Anda di halaman 1dari 19

1.1.

Definisi
Hiperaktivitas disebut juga gangguan defisit atensi (GDAH).
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak
mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri).
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder
(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi
ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif.
Hiperaktif, yang secara teknis dikenal sebagai attention deficit-
hyperactivity disorder adalah penyakit serius yang membuat anak-anak tidak dapat
memusatkan perhatian dan impulsif.

1.2. Etiologi

Faktor penyebab hiperaktif (yunika, smg) :

1. Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.

Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif

2. Terjadinya perkembangan otak yang lambat.

Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah
terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin.
Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.

3. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet


memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu,
kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.

4. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.

5. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru


antara orang tua dengan anaknya.

1.3. Patofisiologi

Perjalanan penyakit GDAH agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai


masa remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau
hiperaktivitas mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah
pengendalian impuls mungkin menetap. Overaktivitas biasanya merupakan, gejala
pertama yang menghilang dan distrakbilitas adalah yang terakhir. Remisi
kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12 tahun, biasanya terjadi antara usia 12
dan 20 tahun. Sebagian besar pasien dengan GDAH mengalami remisi parsial dan
rentan terhadap gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian lain dan
gangguan mood. Masalah belajar seringkali terus ada. Sekitar 15 sampai 20 persen
kasus, gejala GDAH menetap sampai masa dewasa. Mereka dengan gangguan
mungkin menunjukan penurunan hiperaktivitas tetapi tetap impulsif dan rentan
terhadap kecelakaan.

Anak–anak dengan GDAH yang gejalanya menetap sampai masa remaja


adalah berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. 50 persen
anak–anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan gangguan
kepribadian antisosial di masa dewasanya. Anak-anak dengan kedua GDAH dan
gangguan konduksi juga berada dalam risiko mengalami gangguan berhubungan
dengan zat.

Hasil akhir GDAH pada masa anak-anak tampaknya berhubungan dengan


jumlah gangguan konduksi yang menetap dan faktor keluarga yang kacau. Hasil
yang optimal tampaknya dipermudah dengan menghilangkan agresi anak dan
dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini mungkin.

1.4 Klasifikasi

Dr. Erik Taylor membagi perilaku aktif yang berlebihan menjadi 3, yaitu :

1.Overaktivitas Yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang disebabkan
kelebihan energi.

2.Hiperaktivitas Yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada
tempatnya).

3.Sindrom hiperkinetik Yaitu semua bentuk hiperaktivitas parah, yang menyertai


jenis kelambatan lain dalam perkembangan psikologi, misalnya sikap kikuk dan
kesulitan bicara.

Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :

 Tipe sulit konsentrasi


 Tipe hiperaktiv - impulsiv
 Tipe kombinasi
1.5. Tanda & Gejala

Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala
utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :

1. Inatensi

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan
seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak
tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah
sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2. Hiperaktif

Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.
Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.

3. Impulsif

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada
semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali.
Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa
pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak
tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan
menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai
diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi
lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada
beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi
sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2
situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Beberapa tanda-tanda ADHD/Hiperaktif, antara lain :
1. Hiperaktiviti

 Kerap menggerakan tangan atau kaki atau menggeliang-geliut di tempat


duduk
 Selalu meninggalkan tempat duduk ketika di kelas
 Selalu berlari ke sana ke mari atau suka memanjat dan pada kebanyakan
masa kelihatan kekok
 Kerap menghadapi masalah dalam bermain atau melakukan aktivitas aktif
sendiri
 Selalu banyak bicara
 Sering bergerak spontan atau kerap bertindak seolah-olah “digerakkan oleh
motor”

2. Tingkat konsentrasi pendek

 Sering gagal dalam memfokuskan perhatian pada suatu hal serta membuat
kesalahan ketika membuat tugas sekolah atau aktivitas-aktivitas lain
 Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja sekolah, kerja
harian atau tugas
 Kerap mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktivitas-aktivitas
 Kerap mengelak, tidak suka atau keberatan dalam melakukan suatu tugas
yang memerlukan perhatian yang lama (seperti kerja sekolah atau kerja
rumah)
 Selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku atau tugasan
sekolah, mainan dan sebagainya)
 Perhatian mudah bertukar dari satu aktivitas ke satu aktivitas lain
 Mudah pelupa walaupun tidak sepatutnya jika mengikut usia dan
kemampuan
3. Tingkah laku impulsif

 Selalu memberi jawaban sebelum pertanyaan lengkap diajukan


 Kurang sabar dan menghadapi masalah ketika menunggu giliran
 Sering mengganggu atau mencela perbuatan atau aktivitas orang lain
 Sering membuat pertimbangan yang salah dan mudah mengalami
kemalangan
Ciri-ciri yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :
 Kemampuan akademik tidak optimal
 Kecerobohan dalam hubungan sosial
 Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
 Sikap melanggar tata tertib secara impulsive
 Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan
permainan.
 Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
 Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu.

1.6. Masalah & Akibat yang timbul

1. Masalah ADHD/Hiperaktifitas :

a. Masalah sosial.

Mereka kerap disisihkan dan tidak dihiraukan oleh rekan-rekan


sebayanya. Mereka juga kerap berhadapan dengan masalah akademik.

b. Masalah keluarga.

Anak-anak ini kerap menimbulkan masalah kepada mereka yang tinggal


serumah dengan mereka atau mereka yang berinteraksi dengannya sehingga
menimbulkan kedaan tegang. Ibu bapak sering salahkan diri kerena tingkah
laku anak-anak mereka. Beban rasa salah ini boleh menjadi ringan jika ibu
bapak memahami keadaan sebenarnya yang dialami oleh anak mereka.

2. Akibatnya Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) :


Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) :

 Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik


 Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
 Anak sulit didisiplinkan

3. Kondisi yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :

Gangguan tingkah laku

 Gangguan sikap menentang


 Depresi
 Gangguan cemas
 Kesulitan belajar
 Retardasi mental
 Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
 Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
 Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
 Autisme

1.7. Komplikasi

Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) tidak diobati maka akan :


Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di
lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anak
tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.

1.8. Penatalaksanaan

Terapi & Manajemen hiperaktivitas Penting adanya kebijaksanaan


penatalaksanaan yang konsisten dan melibatkan semua yang terlibat langsung
dengan anak dengan pendekatan umum. Ruangan marupakan hal yang penting
karena sukar untuk menangani anak seperti ini dalam lingkungan yang terbatas dan
penuh. Orang tua harus diberikan rumah yang cocok misal dengan lantai dasar
disertai taman.
Agen farmakologis untuk GDAH adalah stimulan sistem saraf pusat,
terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate dan pemoline (Cylert).
Food and Drug Administration (FDA) mengijinkan dextroamphetamine pada anak
berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun dan
lebih. Anti depresan termasuk imipramine (Tofranil), desipramine dan nortriptyline
(Pamelor) telah digunakan untuk mengobati GDAH dengan suatu keberhasilan.
Antidepresan memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung. Clonidine
telah juga digunakan dalam terapi GDAH dengan suatu tingkat keberhasilan
terutama berguna pada kasus dimana pasien juga menderita gangguan tik.

Penelitian terakhir terhadap anak-anak dengan GDAH dan gejala depresif


yang menggunakan methylphenidate dan desipramine secara bersama-sama
menemukan bahwa kombinasi tersebut meningkatkan kemampuan anak untuk
menggunakan strategi pelacakan visual (visual search) pada tugas kognitif tertentu
seperti membandingkan beberapa gambar dengan perbedaan yang tersembunyi.

Psikoterapi : Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik


yang menyeluruh pada anak GDAH dan biasanya hanya merupakan satu segi dari
regimen multimodalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku,
k0nseling orang tua dan terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin
diperlukan.

Hal utama dalam mengatasi hiperaktivitas anak adalah hubungan yang baik
antara orang tua & anak. Berikut ini beberapa kaidah bagi orang tua dalam
berinteraksi dengan anak :

1. Mengidentifikasi segi positif.

Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi


positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah &
sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan saudara
sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak
mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung.
Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut :
jelas & tidak abstrak, sesuai syar’i, diawali dengan peraturan mudah dalam
waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak,
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.

2. Memberi hadiah

Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan,


menyenang-kan hati anak tanpa keluar dari batas syar’i, konsisten yang berarti
diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan,
disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.

3. Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas,
misalnya di taman.
Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik
spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu
penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak &
psikoterapis.
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
 Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
Kenali kelebihan dan bakat anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya
memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang
gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
 Menerima keterbatasan anak
 Membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di
sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
 Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang
baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.
Daftar Pustaka

Hull, David. (1989). Kesehatan anak : pedoman bagi orang tua. Jakrta : Arcan
Sacharin, Rosa M. (1996). Prinsip keperawatan pediatrik, Edisi 2. Jakarta :
EGC
Kaplam & Sadock dkk. (1997). Sinopsis psikiatri; ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis, Jilid 2, Edisi 7. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Golden Catherine T., Nancy Grace. R, Kanchana Mala K, C. Kanniammal, Judie


Arullapan.(2017). Effectiveness of Social Skills Intervention in Attention Deficit
Hyperactivity Disorder- A Nursing Review. International Journal of Nursing Education. Vol.9,
No. 4. DOI Number: 10.5958/0974-9357.2017.00093.9.

Darren A Moore, Michelle Richardson, Ruth Gwernan-Jones, Jo Thompson-


Coon, Ken Stein, Morwenna Rogers, Ruth Garside, Stuart Logan, and
Tamsin J Ford.(2015).Non-pharmacological interventions for ADHD in school
settings: An overarching synthesis of systematic reviews. Journal of Attention
Disorders.DOI: 10.1177/1087054715573994.
Nahed Saied El-Nagger, Manal Hassan Abo-Elmagd, Hanan Ibrahim
Ahmed.(2017). Effect of applying play therapy on children with attention
deficit hyperactivity disorder. Journal of Nursing Education and Practice.Vol.
7,No.
5.DOI:10.5430/jnep.v7n5p104.URL:http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v7n5p104.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
HIPERAKTIVITAS

I. PENGKAJIAN
 Kaji riwayat prenatal, natal dan pasca natal secara rinci tentang pola
perkembangan anak
 Kaji riwayat penyakit anak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat
 Kaji riwayat keluarga untuk menemukan adanya faktor genetik yang
diturunkan
 Kaji adanya masalah pada koordinasi motorik anak
 Kaji tentang hubungan anak dengan sanak saudara, teman sebaya dan
dengan aktivitas yang bebas dan terstruktur
 Kaji riwayat aktivitas di sekolah dan laporan guru
 Kaji adanya gangguan seperti gangguan membaca, aritmatika dan
koordinasi
 Lakukan pengamatan langsung untuk menemukan aktivitas motorik yang
berlebih dalam waktu yang lama dan diberbagai situasi
 Lakukan pemeriksaan status mental
 Lakukan pemeriksaan neurologis untuk menemukan maturitas, dan
tomografi emisi positron (PET)
 Lakukan pemeriksaan patologi dan laboratorium.
II. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan
hiperaktivitas antara lain :
1. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola
perawatan keluarga.
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kesulitan pemusatan
konsentrasi.
3. Risiko kesendirian berhubungan dengan isolasi sosial
4. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan kurng
pengakuan atau penghargaan.
5. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir
6. Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak diterima
7. Kerusakan penyesuaian diri berhubungan dengan tidak ada motivasi ntuk
mengubah perilaku.
8. Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan perilaku
impulsif
9. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.

III. INTERVENSI
Diagnosa 1 : Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan
perilaku impulsif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
kekerasan tidak terjadi.
NOC : Risk control
Kriteria hasil :
o Pengetahuan tentang risiko
o Monitor faktor resiko kebiasaan personal
o Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
o Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif
o Monitor perubahan status kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Enviromental management violence: prevention
Intervensi :
o Jauhkan potensi beberhaya dari peralatan
o Monitor jenis keamanan yang dimiliki peralatan
o Batasi penggunaan potensial bahaya pada klien
o Monitor klien selama menggunakan media berbahaya
o Berikan ruang sendiri klien dengan potensi kekerasan pada orang lain
o Modifikasi peralatan untuk memperkecil risiko bahaya
o Sediakan peralatan plastik atau bahan ringan untuk peralatan sehari-hari
o Utamakan keamanan area aktivitas.

Diagnosa 2 : Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko cedera
tidak terjadi.
NOC : Knowledge: Child safety
Kriteria hasil :
o Mendeskripsikan aktifitas yang tepat untuk perkembangan anak
o Demonstrasikan teknikpertolongan pertama
o Mendeskripsikan metode pencegahan jatuh
o Mendeskripsikan metode pencegahan kecelakaan dilapangan bermain
o Mendiskripsikan pengawasan yang benar dalam permainan di tempat
terbuka.
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Enviromental management : safety
Intervensi :
o Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, pada tingkat fisik, fungsi kognitif
dan kebiasaan sebelumnya
o Identifikasi keamanan dari peralatan yang ada
o Modifikasi peralatan untuk memperkecil risiko bahaya
o Sediakan peralatan adaptiv untuk meningkatkan keamanan peralatan
o Gunakan perlindungan peralatan untuk situasi berbahaya
o Ajarkan risiko tinggi individu dan kelompok tentang peralatan berbahaya
o Monitor penggunaan peralatan
o Jauhkan peralatan yang berbahaya

Diagnosa 3 : Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan


proses pikir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi sosial
berjalan baik.
NOC : Social involvement
Kriteria hasil :
o Interaksi dengan teman
o Interaksi dengan tetangga
o Interaksi dengan keluarga
o Ikut serta dalam activitas luang
o Ikut serta dalam activitas sukarela
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Socialization enhancement
Intervensi :
o Anjurkan klien dalam membangun hubungan
o Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
o Anjurkan untuk berbagi masalah umum dengan orang lain
o Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
o Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
o Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
o Anjurkan klien untuk mengganti kegiatan seperti berjalan-jalan diluar
o Bantu klien untuk meningkatkan harga diri dalam menguatkan dan
pembatasan comunikasi dengan yang lain

Diagnosa 4 : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan


dengan pola perawatan keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan manajemen
regimen teraputik efektif.
NOC : Family health status
Kriteria hasil :
o Status imunisasi anggota kelurga
o Kesehatan fisik anggota keluarga
o Asupan makanan yang adekuat
o Tidak adanya kekerasan anggota kelurga
o Penggunaan perawatan kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Family mobilization
Intervensi :
o Jadilah pendengar yang baik untuk anggota keluarga
o Diskusikan kekuatan kelurga sebagai pendukung
o Kaji pengaruh budaya keluarga
o Monitor situasi kelurga
o Ajarkan perawatan di rumah tentang terapi pasien
o Kaji efek kebiasaan pasien untuk keluarga
o Dukung kelurga dalam merencanakan dan melakukan terapi pasien dan
perubahan gaya hidup
o Identifikasi perlindungan yang dapat digunakan kelurga dalam menjaga
status kesehatan.

Diagnosa 5 : Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak


diterima.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan isolasi sosial
tidak terjadi.
NOC : social support
Kriteria hasil :
o Melaporkan dalam kesediaan waktu oleh orang lain
o Melaporkan kepercayaan hubungan
o Melaporkan keadekuatan support kontak sosial
o Melaporkan pemberian bantuan oleh orang lain
o Melaporkan adanya seseorang yang dapat dimintai bantuan jika perlu
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Abuse protection: child
Intervensi :
o Identifikasi adanya kekerasan dalam keluarga
o Identifikai adanya tindakan peningkatan kebutuhan pendidikan keluarga
o Kaji interaksi sosial kelurga dalam membantu masalah kelurga dan
perawatan anak
o Kaji adanya kekerasan seksual anak, kekerasan emosi anak, tanda
penelantaran anak dan kekerasan fisik
o Monitor interaksi anak dengan orang tua
o Ajarkan keluarga untuk tidak selalu memberi hukuman
o Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukkungan anak dalam hal
positif
o Anjurkan keluarga untuk selalu mengawsi pergerakan anak selama bergaul
di luar.

IV. EVALUASI
Kriteria hasil skala
Diagnosa 1
o Pengetahuan tentang risiko 5
o Monitor faktor resiko kebiasaan personal 5
o Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko 4
o Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif 5
o Monitor perubahan status kesehatan 5
Diagnosa 2
o Mendeskripsikan aktifitas yang tepat untuk perkembangan anak 4
o Demonstrasikan teknik pertolongan pertama 4
o Mendeskripsikan metode pencegahan jatuh 4
o Mendeskripsikan metode pencegahan kecelakaan dilapangan bermain 4
o Mendiskripsikan pengawasan yang benar 4
dalam permainan di tempat terbuka.
Diagnosa 3
o Interaksi dengan teman 4
o Interaksi dengan tetangga 4
o Interaksi dengan keluarga 5
o Ikut serta dalam activitas luang 4
o Ikut serta dalam activitas sukarela 4
Diagnosa 4
o Status imunisasi anggota kelurga 4
o Kesehatan fisik anggota keluarga 4
o Asupan makanan yang adekuat 5
o Tidak adanya kekerasan anggota kelurga 5
o Penggunaan perawatan kesehatan 4
Diagnosa 5
o Melaporkan dalam kesediaan waktu oleh orang lain 4
o Melaporkan kepercayaan hubungan 4
o Melaporkan keadekuatan support kontak sosial 4
o Melaporkan pemberian bantuan oleh orang lain 4
o Melaporkan adanya seseorang yang dapat dimintai bantuan jika perlu 4

Anda mungkin juga menyukai