Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL SKILL LAB

Gerak refleks

Oleh :

Glenis grytha q

NIM : 31101900037

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sungguh besar karunia tuhan pada kita, begitu banyak nikmat yang
tuhan anugerahkan pada kita mulai dari hal hal yang besar hingga
hal hal yang sangat kecil atau bahkan hal hal yang tidak kita sadari.
Bahasan kita pada unit kali ini adalah gerak refleks. Pernahkah ada
sadari seberapa besar manfaat gerak refleks untuk kita? Kita buat
analogy tentang kejadian yang sering terjadi didalam kehidupan
kita.contoh misalnya kita sedang didapur, sedang memasak sesuatu
kemudian tidak sengaja kita menyentuh bagian panas dari alat alat
yang kita pakai memsak sebelumnya, yang kita lakukan adalah
menrik tangan kita dengn cepat, itulah yang dinamakan gerak
refleks.
Dengan melakukan praktikum ini adalah sebagai wadah waaasan,
serta sebagai cara untuk mengetahui macam-macam gerak refleks
serta tempat tempat pada bagian tubuh yang memiliki respon gerak
refleks.

II. TUJUAN
tujuan dari praktikum ini yaitu memahami pengertian gerak refleks
dan mempelajari reaksi reaksi pada beberapa bagian tubuh sebagai
akibat dari rangsangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ada dua sistem gerak pada manusia, yaitu gerak reflex dan gerak sadar
(terkoordinasi). Refleks ialah aktifitas yang timbul langsung sebagai respon
terhadap rangsangan tanpa olahan syaraf sentral bagian korteks. Refleks
bermacam-macam dari yang sederhana hingga yang kompleks. Contoh refleks
yang sederhana adalah refleks menyusu. Bayi yang baru lahir dan sehat sudah
dapat menghisap susu dari payudara ibunya. Refleks alimentasi ini dapat
dimulai dari pipi bayi yang disentuh puting payudara. Bayi akan menengok ke
arah payudara yang akan dihisap itu. Mulutnya membuka, bibirnya menangkap
puting payudara, mungkin tangannya akan memegang payudara itu, lalu timbul
gerakan menghisap dan menelan. Semua aktifitas ini berjalan reflektoris
(Suyanto, 2010).
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensr, interneuron, dan
neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak
refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron
sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu
yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila
rangsangan yang diterima oleh sel saraf sensori langsung disampaikan oleh
neuron perantara atau neuron penghubung (Wulandari, 2009).
Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan
tidak di sadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak
refleks. Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan
neuron motorok. Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya di sebut
refleks otak. Jika terletak di sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut
refleks tulang belakang (Taiyeb, 2016).
Prinsip kegiatan system saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan gerak
refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik
dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan
sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organism terhadap perubahan
lingkungan baik di dalam maupun luar organism (Syaifuddin: 2006)
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara ototmatis tanpa di
sadari. Terdapat dua tipe refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar yang
menyatu tanpa dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda menuju ke
arahnya dan refleks yang dipelajari atau refleks yang di kondisikan (conditioned
refleks), yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, sepeti membelokkan stri
mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjaka hal tersebut secara
ototmatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar (Basoeki, 2003)
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan
terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata dari debu,
menarik tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa
sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja
tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan benda panas itu (Pearce 2009).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara ototmatis
terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks yang
paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan
neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan
kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh
saraf sensori ke pusat saraf, di terima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa
di olah di dalam otak langsung di kirim tanggapan ke saraf motor untuk di
sampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar, jalan pintas ini di sebut lengkung
refleks (Wulandari, 2009).
Kegiatan pada lengkung refleks di mulai di reseptor sensorik sebagai
potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial
reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas
di saraf eferen. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, terjadi lagi respon yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Efektor yang berupa otot rangka,
respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensil aksi
yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen
dengan eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat (Ganong, 2009).
BAB III
METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu / 20 November 2019


Pukul : Pukul 13.00 s.d 15.20 WIB
Tempat : Ruang SGD lantai 1 fakultas kedokteran gigi UNISSULA

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Martil Refleks
2. Senter
3. Jarum
4. kursi
b. Bahan Pengujian
Pasien
C. Prosedur Kerja/pemeriksaan
Refleks fisiologis
1. Reflex pupil
pada mata yang terbuka disinari dengan batrey maka reflex pupil positif jika
terlihat
kontriksi pupil (miosis)
Reseptor : Retina
Saraf aferen : n. opticus (N.II)
Pusat integrasi : otak
Saraf eferen : n. Occulomotorius (N. I)
Efektor : otot polos iris
1) Melihat diameter pupil penderita (normal 3 mm).
2) Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor).
3) Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
4) Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk : menyorotkan cahaya ke
arah
pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati apakah pelebaran
pupil
segera terjadi ketika cahaya dialihkan dari pupil
5) Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya indirek : mengamati perubahan
diameter
pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang satunya
mendapatkan
sorotan cahaya langsung
6) Memeriksa refleks akomodasi pupil.
a. Meminta penderita melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak jauh.
b. Meminta penderita untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang
digerakkan
mendekati hidung penderita
c. Mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil penderita (pada
keadaan normal kedua mata akan bergerak ke medial dan pupil menyempit).

2. Refleks Abdominal
Cara melakukan tes ini dengan benda runcing (pensil, lidi, tangkai hammer
reflex)
digoreskan pada abdomen selalu dari arah lateral ke medial atau dari cranial ke
caudal
maka akan terjadi kerutan pada klit abdomen.
3. Refleks patella
1) Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung.
2) Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisi kiri tendon patella.
3) Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan
tangan
yang lain memukul tendon patella untuk memunculkan refleks patella.
4) Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan
kontraksi
otot quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari
tungkai bagian bawah.
5) Cara lain untuk memeriksa :
a) Pasien diminta untuk menggenggam tangan mereka sendiri.
b) Pukul tendon patella saat pasien saling menarik genggaman tangan mereka
c) Metode ini disebut “ reinforcement ”
d) Jika pasien tidak mampu untuk duduk, dianjurkan posisi supinasi
4. Refleks Achiles
1) Pasien diminta untuk duduk dengan satu tungkai menggantung atau berbaring
dengan posisi supine, atau berdiri dengan bertumpu pada lutut dimana bagian
bawah tungkai dan kaki berada di luar meja pemeriksaan.
2) Tegangkan tendon Achilles dengan cara menahan kaki di posisi dorsofleksi.
3) Pukul tendon Achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan refleks
Achilles, yaitu fleksi kaki yang tiba-tiba.
4) “ Reinforcement ” juga dapat dilakukan pada pemeriksaan ini
5. Refelks Bisep
1) Pasien dalam keadaan duduk dan relaks.
2) Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk/fleksi pada siku dengan
telapak
tangan mengarah ke bawah.
3) Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
4) Letakkan ibu jari pemeriksa untuk menekan tendon biceps pasien.
5) Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan
tendon
tadi) untuk memunculkan refleks biceps.
6) Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada
siku.
7) Biceps adalah otot supinator untuk lengan bawah, hal tersebut akan
menimbulkan
gerakan supinasi.
8) Jika refleks ini meningkat, daerah refleks akan meluas dan refleks ini akan
muncul dengan cara memukul klavikula; akan terjadi fleksi pada pergelangan
dan
jari-jari tangan; dan juga adduksi dari ibu jari.
9) M. Biceps brachii diinervasi oleh n. musculocutaneus (C5-C6).

6. Refleks Trisep
1) Pasien diminta untuk duduk dalam posisi yang relaks.
2) Letakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
3) Posisi pasien sama seperti saat pemeriksaan refleks biceps.
4) Pasien diminta untuk me-relaks-kan lengannya.
5) Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks (dengan cara palpasi otot triceps
tidak tegang), pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii.

Reflex patologis
1. Reflex Babinski
Caranya pemeriksa menggores lateral telapak kaki pasien dan membelok kea
rah ibu jari
dengan benda runcing. Pada orang normal akan timbul gerakan reflektorik
terdiri plantar
fleksi kaki dan jari-jarinya. Pada kerusakan traktus piramidalis gerakan
reflektorik itu
tidak menjurus ke plantar akan tetapi ke dorsal terutama ibu jari kaki yang
melakukan
dorsofleksi sedangkan jari-jari kaki lainnya mengembang. Tanda inilah
Babinski positif.

2. Reflex Tromner –Hoffman


Pemeriksa memegang lengan bawah pasien dengan tangan kirinya. Tangan
pasien pada
posisi pronasi dengan jari agak fleksi. Kemudian pemeriksaan menyadarkan
ujung jari
tengah pasien pada jari tengahnya dan menggores goreskan tepi kuku ibu jari
pemeriksa
pada permukaan kuku jari tengah pasien dari proksimal ke distal.

3. Refleks Oppenheim
Dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, tulang tibia pasien
diurut dari
atas ke bawah. Refleks Oppenheim positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari
kaki yang
disertai pemekaran jari-jari yang lain

4. Refleks Gordon
Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien. Refleks Gordon positif jika ada
respon
dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran dari jari-jari yang lain
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Nama pasien : Glenis Grytha Q
Pemeriksa : Nada Syafa T
No PEMERIKSAAN HASIL

1. Refleks Pupil Direks Positif


2 Refleks Pupil Indireks Positif
3 Refleks Pupil Akomodasi Positif
4 Refleks abdominal Positif
5. Refleks patella Positif
6. Refleks achiles Positif
7. Refleks bisep Positif
8. Refleks trisep Positif
9. Refleks babinski Negatif
10. Refleks Tromner – Hoffman Negatif
11. Refleks oppenheum Negatif
12. Refleks Gordon Negatif

B. Pembahasan

Kegiatan praktikum kali ini dengan mengamati masalah gerak, lebih


tepatnya masalah gerak reflex. Sebelumnya perlu kita kerahui terlebih
dahulu bahwa gerak reflex bersifat tidak disadari atau diluar kendali
manusia karena butuhnya manusia respon atau tanggap cepat terhadap
rangsang yang ada dari luar misalnya kita lagi di dapur, sedang memasak
sesuatu kemudian tidak sengaja kita menyentuh bagian panas dari alat-
alat yang kita pakai memasak sebelumnya, terus apa yang kita lakukan
adalah langsung menarik tangan kita dengan cepat, itulah gerak reflek.
Coba fikirkan jikalau tidak ada gerak reflek tangan kita menempel kepada
benda panas, mungkin tangan kita sudah terluka parah karena panas baru
kita sadari bahwa ternyata tadi panas.
Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya
rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau
sumsum tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang
sangat tinggi kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron
motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh.
Kegiatan praktikum unit ini menggunakan 12 macam daerah untuk diuji
ada tidaknya gerak reflex pada tubuh. Yaitu Gerak Refleks pupil, refleks
abdominal, refleks patella, refleks achiles, refleks bisep dan trisep, serta
gerak refleks patologis yaitu refleks Babinski, refleks tromner-hoffman,
refleks oppenheum serta refleks Gordon.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui bahwa pada pengujian
gerak reflex pada pupil pasien mengalami gerak refleks yang posisitif .
Pada pengujian gerak reflex abdominal pasien mengalami gerakan yang
posistif . Pada pengujian gerak reflex pada bisep paseien memiliki gerak
reflex positif. Pada pengujian gerak reflex pada trisep pasien memiliki
gerak reflex positif. Ketika pada pengujian gerak refleks patologis pasien
memiliki gerak refleks yang negative. Artinya, pasien tidak memiliki
penyakit yang diderita karena jika pada pemeriksaan patologis memiliki
hasil yang positif maka pasien mengalami atau menderita penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Ilmu

Suyanto, slamet. 2010. Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam Pendidikan.
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY: Yogyakarta.

Syaifuddin. 2006. Anatomo Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai