Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya.Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas.
Dalam proses penyusunan tugas ini pasti menjumpai hambatan, namun berkat dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan kami, paper ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya
dan dapat membantu teman-teman yang lain dikemudian hari. Akhir kata, kami memohon maaf
apabila dalam penulisan paper ini terdapat banyak kesalahan.

Denpasar, 04 November 2016

Kelompok

1
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN………............................................................................................3

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..…3


B. Rumusan Masalah...............………………………………………………...…………4
C. Tujuan..........................…………………………………………………….………….4

BAB II. PEMBAHASAN........................………………………………………....................6

A. Pengertian Konstitusi.....................................................................................................6
B. Hubungan antara Dasar Negara dengan
Konstitusi.......................................................................................................................8
C. Sifat dan Fungsi Konstitusi...........................................................................................10
D. Tujuan Konstitusi..........................................................................................................11
E. Pentingnya Konstitusi dalam
Negara...........................................................................................................................13
F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia…...…………………………....…………14

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................16

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………....16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah

mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya

merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan

negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar

(konstitusi). Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan

dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Dalam arti

tengah : konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis.

Dalam arti sempit : konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa

dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi

bersumber dari dasar Negara, norma hukum dibawah dasar Negara isinya tidak boleh

bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang

terkandung dalam dasar Negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dari Negara. Jadi kaitan

antara dasar Negara dengan konstitusi adalah dasar Negara menjadi sumber bagi penyusunan

konstitusi. Konstitusi sebagai norma hukum dibawah dasar Negara baru bersumber dan berdasar

3
pada dasar Negara.Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak

bisa diabaikan.

Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu

bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen

bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara

mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti

apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses

perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah

merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan

wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai

keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil

perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan

memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konstitusi ?

2. Bagaimana hubungan antara dasar negara dengan konstitusi?

3. Apa saja sifat dan fungsi konstitusi ?

4. Apa tujuan konstitusi ?

5. Bagaimana pentingnya konstitusi dalam negara ?

6. Bagaimana perubahan konstitusi di Negara Indonesia ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi

4
2. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.

3. Untuk mengetahui sifat dan fungsi konstitusi

4. Untuk mengetahui tujuan konstitusi

5. Untuk mengetahui pentingnya konstitusi dalam negara

6. Untuk mengetahui perubahan konstitusi di Negara Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs. Belanda) –

constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa

Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut

makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi

menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan

peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut

ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa

konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.

2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama

dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan

sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.

3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan

undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang

tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu

pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

4) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat

politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata lain konstitusi

6
dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak

rakyat dan hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan dari

ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum

dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari

dua unsur tersebut. Sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum

dasar yang tidak tertulis / Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek

penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :

a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara

b. Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang dasar dan berjalan sejajar.

c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan

dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat

aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum

atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau

UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya

adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang undang dasar, hal tersebut

dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi

tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis,

7
sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar

yang tidak tertulis.

Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:

Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang

mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.

Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi

yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.

Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai

peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.

Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok

penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Hubungan antara Dasar Negara dengan Konstitusi

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berkaitan erat dengan konstitusi atau undang-

undang dasar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV

bahwa “...dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil

dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.”

Para pendiri negara Republik Indonesia yang arif dan bijaksana telah berhasil

meletakkan dasar negara yang kokoh dan kuat, yaitu Pancasila. Pancasila digali dari bumi

Indonesia sendiri dan mewariskan landasan konstitusional kepada bangsanya. Kemudian,

pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI). Dalam tiga UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu Pancasila ditetapkan

8
sebagai dasar negara Indonesia. UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, semua

pembukaan atau mukadimahnya mencantumkan Pancasila. Dasar negara Pancasila selalu

dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional negara Indonesia (Pancasila sebagai ideologi

negara). Pancasila sebagai dasar negara mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

Proklamasi 17 Agustus 1945, dan batang tubuh UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 diundangkan bersama-sama dalam berita kenegaraan Republik

Indonesia Tahun II No. 7 oleh PPKI tanggal 13 Agustus 1945. Secara formal yuridis,

Pancasila dijadikan dasar filsafat negara Republik Indonesia karena inti dari Pembukaan

UUD 1945, khususnya alenia IV, mencantumkan aspek penyelenggaraan pemerintahan

negara yang berdasarkan Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara yang fundamental menjadi dasar atau fondasi perumahan

bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang

tertulis mempunyai kekuatan hukum yang mengikat kepada pemerintah, lembaga-lembaga

negara, dan masyarakat warga negara Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara. Selanjutnya nilai-nilai Pancasila menjiwai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus

1945 yang diuraikan secara terperinci dalam pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam

pasal-pasal UUD 1945.

Rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah seperti yang tercantum pada alenia

keempat pada UUD 1945 menegaskan “...maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia

itu dalam suatu undang-undang dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang

Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang

9
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, berdirilah secara resmi bentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan mendapat pengakuan dari berbagai negara. Oleh karena itu, UUD

1945 yang memuat nilai dasar Pancasila dijadikan landasan konstitusi rakyat.

Dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 memuat dasar filsafah negara

Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal

tersebut harus diketahui dan dipahami serta dihayati oleh bangsa Indonesia.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi

negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya

perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika masyarakatnya.

Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk

diubah kapanpun.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian

rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah

sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat,

terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa

kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.

Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai

dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan

sebagai:

1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

10
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi

merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama

bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan

strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok

ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan

para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri

negara ( the founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi

penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

D. Tujuan Konstitusi

Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-

wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan

pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi

merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate pembatasan

terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara

maupun setiap penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan

menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang

berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham

tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan

pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap

penduduk di pihak lain.

Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,

menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:

11
1. Jaminan hak-hak manusia.

2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar.

3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:

1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.

2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

3. Peradilan yang bebas dan mandiri.

4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama

dari asas kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah

yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut

demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan

aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan

tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut

paham konstitusi demokrasi.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga

tujuan, yaitu :

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus

pengawasan terhadap kekuasaan politik;

2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;

3. Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa

dalam menjalankan kekuasaannya.

12
E. Pentingnya Konstitusi dalam Negara
Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk,

maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu

konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus

tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.

Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het

Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan

bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus

ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi

penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting

kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang

yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.

Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru

riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:

1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,

2) Wilayah Tertentu

3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan

4) Pengakuan dari negara-negara lain.

13
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya

fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar

yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi

(naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua,

dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang

atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau

lembaga diktator.

Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi

dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang

mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan

kekuatan hukum pada konstitusi.

F.Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia

Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan UUD,
yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
   Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus
hadir;
   Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang
hadir.
Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:
   Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara;
   Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh
2/3 dari sejumlah anggota MPR;
   Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

14
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi
bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya
prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 - 5Juli
1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember
2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001 - 10
Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis
(undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

16
Daftar Pustaka

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM
dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

http://id.wikipedia.org/wiki/konstitusi. Diakses : 16 Februari 2014


http://marsaja/wordpress.com/konstitusidiindonesia. Diakses : 18 Februari 2014
http://blog.unila.ac.id/redha/pengertian-konstitusi. Diakses : 17 Februari 2014

17

Anda mungkin juga menyukai