5.1 Umum
Evaluasi terhadap sistem pengelolaan limbah medis di RSUD dr. Slamet
Kab. Garut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem tersebut telah
dilakukan. Penilaian kinerja dari pelaksanaan mengacu pada peraturan – peraturan
yang ada. Dengan adanya evaluasi maka dapat diketahui permasalahan yang ada
untuk selanjutnya dicarikan solusi permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, standar operasional pengerjaan (SOP) pengelolaan limbah medis padat yang
dimiliki oleh rumah sakit secara garis besar sudah mengikuti seperti yang
tercantum dalam keputusan menteri kesehatan tersebut. Namun pada praktik di
lapangan, masih ditemukan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan standar
operasional pengerjaan.
1. Adanya limbah padat medis yang disimpan lebih dari 24 jam karena tidak
terangkut limbah padat medis seluruhnya oleh pihak ke -3.
2. Sering ditemukan kantung plastik yang berisi sampah medis tidak terikat
kuat atau bahkan tidak terikat pada saat pengumpulan oleh petugas
cleaning service.
3. Adanya penumpukan limbah padat medis hingga keluar TPS B3
(Overload) dikarenakan terhentinya pengangkutan dari pihak ke-3 akibat
masalah administrasi.
5. Air Conditioner dan Exhaust fan didalam TPS LB3 tidak berfungsi akibat
rusaknya AC dan masalah kelistrikan yang tidak berfungsi seperti
semestinya. Di lapangan terlihat soket listrik yang patah dan kabel yang
terurai keluar.
Gambar 5.6 Kondisi AC dan Exhaust Fan di TPS yang tidak berfungsi
6. Akses keluar masuk TPS hanya digunakan satu pintu saja yaitu pintu
keluar.
Pada saat dilapangan ditemukan penggunaan kantung plastik hitam untuk limbah
medis ataupun sebaliknya. Hal ini dapat berbahaya karena apabila limbah medis
berada pada tempat penyimpanan limbah non medis dapat mencemari limbah
non medis. Kesalahan ini terjadi akibat kelalaian yang dilakukan oleh petugas
cleaning service karena proses penggantian kantung plastik dilakukan oleh
petugas cleaning service. Diperlukan adanya pengawasan dan pemantauan oleh
pihak sanitasi dan kepala ruangan juga peran komite PPI terhadap proses
pemilahan agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.
Pada saat dilapangan masih ditemukan limbah domestik didalam kantong plastik
berwarna kuning yang diperuntukan bagi limbah infeksius. Hal ini menyebabkan
perlunya pemilahan kembali di TPS untuk memisahkan limbah domestik dan
limbah infeksius yang memakan waktu. Tercampurnya limbah domestik dan
limbah infeksius ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari seluruh elemen
yang terdapat di rumah sakit disamping itu kurangnya sosialisasi dan
penyuluhan dari pihak rumah sakit tentang pewadahan dan pembuangan limbah.
Oleh sebab itu agar permasalahan ini dapat di tangani sebaiknya pihak
rumah sakit bagian sanitasi berusaha memberikan arahan lebih bagi petugas agar
tidak menumpuk limbah saat dari ruangan penghasil menuju ke TPS LB3 Juga
sebaiknya pihak sanitasi memberikan fasilitas vaksinasi (terutama vaksin tetanus)
terhadap petugas sanitasi agar terhindar dari berbagai penyakit terutama tetanus.
Selain itu pihak rumah sakit alangkah baiknya apabila membuat akses khusus bagi
limbah rumah sakit menuju ke TPS. Vaksinasi tetanus dilakukan karena seringnya
petugas pemilah berkontak dengan limbah infeksius dan limbah infeksius tajam.
Sumber : http://www.biosch.hku.hk/clinicalwaste/clinicalwaste.html
Proses pengangkutan dilakukan setiap hari rabu dan jumat malam, akan
tetapi tidak semua limbah medis terangkut seluruhnya dikarenakan truk sudah
penuh dengan sampah. Hal ini dapat diatasi dengan berkoordinasi dengan pihak
ke – 3 tentang penetapan jadwal pengangkutan dan koordinasi armada pengangkut
yang kapasitasnya mencukupi untuk mengangkut limbah dari TPS LB3 RSUD dr.
Slamet menuju ke pihak pemusnah dan juga kapan pihak ke -3 tersebut akan
mengangkut, sehingga sampah akan terangkut seluruhnya.