Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REPORT SERTA CRITICAL

JOURNAL REPORT ISLAM DI ASIA TENGGARA


Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas individu
Mata Kuliah: SPI
Dosen Pengampu: Dr. SOLIHAH TITIN SUMANTI, M.Ag

Disusun oleh:
Sem. I/IKOM 6
Nama : MUHAMMAD FAHMI (0105182248)
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UIN SUMATERA UTARA MEDAN
2018
CRITICAL BOOK REPORT SERTA CRITICAL JOURNAL
REPORT ISLAM DI ASIA TENGGARA
Disusun oleh: Muhammad Fahmi
ABSTRAK Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan critical report
terhadap buku yang berjudul: “Sejarah dan Kebudayaan ISLAM di Asia
Tenggara”, serta jurnal yang berjudul: “ISLAM ASIA TENGGARA:
DINAMIKA HISTORIS DAN DISTINGSI”. Di Asia Tenggara, Islam merupakan
kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang
ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk
agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi Negara federasi Malaysia,
Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau
sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama
Islam),Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik
Singapura (Muzani,1991: 23).
Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang
mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan
satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia
Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap
sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya.Termasuk wilayah
ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan
mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Critical Book
Report tentang Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara serta Critical
Journal Report ISLAM ASIA TENGGARA: DINAMIKA HISTORIS DAN
DISTINGSI. Penulisan laporan Critical Book Report dan Critical Journal Report
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu matakuliah Pengembangan
Sejarah Peradaban Islam, SOLIHAH TITIN SUMANTI, M.A
Laporan Critical Book Report dan Critical Journal Report ini telah saya
susun semaksimal mungkin. Namun, apabila masih ada kekurangan dan
kesalahan, saya memohon maaf. Saya berharap, dengan membaca laporan Critical
Book Report dan Critical Journal Report ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai inti dari laporan
Critical Book Report dan Critical Journal Report ini.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Identitas Buku .......................................................................................... 3
2.2 Identitas Jurnal ......................................................................................... 3
2.3 Ringkasan Isi Buku .................................................................................. 3
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Buku ............................................................ 15
2.5 Ringkasan Isi Jurnal ................................................................................. 16
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal ........................................................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
3.1 Kritik dan Saran ....................................................................................... 20
RUBIK PENILAIAN CRITICAL BOOK ........................................................ 21
RUBIK PENILAIAN CRITICAL JOURNAL ................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut


diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara
penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya,
Islam menjadi agama resmi Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei
Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90%
beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam),Republik
Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura.

Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara
yang mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara
merupakan satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya
hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara
dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama
lslamnya.Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur
lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.

Sebagai seorang muslim yang tinggal di kawasan ASEAN hendaklah kita


mengetahui tentang sejarah masuknya Isalm di kawasan ASEAN. Maka dari itu
penulis membuat Critical Book Report dan Critical Journal Report agar kita dapat
mangetahui bagaimana masuknya islam di kawasan Asia Tenggara, sekaligus
menganalisa kekurangan dan kelebihan Buku dan Jurnal yang akan penulis bahas.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan Critical Book Report serta Critical Journal Report
sebagai berikut:
1. Untuk menilai kualitas suatu buku dan jurnal
2. Untuk lebih memahami tentang buku dan jurnal

1
3. Untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang isi buku dan jurnal
secara ringkas
1.3 Manfaat
Dengan dilaksanakannya Critical Book Report dan Critical Journal Report
ini memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai sarana untuk mencari informasi,
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sebuah penelitian dan sebagai bahan
referensi. Selain itu Critical Book Report dan Critical journal report ini juga
bermanfaat bagi peresensi dalam mengasah kemampuan daya pikir kritis dalam
meriview.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku


a. Buku:
Judul Asli : Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia
Tenggara
Penulis Buku : Dr. H. Saifullah, SA. MA.
Penyunting : Eka Adinugraha
b. Judul Resensi : Islam di Asia Tenggara
c. Data Buku:
Judul Buku : Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia
Tenggara
Pengarang : Dr. H. Saifullah, SA. MA.
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun Terbit dan Cetakan : Pertama, September 2010
Dimensi Buku : 13,5 x 21,5 cm
Harga Buku : Rp 60.000

2.2 Identitas Jurnal


a. Jurnal
Judul : ISLAM ASIA TENGGARA: AKAR HISTORIS DAN
DISTINGSI
Halaman : 1-26
Tahun : 2017
Penulis : Fajar Ardiyanto

2.3 Ringkasan Isi Buku


Bab I. Asia Tenggara
A. Mengenal Wilayah dan Masyarakat Asia Tenggara

3
Yang dimaksud dengan Asia Tenggara biasa ditulis Southeast (oleh
sarjana-sarjana Amerika) atau South-east (seperti biasa ditulis orang-orang
Inggris) adalah wilayah yang terletak di sebelah tenggara benua Asia.
Secara geologis, Asia Tenggara menjadi pertemuan gugusan utama
pegunungan muda Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteran. Bertemu di
Indonesia timur, pada perairan Sibola, arah barat laut palung Banda.
Dalam lingkungan Sirkum Pasifik maupun Sirkum Mediteran,
bermunculan puncak api aktif, khususnya di Filipina dan Indonesia. Utaian
pegunungan yang sudah tidak menunjukkan aktivitasnya lagi terdapat di
Semenanjung Malaka, Kalimantan (baik Kalimantan bagian utara, atau
Malaysia, maupun Kalimantan bagian Indonesia) Pegunungan Arakan
Yoma di Myanmar, Pegunungan di Thailand, Pegunungan Annam di
semenanjung Indochina.
Secara geo-politik, Asia Tenggara saat ini terdiri 11 negara, yakni:
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam,
Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Timor Leste. Sepuluh di
antaranya telah menjadi anggnta ASEAN, sedang Timor Leste menjadi
anggota peninjau.
B. ASEAN
ASEAN (Association of South East Asia Nations) adalah nama
persekutuan negara-negara Asia Tenggara. Organisasi regional negara-
negara Asia Tenggara ini lahir pada 8 Agustus 1967, setelah
ditandatanganinya Deklarasi Bangkok atau disebut juga dengan Deklarasi
ASEAN di Bangkok oleh negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura
dan Thailand. Latar belakang didirikannya ASEAN adalah untuk
mengantisipasi memuncaknya perang Indochina dan Perang Dingin antara
Blok Komunis dan Blok Barat.
C. Kondisi Asia Tenggara Sebelum atau Ketika Masuknya Islam
Sejak abad VII dan abad selanjutnya Islam telah merambah daerah
bagian timur Asia, yaitu negeri China, khususnya China Selatan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, Selat Malaka sejak abad tersebut sudah

4
mempunyai kedudukan penting. Oleh karena itu, boleh jadi para pedagang
dan mubalig Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga
menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia
Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-ching, seorang
musafir Buddha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang
disebutnya kapal Po-sse di Canton pada 671. Ia kemudian berlayar menuju
arah selatan ke Vhoga (diduga daerah Palembang di Sumatra Selatan).
Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Tang-Shu dari masa Dinasti
Tang, terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat
untuk menyerang Kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima itu
amat kuat dan adil, konon orang Ta-Shih mengurungkan niatnya untuk
menyerang Kerajaan Ho-ling.
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yang hatrus diperhatikan,
yaitu Po-sse dan Ta-Shih. Manurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan
Po-sse adalah Persia dan Ta-Shih adalah Arab. Jika penafsiran ini benar,
jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak
abad VII dengan membawa ajaran Islam. Terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ahli tentang tempat tinggal orang Ta-shih. Ada yang menyebut
bahwa mereka berada di pessir barat Sumatra atau di Palembang, tetapi
ada pula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Terengganu.
Terlepas dari perbedaan pendapat ini, jelas bahwa tempat tesebut berada
dibagian Barat Asia Tenggara.
D. Kedatangan Islam di Asia Tenggara
Apabila gambaran tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara
sejak abad VII sampai abad XI banyak berdasarkan berita-berita China,
bukti-bukti arkeologis mengenai hal yang sama dikuatkan oleh penemuan
beberapa nisan yang diperkirakan berasal dari abad XI.
Dua nisan ditemukan di Phan Rang, Campa selatan, yang kini
masuk wilayah Vietnam. Pada nisan pertama yang bertuliskan huruf Arab
jenis Kufi tertulis nama Ahmad bin Abu Ibrahim bin Abu Arradah Rahdar
alias Abu Kamil (w.Kamis malam 29 Safar 431 H / 1039 M) . Pada batu

5
nisan kedua yang sudah rusak dan tulisannya mirip tulisan Jawi (Arab-
Melayu) isinya menceritakan pembayaran paiak, utang-piutang, dan
tempat tinggal. Dari bukti arkeologis itu terlihat bahwa Islam telah datang
di daerah Campa dan membentuk suatu komunitas muslim sekitar abad XI.
Bab II. Islam di Indonesia
Kajian tantang masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
dilakukan secara lebih akurat oleh Pijnappel, seorang profesor bahasa
Melayu yang pertama di Universitas Leiden. Dalam tulisannya yang
dimuat dalm Jurnal BKI (hlm. 135-158), dia mengutip karya Reinaud
berjudul Relation des Voyages jaits par les Arebes et lesPersans dans I’
Inde et a la Chine, yang merupakan ringkasan dari keterangan MuaIim
Sulaiman, Marco Polo dan Ibnu Battuta. Dari uraian PijnappeI, terdapat
kesimpuIan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan
dari Teluk Persia, pantai barat India, seperti Broach (sekarang Amod),
Surat, dan Kularn. Artinya, Islam dibawa oleh orang Arab dari Persia dan
India, tidak secara langsung dari Arab pantai barat India Gujarat dan
Malabar dan pantai timur Koramandel. Akibatnya, tentu saja, sedikit
banyak terdapat pengaruh dari dua budaya tersebut. Daerah Gujarat dan
Malabar merupakan wilayah penganut dan pengamal setia mazhab Syafi’i.
Hal ini dapat menjelaskan kenapa aliran di Nusantara adalah bermazhab
Syafi’i. Dalam (terusan, koridor) artinya daratan antar benua India dan Sri
Lanka.
Bab III. Islam di Malaysia
Sampai saat ini terdapat berbagai teori tentang kedatangan Islam di
Malaysia, khususnya, dan Nusantara umumnya. Di antaranya, ada yang
menyatakan bahwa Islam masuk langsung dari Arab, melalui India, dan
teori lain yang mengatakan Islam masuk ke wilayah Nusantara dari China
dan Campa? Yang pasti adalah bahwa masuk dan berkembangnya Islam di
Nusantara berkaitan erat dengan aktivitas Perdagangan. Hal ini disebabkan
letak geografis Nusantara pada masa itu adalah di pertengahan atau di
ujung jalan perdagangan laut. Pedagang-pedagang Asia Barat datang ke

6
Nusantara untuk mendapatkan emas, bijih timah, rempah-rempah,dan
kapur barus.
Menurut Laporan Perjalanan Marco Polo, Islam muncul di tanah
Melayu ketika Paramesywara memeluk agama Islam pada 1414 dan ketika
Perlak menjadi daerah pertama yang memeluk agama Islam. Menurut
Hikayat Raja-raja Pasai, daerah yang mula-mula memeluk agama Islam
adalah Pasai. Adapun Sejarah Melayu Menyebutkan bahwa daerah
Pangsir, Lamri, Aru, dan Perlak adalah daerah yang mula-mula diislamkan
oleh Nahkoda Ismail dan Sultan Muhammad atau Faqir Muhammad.
Bab IV. Islam di Muangtai
Membicarakan Islam di Thailand, tidak mungkin tanpa sebelumnya
membicarakan Kerajaan Patani, karena keberadaan Islam diawali atau
bermula sejak munculnya Kerajaan Patani. Dengan menggunakan sumber-
sumber China, pada abad II Masehi, di pantai timur semenanjung Tanah
Melayu telah muncul suatu negeri bernama Lang-ya-shiu (Langka-suka),
yang letaknya kira-kira antara wilayah Senggora (Songkhla) dan Kelantan.
Kerajaan Langkasuka yang beribukota Yarang ini berkembang, karena
Teluk Langka-suka (Teluk Patani sekarang) sangat sesuai untuk berlabuh
kapal-kapal dagang dari berbagai wi1ayah sekitarnya. Menurut Paul
Wheatly, Kerajaan Langkasuka menguasai jalur perdagangan timur-barat
melalui Segenting Kra hingga ke Teluk Benggala. Kerajaan ini bertahan
hingga menjelang abad XIII dan digantikan atau dilanjutkan oleh Kerajaan
Patani.
Menurut A. Teeaw dan Wyatt, berdasarkan tulisan Tome Pires dan
lawatan Cheng Ho ke daerah ini antara 1404-1433, Kerajaan Patani
didirikan sekitar abad XIV dan abad XV. Adapun menurut Hikayat Patani,
Kerajaan Melayu Patani mula-mula berpusat di Kota Mahligai dan
diperintah oleh Phya Tu Kerab Mahayana. Kedudukan kota Mahligai itu
yang terlalu jauh kepedalaman dan sukar untuk didatangi oleh pedagang-
pedagang telah menyebabkan Phya Tu Antara, anak dari Phya Tu Kerab
Mahayana, memindahkatn pusat kerajaarmya ke sebuah kota pelabuhan

7
bernama Patani yang terletak di Kampong Grisek yang dahulunya juga
merupakan pelabuhan Kerajaan Langka-suka.
Bab V. Dinamika Masyarakat Islam Singapura
Menurut sensus pada 1980, penganut Islam di Singapura adalah
15,4% dari keseluruhan penduduk Singapura, Kebanyakan mereka atau
85,2% adalah etnis Melayu dan sisanya terdiri dari etnis India (termasuk
Pakistan dan Bangladesh) sebanyak 8,26%, China 6,7%, Arab dan etnis
lainnya 1O,7%. Namun, harus diketahui bahwa yang di maksud dengan
”etnis Melayu” dalam konteks Singapura adalah mereka yang berasal dari
bangsa-bangsa di Nusantara, termasuk Jawa, Bugis, Sumatra, dan daerah
Nusantara lainnya. Itulah sebabnya Sharon Siddique membagi masyarakat
Islam Singapura menjadi: “Peranakan Arab” (Keturunan yang datang dari
Hadramaut, Malabar, dan India) dan “Peranakan Jawi” (keturunan
pendatang dari Melayu Nusantara).
Dari segi pendidikan, masyrakat Melayu pada 1970 diperkirakan
16,9% tidak pernah bersekolah, 45% hanya tamat pendidikan dasar, 36,4%
tamat sekolah menengah tingkat pertama, 1% lulus sekolah menengah
atas, dan hanya 0.2% yang mengenyam pendidikan tinggi. Dan aspek
kategori pekerjaan, masyarakat Melayu yang bekerja pasda pemerintah
dan pimpinan perusahaan hanya 0,3% tenaga profesional dan teknik 5,6%,
pegawai kantor 13,4% pelayan toko dan jasa 43,4%, pertanian dan
perikanan 5,3%, dan lain-lain 4,2%. Sementara itu, partisipasi perempuan
Melayu yang bekerja hanya mencapai 14,3%.
Bab VI. Islam di Filipina
Rasanya penting terlebih dahulu membicarakan kesultanan dan
Silsilah Sulu (biasa juga disebut Tarsilah Sulu), karena pembicaraan
tentang masuk dan berkembangnya Islam ke Filipina tidak dapat
dipisahkan dengan keberadaan Islam ke Filipina tidak dapat dipisahkan
dengan keberadaan Kesultanan Sulu. Namun, harus dingat bahwa ternyata
ada beberapa Silsilah Sulu dan Tarsilah Sulu yang kadang antara satu dan
lainnya tidak sama, bahkan bertentangan. Hal itu disebabkan adanya

8
campur aduknya dongeng, mitos, dan kenyataan sejarah. Oleh karenanya,
diperlukan untuk teriebih dahulu menggunakan seluruh Silsilah dan
Tarsilah Sulu yang beragam dan baru kemudian melakukan analisis
sumber, sebelum membuat kesimpulan.
Hampir semua silsilah bermula pada masa Rapa Sipad (bahasa
sansekerta: Raja Shripaduka). Pada rnasa pemerintahannya di Pulau Jolo,
datanglah seorang muslim bernama Tuan Masha’ika ke suatu tempat yang
disebut Maimbung (bagian selatan Pulau Sulu). Sebuah batu nisan atas
nama Miqbal, dengan tanggal 1310, ditemukan di Badatto, tidak jauh dari
Jolo, Pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu
bukti arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Filipina. Pada waktu
itu, masyarakat Pulau Jolo masih menganut animisme dan dinamisme.
Beberapa kelebihan Tuan Masha’ika membuatnya dengan mudah diterima
dan dihargai oleh masyarkat setempat, bahkan kemudian dinikahkan
dengan seseorang putri Rapa Sipad. Tuan Masha’ika berputra tiga orang,
yaitu seorang bernama Aisha, Tuan Hakim (berputra empat orang laki-
laki; Tuan Da’im, Tuan Buda, Tuang Bujang , dan Tuan Muku), dan
seorang lagi putri yang tidak kenal namanya. Keempat putra dari Tuan
Hakim (berarti cucu dari Tuan Masha’ika) memerintah di Maimbung.
Inilah titik awal masuknya Islam di Filipina. Bersamaan dengan Tuan
Masha’ika, ditemukan sebuah batu nisan di Badatto, tidak jauh dari Jolo di
Pulau Sulu, bernama Miqbal, dengan tarikh 1310.
Tidak lama kemudian, datang lagi orang-orang dari Basilan (disebut
orang-orang Tagimaha) mereka menetap di Buansa (bagian utara Pulau
Sulu), orang-orang Baklaya menetap di sebelah timur kota Jolo sekarang,
orang dari Johor (disebut orang Bajao) menetap di beberapa pulau
sekitarnya. Selanjutnya, datang lagi seseorang Arab bernama Karim al-
Makhdum bergfelar Syarif Awliya, yang bergabung dengan bangsawan
Tagimaha di Buansa dan membangun sebuah masjid di sini. Kedatangan
Karim al-Makhdum dianggap sebagai penyebaran Islam secara lebih
intensif. Sepuluh tahun kemudian, datang seorang bangsawan dan

9
pandakwah dari Minangkabau bernama Raja Baguinda bersama beberapa
orang pengikutnya. Walaupun pada awalnya sempat terjadi peperangan
antara Raja Baguinda dengan Bangsawan Tagimaha dan Karim al-
Makhdum, tetapi kemudian mereka bekerja sama untuk memajukan Islam
di Buansa, bahkan kemudian Raja Baguinda telah diangkat menjadi
pimpinan Buansa. Selanjutnya, datang lagi seorang Arab bernama Sayed
Abu Bakar, yang telah menetap berturut-turut di Palembang, Brunei,
akhimya sampai di Buansa. Dikisahkan bahwa Sayed Abu Bakar menikahi
Permaisuri, putri Raja Baguinda. Oleh karena keahliannya dalam agama
Islam, akhirnya dia diangkat menjadi Sultan di Sulu, dengaan gelar Sultan
Sharif.
Bab VII. Islam di Brunei Darussalam
Sekalipun Brunei telah menerima Islam sebagai agama resmi sejak
pemerintahan Sultan Muhammad Syah yang diperkirakan sejaak 1368,
kemudian dilanjutkan oleh Sultan Ahmad, dan diteruskan oleh
menantunya Sultan Sharif Ali (wafat 1432), Islam diperkirakan telah
tersebar dl Brunei jauh sebelum itu, karena Brunei merupakan daerah
transit dan persinggahan pedagang-pedagang Islam yang mengembangkan
Islam ke wilayah ini.
Menurut riwayat China, pada 977, Raja Puni (sebutan Brunei
menurut lidah Chinese) telah menghantar utusannya ke China diketuai
oleh Pu Ya-li, qadhi Kasim dan Sheikh Noh. Ini membuktikan bahwa
agama Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei. Dalam
sejarah China, dicatatkan bahwa pada 1370 Brunei atau Puni pada masa itu
rajanya bernama Ma-ha-mo-sya (Sultan Mohammad Shah ) telah
menghantar utusan ke China dengan membawa sepucuk surat
menggunakan tulisan khat yang bentuknya sama dengan tulisan Hui-ku,
tulisan orang Islam keturunan Turki yang mendiami daerah Uighur.
Berdasarkan data di atas, dipercayai agama Islam telah masuk ke
Brunei jauh sebelum tahun 1368. Sesudah Awang Alak Betatar (Sultan
Muhammad Syah), Islam barulah menjadi agama resmi bagi seluruh

10
negara. Disebutkan juga oleh riwayat China bahwa umsan China, yang
diketuai oleh seorang Islam Cheng Ho, yang datang ke Brunei pada 1405,
mendapati bahwa di Brunei telah ada kerajaan Islam dan keluarga raja
disebutnya dengan sebutan “Pengiran". Pengganti Sultan Muhammad Shah
adalah Pateh Berbai yang setelah diangkat menjadi Sultan bergelar Sultan
Ahmad. Menurut Salasilah Raja-raja Brunei, Sultan Ahmad kemudian
digantikan oeh menantunya Sultan Sharif Ali berasal dari Taif, seorang
keturunan Nabi dari jalur Sayyidina Hasan. Beliau kawin dengan putri
Sultan Ahmad bernam Putri Ratna Kesuma. Setelah Sultan Ahmad wafat
(1426), Sultan Sharif Ali diangkat menjadi sultan ke III, dengan gelar
Sultan Berkat. Yang perlu dicatat dari Sultan Sharif Ali adalah bahwa
beliaulah yang sebenarnya menanamkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran
Ahl al-Sunnah wa al-jama’aah dengan mazhab Syafi’i. Selain itu, beliau
pula yang menentukan arah kiblat yang betul, karena ajaran Islam
sebelumnya banyak bercampur dengan ajaran agama Hindu-Buddha.
Panji-panji Negara Brunei Darusslam juga diasaskan oleh Sharif A1i,
dengan tiga sayap dan diatasnya terletak ”Tunggul Alam Bernaga”.
Sultan Sharif Ali wafat pada 1432 dan digantikan oleh putra
baginda bernama Sultan Sulaiman. Keturunan Sultan Sharif Ali inilah
yang melahirkan keturunan sultan dan raja-raja Brunei sampai ke hari ini.
Bab VIII. Islam di Burma (Myanmar)
Islam sampai ke Burma melalui beberapa jalan yang akan kita
bahas di bagian ini.
Para pedagang Arab menetap di garis pantai negeri selama abad I
tahun Hijriah (abad VII Masehi), atau sesudahnya. Pada awalnya mereka
menempati kawasan di sekitar pantai Arakan, dan kemudian ke selatan.
Lebih belaIakangan, para pedagang India dan Melayu telah efektif dalam
menyebarkan Islam. Akhirnya, para pengungsi dari Yunan pada abad XIX
menetap di bagian utara negeri itu.
Menurut para Sejarawan, para pelaut muslim telah datang ke
Burma pada abad IX. Pada 860 M, para pengelana dari China menemukan

11
daerah koloni Persia di perbatasan Yunan. Seorang pelancong Persia, lbnu
Khordabheh, pelancong dari Arab abad IX, Suleiman, dan pelancong
Persia abad X, Ibnu Al-Faqih, dalam tulisan-tulisan mereka telah
menyebut tentang daerah Burma selatan.
Sejarawan Arab yang hidup di abad X, Al-Maqdisi, membicarakan
hubungan yang telah berkembang antara Burma dan India, kepulauan
Melayu dan Srilanka. Sejarah Burma mencatat posisi orang-orang Arab di
masa pemerintahan raja Anawartha (1044-1077) yang bekerja sebagai
penunggang kuda baginda. Pengganti Anawartha, Raja Sawlu (1077-
1088), dididik oleh seorang guru muslim berkebangsan Arab dan
mengangkat anak sang guru, Yaman Khan, sebagai gubernur kota Ussa,
yang sekarang bernama Pegu. Sebuah konspirasi di lingkungan istana
membuat Yaman Khan memberontak. Usahanya untuk menguasai Pagan
digagalkan oleh Kyanzittha, saudara Sawlu, yang memperbolehkan adanya
suatu perkampungan muslim di pedalaman Burma. Di abad XIII, ketika
pasukan Khubilai Khan yang didominasi oleh tentara-tentara muslim, di
bawah pimpimm Nasruddin, anak gubernur Yunnan menyerang daerah
Pagan, keberadaan mereka di Burma kembali terasa.
Suatu negara Islam didirikan di Arakan ketika Sultan Bengal yang
beragama Islam, Naseeruddeen Mahmud Syah (I442-I459), membantu
Raja Sulayman Naramitha membangun negara Islam. Pemerintahan
muslim berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas ke selatan
hingga mencapai Moulmein pada masa pernerintahan Sulan Salim Shah
Rasagri (1593-1612 M). Bahasa Persia merupakan bahasa resmi bagi
negara Islam Arakan yang beribu kota di Myohaung. Pada 1784, penduduk
Burma pengikut Buddha berhasil menaklukkan negara Islam Arakan, yang
diikuti antara 1824 dan 1826 oleh pendudukan Inggris. Ksetika Burma
merdeka pada 1948, Arakan dimasukkan ke dalam Negara Burma.
Bab IX. Islam di Vietnam
Oleh karena masuk dan berkembangnya Islam di Vietnam
khususnya Islam pada tahap awal tidak bisa dilepaskan dari kehadiran

12
kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang islam di Vietnam diwali dengan
uraian sejarah Kerajaan Campa Kuno dan Etnis Campa.
Campa, menurut literatur China dari negeri bernama Lin Yi (yang
muncul pada 192 Masehi), terletak di bagian tengah negeri Vietnam
sekarang, antara Gate of Annam (Hoanh Son) di utara dan Sungai Donnai
di sealatan. Penduduk Lin Yin bertutur dalam bahasa Cam dari rumpun
Austronesia. Sejak awal Lin yi merupakan negeri yang takluk pad China
dan membayar upeti kepadanya. Nama “Campa” disebut dan dipakai
pertama kali dalm dua buah inskripsi bahasa Sansekerta, satunya bertarikh
658 M yang ditemukan di bagian tengah Vietnam dan satu lagi ditemukan
pada 668 M di Kamboja. Abad VII merupakan puncak Kerajaan Campa,
yang ditandai dengan keluasan wilayahnya dan kemajuan peradabannya.
Pada masa ini, Campa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang
terdiri dari lima kerajaan negeri: Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara
dan Panduranga, yang masing-masing mempunyai pemerintahan yang
otonom, dengan ibu negara Indrapura (Quang Nam sekarang).
Kerajaan Campa mempunyai hubungan diplomatik dengan
kerajaan-kerajaan tetangganya; dengan China clan Vietnam di utara,
Kamboja di barat, dan Nusantara di selatan. Campa secara teratur
mengirim utusan-utusan clan mengadakan hubungan ekonomi dan
keagamaan dengan China, Ajaran agama yang dianut masyarakat Campa
pada abad VIII dan IX adalah Buddha Mahayana, yang merambah Campa
melalui sami (pendeta Buddha) yang datang dari China. Adapun relasinya
dengan Nusantara bermula ketika terjadi perampokan besar-besaran oleh
orang Jawa pada penghujung abad VII. Hubungan itu kemudian menjadi
lebih baik dalam bentuk hubungan perdagangan dan persahabatan.
Pada abad IX, terjadi peralihan orientasi Campa dari China ke
India. Mulai zaman ini kebudayaan Campa, termasuk sistem sosial,
keagamaan dan lain sebagainya, dipengaruhi oleh budaya India dan agama
Hindu & Buddha. Pada 939 M, muncul kekuatan baru diwilayah ini, yakni

13
Dai Viet (kemudian menjadi Vietnam). Mulai sejak itu terjadi peperangan
yang berkepanjangan antara Vietnam dan Campa pada 932 M, Vietnam
berhasil menghancurkan ibu Kerajaan Indrapura dan raja Campa
memindahkannya jauh ke selatan, yakni ke Vijaya (Binh Dinh sekarang).
Namun, pada 1044, Dai Viet (Vietnam) bahkan berhasil menduduki kota
Vijaya dan membunuh rajanya. Berbagai usaha pernah dilakukan raja-raja
Campa untuk membalas dendam dan menyerang Vietnam, tetapi
kenyataanya pada setiap penyerangan justru Vietnam yang semakin dapat
memperbesar wilayahnya dan mencaplok Campa. Suatu kali Kerajaan
Campa pernah kembali pada kejayaannya, meski hanya dalam durasi
singkat, yaitu ketika di.perintah oleh Che Bong Nga (1360-1390). Dialah
yang berhasil dalam usaha mengembalikan Wilayah yang dirampas
Vietnam dan dalam memerintah dengan cukup adil serta berjaya
memerangi para perompak.
Bab X. Islam di Laos
Kebanyakan masyrakat muslim di Laos terdiri dari para pedsagang
keturunan Arab, Asia Selatan, Melayu, dan Campa. Ketika krisis politik di
Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi muslim Campa yang
menyeberang ke Laos dan menetap di sana. Para muslim Huihui (China
Muslim) juga banyak terdapat di Laos. Diperkirakan jumlah masyrakat
muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.
Bab XI. Islam di Kamboja
Masuk dan berkembangnya Islam di Kamboja tidak dapt
dipisahkan dengan datangnya orang Campa di negeri ini. Hal ini karena
orang Campa telah memeluk agama Islam di negeri asalnya di Vietnam
Tengah, sebelum kemudian menyebarkannya ke Kamboja. Seperti telah
diuraikan sebelumnya, banyak orang Campa yang maeninggalkan tanah
airnya karena desakan Nam tien atau pergerakan orang-orang Vietnam ke
selatan. Untuk menyelamatkan diri, mereka hijrah ke Kamboja. Di
Kamboja mereka bertemu dangan kelompok Melayu yang datang dari
Nusantara. Terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama dan

14
rumpun bahasa Austronesia ke dalam sebuah masyrakat baru yang disebut
Melayu-Campa atau Jva-Cam.
Bab XII. Islam di Timor Leste
Masuk dan berkembangnya Islam di Timor Timur tidak bisa
dipisahkan dari kedatangan pedagang-pedagang Arab dari Yaman dan
Hadramaut ke wilayah Nusantara. Terdapat kantong-kantong pemukiman
pedagang Arab di banyak kota pelabuhan Nusantara, mulai dari Aceh
sampai ke Ternate dan Tidore. Menurut catatan, kedatangan pedagang
Arab yang pertama di Timor Timur adalah Abdullah Afif, yang
diperkirakan menetap di Dili sebelum 1512.
Menurut keterangan dari H. Abdullah Basyarewan (Ketua II MUI
Timor Timur), ketika kapal pertama Portugis datang di Dili pada 1512,
kedatangannya di pelabuhan disambut pemuka masyarkat Dili, antara lain
pemuka Arab bernama Abdullah Afif. Artinya, Abdullah Afif sudah
datang sebelum tahun 1512. Kemudian diikuti oleh Habib Umar Muhdlar
sekitar 1678. Habib Umar Muhdlar ini wafat di Dili dan dikebumikan di
lereng bukit Taibesi. Pada titik inilah diperkirakan Islam mulai masuk di
Timor Timur, bersamaan dengan gelombang demi gelombang
perdagangan dari wilayah Nusantara lainnya di sebelah barat dan utara.
Perjalanan perdagangan waktu itu bergerak dari Aceh, Selat Melaka, Pulau
Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara, Timor, dan berakhir di
Irian (Sorong, Kepala Burung, dan Morotai). Mereka berdagang sambil
berdakwah.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Buku
a. Kelebihan
Setelah melakukan penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Buku Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya buku ini sudah memiliki penerbit dan sudah memiliki
ISBN sehingga mudah untuk didapat dan dicari, dalam penulisannya buku
tersebut menggunakan sistematika penulisan yang bagus. Materi yang ada
dalam buku dijelaskan secara runtut dan tidak memberikan kesan

15
membingungkan. Baggian sampul buku dilihat sangat menarik, sehingga
pembaca memiliki kesan ingin membaca buku tersebut
Dalam penggunaan bahasa, menurut saya buku ini sudah menggunakan
bahasa yang lugas yang dibuktikan dengan kesederhanaan bahasa sehingga
materi dalam buku ini memiliki makna yang jelas serta tidak membuat ambigu
para pembacanya. Penggunaan bahasa yang lugas memberikan sensasi
membaca yang menyenangkan bagi pembaca sehingga pembaca tidak mudah
bosan dan jenuh dalam memahami materi yang disampaikan penulis.
b. Kekurangan
Disamping kelebihan-kelebihan buku yang sudah ada di atas, buku ini juga
memiliki kelemahan yang patut untuk di koreksi. Pengkoreksian ini ditujukan
agar dapat memperbaiki pembuatan buku-buku yang akan datang.
Adapun kekurangan atau kelemahan buku tersebut ialah:
1. Adanya penulisan yang tidak perlu, contoh : Tenggara –biasa
2. Pada bagian sampul depan seharusnya tidak menggunakan simbol &
karena menurut penggunaan eyd penggunaan judul tidak boleh
menggunakan simbol.

2.5 Ringkasan Isi Jurnal


a. Pengertian Islam Asia Tenggara
Islam Asia Tenggara mengacu pada Islam di gugusan kepulauan
atau benua maritim (nusantara) yang mencakup tidak hanya kawasan yang
sekarang menjadi negara Indonesia, tetapi juga wilayah Muslim Malaysia,
Thailand Selatan (Patani), Singapura, Filipina Selatan (Moro), dan juga
Champa (Kampuchea). Islam Asia Tenggara (Southeast Asian Islam) sering
digunakan secara bergantian dengan 'Islam Melayu-Indonesia' (Malay-
Indonesian Islam).
Namun banyak peneliti sekarang lebih menggunakan istilah, Islam
Indonesia‟ untuk menggambarkan Islam di Asia Tenggara, hal itu
dimaklumi karena Indonesia kian dikenal sebagai negara dengan penduduk
beragama Islam terbanyak di muka bumi. Indonesia sering disebut „negara

16
Muslim terbesar‟ di dunia Islam karena sekitar 88,7 % dari total 235 juta
penduduk Indonesia beragama Islam.
Harry J. Benda membagi wilayah Nusantara/ Asia Tenggara ke
dalam tiga wilayah kultural, yaitu : Pertama, Kawasan yang disebut
Indianized Southeast Asia, yaitu Asia Tenggara yang telah di Indiakan
(Indonesia), Kedua, Kawasan yang disebut Sinicized Southeast Asia, yaitu
Asia Tenggara yang telah di Cinakan (Vietnam), Ketiga, Kawasan yang
disebut Hispanized Southeast Asia, yaitu Asia Tenggara yang telah di
Spanyolkan (Philipina).
b. Dinamika Historis Islam Asia Tenggara
Kehadiran Islam di bumi Nusantara berlangsung secara sistematis,
terencana, dan tanpa kekuatan militer, dibawa oleh para ulama-alim yang
memang membawa misi khusus menyebarkan Islam. Berbeda dengan
kedatangan agama Kristen pertama kali yang dibawa oleh kolonialis,
khususnya dari Belanda. Para dai membawa misi kedamaian, bukan
peperangan. Yang dibawa adalah ilmu, bukan senjata.
Islamisasi dengan damai dilukiskan Thomas W. Arnold sebagai
berikut: “Sketsa di atas hanyalah merupakan bagian kecil daripada sejarah
dakwah Islam di kepulauan Nusantara...Tetapi cukup bukti-bukti yang
menunjukkan adanya pelaksanaan dakwah Islam yang berjalan dengan
penuh damai selama 600 tahun terakhir...ajakan dan bujukanlah yang
mewarnai gerakan dakwah itu”
c. Distingsi Islam Asia Tenggara
Sebagaimana disebutkan di atas tetntang sumber data dan teori
mengenai munculnya islam di Indonesia, penyebaran islam di Indonesia
juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Islam di
Indonesia dikenal moderat, karena islam di Indonesia masuk pertama kali
dengan cara yang damai bukan dengan jalan kekerasan. Islam di Indonesia
dikenal fleksibel, cenderung beradaptasi dan terbuka dengan dengan
budaya-budaya yang ada.

17
Bangsa pedagang yang menyebarkan Islam ke berbagai penjuru
nusantara menerima budaya-budaya yang ada di nusantara dan cenderung
mengikuti atau beradabtasi terhadap kebudayaan serta lingkungan yang ada
di nusantara dalam menyebarkan agama islam,utamanya di daerah-daerah
pesisir. Begitupun masyarakat di pesisir, mereka cenderung mudah
menerima segala kebudayankebudayaan bahkan ajaran-ajaran agama yang
di bawa oleh para pedagang ini. Inilah yang membuat ajaran-ajaran islam
dan proses islamisasi di nusantara berjalan damai serta efektif tanpa cara
kekerasan.
Hal ini sesuai dengan Azyumardi Azra yang menyebutkan Islam
Indonesia adalah Islam Flowery atau Islam yang berbunga-bunga alias
beragam. Wajah Islam Indonesia adalah wajah Islam yang tersenyum,
toleran, akomodatif dan inklusif. Islam Indonesia melekat dalam budaya,
sehingga tak bisa dipisahkan. Dia juga memandang Islam Indonesia sebagai
“Islam with a smiling face” yang penuh damai dan moderat, sehingga tidak
ada masalah dengan modernitas, demokrasi, HAM dan kecenderungan-
kecenderungan lain di dunia modern. Islam Indonesia adalah Islam yang
melekat dengan budaya. Sementara budaya Indonesia adalah toleran,
tenggang rasa, mengalah dan sebagainya.
Azyumardi Azra juga menyebut kedatangan Islam ke Asia
Tenggara melalui proses vernakularisasi yaitu pembahasan kata-kata atau
konsep kunci dari bahasa Arab ke bahasa lokal yaitu bahasa Melayu, Jawa,
Sunda dan bahasa Indonesia. Kemudian proses ini diikuti pribumisasi
(indigenisasi), sehingga Islam menjadi tertanam (embedded) dalam budaya
Indonesia.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


a. Kelebihan
Di dalam jurnal yang berjudul “ISLAM ASIA TENGGARA: AKAR
HISTORIS DAN DISTINGSI yang ditulis oleh Jumal Ahmad terdapat beberapa
kelebihan yaitu:

18
1. Jurnalnya menjelaskan secara terperinci bagaimana penyebaran islam di
asia tenggara
2. Bahasa yang digunakan sudah terbilang cukup bagus
b. Kekurangan
1. Masih banyak terdapat kesalahan pada pengetikan dalam penulisan
2. Konten makalahnya hanya lebih menjelaskan tentang bagaimana
penyebarannya, di jurnalnya tidak menjelaskan lebih spesifik tentang
islam di negara-negara ASEAN

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kritik dan Saran


Penyebaran agama islam dia Asia Tenggara melalui perdagangan,
perkawinan, pendidikan, yang dimana penyebarannya tidak dilakukan di
Nusantara saja, tetapi di negara Asia Tenggara.
Dalam memgkritik buku diharapkan penulis dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis dan pembaca dalam konteks sejarah Islam di Asia
Tenggara.
Saran dari saya seperti yang dibilang penulis buku Sejarah dan
Kebudayaan Islam di Asia Tenggara bahwa buku ini sangat sesuai digunakan
sebagai buku ajar mata kuliah wajib pada konsentrasi Asia Tenggara, jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI).

20
RUBRIK PENILAIAN CRITICAL BOOKS

Nama : Muhammad Fahmi


NIM : 0105182248
EMAIL : fahmipkpk4@gmail.com
NO. HP : 082276425544

NO ASPEK KRITERIA SKOR


Lengkap (Judul asli,buku pengarang,
penerjemah, nama penerbit, tempat 30
1 ISI terbit, cover buku, harga buku).
Kurang lengkap dalam data buku (dalam
data identitas tidak tercantum dimensi 23
buku)
Struktur atau sistematika urutan dan
2 STRUKTUR penempatan bagian-bagiannya benar, 20
tidak ada yang letaknya terbalik
Menggunakan bahasa baku, kalimat
3 BAHASA efektif dan komunikatif, diksi variatif, 27
tepat, dan menarik, tidak ada kalimat
yang ambigu
Ada beberapa kesalahan ejaan, ketikan, 17
FORMAT dan penentuan jenis
4 DAN Margin pas format pengetikan benar dan
MEKANISME konsisten 15

Jumlah 132

21
RUBRIK PENILAIAN CRITICAL JOURNAL

Nama : Muhammad Fahmi


NIM : 0105182248
EMAIL : fahmipkpk4@gmail.com
NO. HP : 082276425544

NO ASPEK KRITERIA SKOR


Lengkap (judul, abstrak, nama dan
afiliasi penulis beserta email, cover
1 ISI jurnal, daftar isi jurnal, nama jurnal, no. 30
ISSN jurnal, garis besar isi jurnal, daftar
pustaka, kelebihan dan kekurangan,
serta rekomendasi dari isi jurnal) dan
dideskripsikan secara jelas.
Struktur atau sistematika urutan dan
2 STRUKTUR penempatan bagian-bagiannya benar, 20
tidak ada yang letaknya terbalik
Menggunakan bahasa baku, kalimat
3 BAHASA efektif dan komunikatif, diksi variatif, 27
tepat, dan menarik, tidak ada kalimat
yang ambigu
Ada beberapa kesalahan ejaan, ketikan, 17
FORMAT dan penentuan jenis
4 DAN Margin pas format pengetikan benar dan
MEKANISME konsisten 15

Jumlah 109

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.Jumal, Jurnal, Islam Asia Tenggara: Akar Historis Dan Distingsi


Dr. H. Saifullah, SA. MA., 2010, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia
Tenggara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

23

Anda mungkin juga menyukai