Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan
Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya.Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas.
Dalam proses penyusunan tugas ini pasti menjumpai hambatan, namun berkat dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan kami, paper ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya
dan dapat membantu teman-teman yang lain dikemudian hari. Akhir kata, kami memohon maaf
apabila dalam penulisan paper ini terdapat banyak kesalahan.
Kelompok
1
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN………............................................................................................3
A. Pengertian Konstitusi.....................................................................................................6
B. Hubungan antara Dasar Negara dengan
Konstitusi.......................................................................................................................8
C. Sifat dan Fungsi Konstitusi...........................................................................................10
D. Tujuan Konstitusi..........................................................................................................11
E. Pentingnya Konstitusi dalam
Negara...........................................................................................................................13
F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia…...…………………………....…………14
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………....16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya
merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar
(konstitusi). Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan
dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Dalam arti
tengah : konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik yang tertulis
Dalam arti sempit : konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa
dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi
bersumber dari dasar Negara, norma hukum dibawah dasar Negara isinya tidak boleh
bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang
terkandung dalam dasar Negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dari Negara. Jadi kaitan
antara dasar Negara dengan konstitusi adalah dasar Negara menjadi sumber bagi penyusunan
konstitusi. Konstitusi sebagai norma hukum dibawah dasar Negara baru bersumber dan berdasar
3
pada dasar Negara.Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak
bisa diabaikan.
Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu
bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti
apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses
perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan
wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai
keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
2. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs. Belanda) –
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama
dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan
undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu
4) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat
politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata lain konstitusi
6
dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak
Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum
dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari
dua unsur tersebut. Sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
b. Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang dasar dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan
dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum
atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang undang dasar, hal tersebut
dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi
tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis,
7
sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar
yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.
Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai
peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berkaitan erat dengan konstitusi atau undang-
undang dasar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV
bahwa “...dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
Para pendiri negara Republik Indonesia yang arif dan bijaksana telah berhasil
meletakkan dasar negara yang kokoh dan kuat, yaitu Pancasila. Pancasila digali dari bumi
pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Dalam tiga UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu Pancasila ditetapkan
8
sebagai dasar negara Indonesia. UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, semua
negara). Pancasila sebagai dasar negara mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
Indonesia Tahun II No. 7 oleh PPKI tanggal 13 Agustus 1945. Secara formal yuridis,
Pancasila dijadikan dasar filsafat negara Republik Indonesia karena inti dari Pembukaan
Pancasila sebagai dasar negara yang fundamental menjadi dasar atau fondasi perumahan
bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang
1945 yang diuraikan secara terperinci dalam pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah seperti yang tercantum pada alenia
keempat pada UUD 1945 menegaskan “...maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia
itu dalam suatu undang-undang dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
9
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan
Pada tanggal 18 Agustus 1945, berdirilah secara resmi bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan mendapat pengakuan dari berbagai negara. Oleh karena itu, UUD
1945 yang memuat nilai dasar Pancasila dijadikan landasan konstitusi rakyat.
Dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 memuat dasar filsafah negara
Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal
tersebut harus diketahui dan dipahami serta dihayati oleh bangsa Indonesia.
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi
negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya
Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk
diubah kapanpun.
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat,
terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa
dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan
sebagai:
10
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi
merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama
bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan
strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok
ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan
para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri
D. Tujuan Konstitusi
terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
11
1. Jaminan hak-hak manusia.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah
yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut
aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan
tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tujuan, yaitu :
12
E. Pentingnya Konstitusi dalam Negara
Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk,
maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu
konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus
ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru
2) Wilayah Tertentu
13
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya
fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi
(naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua,
dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang
atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau
lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi
dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan UUD,
yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus
hadir;
Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang
hadir.
Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:
Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara;
Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh
2/3 dari sejumlah anggota MPR;
Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
14
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi
bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya
prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 - 5Juli
1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember
2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001 - 10
Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis
(undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.
16
Daftar Pustaka
Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.
Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM
dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
17