Pengertian
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
sendiri sangat dipengaruhi kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Praktik hygiene sama dengan
peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam lingkungan
rumah sakit, perawat menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan
cara hygiene pada pasien, pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan dan partisipan dalam perawatan diri ketika memungkinkan.
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari
nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene
ada beberapa yang intinya sama yaitu:
1. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani,
rohani dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
3. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan
bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
4. Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.
5. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor
yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat.
6. Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu:
Yang menyangkut individu (personal hygiene) dan yang menyangkut lingkungan
(environment).
Personal hygiene adalah perawatan kebersihan diri yang dilakukan oleh
individu untuk mempertahankan kesehatannya sehingga individu merasa nyaman
dan aman. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Tingkat ketergantungan/ kemandirian seseorang dapat dikaji melalui salah satu alat
ukur, yaitu: Pengkajian Fungsional Barthel Index, seperti berikut ini:
No. Fungsi Skor Kondisi
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen/ tidak teratur (perlu pencahar)
1. defekasi (mengontrol 1 Kadang tak terkendali (1 kali seminggu)
BAB) 2 Mandiri
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen dan menggunakan kateter
2. berkemih (mengontrol 1 Kadang tak terkendali (maksimal 1 x 24 jam)
BAK) 2 Mandiri
3 Membersihkan diri (cuci 0 Membutuhkan pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, gosok Mandiri
1
gigi)
Penggunaan toilet masuk/ 0 Tergantung pertolongan orang lain
keluar (melepas, pakai Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tapi
4. 1
celana, menyeka, aktivitas lain dapat mengerjakan sendiri
menyiram) 2 Mandiri
Makan 0 Tidak mampu
5.
1 Perlu bantuan memotong makanan
No. Fungsi Skor Kondisi
2 Mandiri
Pindah tempat dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk duduk (2 orang)
6.
2 Bantuan minimal, 1 orang
3 Mandiri
Mobilisasi/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa mobilitas dengan kursi roda
7.
2 Berjalan dnegan bantuan 1 orang/ walker
3 Mandiri
Berpakaian/ memakai 0 Tergantung orang lain
8. baju 1 Sebagian dibantu, misal mengancing baju
2 Mandiri
Naik turun tangga 0 Tidak mampu
9. 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
10.
1 Mandiri
Total Skor
Keterangan:
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = Ketergantungan sebagian
5-8 = Ketergantungan berat
0-4 = Ketrgantungan penuh
Untuk skor ≤ 8 dikonsulkan ke bagian Rehabilitasi Medik. Di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, setiap pasien yang telah dikaji menggunakan Barthel Index,
selanjutnya akan dipantau mulai dari sebelum sakit, saat masuk rumah sakit, minggu I,
minggu II, dan saat pulang. Dengan demikian, petugas medis dapat memonitor dengan
mudah perkembangan ketergantuangan/ kemandirian pasien dilihat dari fungsional
aktivitas sehari-harinya.
C. Hal-Hal yang Perlu Dikaji pada Klien yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Perawatan Kebersihan Diri
1. Riwayat keperawatan
Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki,
perawatan rambut, mata, hidung, telinga, dan perineal care)
Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki,
rambut dan perineal
Pola kebersihan tubuh
Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
2. Pemeriksaan fisik
Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal akibat terapi
Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kodisi lesi
Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki,
rambut dan perineal: warna, tekstur, kekebalan, turgor dan hidrasi
Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit, mata, mulut, gigi, hidung,
telinga, kuku kaki dan tangan, rambut dan perineal.
3. Kemampuan melakukan self care
Kaji tingkat kemampuan klien melakukan Pengkajian Fungsional Barthel Index
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Gambaran diri
Kebiasaan sosial
Status sosial ekonomi
Pengetahuan
Budaya
Kondisi fisik/status kesehatan
Pilihan individu
Tingkat perkembangan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Defisit perawatan diri: Mandi
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
3. Defisit perawatan diri: Eliminasi
4. Risiko kerusakan membran mukosa oral
II. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN