Definisi
Hiperaktivitas disebut juga gangguan defisit atensi (GDAH).
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak
mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri).
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder
(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi
ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif.
Hiperaktif, yang secara teknis dikenal sebagai attention deficit-
hyperactivity disorder adalah penyakit serius yang membuat anak-anak tidak dapat
memusatkan perhatian dan impulsif.
1.2. Etiologi
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.
Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif
Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah
terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin.
Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
3. Faktor toksik
4. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.
1.3. Patofisiologi
1.4 Klasifikasi
Dr. Erik Taylor membagi perilaku aktif yang berlebihan menjadi 3, yaitu :
1.Overaktivitas Yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang disebabkan
kelebihan energi.
2.Hiperaktivitas Yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada
tempatnya).
Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala
utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :
1. Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan
seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak
tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah
sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2. Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.
Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
3. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada
semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali.
Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa
pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak
tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan
menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai
diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi
lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada
beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi
sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2
situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Beberapa tanda-tanda ADHD/Hiperaktif, antara lain :
1. Hiperaktiviti
Sering gagal dalam memfokuskan perhatian pada suatu hal serta membuat
kesalahan ketika membuat tugas sekolah atau aktivitas-aktivitas lain
Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja sekolah, kerja
harian atau tugas
Kerap mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktivitas-aktivitas
Kerap mengelak, tidak suka atau keberatan dalam melakukan suatu tugas
yang memerlukan perhatian yang lama (seperti kerja sekolah atau kerja
rumah)
Selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku atau tugasan
sekolah, mainan dan sebagainya)
Perhatian mudah bertukar dari satu aktivitas ke satu aktivitas lain
Mudah pelupa walaupun tidak sepatutnya jika mengikut usia dan
kemampuan
3. Tingkah laku impulsif
1. Masalah ADHD/Hiperaktifitas :
a. Masalah sosial.
b. Masalah keluarga.
1.7. Komplikasi
1.8. Penatalaksanaan
Hal utama dalam mengatasi hiperaktivitas anak adalah hubungan yang baik
antara orang tua & anak. Berikut ini beberapa kaidah bagi orang tua dalam
berinteraksi dengan anak :
2. Memberi hadiah
3. Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas,
misalnya di taman.
Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik
spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu
penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak &
psikoterapis.
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
Kenali kelebihan dan bakat anak
Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya
memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang
gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
Menerima keterbatasan anak
Membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di
sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang
baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.
Daftar Pustaka
Hull, David. (1989). Kesehatan anak : pedoman bagi orang tua. Jakrta : Arcan
Sacharin, Rosa M. (1996). Prinsip keperawatan pediatrik, Edisi 2. Jakarta :
EGC
Kaplam & Sadock dkk. (1997). Sinopsis psikiatri; ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis, Jilid 2, Edisi 7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
I. PENGKAJIAN
Kaji riwayat prenatal, natal dan pasca natal secara rinci tentang pola
perkembangan anak
Kaji riwayat penyakit anak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat
Kaji riwayat keluarga untuk menemukan adanya faktor genetik yang
diturunkan
Kaji adanya masalah pada koordinasi motorik anak
Kaji tentang hubungan anak dengan sanak saudara, teman sebaya dan
dengan aktivitas yang bebas dan terstruktur
Kaji riwayat aktivitas di sekolah dan laporan guru
Kaji adanya gangguan seperti gangguan membaca, aritmatika dan
koordinasi
Lakukan pengamatan langsung untuk menemukan aktivitas motorik yang
berlebih dalam waktu yang lama dan diberbagai situasi
Lakukan pemeriksaan status mental
Lakukan pemeriksaan neurologis untuk menemukan maturitas, dan
tomografi emisi positron (PET)
Lakukan pemeriksaan patologi dan laboratorium.
II. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan
hiperaktivitas antara lain :
1. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola
perawatan keluarga.
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kesulitan pemusatan
konsentrasi.
3. Risiko kesendirian berhubungan dengan isolasi sosial
4. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan kurng
pengakuan atau penghargaan.
5. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir
6. Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak diterima
7. Kerusakan penyesuaian diri berhubungan dengan tidak ada motivasi ntuk
mengubah perilaku.
8. Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan perilaku
impulsif
9. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.
III. INTERVENSI
Diagnosa 1 : Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan
perilaku impulsif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
kekerasan tidak terjadi.
NOC : Risk control
Kriteria hasil :
o Pengetahuan tentang risiko
o Monitor faktor resiko kebiasaan personal
o Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
o Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif
o Monitor perubahan status kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Enviromental management violence: prevention
Intervensi :
o Jauhkan potensi beberhaya dari peralatan
o Monitor jenis keamanan yang dimiliki peralatan
o Batasi penggunaan potensial bahaya pada klien
o Monitor klien selama menggunakan media berbahaya
o Berikan ruang sendiri klien dengan potensi kekerasan pada orang lain
o Modifikasi peralatan untuk memperkecil risiko bahaya
o Sediakan peralatan plastik atau bahan ringan untuk peralatan sehari-hari
o Utamakan keamanan area aktivitas.
IV. EVALUASI
Kriteria hasil skala
Diagnosa 1
o Pengetahuan tentang risiko 5
o Monitor faktor resiko kebiasaan personal 5
o Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko 4
o Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif 5
o Monitor perubahan status kesehatan 5
Diagnosa 2
o Mendeskripsikan aktifitas yang tepat untuk perkembangan anak 4
o Demonstrasikan teknik pertolongan pertama 4
o Mendeskripsikan metode pencegahan jatuh 4
o Mendeskripsikan metode pencegahan kecelakaan dilapangan bermain 4
o Mendiskripsikan pengawasan yang benar 4
dalam permainan di tempat terbuka.
Diagnosa 3
o Interaksi dengan teman 4
o Interaksi dengan tetangga 4
o Interaksi dengan keluarga 5
o Ikut serta dalam activitas luang 4
o Ikut serta dalam activitas sukarela 4
Diagnosa 4
o Status imunisasi anggota kelurga 4
o Kesehatan fisik anggota keluarga 4
o Asupan makanan yang adekuat 5
o Tidak adanya kekerasan anggota kelurga 5
o Penggunaan perawatan kesehatan 4
Diagnosa 5
o Melaporkan dalam kesediaan waktu oleh orang lain 4
o Melaporkan kepercayaan hubungan 4
o Melaporkan keadekuatan support kontak sosial 4
o Melaporkan pemberian bantuan oleh orang lain 4
o Melaporkan adanya seseorang yang dapat dimintai bantuan jika perlu 4