Anda di halaman 1dari 12

BAB I

1. Pendahuluan
Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai latar belakang, rumusan
masalah, serta tujuan yang berkenaan dengan Just In Time.
1.1 Latar Belakang

Jus In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan


pemborosan waktu dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai
proses distribusi. Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste)
sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas
peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan
untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan yang
lebih sederhana pengertian pemborosan: Kalau sesuatu tidak memberi nilai
tambah itulah pemborosan.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki
implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat
sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau
dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta,
dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk
mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In
Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh
dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan
pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksinya.
Salah satu Just In Time yang masuk kedalam sektor jasa yaitu
pemasokan. Misalnya pabrik industri mebel sangat berhubungan dengan
pemasok karena bahan baku yang mereka butuhkan untuk proses produksi
sangat tergantung pada pemasok. Serta penjadwalan, dimana pengadaan
barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan
segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah menerapkan JIT disektor jasa pada pabrik industri mebel ?
2. Apakah pengaruh JIT disektor jasa pada pabrik industri mebel ?
3. Apakah tantangan JIT disektor jasa pada pabrik industri mebel ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan ulasan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahaui dan memberi pandangan bagi perusahaan cara
penerapan JIT disektor jasa pada pabrik industri mebel.
2. Dapat memberi pandangan bagi perusahaan apa saja pengaruh JIT
disektor jasa pada pabrik industri mebel.
3. Dapat memberi pandangan bagi perusahaan apa saja tantangan yang akan
dihadapi saat mengaplikasikan JIT disektor jasa pada pabrik industri
mebel.

BAB II
2. Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka pada bagian ini
akan dijabarkan bahasan dari rumusan masalah.
2.1 Penerapan dan Pengaruh JIT Disektor Jasa
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang
memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya
dalam suatu organisasi. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

2
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih
tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak
memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan
kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti
misalnya pemasokan, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

A. Pemasok JIT
Keberhasilan JIT tidak terlepas dari peran pemasok, oleh karena itu
hubungan antara pemasok dengan pelanggan harus dijaga dengan baik.
Heizer dan Render ( 2004, h.261) mengatakan : Kemitraan JIT ada ketika
pemasok dan pembeli bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik
untuk menghilangkan pemborosan dan menekan biaya. Selanjutnya Heizer
dan Render (2004, h.262) memunculkan 4 sasaran kemitraan JIT yaitu : (1)
penghilangan aktivitas yang tidak perlu ; (2) penghapusan persediaan di
pabrik ; (3) penghapusan persediaan yang transit ; (4) penghilangan para
pemasok yang lemah 113S tudi Just in Time untuk Meningkatkan Kinerja
Produktivitas Perusahaan Ratna Kusumawati
JIT sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan
perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak dituntut untuk bekerja sama
untuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang. Adapun
karakteristik hubungan antara pemasok JIT dengan perusahaan pembeli
meliputi ; (1) kontrak jangka panjang ; (2) Meningkatnya akurasi

3
administrasi pesanan; (3) meningkatnya kualitas; (4) Fleksibilitas pesanan;
(5) pengiriman jumlah kecil dengan frekuensi pengiriman yang banyak; (6)
perbaikan berkesinambungan dalam bekerjasama (Tjahjadi, 2001, h.232).
Perusahaan pembeli harus bisa mencari pemasok terpercaya yang dapat
mengirimkan barang berkualitas, dengan jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Dalam banyak kasus perusahaan pembeli menetapkan jadual jam
pengiriman, bahkan menit pengiriman juga telah ditentukan. Kegagalan
pemenuhan jadwal yang dipesan akan berakibat fatal, yaitu berhentinya
produksi (Tjahjadi, 2001, h.229). Dari uraian diatas maka indikator pemasok
yang dapat dimunculkan adalah : mendukung hubungan dengan para
pemasok, penyerahan barang berkualitas tepat waktu.

Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan


cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk
memenuhi permintaan atau penggunaan.

 Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan


dengan aktivitas pembelian dengan cara :
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi
sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang
mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan
mutu.

4
 Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem
akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut :
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga
banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih
harga beli secara individual
5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

i. Hubungan JIT dengan pemasok


Dalam JIT, para pemasok bahan baku untuk proses produksi dianggap
sebagai mitra usaha, bukan sekedar hubungan dagang. Hubungan dengan para
pemasok bersifat jangka panjang. Pemasok yang dipilih biasanya cukup satu
untuk setiap jenis bahan baku. Perjanjian pembelian dibuat untuk satu periode
yang panjang (3-6 bulan) dengan estimasi jumlah tertentu serta kualitas
tertentu. Bahan baku tersebut tiba pada saat diperlukan untuk proses produksi.
Hal ini memerlukan sistem pengiriman yang tepat serta akurat, sehingga
dihindari adanya keterlambatan kedatangan bahan baku tersebut. Karena
kualitas telah disepakati serta dijamin tidak adanya bahan baku yang
berkualitas dibawah standar produksi, maka tidak diperlukan adanya
pemeriksaan bahan baku (Wilopo dan Purnamasari, 1996, h.78). JIT sangat
membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli.
Kedua belah pihak dituntut untuk bekerjasama untuk mencapai keberhasilan
bersama dimasa yang akan datang (Tjahjadi, 2001,h.232). Kemitraan JIT ada
ketika pemasok dan pembeli bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal
balik untuk menghilangkan pemborosan dan menekan biaya (Heizer dan
Render,2004). Kesepakatan dengan 1 pemasok untuk 1 item tertentu atau
beberapa item tertentu akan membantu perusahaan dalam menetapkan
hubungan jangka panjang antara pemasok dan pembeli ( Ansari and

5
Modarress,1990; Cooper and Ellram,1993; dalam Kaynak, 2005).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan
adalah: H1 : pemasok berpengaruh positif dengan JIT.

B. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau
produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang
diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi
permintaan pelanggan.

 Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap
workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep
persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi
(konsep waktu tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk
mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan
produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga
aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

 Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi


dalam bidang:
1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan.
2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai.
3. Waktu perpindahan.
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
5. Ruangan pabrik.

6
6. Biaya mutu.
7. Pembelian bahan.

 Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi


biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung.
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih
biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”.

2.2 Tantangan JIT Disektor Jasa


Terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi penerapan JIT :
1. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout
berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan
mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system
tradisional dan bagaimana cara kerja JIT.

a) Membentuk Aliran/Penyederhanaan
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup
sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi,
menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah
awal.
b) Kanbal Pull System

7
Kanbal merupakan system manajemen suatu
pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki
beberapa aturan yang perlu diperhatikan:
1.Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
2.Proses berikutnya hanya mengambil apa yang
dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
3. Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya
4. Meratakan beban produksi
5. Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning
6. Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

3. Visibiltas/ pengendalian visual


Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan system
visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit
dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan
barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
4. Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun
dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang
melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen,
seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya
yang relevan.

5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup


Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran
lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila nesin-mesin
digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang
berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT. Mesi-mesin
membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh
operator yang menjalankan mesin tersebut.

8
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus
ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala
sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna.
Kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan
dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.

BAB III
3. Pembahasan
Berdasarkan penjabaran bahasan yang telah disampaikan, maka pada bagian
ini akan kami simpulkan bahasan dari rumusan masalah.

3.1 Kesimpulan
Terdapat hubungan pengaruh positif antara pemasok dengan JIT, dengan
demikian semakin baik hubungan antara pemasok dengan perusahaan maka semakin
tinggi pula kinerja JIT. Jadi kemitraan JIT akan berjalan kalau ada hubungan atau
kerjasama yang baik antara pemasok dengan perusahaan, hal ini sesuai dengan
pendapat Tjahjadi (2001,h.232) bahwa JIT sangat membutuhkan hubungan khusus
antara pemasok dengan perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak dituntut untuk
bekerjasama untuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang.
Ada pengaruh positif antara organisasi proses produksi dengan JIT hal ini
berarti bahwa kecepatan proses produksi sangat berhubungan dengan JIT yang mana

9
dengan adanya kecepatan proses produksi maka memberikan manfaat yang strategis
bagi perusahaan yaitu berupa pelayanan yang cepat atas pesanan dari pelanggan. Bila
barang tersebut cepat diproses dan disampaikan kepada para pemesanan maka tidak
hanya terjadi pengurangan pada barang dalam proses tetapi juga pengurangan pada
barang jadi. Pada kesimpulan hipotesis ini diperkuat dengan pendapat Wilopo dan
Purnamasari (1996) yang mengatakan bahwa tujuan JIT adalah menurunkan waktu
proses produksi sebagaimana diketahui waktu proses produksi terdiri dari waktu
persiapan, waktu memindahkan bahan baku, waktu pemeriksaan, waktu tunggu
disamping waktu pelaksanaan produksi itu sendiri.

3.2 Saran
1. Perlu adanya dukungan dari pimpinan dalam perencanaan jangka panjang
dalam sistem JIT. Dalam hal ini pimpinan perusahaan harus menyadari betul bahwa
kerjasama dengan pemasok harus di bina dengan baik. Pemasok tidak hanya sekedar
hubungan dagang tapi lebih kepada hubungan yang bersifat jangka panjang.
Sehingga system JIT diharapkan bias berjalan dengan baik.
2. Pekerja dirubah dari specialist menjadi multidisiplint artinya pekerja dilatih
tidak hanya untuk proses produksi tapi juga sampai pada tingkat kemampuan
memperbaiki mesin,pembuatan skedul produksi,penanganan bahan baku juga sampai
dengan pemeriksaan bahan baku.

10
DAFTAR RUJUKAN
https://yenypurwantotechnical.wordpress.com/2014/07/11/just-in-time-pada-
perusahaan-industri/
http://nonnababybelle.blogspot.co.id/2012/05/manajemen-persediaan-just-in-
time.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=134328&val=5637&title=STUDI%20JUST%20IN%20TIME%20UNTUK
%20MENINGKATKAN%20KINERJA%20PRODUKTIVITAS%20PERUSAHAAN
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=178098&val=5028&title=PENGARUH%20SISTEM%20MANAJEMEN
%20PERSEDIAAN%20DENGAN%20KONSEP%20JUST%20IN%20TIME
%20(JIT)%20TERHADAP%20PENGENDALIAN%20BIAYA%20PERSEDIAAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai