat menerima berbagai macam makanan padat.
Bayi perlu waktu untuk terbiasa dengan rasa dan tekstur baru dari makanan padat. Penting bagi
Anda untuk mengenalkan makanan padat ke bayi secara bertahap seiring bertambahnya usia si
kecil.
Sembari mempersiapkan tekstur yang sesuai, jangan lupa perhatikan dan jaga kebersihan
proses pengolahan MPASI. Berikut beberapa poin penting yang harus diterapkan:
Awal-awal masa perkenalannya dengan makanan padat, bayi masih membutuhkan asupan ASI
di samping makanan padatnya. ASI masih menjadi makanan utama bayi karena ASI
memberikan vitamin, zat besi, dan protein yang diperlukan bayi.
Itu sebabnya, makanan padat berguna sebagai pendamping ASI, dan bukan pengganti ASI.
Jika memungkinkan, WHO menganjurkan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun.
Pada saat ini, bayi hanya mampu makan sedikit makanan lunak yang Anda berikan karena
ukuran lambung bayi masih kecil. Anda mungkin hanya perlu memberikan makanan satu kali
dalam sehari dan mungkin bayi hanya mampu menerima 2-3 sendok makan per hari.
Jika bayi sudah mampu menerima makanan padat satu kali dalam sehari, kemudian Anda
dapat tingkatkan jumlahnya menjadi 2-3 kali dalam sehari. Selain makanan utama tersebut,
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan pemberian selingan sekitar 1-2 kali
sehari.
Ketika memberikan makanan bayi di usia 6 bulan ini diselingi dengan ASI, sebaiknya susui bayi
sebelum Anda memberikan makanan padat.
Pasalnya, menyusu sebelum makan merupakan cara yang baik untuk membantu menjaga
transisi pemberian ASI ke makanan padat. Dengan begitu, bayi tetap mendapatkan ASI yang
masih ia butuhkan bersamaan dengan makanan padatnya.
Dikhawatirkan jika bayi diberi makan terlebih dahulu baru kemudian diberi ASI, kemampuan
menerima ASI-nya akan lebih sedikit. Selanjutnya, frekuensi serta porsi pemberian MPASI bisa
ditingkatkan secara bertahap di beberapa bulan ke depan.
Responsive feeding adalah cara pemberian MPASI secara langsung, alias dengan menyuapi
anak, sampai nantinya anak bisa makan sendiri tapi tetap dengan bantuan Anda. Dalam hal ini,
Anda disarankan agar lebih sabar dan tidak terlalu memaksa kemampuan anak.
Sebisa mungkin, biarkan pikiran anak fokus ke makanan di hadapannya. Hindari makan
sembari bermain, menonton TV, atau bermain gadget yang bisa mengganggu fokus anak. Jika
anak menolak berbagai jenis makanan, coba sajikan makanan dalam berbagai kombinasi rasa
dan tekstur.
Tak kalah penting, usahakan untuk selalu menjaga kontak mata saat Anda sedang menyuapi
anak. Misalnya dengan mengajaknya bicara agar lebih bersemangat saat makan, bukan justru
memarahinya karena tidak mau makan.
Contoh menu MPASI yang tepat untuk bayi 6
bulan
Syarat MPASI yang harus terpenuhi yakni kaya zat gizi di dalamnya. Oleh karena itu, pastikan
MPASI yang diberikan untuk bayi mengandung zat gizi 4 kuadran seperti:
Supaya asupan vitamin, mineral, dan energi bayi tercukupi dengan baik, Anda bisa memberikan
makanan selingan atau camilan di antara waktu makan utamanya. Contohnya bubur kacang
hijau, biskuit yang dihancurkan, puree buah, dan lain sebagainya.
Sementara untuk menu makan utamanya, sebaiknya terdiri atas menu 4 kuadran dan bukan
menu tunggal. Menu tunggal adalah makanan yang hanya terdiri atas 1 macam bahan saja,
seperti buah saja, sayur saja, lauk saja, dan lainnya.
Berbeda dengan menu makanan 4 kuadran yang berisikan beberapa macam bahan makanan
berbeda. Mulai dari daging, ikan, telur, sayur, buah-buahan, hingga nasi yang diolah halus dan
dicampur menjadi satu.
Untuk contoh menu campuran, Anda bisa membuat semangkuk nasi tim yang dicampur dengan
beberapa lauk pauk dan sayur. Misalnya membuat bubur yang berasal dari beras putih,
kemudian diberi tambahan suwiran hati sapi, sawi, dan wortel.
Selanjutnya olah bahan-bahan tersebut hingga halus menggunakan blender, kemudian masak
sampai matang. Intinya, pemberian menu makanan pertama untuk bayi usia 6 tahun tidak bisa
hanya satu macam saja.
Melainkan, harus dikombinasikan bersama sumber makanan lainnya dengan tekstur yang lebih
halus. Sebab hal tersebut justru berisiko membuat anak kekurangan zat gizi lainnya.
Selain itu, perkembangan otak anak bisa terhambat bahkan sampai masalah gizi tertentu,
seperti stunting. Di sisi lain, pemberian vitamin dan mineral di dalam MPASI, khususnya zat
besi, seng, dan vitamin A, sebaiknya tidak terlewatkan.
Salah satu sumber zat gizi yang baik untuk bayi yakni hati sapi, daging sapi, serta sayuran
berdaun hijau.
Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, pengenalan jenis, tekstur, konsistensi, frekuensi,
serta jumlah makanan harus dilakukan secara bertahap. Berikut cara mengenalkan makanan
pertama untuk bayi di usia 6 bulan yang harus Anda pahami:
Berikan makanan sebanyak 1-2 sendok teh, atau secukupnya sesuai kemampuan bayi setelah
minum ASI maupun susu formula. Jika bayi selalu menolak makanan baru, berikan makanan
tersebut sebelum ASI atau susu formula.
Setiap jenis makanan baru diperkenalkan satu persatu secara perlahan, dan ulangi
pemberiannya selama 2 hari. Hal tersebut bertujuan agar bayi dapat belajar mengenali rasa,
aroma, dan jenis makanan tersebut.
Mengenalkan jenis makanan baru untuk bayi tidak bisa dilakukan hanya dengan 1-2 kali
pemberian saja, melainkan harus 10-15 kali. Tujuannya untuk memastikan kalau bayi memang
menyukai atau tidak menyukai makanan tersebut, sebelum mengambil kesimpulan terlalu
cepat.
Jumlah makanan padat yang diberikan selanjutnya bisa ditambahkan secara bertahap, sampai
mencapai jumlah yang sesuai dan bisa dihabiskan bayi.
Jika si kecil tampak tidak tertarik atau menyukai makanan tertentu, hindari memaksanya.
Sebagai gantinya, usahakan untuk tetap memberikan jenis makanan tersebut tetapi mungkin
dengan cara dan tampilan yang berbeda.
Entah itu dicampur atau dikombinasikan dengan sumber makanan lainnya. Sebab di masa ini,
anak memang membutuhkan waktu untuk belajar mengenal dan menyukai berbagai macam
makanan baru.Bukan itu saja, si kecil juga sedang dalam masa perkembangan untuk makan
dengan cara dan jumlah yang berbeda.
Setelah ASI, jadwal makan bayi selanjutnya adalah makanan padat (MPASI) dan terus
berkembang hingga ia pada akhirnya bisa makan sendiri. Berikut tahapan perkembangan
kebiasaan makan bayi dari bulan ke bulan.
Menurut American Academy of Pediatrics dan sejumlah dokter anak, bayi sudah boleh
dikenalkan dengan makanan padat pertama di usia 4-6 bulan. Di usia ini, reflek anak untuk
menjulurkan lidahnya untuk mengisap payudara atau dot botol susu akan mulai hilang. Bayi
berusia sekitar 4-6 bulan kini sudah bisa mengangkat dan menopang kepalanya sendiri karena
lehernya sudah mulai kuat.
Oleh karena itu, Anda sudah bisa membuat jadwal makan bayi untuk MPASI pertamanya di usia
ini. Namun jika bayi Anda ASI eksklusif, Anda disarankan untuk menunda pemberian makanan
padat sampai bayi Anda berusia genap 6 bulan.
Setelah anak mulai terbiasa dengan makanan pengganti ASI atau susu formula, lanjutkan
pemberiannya untuk membiarkan bayi terbiasa dengan makanan padat. Setelah beberapa
minggu, Anda bisa mulai memberikan asupan makanan yang lebih bertekstur.
Kenalkan tekstur baru pada anak perlahan-lahan. Anda bisa mulai dengan memberi bayi pisang
atau alpukat tumbuk.
Anda bisa memberikan makanan bayi dengan tahapan mulai dari bubur lembut (tahap 1), ke
bubur kental (tahap 2), sampai bubur bergumpal (tahap 3) ketika bayi berusia sekitar 9 bulan.
Makanan bertekstur ini tetap bisa dilumat walaupun gigi bayi belum tumbuh sempurna.
Tahapan selanjutnya adalah ketika bayi sudah mulai belajar duduk di kursi makan (high chair).
Tetap perhatikan aturan keselamatan anak: selalu kenakan sabuk pengaman setiap kali anak
ditempatkan di atas kursi makan, walaupun kemungkinan anak untuk jatuh atau keluar sangat
kecil. Tidak ada salahnya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, karena kecelakaan mungkin
saja terjadi ketika orangtua lengah.
Umumnya bayi yang berusia sekitar 7-11 bulan sudah mampu menggunakan tangan mereka
untuk berusaha mengambil makanan yang dipegang orang tuanya. Tahapan ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa anak sudah siap untuk makanan yang bisa digenggam.
Makanan yang dipilih tentunya harus tetap sehat, bergizi, dan bertekstur lembut. Misalnya pasta
dipotong dalam bentuk dadu, potongan-potongan kecil sayuran matang seperti wortel, kacang
panjang, buncis atau ayam dan daging lembut sesuai bentuk genggaman tangannya.
Tahap 5: Ketika Anak mulai menggunakan sendok
Sesaat setelah bayi sudah bisa menggenggam makanannya, Anda sudah boleh mencoba
memberinya sendok. Jangan heran apabila mereka malah memainkannya atau bahkan
memasukkan sendok ke dalam mulut. Itu wajar terjadi, kok.
Kebanyakan bayi belum bisa menggunakan sendok secara efektif sampai berusia 1 tahun.
Namun, tidak ada salahnya bagi ibu untuk merancang jadwal makan bayi sembari berlatih
memakai sendok di usia ini. Ketika mengajari anak makan sendiri menggunakan sendok,
mulailah dengan makanan lengket seperti yogurt, kentang tumbuk, atau cottage cheese.
Tips lain: Beri sedikit krim keju di atas sendok, kemudian taruh potongan sereal berbentuk O di
atasnya. Krim keju akan membuat sereal tetap menempel pada sendok, sehingga bayi bisa makan
sereal dari sendoknya sendiri. Untuk mengantisipasi kotor dari makanan bayi yang
tumpah, gunakan celemek bayi yang tahan air dan taruh alas di bawah kursi makan agar mudah
dibersihkan.
Tahap 6: Saat bayi mulai mencoba makanan yang sering menyebabkan alergi
Beberapa dokter menganjurkan orangtua untuk menunggu sampai anak berusia 1 tahun, sebelum
mencoba makanan yang biasanya memicu alergi, seperti telur atau ikan. Namun menurut
penelitian, menunggu bayi sampai melewati usia tertentu tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan, kecuali jika orangtua memang memiliki riwayat alergi makanan atau ada dugaan anak
mengidap alergi tertentu.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan pemicu alergi yang diberikan pada anak di
bawah usia 1 tahun membuat mereka lebih rentan terkena alergi. Menurut American Academy of
Pediatrics (AAP), mengenalkan makanan yang bisa memicu alergi pada anak sebelum usia 1
tahun hukumnya sah-sah saja. Namun, banyak dokter sepakat bahwa orangtua harus sangat
berhati-hati dalam memberi kerang dan kacang. Pasalnya, reaksi alergi yang ditimbulkan dari
makanan ini bisa sangat berbahaya bagi anak.
Selama 6 bulan pertamanya, bayi tidak membutuhkan asupan air tambahan karena semua air
yang mereka butuhkan terdapat di dalam ASI atau susu formula. Pemberian air pada bayi di
bawah usia 6 bulan justru dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi untuk tumbuh kembang
bayi. Begitu mereka berusia 9 bulan, mereka dapat mulai minum air dengan menggunakan sippy
cup atau gelas anti tumpah.
Menguasai alat makan merupakan proses yang panjang. Kebanyakan bayi belum bisa
menggunakan sendok secara efektif sampai berusia 1 tahun. Dorong anak untuk tetap berlatih
dengan aman, dan sekali lagi, berantakan atau baju kotor karena makanan adalah wajar.
Bayi Usia 0 Bulan
Bayi yang baru dilahirkan dan berusia 0 bulan tidak ada makanan dan minuman yang lebih baik
untuknya dibandingkan dengan ASI. Memang di awal kehidupannya ibu perlu mengenalkan ASI
pada bayinya. Bayi harus bisa menyesuaikan diri saat berada di luar kandungan. Selama di
kandungan bayi akan mendapatkan makanan dan minuman dari plasenta. Saat di luar kandungan,
bayi harus mencari makanannya sendiri sehingga, bayi akan kebingungan dan belum terbiasa.
Oleh sebab itulah peran ibu diperlukan untuk membantu bayi ketika menyusui. Menyusui tidak
semudah yang dibayangkan, terutama untuk ibu baru. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
ketika ibu baru pertama kali menyusui :
Tidak boleh diberikan makanan padat maupun makanan semi padat
Untuk pola makan dan menyusui bayi usia 0 bulan sebaiknya ibu memberikan ASI setiap 1 jam sampai
dengan 2 jam sekali.
Sistem pencernaannya yang belum sempurna membuat bayi akan mudah haus dan lapar meski sudah
menyusu lama.
Bayi usia 0 bulan akan menyusu dengan rentang waktu antara 45 menit sampai dengan 1 jam.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyusui bayi :
Hindari DOT
Ibu yang merasa kesulitan ketika menyusui dan tidak sabar menunggu bayinya menyusu akan
memilih untuk memberikan DOT pada bayinya. DOT memiliki kerugian bagi bayi dan ibu itu
sendiri. Berikut ini adalah kerugian memberikan DOT pada bayi :
Bayi akan terkena bingung puting. Akibatnya bayi tidak mau menyusu pada ibunya.
Coba perhatikan bentuk dot sama puting ibu, bentuknya berbeda bukan?. Hal itulah yang akan
membuat bayi menjadi bingung putting.
Jika sudah begitu, ibu yang ingin memberikan ASI pada bayinya harus dengan cara diperah dan
dimasukkan ke dalam DOT. Namun hal tersebut bukanlah hal yang efektif dikarenkan rangsangan dari
mulut bayi tidak diperoleh oleh ibu, padahal rangsangan dari mulut bayi bisa memudahkan payudara
untuk memproduksi ASI.
Terus memerah ASI akan mengurangi jumlah produksi ASI ibu dikarenakan payudara tidak terkena
rangsangan sehingga produksi ASI akan berkurang.
Bayi akan memiliki pola makan yang sama dengan bayi usia 0 bulan. Ibu akan mengalami
kelelahan terutama saat malam hari sebab saat malam hari bayi akan menyusu lebih lama,
dibandingkan dengan siang hari. Hal tersebut memang hal yang wajar sebab pencernaan bayi
yang belum sempurna. Pencernaan bayi akan mulai sempurna di atas usia 3 bulan. Oleh sebab
itu, bayi tidak akan mulai bergadang ketika usianya sudah di atas usia 3 bulan. Yang perlu
dilakukan dan diperhatikan ibu ketika memberikan pola makan pada bayi usia 1 bulan adalah :
Tetap memberikan bayi ASI setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Ibu juga harus memberikan ASI
kapanpun bayi mau. Produksi ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga jika tidak sering
disusukan produksi ASI pun akan menurun. (Baca juga : cara memperbanyak ASI)
Bayi masih akan menyusu lama pada ibu. Durasi menyusunya sebanyak 45 menit atau satu jam, oleh
sebab itu ibu harus menentukan posisi yang nyaman.
Jangan memberikan makanan yang padat maupun semi padat.
Bayi Usia 2 -3 Bulan
Pola makan untuk bayi usia 2 dan 3 bulan sama halnya dengan pola makan dengan bayi usia 1
bulan dan 0 bulan. Makanan terbaik untuk bayi sampai dengan usia 3 bulan hanyalah ASI. ASI
mampu mencukupi kebutuhan bayi yang lapar dan juga haus. Jika ditambahkan dengan makanan
lain, sistem pencernaan bayi belum mampu menampung makanan tersebut dikarenakan sistem
pencernaan belum sempurna. Jika dipaksakan bayi bisa mengalami berbagai masalah
pencernaan.
Berikut ini pola makan bayi untuk usia 2 bulan sampai dengan 3 bulan :
Menyusui bayi minimal satu jam sekali atau dua jam sekali. Bayi akan mudah lapar dikarenakan organ
pencernaannya belum sempurna.
Sifat bayi berbeda-beda, ada pola tidur bayi yang tiap malam hanya diisi dengan tidur, ada juga bayi
yang tiap malam akan terbangun untuk minta minum ASI. Bagi ibu yang memiliki bayi yang suka tidur
tiap malam sebaiknya ibu tetap membangunkannya untuk minum ASI. Bangunkan bayi tiap dua jam
sekali saat malam hari.
Durasi bayi minum ASI antara 45 menit sampai dengan satu jam. Bayi laki-laki membutuhkan waktu yang
lebih lama ketika menyusu yaitu bisa sampai 90 menit.
Untuk meningkatkan kualitas ASI ibu diharapkan untuk rutin mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan
pelancar ASI lainnya.
Foremilk” state=”opened
Komponen ASI ini berupa ASI yang sifatnya encer. Jika ibu memiliki ASI yang menetes-netes,
ASI tersebut berupa foremilk. Foremilk akan keluar setelah kolostrum keluar terlebih dahulu.
Foremilk ini kaya dengan protein dan juga laktosa. Foremilk bermanfaat untuk perkembangan
otak bayi. Saat bayi haus, foremilk inilah yang nantinya akan menghilangkan rasa haus pada
bayi.
Hindmilk
Saat foremilk telah habis, hindmilk akan keluar dari payudara ibu. Setelah menyusu selama 15-
20 menit, ASI yang keluar berupa hindmilk. Hindmilk ini lebih kental dibandingkan dengan
foremilk. Hindmilk mengandung banyak lemak sehingga bersifat mengenyangkan. Saat bayi
lapar, hindmilk inilah yang akan mengenyangkan bayi. Hindmilk bermanfaat untuk pertumbuhan
dan pertambahan berat badan bayi. Tidak heran jika bayi yang kuat menyusu dan lama menyusu
pada ibunya akan memiliki pertambahan berat badan yang signifikan.
Saat usia 4 bulan organ pencernaan bayi mulai mendekati sempurna. Oleh sebab itulah tidak ada
salahnya jika ibu mulai mengenalkan makanan pendamping ASI yang sedikit padat atau semi
padat. Pada usia ini ibu jangan memberikan makanan yang langsung padat seperti nasi. Berikut
ini cara mengenalkan makanan pendamping ASI yang agak padat kepada bayi usia 4 bulan :
Ibu bisa memberikan satu sendok teh berupa sereal yang bisa dicampurkan dengan ASI ibu.
ASI ibu yang diberikan untuk mendampingi sereal tersebut sebanyak 3-4 sendok teh.
Memberikannya sebanyak dua kali yaitu saat pagi hari dan siang hari, sedangkan untuk malam hari
cukup berikan ASI secara eksklusif saja.
Sama halnya dengan usia 4 bulan, ibu bisa memberikan makanan pendamping asi yang semi
padat atau sedikit padat. Makanan semi padat itu juga dicampurkan dengan ASI agar lebih
efisien dan efektif.
Berikut ini pola makan bayi usia 5 – 6 bulan yang harus diketahui oleh ibu :
Saat bangun tidur pukul 6 pagi, jangan berikan makanan pendamping ASI. Berikanlah ASI terlebih
dahulu.
Selang dua jam yaitu pukul 8 pagi, ibu bisa memberikan si kecil makanan berupa bubur susu. Bubur susu
ini adalah dua sendok teh sereal atau bubur bayi lembut yang dicampurkan dengan ASI ibu. Jika bayi
masih lapar, berikanlah ASI ibu.
Pukul 10 pagi, ibu bisa memberikan buah segar yang tidak keras di mulut bayi. Buah segar itu bisa
berupa pisang yang dikeruk pakai sendok, pepaya yang juga dilembutkan pakai sendok. Jika tidak ada
buah segar, ibu bisa memberikan camilan berupa biskuit.
Pukul 12 siang sampai dengan sebelum tidur siang berikanlah ASI secara eksklusif.
Pukul 4 sore saat bayi sudah mandi sore, ibu bisa memberikan buah segar seperti pisang dan pepaya
atau camilan berupa biskuit lunak. Ibu bisa memilih untuk memberikan buah segar atau biskuit.
Pukul 6 sore adalah jam terakhir untuk makan bubur susu.
Lebih dari jam 6 sore berikanlah ASI secara eksklusif. Jika bayi terbangun tengah malam ibu juga
dianjurkan untuk memberikan ASI dan tidak diharapkan memberikan camilan.
Saat bayi sudah berusia 7 bulan sistem pencernaannya sudah sempurna sehingga bayi bisa
diberikan makanan semi padat berupa nasi tim. Jika usia sebelumnya makanan semi padat yang
diwajibkan untuk bayi adalah bubur susu, di usia 7 bulan ini bayi bisa dikenalkan dengan
makanan berupa nasi tim.
Berikut ini pola makan bayi usia 7 bulan yang baik dan benar :
Bayi yang bangun tidur sebaiknya diberikan minum ASI, jangan langsung memberikan MPASI.
Pukul 8 pagi bayi baru boleh makan makanan pendamping ASI berupa nasi tim.
Pukul 10 pagi, bayi bisa diberikan camilan berupa buah segar seperti pepaya maupun pisang, ibu juga
bisa memberikannya biskuit yang lunak dan tidak kasar di lidah bayi. Jika rentang waktu antara 8 pagi
sampai sebelum pukul 10 pagi bayi sudah merasa lapar berikanlah ASI.
Pada saat pukul 12 siang, ibu bisa memberikannya nasi tim kembali.
Saat pukul 2 siang, ibu bisa memilih antara memberikan ASI atau makanan pendamping ASI berupa nasi
tim.
Saat pukul 4 sore, ibu bisa memilih untuk memberikan buah segar atau biskuit.
Puku 6 sore merupakan terakhir kali untuk memberikan MPASI. Jika di atas pukuk 6 sore bayi masih
merasakan lapar, ibu bisa memberikan ASI sampai bayi tertidur.
Untuk menerapkan pola makan bayi usia 8 bulan, ibu bisa mencontoh pola makan bayi usia 7
bulan. Berikut ini pola makan bayi usia 8 bulan dengan menu yang lebih variatif :
Pukul 6 pagi ketika bayi bangun, berikanlah ASI. Saat bangun tidur bayi dalam keadaan haus.
Selang 2 jam kemudian, ibu baru bisa memberinya MPASI. Ibu bisa memberikan bubur sum-sum yang
dicampur dengan ASI ibu.
Pukul 10 pagi berikanlah camilan untuk bayi. Camilan yang diberikan adalah buah segar dan juga bisa
biskuit lunak untuk bayi.
Pukul 12 siang, ibu bisa memberikan bubur kacang hijau yang lembut untuk bayi. Caranya adalah dengan
memblender kacang hijau kemudian menjadikannya bubur kemudian disaring.
Pukul 2 siang berikanlah ASI untuk bayi ibu sampai bayi tertidur.
Saat bangun pukul 4 sore berikanlah camilan untuk bayi.
Pukul 6 sore ibu bisa memberikan nasi tim pada bayi.
Sehabis pukul 6 sore sampai menjelang tidur, ibu bisa memberikan ASI secara eksklusif. Saat malam hari
bayi jangan diberikan MPASI lagi sebab jika kekenyangan bayi justru akan rewel dan susah untuk tidur.
Pada saat bayi berusia 9 bulan, saat inilah fase baru dimulai. Bayi boleh tidak makan nasi tim
lagi atau bayi bisa memakan nasi tim tanpa disaring. Usia 9 bulan bayi sudah bisa memakan
makanan yang sedikit kasar sehingga menunya akan lebih variatif atau bermacam-macam.
Berikut ini pola makan bayi usia 9 bulan yang wajib diketahui oleh ibu :
Pukul 6 pagi saat bayi bangun tidur ibu tetap harus memberikannya ASI sebab saat bangun tidur bayi
akan kehausan.
Pukul 8 pagi, bayi bisa mengkonsumsi bubur yang terbuat dari beras maupun bubur yang berasal dari
gandum.
Pukul 10 pagi bayi diberikan buah-buahan sehat seperti pepaya, melon, pisang dan buah segar lainnya.
Pukul 12 siang ibu bisa memberikan bubur beras yang dicampur dengan sayuran yang telah direbus.
Pukul 2 siang adalah saatnya bayi tidur siang, ibu harus memberikan ASI kepada bayinya.
Pukul 4 sore ketika bayi bangun tidur siang, ibu bisa memberikan camilan berupa biskuit bayi yang
lembut. Biskuit lembut akan mudah dicerna bayi, tertama biskuit khusus bayi. Meski sudah boleh makan
bubur beras, bayi belum bisa mencerna biskuit khusus orang dewasa.
Pukul 6 sore ibu bisa bubur beras yang dicampurkan dengan aneka tahu tempe.
Bayi 10 bulan menunya akan bervariatif sama dengan bayi usia 9 bulan. Ibu bisa mencampurkan
bebagai macam makanan yang bergizi untuk menu buah hati tercinta. Berikut ini pola makan
bayi dengan usia 10 bulan yang harus ibu ketahui :
Saat bayi memasuki usia 11 bulan dan juga 12 bulan, ibu harus lebih selektif untuk memilih
menu makanan untuk bayinya. Hal itu dikarenakan memasuki usia 11 bulan bayi membutuhkan
lebih banyak nutrisi untuk perkembangannya, selain itu saat usia 11 bulan bayi sudah mulai aktif
dalam beraktivitas. Di usia 11 bulan bayi akan belajar bagaimana caranya berjalan, oleh sebab itu
diperlukan nutrisi yang seimbang agar perkembangan bayi bisa berjalan dengan baik. Berikut ini
pola makan yang bisa ibu terapkan untuk bayi usia 11 dan 12 bulan :
Bayi harus dipantau tumbuh kembangnya ketika baru lahir sampai dengan usia 24 bulan sebab,
masa emas dimulai sejak lahir sampai dengan usia 24 bulan. Untuk pola makan bayi bisa
diterapkan sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 12 bulan. Berikut ini pentingnya pola makan
untuk bayi :
Pola makan yang benar akan membuat bayi dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya,
begitu pula sebaliknya.
Pola makan bayi yang benar akan membuat bayi tercukupi nutrisinya. Nutrisi inilah yang bermanfaat
untuk kehidupan bayi.
Pola makan yang benar bisa membuat bayi aktif dan lincah.
Pola makan yang benar bisa menghindarkan bayi dari berbagai penyakit. Hal yang harus diingat ibu
adalah ketika memasukkan jenis makanan ke dalam menu makan bayi, ibu harus menyesuaikan dengan
usianya. Jangan sampai bayi belum bisa menerima makanan padat namun ibu sudah memberinya
makanan padat.
Berikut panduan untuk Anda contek mulai kapan bisa memberi minum air putih untuk bayi.
Bayi yang baru lahir tidak boleh diberi air putih karena perut kecilnya hanya bisa menerima air
susu. Selain itu, pemberian air putih pada bayi akan mengganggu keseimbangan elektrolit
dalam tubuh dan dapat memengaruhi fungsi otak dan jantung.
4-6 bulan
Meskipun tidak berbahaya, pemberian air putih pada usia ini tidak dianjurkan. Menurut
penelitian, bayi yang diberi ASI tidak membutuhkan asupan air tambahan, bahkan di tempat-
tempat tropis saat suhu di atas 37,7°C setiap harinya.
Sementara itu, bayi yang diberi susu formula mungkin diperbolehkan minum air putih (sekitar 1-
2 ons) ketika cuaca sangat panas. Namun, konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan
air putih pada bayi. Ingat! Air putih tidak dapat menggantikan peran ASI, dan susu formula tidak
boleh diencerkan dengan air tambahan.
5 – 7 bulan
Pada usia ini, bayi sudah mampu memegang benda dan bisa belajar minum sendiri dari gelas.
Berikan bayi gelas khusus sehingga ia bisa menyeruput air dengan mudah. Pilih gelas yang
dapat menampung sekitar 4-6 ons air. Isi air sampai penuh, sehingga bayi tidak perlu
menengadahkan kepalanya waktu minum. Gelas ukuran besar dan penuh air mungkin terlalu
berat untuk digunakan si kecil. Jadi gunakan ukuran yang lebih kecil dan berbahan ringan.
Selain itu, dr. Jennifer Anders dari Rumah Sakit Anak Johns Hopkins di Baltimore mewanti-
wanti orangtua untuk tidak langsung memberikan air putih pada usia bayi yang masih berusia
dini. Mengonsumsi terlalu banyak air dapat membuat bayi berisiko mengalami keracunan air,
dan itu bisa fatal akibatnya.
Pasalnya, organ ginjal bayi belum berfungsi secara matang. Jika bayi minum air putih terlalu
banyak, tubuh mereka bisa mengeluarkan terlalu banyak garam bersamaan dengan air putih
yang diminum. Ketidakseimbangan cairan tubuh ini akan mengganggu aktivitas otaknya. Gejala
paling awal yang dimunculkan biasanya adalah mengantuk dan lemas. Gejala keracunan air
lainnya termasuk kondisi suhu tubuh rendah, tubuh membengkak (biasanya pada wajah),
hingga kejang.
ASI bagi tubuh bayi juga lebih mudah dicerna dibanding susu formula. ASI mengandung
antibodi yang membantu bayi Anda melawan virus dan bakteri. Menyusui menurunkan risiko
bayi menderita asma atau alergi.
Ditambah, bayi yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama lebih kebal terhadap
infeksi telinga, penyakit pernapasan seperti asma, dan serangan diare. Boleh-boleh saja
memberikan air putih pada bayi, namun berdasarkan anjuran di atas, lebih baik air putih
diberikan saat ia sudah bisa mengonsumsi MPASI.