Anda di halaman 1dari 8

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No.

2 Juni 2010 : 66-73

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP STRUKTUR MIKRO


DAN KEKERASAN BAJA CrMoV DENGAN
MEDIA QUENCH YANG BERBEDA
Elvis A. Sumaraw
Peneliti Bidang Validasi dan Sertifikasi, LAPAN
e-mail : elvis.sumaraw@yahoo.com

ABSTRACT

Heat treatments had been tested to enhance the hardness of CrMoV alloy steel.
Heat treatments designed was heating at 1000ºC, holding time 1 hour then quenched
at water, oil and air respectively. From any cooling media used, water cooling media
(rapid cooling) to produce highest hardness number ~ 909 HV. It was seen from
microstructure test, the effect of solute atom carbon in ferro atom in martensite
structure as a result of rapid cooling while in an initial specimen which was not yet
hardened, the hardness number ~ 278 HV. So, it resulted almost 2,3 times the initial
hardness number. In this paper the hardening mechanism for alloy steel is discussed.
Keywords: Heating, Holding time, Cooling media, Martensite

ABSTRAK

Telah dilakukan pengujian perlakuan panas untuk meningkatkan kekerasan


baja paduan CrMoV. Desain perlakuan panas yang dilakukan adalah pemanasan pada
temperatur 1000ºC ditahan selama 1 jam kemudian dilakukan pendinginan masing-
masing pada air, oli dan udara bebas. Dari berbagai media pendingin yang digunakan
maka media pendingin air (pendinginan cepat) menghasilkan nilai kekerasan tertinggi
~909 HV. Dari pengujian struktur mikro terlihat pengaruh kelarutan karbon dalam
besi pada struktur martensit sebagai akibat dari pendinginan cepat. Pada sampel awal
(sampel uji yang belum diberi perlakuan panas) menghasilkan nilai kekerasan sebesar
~278 HV. Terjadi peningkatan nilai kekerasan 2,3 kali dari semula. Pada tulisan ini
dibahas mekanisme pengerasan baja paduan.
Kata kunci : Pemanasan, Waktu tahan, Media pendingin, Martensit

1 PENDAHULUAN CrMoV ini harus mempunyai kekerasan


Saat ini LAPAN sedang mengem- yang cukup agar mampu menusuk
bangkan roket dengan bahan bakar benda kerja (aluminium bahan sirip/
komposit untuk keperluan pengorbit sayap). Hal ini dapat dilakukan dengan
satelit. Roket ini berukuran diameter memberikan heat treatment (perlakuan
420 mm, RPS 420. Salah satu panas) hardening. Perlakuan panas
komponen roket adalah sirip. Sirip roket hardening dimaksudkan untuk men-
terbuat dari bahan yang ringan agar dapatkan bahan teknik yang keras.
berat struktur keseluruhan dari roket Perlakuan panas hardening dengan
tidak terlalu besar. Fungsi utama dari melakukan pemanasan pada temperatur
sirip roket adalah untuk menjaga agar austeninasi ± (900ºs.d1000º)C kemudian
roket saat terbang tidak mengalami dilakukan pencelupan ke dalam media
rotasi. Untuk mendapatkan kontur sirip pendingin (air, oli, udara). Kekerasan
yang presisi perlu penggunaan tool yang terjadi akibat adanya struktur
(pahat potong) untuk memotong dan martensit yang terbentuk pada saat
membentuk. Salah satu bahan untuk pencelupan dalam media pendingin
pahat potong adalah baja CrMoV. Baja air/oli (Pollack, 1977).

66
Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro.....(Elvis A. Sumaraw)

Tujuan Penelitian ini untuk Baja CrMoV adalah jenis baja


mendapatkan material keras yang dapat berkualitas tinggi yang dibuat untuk
digunakan untuk material tool (pahat diaplikasikan sebagai pahat potong
potong). Pahat potong ini digunakan (cutting tool), alat pembentuk (forming)
untuk pabrikasi komponen roket dan sebagai cetakan (dies) dimana
seperti: sayap, sirip, dudukan sirip, diperlukan sifat tidak mulur, tahan aus
pemotongan tabung roket. dan memerlukan kekerasan yang tinggi.
[Pollack, 1977)]
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Diagram Fasa Pembentukan Besi-
2.1 Sifat-sifat Baja CrMoV Karbon
Baja CrMoV adalah baja karbon Fasa didefinisikan sebagai daerah
dengan paduan utama chromium, logam yang secara fisik dan mekanik
molybdenum dan vanadium. Sifat-sifat terpisah, secara kimia homogen. Dua
yang dimiliki oleh baja CrMoV adalah fasa dikatakan berbeda jika mempunyai
sebagai berikut: bentuk fisik yang berbeda (padat, cair
 Kekuatannya baik pada suhu tinggi, dan gas) atau mempunyai bentuk fisik
 Mempunyai ketangguhan dan kelen- sama tetapi komposisi dan struktur
turan pada semua kondisi. kristal berbeda. Apabila dua fasa
 Mempunyai ketahanan terhadap kejut mempunyai komposisi sama dan
panas tinggi. struktur sama tetapi sifat magnetik
 Kemampuan untuk dikeraskan. berbeda, maka dapat dikatakan kedua
 Stabilitas yang baik selama fasa tersebut berbeda. Transformasi fasa
pengerasan. adalah perubahan suatu fasa atau
perubahan fasa awal menjadi satu
fasa baru.

Gambar 2-1: Diagram fasa besi-karbon (John, 1983)

67
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 2 Juni 2010 : 66-73

Perubahan yang terjadi pada spesifikasi material yang akan diuji.


transformasi fasa meliputi: bentuk fisik, (Pollack, 1977)
komposisi kimia, struktur kristal. Difusi c. Kecepatan Pendinginan
atom adalah pergerakan atom yang
Dengan melihat Gambar 2-2,
menyebabkan berubahnya posisi relatif
kecepatan pendinginan (cooling rate)
atom tersebut terhadap atom
ditunjukkan dengan garis putus-putus
tetangganya dengan pergerakan acak
dari kiri atas ke kanan bawah,
atau tidak teratur (John, 1983).
contohnya : 1000ºF/second. Kecepatan
Baja CrMoV dengan temperatur
pendinginan berpengaruh terhadap
pemanasan 1000ºC (sumbu tegak pada
hasil transformasi dan sifat mekanik.
Gambar 2-1) selama 1 jam adalah Dalam hubungan tersebut dipakai suatu
larutan padat besi gamma (γ-iron/ diagram transformasi (TTT diagram =
austenite) dengan komposisi karbon 1,4 % Time Temperature Transformation diagram)
(sumbu datar Gambar 2-1). (Pollack, 1977), untuk meramalkan
struktur yang terjadi bila baja
2.3 Proses Perlakuan Panas
didinginkan dari temperatur austenit
Dalam proses perlakuan panas dengan kecepatan pendinginan tertentu.
ada beberapa faktor yang menentukan Kecepatan pendinginan yang lebih tinggi
dan mempengaruhi proses perlakuan akan lebih cepat terjadinya kelarutan
panas tersebut, yaitu: karbida. Dengan demikian perlu
a. Temperatur Pemanasan direncanakan dan diketahui proses
pendinginan yang akan dilakukan serta
Dengan melihat Gambar 2-3, media pendingin yang akan dipakai.
temperatur pemanasan sebesar 1000º C Kesalahan dalam menggunakan media
yaitu pemberian panas sampai pendingin dapat berakibat fatal pada
temperatur yang telah ditentukan pada material uji (Pollack, 1977).
proses perlakuan panas sampai
d. Perlakuan Panas Celup (Quench)
mencapai temperatur transformasi yang
dilakukan. Besarnya temperatur Dengan merujuk pada Gambar 2-3,
penahanan (holding time temperature) perlakuan panas ini dilakukan dengan
yang digunakan untuk mencapai daerah memanaskan sampel uji sampai
transformasi tertentu berpengaruh temperatur austenisasi 1000ºC, diper-
terhadap penyebaran ferit dan sementit. tahankan beberapa saat pada temperatur
Untuk mendapatkan penyebaran ferit tersebut, lalu didinginkan dalam
dan sementit yang baik, pemanasan beberapa media pendingin (air, oli,
diusahakan berjalan perlahan, sehingga udara). Pada temperatur pemanasan
transformasi berjalan linier bersama 1000ºC (sumbu tegak Gambar 2-2)
naiknya temperatur yang timbul pada larutan padat CrMoV ditahan selama 1
baja. (Pollack,1977) jam kemudian dicelup dengan cepat dan
b. Waktu Penahanan waktu pendinginan sangat cepat (sumbu
datar Gambar 2-2) selama ± 2 detik.
Dengan melihat Gambar 2-3, Kecepatan pendinginan ± 1000ºF/
waktu penahanan (holding time) selama
detik). Gambar 2-2 mempunyai korelasi
1 jam, dilakukan setelah temperatur
yang saling menguatkan dengan
pemanasan telah mencapai temperatur
Gambar 2-3.
yang dikehendaki. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan bentuk struktur e. Perubahan Struktur Mikro Saat
kristal yang sempurna pada temperatur Transformasi
transformasi sehingga waktu tahan Terbentuknya struktur mikro
ditentukan sesuai dengan kebutuhan fasa pada saat transformasi dari fasa
pengujian serta disesuaikan dengan austenit ada dua macam yaitu:
68
Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro.....(Elvis A. Sumaraw)

 Pembentukan Ferit dan Perlit dicelup dengan cepat (rapid cooling) ke


Bila austenit pada baja hipereutektoid dalam media pendingin (air atau oli)
didinginkan sampai temperatur kritis, maka austenit akan berubah menjadi
maka akan terjadi perubahan fasa dari martensit yang sangat keras. Pada
austenit ke perlit yang dimulai dengan Gambar 2-2 pendinginan dari suhu
terbentuknya ferit kemudian baru 1000º C dengan penurunan temperatur
terbentuk perlit. sebesar 1000º F/detik (Gambar 2-2
sumbu tegak) akan memotong kurva S
 Pembentukan Martensit
(hidung-dagu) pada daerah martensit
Bila austenit pada baja hipereutektoid awal dan martensit akhir sehingga fasa
dipanaskan sampai temperatur yang terbentuk adalah fasa yang keras
austenisasi (> 723º C) dan ditahan (martensite).
untuk beberapa lama kemudian

Gambar 2-2:Diagram TTT baja karbon eutectoid (Pollack,1977)

o
C

1000o C
Temperatur Tahan

Celup

- air
- oli

1
Waktu Tahan (jam)
Gambar 2-3:Proses Quenching (Celup)

69
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 2 Juni 2010 : 66-73

3 METODE PENGUJIAN P
3.1 Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia
dimaksudkan untuk mendapatkan
d1
bahan baja yang sesuai agar dapat
menentukan temperatur yang sesuai
untuk perlakuan panas. Pengujian d2
komposisi dilakukan dengan mengguna-
kan “Spektrometer Emisi”. Dengan

10
penembakan sebanyak dua kali pada
sampel uji berukuran (30 x 30 x 10)mm
dan diambil harga rata-ratanya.
10
3.2 Pengujian Kekerasan 10
Pengujian kekerasan dimaksudkan Gambar 3-1: Sampel Uji Kekerasan
Vickers
untuk mengetahui kekerasan dari
masing-masing sampel uji, yaitu: awal, 3.3 Pengujian Metalografi
pendinginan air, pendinginan oli dan
pendinginan udara. Pengujian dilakukan Sampel uji metalografi disiapkan
terhadap 4 buah sampel uji berukuran sebanyak 4 buah, 1 buah tanpa
(10x10x10)mm. Satu buah sampel uji perlakuan panas dan 3 buah dengan
tanpa perlakuan panas dan 3 buah perlakuan panas. Sampel uji dengan
sampel uji dengan perlakuan panas. perlakuan panas 1 buah dengan
Sampel dengan perlakuan panas pemanasan pada 1000ºC selama 1 jam
masing-masing 1 buah sampel uji kemudian didinginkan dalam oli SAE 40
ditahan 1000ºC selama 1 jam kemudian sebanyak 1 liter, 1 buah dengan
dicelup dalam oli SAE 40 sebanyak 1 pemanasan pada 1000ºC selama 1 jam
liter, 1 buah sampel uji ditahan 1000ºC kemudian didinginkan dalam air
selama 1 jam kemudian dicelup dalam sebanyak 1 liter dan 1 buah dengan
air sebanyak 1 liter dan 1 buah sampel pemanasan pada 1000ºC kemudian
uji ditahan 1000ºC kemudian dibiarkan didinginkan di udara luar.
di udara luar. Pengujian metalografi dimaksud-
Pengujian kekerasan dilakukan kan untuk mengetahui struktur yang
di laboratorium Jurusan Metalurgi UI didapat dari sampel uji: awal,
menggunakan mesin uji kekerasan pendinginan air, pendinginan oli dan
Vickers (Micro Hardness Tester), dengan pendinginan udara. Ukuran sampel uji
beban uji (P) sebesar 1000 gr, jarak (10x10x10)mm dimounting dengan resin
antara jejak 250 mikron. Pengukuran epoksi dalam cetakan diameter 20 mm
kekerasan dilakukan terhadap 4 buah tebal 15 mm untuk memudahkan
sampel uji kekerasan dan terhadap pengampelasan. Permukaan sampel uji
masing-masing sampel uji dilakukan 5 setelah dibentuk, digosok dengan kertas
kali penjejakan. ampelas mulai dari no 200 s.d no. 2000
Bekas jejak penekanan diukur diagonal menggunakan serbuk alumina,
rata-ratanya. kemudian keringkan dengan kain
flannel hingga permukaan sampel uji
[đ = (d1 + d2)/2]. (mm) (3-1)
mengkilat seperti cermin. Sampel uji
yang siap diuji diberi larutan etsa 3 %
Nilai kekerasan dihitung dengan rumus
nital (nitrogen alkohol) pada permukaan
(Surdia,1992):
yang akan difoto dengan pembesaran
, xP
HV = (d)2
(gram/mm) (3-2) 500 kali.

70
Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro.....(Elvis A. Sumaraw)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN paduan baja CrMoV ditampilkan pada


Untuk mendapatkan hasil yang Tabel 4-1.
terbaik maka dilakukan beberapa
4.2 Hasil Pengujian Kekerasan
percobaan dan pengujian laboratorium.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai Hasil pengujian nilai kekerasan
hasil pengujian komposisi kimia, masing-masing sampel uji diperlihatkan
pengujian kekerasan, dan pengujian pada Tabel 4-2.
metalografi. Hasil pengujian kekerasan rata-
rata dari masing-masing sampel uji
4.1 Hasil Pengujian Komposisi Kimia dibuat grafik nilai kekerasan rata-rata
Pengujian dilakukan pada sebuah seperti Gambar 4-1.
sampel uji, dengan nilai komposisi

Tabel 4-1: KOMPOSISI KIMIA BAJA CrMoV


UNSUR SIMBOL KOMPOSISI KIMIA (% wt)
Carbon C 1,4
Silicone Si 0,3
Mangan Mn 0,3
Molybden Mo 1,0
Vanadium V 0,4
Chrom Cr 12,0
Ferro (sisanya) Fe ~ 100

Tabel 4-2:HASIL PENGUJIAN KEKERASAN


Angka Kekerasan (HV)
Kode
No. Sampel Nama Benda Uji đ dari 5 kali
5 kali penjejakan Nilai Rata-
Uji penjejakan
(HV) rata (HV)
(micrometer)
1. S1 Baja CrMoV (awal) 81,5;81,5;82; 279,1;279,1;275,7; 278,42
81,5;81,5 279.1;279.1
2. S2 Baja CrMoV (dengan 45,0;45,2;45,2; 915,5,907,4;907,4; 909,84
pendingin air) 45,3;45,0 903,4;915,5
3. S3 Baja CrMoV (dengan 46,5;46,8;46,8; 857,4;846,4;846,4; 848,62
pendingin oli) 47,0;46,6 839,2;853,7

4. S4 Baja CrMoV (dengan 48,0;48,3;48,0; 804,6;794,7;804,6; 798,66


pendingin udara) 48,5;48,1 788,1;801,3

1000 909,8
848,6
798,6
800

600
Kekerasan (HV)
400 278,4
200

0
awal(S1) air(S2) oli(S3) udara(S4)
Pendinginan

Gambar 4-1:Kurva nilai kekerasan rata-rata (HV) masing-masing sampel uji

71
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 2 Juni 2010 : 66-73

4.3 Hasil Pengujian Metalografi 4.4 Pembahasan


Hasil pengujian diperlihatkan 4.4.1 Komposisi paduan baja CrMoV
pada Gambar 4-2 sampai dengan Berdasarkan Tabel 4-1 Komposisi
Gambar 4-5 Baja CrMoV ternyata baja ini
mengandung karbon sejumlah 1,4%
berat keseluruhan. Baja ini termasuk
baja karbon hipereutektik (kandungan
karbon > o,8 % wt)(Surdia, 1992).

4.4.2 Nilai kekerasan, metalografi dan


identifikasi fasa
Nilai kekerasan tertinggi sebesar
~909,84HV diperoleh sampel uji S2
Gambar 4-2: Struktur Mikro Sampel Uji dengan perlakuan panas pendingin air.
Awal, etsa 3 % nital, 500X Untuk sampel uji S1 (awal) hanya
memberikan nilai kekerasan rata-rata
sebesar ~278,42 HV. Untuk sampel uji
S3 perlakuan panas dengan pendingin
oli memberikan nilai kekerasan rata-
rata sebesar ~848,62 HV. Untuk sampel
uji S4 perlakuan panas pendinginan
udara memberikan nilai kekerasan rata-
rata sebesar ~ 798,66 HV.
Nilai kekerasan rata-rata sampel
Gambar 4-3: Struktur Mikro Sampel uji S2 sebesar ~909,42 HV, terjadi
Uji pendinginan Air,etsa 3 peningkatan nilai kekerasan 2,3 kali
% nital 500 X dari nilai kekerasan awal. Demikian
pula pada sampel uji S3 nilai kekerasan
rata-rata ~848,62 HV, terjadi peningkatan
nilai kekerasan sebesar 2,05 kali dari
kekerasan awal. Hal ini dimungkinkan
karena adanya fasa martensit yang
terjadi dengan sel satuan BCT (Body
Centered Tetragonal) dimana atom atom
karbon belum sempat berdifusi karena
cepatnya pendinginan (Van Vlack, 1991).
Gambar 4-4: Struktur Mikro Sampel Dari Gambar 4-2 sampai Gambar
Uji Pendinginan Oli, etsa 4-5 menunjukkan struktur mikro dari
3% nital, 500X masing-masing sampel uji untuk
berbagai macam media pendingin. Dari
foto metalografi Gambar 4-3 sampel uji
S2 pendinginan air dan Gambar 4-4
sampel uji S3 pendinginan oli terlihat
adanya garis-garis halus menyerupai
jarum yang merupakan ciri khas
struktur martensit dengan latar
belakang terang. Sedang pada sampel
uji S1 (awal) tidak diberikan perlakuan
Gambar 4-5: Struktur Mikro Sampel panas Gambar 4-2 terlihat struktur ferit
Uji Pendinginan Udara, dan perlit. Pada sampel uji S4
etsa 3 % nital, 500 X pendingan udara Gambar 4-5 karena
72
Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro.....(Elvis A. Sumaraw)

waktu pendinginan yang lama, maka menyerupai jarum yang merupakan


fasa yang terbentuk adalah fasa ferit ciri-ciri dari struktur martensit dengan
dan perlit. latar belakang terang.
 Baja CrMoV ini masuk dalam
5 KESIMPULAN kelompok baja hiper eutektoid ,karena
kandungan karbon 1,4 % lebih besar
Berdasarkan hasil penelitian
dari 0,8 %.
yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
DAFTAR RUJUKAN
 Baja CrMoV ini dapat ditingkatkan
John, Vernon, 1983. Introduction in
nilai kekerasannya menjadi 2,3 kali
Engineering Materials, Mc. Graw
lipat dari kekerasan awal (sebelum
Hill Inc., New York.
diberi perlakuan panas) dengan nilai
Pollack, H.W., 1977. Physical Metallurgy,
kekerasan sebesar 278,42 HV,
Reston Publishing, Virginia.
perlakuan panas hardening, dan
Surdia, Tata, dan Shinroku Saito, 1992.
pendinginan celup di air menga-
Pengetahuan Bahan Teknik,
kibatkan nilai kekerasan naik menjadi
Pradnya Paramitha, Jakarta.
sebesar ~909,84 HV.
Surdia, Tata, dan Kenji Chijiwa,1980.
 Peningkatan nilai kekerasan ini
Teknik Pengecoran Logam,
(dengan media pendingin air)
Pradnya Paramitha, Jakarta.
diakibatkan karena terbentuknya
Van Vlack, L., 1991. Ilmu dan Teknologi
struktur martensit yang ditandai
Bahan, Erlangga, Jakarta.
dengan banyaknya garis-garis halus

73

Anda mungkin juga menyukai