Anda di halaman 1dari 20

KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH

GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN BERFIKIR VAN HIELE

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Diajukan Oleh:
Yunidar Karyaning Asih
A410140139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH


GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN BERFIKIR VAN HIELE

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:
Yunidar Karyaning Asih
A410140139

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. Slamet HW, M.Pd


NIDN. 0004064801
LEMBAR PENGESAHAN

KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH


GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN BERFIKIR VAN HIELE

Oleh :
YUNIDAR KARYANING ASIH
A410140139

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ..............., ........................ 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Drs. Slamet HW, M.Pd (....................................)


2. ..................................... (....................................)
3. ..................................... (....................................)

Dekan,

Prof. Dr. Harun Djoko Prayitno, M. Hum


NIDN. 0028046501
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,


maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Mei 2018

Yunidar Karyaning Asih

A410140139
KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH
GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN BERFIKIR VAN HIELE

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan visual spasial


siswa dalam menyelesaikan masalah geometri di tinjau dari tahapan berfikir
van hiele pada siswa kelas IX A MTs Negeri Miri. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas IX A
MTs Negeri Miri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang di gunakan adalah
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Siswa dengan kemampuan visual spasial tinggi telah
mencapai tingkat visualisasi, tingkat analisis, dan tingkat abstraksi, (2) Siswa
dengan kemampuan visual spasial sedang mampu mencapai tingkat visualisasi
dan tingkat analisis, (3) Siswa dengan kemampuan visual spasial rendah hanya
mampu mencapai tingkat visualisasi.
Kata kunci : Visual Spasial, kemampuan, Geometri, Van Hiele

Abstract
The study aims to describe the spatial visual abilities of students in
solving geometric problems in review of the stage of thinking van hiele in
students of class IX A MTs Negeri Miri. The type of this research is descriptive
qualitative. The subjects of this study were students of class IX A MTs Negeri
Miri. Data collection methods used were interviews and documentation. Data
analysis techniques used are data reduction, data presentation, and
conclusion. The results showed that: (1) Students with high spatial visual
ability had reached visualization level, level of analysis, and abstraction level,
(2) Students with spatial visual ability were able to achieve visualization level
and level of analysis, (3) Students with visual ability low spatial is only able to
reach the level of visualization.
Keywords: Visual Spatial, ability, Geometry, Van Hiele
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang di berikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih
tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
(Faturrahman, dkk, 2012 : 1). Oleh karena itu, saat ini pendidikan menjadi
salah satu aspek yang sangat di perhatikan dan perkembangannya sangat di
dukung oleh pemerintah, tidak terkecuali di Indonesia.
Matematika merupakan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi maka
pengaruh studi matematisnya sangat menentukan perkembangan tersebut (Didi
Haryono, 2014: 158). Oleh karena itu matematika menjadi salah satu mata
pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, bahkan sampai perguruan tinggi. Cockroft
mengemukakan bahwa matematika perlu di ajarkan kepada siswa karena : (1)
Selalu di gunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang
kuat, ringkas, dan jelas, (4) Dapat di gunakan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian,
dan kesadaran keruangan.

Immanuel Kant berpendapat bahwa tiga disiplin pengetahuan


matematika terdiri dari logika, aritmatika, dan geometri sebagai cabang ilmu
matematika yang saling bebas dan masing-masing bersifat sintetik (Didi
Haryono, 2014 : 65). Allen Shields defined geometry as the study of those
properties of figure that are not changed by motions, motions as
transformation that do not change the distance between any two points of the
figure ( I. M Yaglom, 1968 : 4). Geometri adalah salah satu cabang ilmu
matematika yang harus di kuasai oleh siswa karna geometri mendukung
banyak topik yang akan bermanfaat dalam proses pemecahan masalah
matematika. Tujuan yang ingin di capai saat mempelajari geometri adalah
mengembangkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan intuisi visual
spasial mengenai dunia nyata, menanamkan pengetahuan yang di butuhkan
untuk matematika lanjut dan juga di harapkan dapat mengajarkan cara
membaca dan menginterpretasikan argumen matematika.

Kemampuan Visual-Spasial adalah salah satu aspek penting yang harus


di miliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal geometri, khususnya pada soal-
soal yang memerlukan tingkat visualisasi yang tinggi. Seperti Linn dan
Petersen dalam menunjukkan bahwa kemampuan spasial bukanlah konstruksi
kesatuan, namun merupakan kombinasi dari sub-keterampilan seperti
menggunakan peta, memecahkan pertanyaan geometri, dan mengenali
representasi dua dimensi tiga objek dimensi. Pengembangan kognisi spasial
yang mensyaratkan kemampuan mental untuk mewakili ruang hubungan dan
untuk mengantisipasi arah dan hasil transformasi yang diterapkan pada
hubungan tersebut telah lama menarik perhatian para ilmuwan (Gabriela
Pavlovicova dan Valeria Svecova, 2015 : 990).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
di MTs Negeri Miri guna mengetahui kemampuan visual spasial siswa di tinjau
dari tahapan berfikir van hiele.
2. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek
penelitian merupakan siswa kelas IX-A MTs Negeri Miri. Teknik
pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisisndata di lakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Siswa di kelompokkan menjadi 3 kelompok sesuai
dengan kemampuan visual spasial siswa. Siswa dengan nilai diatas KKM di
kategorikan sebagai siswa dengan kemampuan visual spasial tinggi, siswa
dengan nilai tepat KKM di kategorikan sebagai siswa dengan kemampuan
visual spasial sedang, dan siswa dengan nilai di bawah KKM di kategorikan
sebagai siswa dengan kemampuan visual spasial rendah. Analisis dilakukan
berdasarkan hasil ulangan harian siswa melalui tiga tahapan berfikir van hiele
yaitu tingkat 0 ( visualisasi), tingkat 1 (analisis), dan tingkat 2 (deduksi
informal).
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data diperoleh melalui metode wawancara dan metode
dokumentasi. Wawancara di lakukan terhadap 3 subjek secara bergantian
pada tanggal 20 November 2018. Subjek di tentukan berdasarkan hasil
analisis jawaban ulangan harian pada sub bab bangun ruang sisi lengkung
yang selanjutnya di lakukan pengelompokan berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga di peroleh 3 siswa yang akan
menjadi subjek penelitian.
Tabel 1 Pengelompokan berdasarkan KKM
Rentang Nilai Kriteria Banyak Siswa

77 – 100 Diatas KKM 2

76 Tepat KKM 5

0 – 75 Dibawah KKM 12

Berdasarkan hasil pengelompokan tersebut maka subjek yang


terpilih terdiri atas satu siswa dengan kemampuan visual spasial tinggi
yang selanjutnya disebut sebagai subjek 1 (S1), satu siswa dengan
kemampuan visual spasial sedang yang selanjutnya disebut sebagai subjek
2 (S2) , dan satu siswa dengan kemampuan visual spasial rendah yang
selanjutnya disebut sebagai subjek 3 (S3).
Tabel 2 Daftar Subjek Penelitian
No. Nama Siswa Kriteria Kemampuan Keterangan
Spaisal
1. Ratna Setyaningsih Tinggi Subjek 1 (S1)

2. Rizal Ivan Saputra Sedang Subjek 2 (S2)

3. Insan Bagus Prasetya Rendah Subjek 3 (S3)


a. Tingkat Visualisasi

Gambar 1

Berdasarkan pekerjaan yang telah di kerjakan oleh siswa S1 pada


gambar 1 terlihat bahwa siswa S1 sudah mampu menggambarkan bangun
ruang sisi lengkung berdasarkan apa yang di deskripsikan dalam soal.
Terlihat dari jawaban pada soal nomor 1, Siswa S1 membuat visualisasi
gabungan sebuah menara yang berbentuk tabung dengan atapnya yang
berbentuk kerucut. Selain itu, siswa S1 juga mampu menentukan letak
ukuran berdasarkan data yang di sediakan dalam soal.

Gambar 2

Dari hasil pekerjaan siswa S2 pada gambar 2 terlihat bahwa siswa


S2 membuat sketsa untuk ketiga soal yang di sediakan. Selain itu siswa S2
juga melengkapi sketsa yang di buat dengan ukuran sesuai yang diketahui
dalam soal. Pada soal nomor 2 siswa S2 membuat sketsa sebuah wadah
berbentuk belahan bola. Selain itu, siswa S2 juga membuat sketsa sebuah

wadah berbentuk tabung.


Gambar 3

Berdasarkan hasil tes siswa S3 seperti yang terlihat pada gambar 3


siswa S3 sudah bisa membuat gambar visual berdasarkan soal yang telah
di berikan. Hal ini menunjukkan siswa S3 dapat memahami soal yang di
berikan dengan baik. Selain itu siswa S3 juga melengkapi gambar visual
yang di buat dengan ukuran sesuai dengan yang telah di sediakan dalam
soal.

Berdasarkan hasil deskripsi yang telah disajikan diatas diketahui


bahwa siswa dengan kemampuan spasial tinggi mampu menjawab soal
yang di berikan dengan benar. Siswa pada level ini mampu menyajikan
bangun ruang sesuai dengan yang diketahui pada soal dalam bentuk sketsa.
Selain itu, siswa pada level ini juga mampu menempatkan unsur-unsur
yang diketahui dalam soal pada sketsa yang telah di buat dengan benar.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada level kemampuan visual spasial
tinggi telah mencapai tahapan berfikir level visualisasi.

Siswa dengan kemampuan visual spasial sedang mampu membuat


sketsa yang tepat untuk ketiga soal yang di berikan. Siswa dengan
kemampuan visual spasial sedang mampu menyajikan soal yang disajikan
ke dalam sketsa dengan benar dan juga menempatkan unsur-unsur yang
diketahui kedalam sketsa yang telah di buat. Hal ini berarti siswa dengan
kemampuan visual spasial sedang telah mencapai tahapan berfikir tingkat
visualisasi.

Siswa dengan kemampuan visual spasial rendah belum


mengerjakan soal yang di berikan dengan benar. Akan tetapi, siswa
mampu mengidentifikasi bangun ruang yang diketahui dalam soal serta
mampu menyajikannya dalam sketsa atau gambar visual dengan tepat.
Selain itu, siswa dengan kemampuan visual spasial rendah juga mampu
menempatkan unsur-unsur yang diketahui pada soal ke dalam sketsa yang
telah di buat dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan
kemampuan visual spasial rendah telah mencapai tahapan berfikir level
visualisasi.

b. Tingkat Analisis

Berdasarkan hasil tes siswa S1 pada gambar 1 menunjukkan bahwa


siswa S1 telah mengetahui karakteristik dari bangun ruang yang ada pada
soal yang di berikan. Pada soal nomor 1 siswa S1 menggunakan rumus luas
permukaan tabung yaitu 2πr ( r + t ) dan menggunakan rumus luas
permukaan kerucut yaitu πr (r + s). Pada soal nomor 2 siswa S1 mengetahui
rumus untuk menghitung volume air dalam wadah setengah bola. Siswa S1
2
menggunakan rumus volume setengah bola yaitu 3π𝑟 3 untuk mengetahui

volume air tersebut. Siswa S1 juga menggunakan rumus volume tabung


yaitu π𝑟 2 𝑡 unruk menemukan solusi dari soal pada nomor 2. Pada soal
nomor 3 siswa S1 sudah mengetahui bahwa rumus yang di perlukan untuk
1
menjawab soal nomor 3 adalah rumus volume tabung yaitu 4π𝑑 2 𝑡 serta
1
rumus Volume kerucut yaitu 3π𝑟 2 𝑡. Hal ini berarti siswa S1 telah mencapai

tingkat analisis.

Berdasarkan hasil ulangan harian siswa S2 sebagaimana terlihat


pada gambar 2 terlihat bahwa siswa S2 telah memahami soal dengan baik.
Siswa S2 juga telah mengetahui karakteristik dari bangun ruang sisi
lengkung yang terdapat dalam soal nomor 1, nomor 2, dan nomor 3. Pada
soal nomor 1 siswa S2 menggunakan rumus luas permukaan tabung yaitu
2πr ( r + t ) serta menggunakan rumus luas permukaan kerucut πr ( r + s ).
Selain itu, siswa S2 juga menggunakan rumus luas selimut kerucut yaitu
πrs. Pada soal nomor 2 siswa S2 menggunakan rumus volume setengah
1 4
belahan bola 2 x 3 π𝑟 3 dan rumus volume tabung yaitu π𝑟 2 𝑡. Sedangkan

pada soal nomor 3 siswa S2 menggunakan rumus volume tabung π𝑟 2 𝑡 serta


1
rumus volume kerucut yaitu 3 π𝑟 2 t. Hal ini berarti siswa S2 telah mencapai

tahapan berfikir tingkat analisis.

Berdasarkan hasil ulangan harian siswa S3 seperti terlihat pada


gambar 3 terlihat bahwa siswa S3 belum bisa memahami soal yang di
berikan dengan baik. Siswa S3 tidak menggunakan rumus yang benar
sesuai dengan bangun ruang yang diketahui pada ketiga soal. Pada soal
nomor nomor 3 siswa S3 menggunakan rumus 𝑣 2 = 𝑟 2 +𝑡 2 yang sebenarnya
adalah konsep yang dapat di gunakan untuk mencari garis pelukis bangun
kerucut bukan untuk mencari volume bangun seperti yang ditanyakan dari
soal. Hal ini berarti siswa S3 belum mencapai tahapan berfikir tingkat
analisis.

Berdasarkan analisis hasil ulangan harian siswa menunjukkan


bahwa siswa dengan kemampuan visual spasial tinggi telah mampu
menerjemahkan soal serta menentukan rumus yang akan di gunakan untuk
menjawab soal yang di berikan sesuai dengan masing-masing bangun
ruang dengan tepat. Selain itu, siswa dengan kemampuan visual spasial
tinggi juga mampu mengolah rumus sesuai dengan yang di butuhkan untuk
menjawab soal yang di berikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan
kemampuan visual tinggi telah mencapai tahapan berfikir tingkat analisis.

Pada siswa dengan kemampuan visual spasial sedang telah


mengetahui isi soal dengan baik serta telah mampu menentukan rumus-
rumus bangun ruang yang akan di gunakan untuk menemukan jawaban dari
soal. Selain itu, siswa dengan kemampuan visual spasial sedang mampu
menempatkan unsur-unsur khusus bangun ruang seperti yang dimaksudkan
dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan visual
spasial sedang telah mencapai tahapan berfikir tingkat analisis.

Hasil analisis jawaban dan wawancara siswa dengan kemampuan


visual spasial rendah menunjukkan bahwa siswa mengetahui isi dari soal
dengan baik akan tetapi siswa belum mampu menentukan rumus yang
sesuai dengan bangun ruang yang diketahui dalam soal. Selain itu, hasil
wawancara terhadap siswa dengan kemampuan visual spasial rendah juga
menunjukkan bahwa siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan visual spasial
rendah belum mencapai tahapan berfikir tingkat analisis.

c. Tingkat Abtraksi (Deduksi Informal)

Berdasarkan hasil jawaban ulangan harian siswa S1 telah mampu


menentukan hubungan kedua bangun yang di gabungkan dalam soal.
Seperti jawaban soal nomor 1 pada gambar 1 siswa S1 mengetahui bahwa
jari-jari alas menara sama dengan jari-jari kerucut karna sisi alas kerucut
sama dengan sisi atap kerucut sehingga siswa S1 dapat menentukan luas
permukaan tabung tanpa tutup dan luas permukaan kerucut dengan benar.
Selanjutnya siswa S1 melakukan operasi penjumlahan terhadap kedua luas
permukaan tersebut sehingga dapat ditemukan luas karton yang di
butuhkan untuk membuat menara seperti yang di tanyakan dari soal.
Jawaban soal nomor 2 seperti yang terlihat pada gambar 1 menunjukkan
siswa S1 melakukan perhitungan terhadap volume setengah bola dan
menggunakan rumus volume tabung dan membuat persamaan antara
volume setengah bola dengan volume tabung untuk menemukan tinggi
tabung seperti yang di maksudkan dalam soal. Pada soal nomor 3
sebagaimana nampak gambar 1 siswa S1 telah melakukan perhitungan
volume tabung dan volume kerucut dengan tepat. Selanjutnya, siswa S1
melakukan operasi pengurangan terhadap kedua volume tersebut yaitu
menghitung volume tabung di kurangi dengan volume kerucut. Setelah itu
akan didapatkan selisih kedua volume tersebut yang merupakan volume
tabung di luar kerucut sesuai dengan yang ditanyakan dalam soal. Hal ini
berarti siswa S1 telah mencapai tingkat abtraksi.

Berdasarkan hasil ulangan harian siswa S2 pada gambar 2 secara


umum terlihat bahwa siswa S2 belum bisa memahami soal yang di berikan
dengan baik. Pada jawaban soal nomor 1 siswa S2 dapat menentukan
bahwa untuk mencari luas seluruh karton yang di butuhkan harus
melakukan operasi penjumlahan terhadap luas permukaan kedua bangun.
Akan tetapi, siswa S2 tidak menjumlahkan luas permukaan tabung dan luas
selimut kerucut yang telah ditemukan tetapi siswa S2 melakukan operasi
penjumlahan terhadap luas permukaan tabung dan luas permukaan kerucut.
Sehingga jawaban yang di berikan siswa S2 menjadi kurang tepat dan
terlihat bahwa siswa S2 belum memahami hubungan kedua bangun
tersebut dengan baik. Hasil jawaban soal nomor 2 sebagaimana terlihat
pada gambar 2 siswa S2 dapat mengetahui hubungan kedua bangun serta
hubungan kedua unsur-unsurnya dengan baik. Sehingga setelah
menentukan volume setengah bola, siswa S1 menyatakan bahwa volume
air dalam wadah setengah bola sama dengan volume air yang di tuang
kedalam wadah tabung. Sehingga, siswa S2 dapat menggunakan kesamaan
volume tersebut untuk mengetahui tinggi air dalam wadah tabung seperti
yang di tanyakan dalam soal. Jawaban soal nomor 3 seperti terlihat pada
gambar 2 siswa S2 melakukan perhitungan terhadap volume tabung dan
volume kerucut dengan benar tetapi siswa S2 tidak menghitung volume
balok di luar kerucut sebagimana seperti yang di tanyakan dalam soal.
Akan tetapi, siswa S2 hanya menggunakan volume tabung saja sebagai
jawaban akhir dari soal nomor 3. Hal ini menunjukkan bahwa siswa S2
belum bisa memahami soal yang di berikan dengan baik karena siswa S2
belum mampu menentukan hubungan kedua bangun dengan baik sehingga
belum bisa menentukan jawaban yang tepat sesuai dengan yang ditanyakan
dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa siswa S2 belum mencapai tingkat
abtraksi.

Berdasarkan hasil ulangan siswa S3 pada gambar 3 terlihat siswa


S3 belum mampu memahami soal dengan baik. Hal ini terlihat pada hasil
jawaban soal nomor 1, nomor 2, dan nomor 3. Pada ketiga soal yang
disediakan siswa S3 belum bisa menentukan hubungan dari bangun yang
di sediakan dalam soal karena rumus yang digunakan dalam ketiga soal pun
belum tepat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa S3 belum mencapai
tahapan berfikir tingkat abtraksi.

Pada tingkat abtraksi siswa dengan kemampuan visual spasial


tinggi mampu menjawab soal dengan tepat serta mampu menunjukkan
hubungan kedua bangun yang disajikan dalam soal sehingga dapat
menemukan jawaban sebagaimana yang ditanyakan dalam soal.
Berdasarkan hasil wawancara siswa tidak mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan yang di ajukan sehingga menunjukkan bahwa siswa
dengan kemampuan visual spasial tinggi telah memahami soal dengan baik
serta mengetahui hubungan kedua bangun dalam soal yang disajikan. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan visual spasial tinggi
telah mencapai tahapan berfikir tingkat abtraksi.

Siswa dengan kemampuan visual spasial sedang belum mampu


menjawab ketiga soal yang di berikan dengan benar karena 2 dari 3 soal
yang di berikan belum dijawab dengan tepat. Siswa dengan kemampuan
visual spasial sedang belum mampu menentukan hubungan kedua bangun
yang di sediakan dengan tepat. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
siswa dengan kemampuan visual sedang belum memahami bagaimana
menyatakan hubungan kedua bangun untuk menemukan jawaban
sebagaimana yang di tanyakan dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa dengan kemampuan visual spasial sedang mampu mencapai tahapan
berfikir tingkat visualisasi dan analisis tetapi belum mampu mencapai
tahapan berfikir tingkat abtraksi.

Siswa dengan kemampuan visual spasial rendah sama sekali tidak


bisa menentukan hubungan antara beberapa bangun ruang pada soal yang
diketahui dalam soal dengan baik. Dalam hasil wawancara siswa dengan
kemampuan visual spasial rendah mengatakan sudah dapat memahami soal
namun belum bisa menyatakan hubungan bangun ruang dengan benar
karena tidak mengetahui karakteristik dari masing-masing bangun ruang
sehingga tidak bisa menyatakan hubungan kedua bangun ruang
sebagaimana yang ditanyakan dalam soal. Dalam hal ini terlihat bahwa
siswa dengan kemampuan visual spasial rendah telah mencapai tahapan
berfikir tingkat visualisasi tetapi belum mencapai tingkat analisis dan
tingkat abtraksi.

4. PENUTUP

Penelitian yang telah di lakukan bertujuan untuk mendeskripsikan


kemampuan visual spasial siswa dalam memecahkan masalah geometri di
tinjau dari tahapan berfikir van hiele dalam materi bangun ruang sisi lengkung.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh serta pembahasan hasil
penelitian yang telah dilakukan maka telah diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berfikir siswa jenjang


sekolah menengah pertama hanya mencapai rentang tingkat 0 sampai 2
yang meliputi tingkat visualisasi, tingkat analisis, dan tingkat abtraksi.
Sedangkan untuk tingkat 3 deduksi informal sera tingkat 4 rigor untuk
jenjang sekolah menengah belum ada yang mampu mencapainya.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan visual
spasial tinggi telah mampu mencapai tingkat visualisasi, tingkat analisis,
dan tingkat abtraksi. Siswa dengan kemampuan visual spasial sedang telah
mencapai kemampuan berfikir tingkat visualisasi dan tingkat analisis.
Siswa dengan kemampuan visual spasial rendah telah mencapai
kemampuan berfikir tingkat visualisasi.
3. Dalam hasil penelitian yang telah di lakukan menunjukkan bahwa siswa
yang tidak mampu mencapai satu tingkat maka tidak akan bisa mencapai
tingkat selanjutnya. Siswa dengan kemampuan visual spasial rendah tidak
mampu mencapai tingkat analisis sehingga juga tidak mampu mencapai
tingkat abtraksi.
4. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian siswa menyatakan bahwa
kemampuan visual spasial sangat dibutuhkan guna menyelesaikan
permasalahan terkait dengan materi bangun ruang sisi lengkung.

DAFTAR PUSTAKA
Duroisin, N & Demeuse, M. 2015. “What Role for Developmental Theories in
Mathematics Study Programmes in French-Speaking Belgium? An
Analysis of the Geometry Curriculum’s Aspect Framed by Van
Hiele’s model.” Jurnal Penelitian University of Mons Belgia.
Diakses pada 09 Oktober 2017, dari
http://dx.doi.org/10.1080/2331186X.2015.1049846.

Faturrahman, dkk. (2012).”Pengantar Pendidikan”. Jakarta : Prestasi Pustaka

Haryono, D. (2014). “Filsafat Matematika”. Bandung : Alfabeta

Haviger, Jiri & Vojkuvkova, Iva. (2014).”The Van Hiele Levels at Czech
Secondary Schools.” Jurnal ICEEPSY 2014. Diakses pada 20
September 2017, dari Http://creativecommons.org/licences/by-nc-
nd/4.0/.

Istiqomah, A.I & Setianingsih, Rini. (2015).”Metakognisi Siswa SMA dalam


Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Kecerdasan
Linguistik, Logis-Matematis dan Visual-Spasial.” Jurnal Pendidikan
Matematika UNESA. Diakses pada 20 September 2017
Khoiri, Miftahul.(2014).”Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat
Berdasarkan Teori Van Hiele.” Prosiding Seminar Nasional
Universitas Jember. Diakses pada 20 September 2017

Moleong, J. Lexy. (2009). “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung :


Remaja Rosdakarya

Muhasannah, Nur’aini dkk.(2014). “Analisis Keterampilan Geometri Siswa


dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat
Berfikir Van Hiele.” Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika.
Vol 2 (1). Diakses pada 12 Oktober 2017

Mujib, dkk.(2017). “ Analisis Tingkat Keterampilan Geometri Berdasarkan


Tahap Berfikir Van Hiele Ditinjau dari Kecerdasan Spasial tinggi
Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Bandar Lampung.” Prosiding
Seminar Nasional Matematika UIN Raden Intan Lampung. Diakses
pada 20 September 2017.

Newcombe, S. Nora. (2017). “Thinking Spatially in the Science Classroom.”


Jurnal Temple University. Diakses pada 20 September 2017, dari
http://dx.doi.org/10.1016/j..2017. cobeha 04.004.

Paradesa, Retni. (2016). “Pengembangan Bahan Ajar Geometri Transformasi


Berbasis Visual.” Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA. Vol 2
(1). Diakses pada 20 September 2017

Pavlovicova, G & Svecova, V. (2014). “Developement of Spatial Skills through


Discovering in the Geometrical Educational at Primary School.”
Jurnal WCALTA. Diakses pada 09 Oktober 2017, (Avaliable online
at www.sciencedirect.com).

Pavlovicova, G & Zahorska, J. 2015. “The Attitudes of Student to the Geometry


and Their Concepts about Square.” Jurnal WCES. Diakses pada 09
Oktober 2017, dari Http://creativecommons.org/licences/by-nc-
nd/4.0/.

Rahmawati.(2015).”Hasil TIMSS 2015.” Seminar hasil TIMSS 2015. Diakses


pada 20 September 2017.

Safrina, Khusnul dkk.(2014).”Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah


Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van
Hiele.” Jurnal Didaktik Matematika. Vol 1 (1). Diakses pada 12
Oktober 2017.

Salamah, Umi. (2015). “Berlogika dengan Matematika”. Surakarta : Tiga


Serangkai
Setyosari, P. (2010). “Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan”.
Jakarta : Prenada Media Group

Sholihah, Z.S & Afriansyah, E.A.(2017).”Analisis Kesulitan Siswa Dalam


Proses Pemecahan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Berfikir
Van Hiele.” Jurnal Mosharafa. Vol (6) 2. Diakses 20 September
2017

Sugiyono. (2010). “Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2009).“Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung. :


Remaja Rosdakarya

Wijaya, Y.Y.(2016).” Analisis Kemampuan Visual-Spasial dalam


Menyelesaikan Soal Berstandar PISA Berdasarkan Kriteria Van
Hiele Ditinjau dari Kemampuan Geometri Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Genteng.” Jurnal Pendidikan UNEJ. Diakses pada 20
September 2017

Yaglom, I.M. (1968). “ Geometric transformations II”. New York : Random


House.

Yildiz, Cemalettin dkk.(2009).”Comparing the old and new 6𝑡ℎ - 8𝑡ℎ grade
mathematics curricula in terms of Van Hiele understanding levels
for geometry.” World Conference on Educational Sciences 2009.
Diakses pada 20 September 2018

Anda mungkin juga menyukai