Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pengaruh Ideologi Pancasila Terhadap Ideologi Nasionalisme

Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu: Romli M.Pd.

Disusun Oleh :
NEVI NIA AGUSTINA ( 1904030007 )
Kelas B

JURUSAN BIMBINGAN PENYUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN,ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)METRO LAMPUNG
TAHUN2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad saw. yang menjadi tauladan para umat manusia yang
merindukan keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi
tugas akhir yang diberikan oleh bapak dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
dengan mengusung judul Pengaruh Ideologi Pancasila Terhadap Ideologi
Nasionalisme
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak
seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta
berdayaguna di masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Wa’alamualaikum Wr.Wb

Metro, 06 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara ...................................................... 2
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme ..................................... 4
C. Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila.................................................... 8
D. Sejarah Nasionalisme ........................................................................... 9
E. Pengertian Nasionalisme ..................................................................... 10
BAB IIIPENUTUP ......................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Pancasila pada hakikatnya
merupakan hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok
orang.Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.Melalui
pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis dan menjawab masalah – masalah yang dihadapi
oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan
cita – cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD
1945.
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia.Dengan pedoman
Pancasila para pendahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan
kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak ideologi lain yang
berkembang di dunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme
dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan ideologi
Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan
ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
2. Apa pengertian Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme?
3. Bagaimana Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau
idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran.Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang
gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).1
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya
serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman
yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak
benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinamakan Pancasila itu kemudian
diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan
memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang
diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian
kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari
pusat sampai ke daerah-daerah.
Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila
tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali
dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana
manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada

1
Al-Marsudi, Subandi. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 57

2
sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup
dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan
ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan
dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama
manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa pentingnya arti
persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah
bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan
bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan
berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara
bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi antara hak
dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.2
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia
mewujudkan suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat
Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah
sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan
sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing
dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini. maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang
melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum
yakni hukum yang berlaku di Indonesia.
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme
1. Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama.Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa
pada abad pertengahan.Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua

2
Ibid, h. 58

3
karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam
suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam
system ini bersifat statis dan sukar berubah.3
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi
Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan
(abad V-XV).Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari
batasan (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. Ini berkebalikan
total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja
mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang
bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama.Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas,
ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang
relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak
adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.Oleh karena itu paham
liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam
sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan
kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal
International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui
demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan
politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar,
bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas,
yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan
menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.4
Ciri-ciri ideologi liberalisme
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik

3
Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara hlm 245
4
Deliar Noer. Pemikiran Politik di Negeri Barat. (Mizan Pustaka.1997), h. 23

4
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan
3. berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
4. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan
5. yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar
membuat
6. keputusan diri sendiri.
7. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang
buruk.
8. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar individu berbahagia.
9. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat
dilanggar oleh kekuasaan manapun..
2. Sosialisme
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan
tahun yang lalu.Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius
(teman).Jadi sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip
pengendalian modal, produksi dan kekayaan oleh kelompok.
Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831
dalam sebuah artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet.Pada masa ini
istilah sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme,
terutama oleh pengikut-pengikut Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme
Prancis.Saint-Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan
yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels
mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk
membedakan diri dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx
dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya
sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional
untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh
karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk
5
membedakan antara sosialisme dan komunisme.Menurut mereka,
sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai
komunisme.Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas
adalah tujuan akhir sejarah.Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah
tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya
pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap
sosialisme.5
Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20,
sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan.Secara kasar pembagian
tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah
Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme.Harus
diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat begitu banyak
varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini.Sebagai
contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi
Komunisme dan berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme.Disisi lain
Marxisme berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para
pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970an. Sama halnya dengan
anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme
mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon dan anarkis
kolektivis seperti Mikhail Bakunin.Anarkisme juga memberi angin bagi
tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di
Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri
seperti halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis.
Beberapa yang menganut sosialisme juga seperti halnya partai-partai
buruh seperti di Inggris dan Itali
Ciri khas ideologi sosialisme
Sosialisme lahir sebagai akibat perkembangan
kapitalisme.Sosialisme merupakan suatu paham yang menjadikan
kebersamaan sebagai tujuan hidup manusia dan mengutamakan segala

5
Setiadi, Elly M..Pendidikan Pancasila. (Jakarta : Gramedia2003), h. 34

6
aspek kehidupan bersama manusia.Kepentingan bersama dan kepentingan
individu harus dikesampingkan.Negara harus selalu campur tangan dalam
segala kehidupan, demi tercapainya tujuan negara.
Kesengsaraan kaum buruh akibat penindasan kaum kapitalis
menimbulkan pemikiran para cendekiawan untuk mengusahakan
perbaikan nasib.6
Adapun ciri khas sosialisme sebagai berikut :
a. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.
b. Mencapai kesejahteraan dengan cara damai dan demokratis.
c. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib
buruh dengan luwes secara bertahap.
d. Negara diperlukan selama-lamanya.

C. Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila


Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
kesatuan republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan
budaya (cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu
yang sudah mendarah daging dalam kehidupanehari-hari bangsa
Indonesia.Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalammenghadapi
perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga
pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu:7
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang majemuk.

6
L. Andriani Purwastuti,. Pendidikan Pancasila(. Yogyakarta : UNY Press, 2002), h. 56
7
Ibid, h. 23

7
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalampembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa
dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja
terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya,
yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan
sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama
sebagai alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus
tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan
aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama
sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum
dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini
akan menentukan apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau
berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya “The
End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah
bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam
musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila
bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat
penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila
sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para
pendukungnya.Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka
8
yang tidak bersifat doktriner ketat.Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun
nilai praktisnya harus bersifat fleksibel.Ketahanan ideologi Pancasila harus
menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga
nilai – nilai tersebut.Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai
upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya
tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus
pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan
tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan
pancasila.

D. Sejarah Nasionalisme
Teori-teori menyebutkan bahwa Nasionalisme dan nilainya berasal dari
Eropa. Sebelum abad ke-17, pada saat itu belum ada negara nasional pun di
Eropa. Negara-bangsa (nation-states) baru lahir pada abad ke-18 dan awal abd
ke-19. Negara bangsa adalah negara-negara yang lahir karena semangat
Nasionalisme.
Semangat Nasionalisme yang pertama muncul di Eropa adalah
Nasionalisme Romantis ( romantic nationalsm ) yang kemudian dipercepat
oleh munculnya revolusi Perancis dan penaklukan daerah – daerah selama era
Napoleon Bonaparte. Beberapa gerakan Nasionalisme pada waktu ini bersifat
separatis, karena kesadaran Nasionalisme mendorong gerakan untuk
melepaskan diri dari kekaisaran atau kerajaan tertentu. Misalnya, setelah
kejatuhan Napoleon Bonaparte, Kongres Wina ( 1814-1815 ) memutuskan
bahwa Belgia yang sebelumnya dikuasai Perancis menjadi milik Belanda, dan
15 tahun kemudian menjadi negara nasional yang merdeka. Dan revolusi
9
tahun 1821-1829 dimana Yunani ingin melepaskan diri dari belenggu
kekuasaan kekaisaran Ottoman dari Turki.
Semangat Nasionalisme menyebar ke seantero Dunia dan mendorong
Negara-negara Asia-Afrika memperjuangkan kemerdekaannya. Ini terjadi
setelah Perang Dunia I dan selama perang Dunia II. Hanya dalam 25 tahun
pasca Perang Dunia II, ada sekitar 66 negara-negara bangsa yang lahir.
Indonesia termasuk salah satu dari negara bangsa yang baru lahir pasca Perang
Dunia II ini.
Terbentuknya Nasionalisme melalui beberapa fase, yaitu :
Nasionalisme awalnya muncul pada masa kejayaan Yunani, yaitu cita –
cita sebagai bangsa terpilih, kenangan masa lampau, dan harapan masa depan,
serta peran terdepan bangsa mereka. Sebagai bangsa pembangunan peradaban.
Munculnya benih kesadaran nasional setelah adanya peristiwa Renaissance
dan reformasi pada abad ke-14. Pada abad ke-17 muncul Nasionalisme di
Inggris yang di ikuti dengan munculnya Nasionalisme di Amerika dan
Perancis pada abad ke -18. Pada pertengahan abad ke -19 Nasionalisme
semakin berkembang di Eropa dari Nasionalisme yang awalnya bersifat
kemanusiaan berubah menjadi agresif dan memusuhi bangsa lain. Sejak saat
itu muncul lah negara-negara yang berusaha melakukan imperialisme dan
kolonialisme. Nasionalisme Eropa terjadi pada masa transisi dari masyarakat
feodal ke masyarakat industri yang menghasilkan paham kapitalisme dan
liberalisme.
Nasionalisme yang muncul di Eropa berbeda dengan Nasionalisme
yang muncul di Asia sebab Nasionalisme di Asia muncul sebagai reaksi
terhadap Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Eropa. Mereka
menumbuhkan Nasionalisme untuk melawan penjajah. Sementara itu
Nasionalisme di Indonesia terasa pengaruhnya saat perang untuk memperoleh
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

E. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah Negara ( dalam bahasa Inggris “ nation” ) dengan
10
mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para
nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa “ kebenaran
politik ” ( political legitimacy ). Bersumber dari teori Romantisme yaitu,
Identitas Budaya, Debat Liberalisme yang mengganggap kebenaran politik
adalah bersumber dari kehendak Rakyat atau gabungan kedua Teori ini.
Ikatan Nasionalisme tumbuh di tengah Masyarakat saat pola pikirnya
mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam
suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri
mempertahankan diri untuk mendorong mereka untuk mempertahankan
negerinya. Tempatnya hidup dan menggantungkan diri.
Semenjak itu cikal bakal tumbuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan
bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan bahwa saat
ada ancaman dari pihak asing yang hendak menyerang atau mengambil
wilayahnya, dengan adanya ancaman tersebut seluruh kesatuan kelompok
hewan akan mengerahkan kekuatan mereka bertarung melawan pihak asing
untuk wilayah mereka. Manusia juga demikian apabila ada kekuatan asing
yang mencoba berkonflik dengan mereka, semangat Nasionalisme mereka
akan menguat satu dengan lainnya untuk mempertahankan Negara mereka.
Dalam zaman modern ini, Nasionalisme merujuk kepada amalan politik
dan kemiliteran yang berlandaskan Nasionalisme secara etnik serta
keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para Ilmuwan Politik biasanya
menumpukkan penyelidikan mengenai paham Nasionalisme. Ada beberapa
tokoh atau ahli mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme:
1. Menurut Ernest Renan :
Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara
2. Menurut Otto Boeur :
Nasionalisme adalah suatu persatuan perangi atau karakter yang timbul
karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Kohn :
Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan llain Nasionalisme adalah formalisasi
(bentuk) dan Rasionalisasi dari kesadaran Nasional Berbangsa dan
11
Bernegara sendiri. Dan kesadaran Nasional inilah yang membentuk Nation
dalam arti politik, yaitu negara Nasional.
4. Menurut L Stoddard :
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian
terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara beresama di dalam suatu bangsa.
5. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History
and Politics mengemukakan empat unsur Nasionalisme :
a) Hasrat untuk mencapai kesatuan
b) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
c) Hasrat untuk mencapai keaslian/ identitas
d) Hasrat untuk mencapai kehormatan Bangsa
Dari definisi-definisi itu nampak bahwa Negara dan bangsa adalah
sekelompok Manusia yang memiliki cita-cita bersama yang mengikat
warga negara menjadi kesatuan, memiliki sejarah hidup bersama sehingga
tercipta rasa senasib sepenanggungan, memiliki adat, budaya, dan
kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama,
menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah, dan
terorganisir dalam suatu pemerintah yang berdaulat sehingga mereka
terikat dalam suatu masyarakat hukum.
6. Menurut Louis Snyder :
Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual. Suatu Negara Kebangsaan akan menjadi
kuat apabila timbul nafsu untuk mengembangkan Negaranya. Nafsu untuk
berkuasa itu mendorong negara tersebut memperkuat Angkatan Perang.
Apabila telah merasa diri mereka kuat, maka berbagai alasan dicari-cari
sehingga bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya. Semangat dan nafsu
untuk berkuasa atas Bangsa lain ini merupakan saah satu sebab adanya
Kolonialisme dan Imperialisme.

12
1. Makna Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran
Nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa,
baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan
maupun sebagai suatu Bangsa dan Negaranya. Kita sebagai warga
Indonesia. Sudah tentu merasa bangga dan mencintai Bangsa dan Negara
Indonesia. Rasa bangga dan kecintaan kita terhadap Bangsa dan Negara
tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa
dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat Nasionalisme yang
berlebihan atau nama lainnya Chauvinisme tetapi kita harus
mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja
sama dengan bangsa lain.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah Chauvinisme suatu sikap
yang meninggikan Bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargainya
Bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai –
beraikan Bangsa yang satu dengan Bangsa yang lain. Sedangkan dalam
arti luas Nasionalisme merupakan Nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap Bangsa dan Negara, dan sekaligus
menghormati Bangsa lain.

2. Beberapa Bentuk Nasionalisme


Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham
Negara atau gerakan ( bukan negara ) yang populer berdasarkan pendapat
warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut
lazimnnya berkaitan dan kebanyakan teori Nasionalisme
mencampuradukkan sebagian atau semua elemen.
 Nasionalisme Kewarganegaraan (nasional sipil).
nasional kewarganegaraan adalah nasionalisme dimana Negara
memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, “
kehendak rakyat “ dan “ perwakilan politik ”.

13
 Nasionalisme Etnis.
nasional etnis adalah nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat
 Nasionalisme Romantik (nasionalisme organik, nasionalisme
identitas).
Nasional Romantik merupakan lanjutan dari Nasionalisme etnis
dimana negara memperoleh kebenaran politik yang menjadi “organik
“ hasil dari bangsa atau ras, menurut semangat Romantisme.
Nasionalisme Romantik adalah bergantung kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik, kisah tradisi yang
telah direka untuk knsep nasionalisme romantik.
 Nasionalisme Budaya
Nasionalisme Budaya merupakan Nasionalisme dimana negara
negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menggap negara
adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah diibelakangkan
dimana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih
dianggap sebagai rakyat Negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing
untuk menggunakan adat-istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan
Budaya Tionghoa. Nasionalisme. Akibatnya banyak Rakyat Taiwan
mengaggap diri mereka Nasionalis Tiongkok sebab persamaan
budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintah RRT
berpaham Komunisme.
 Nasionalisme Kenegaraan
ialah variasi Nasionalisme kewarganegaraan selalu digabungkan
dengan Nasionallisme Etnis. Perasaan Nasionalitik akan kuat
sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan
kebebasan.

14
 Nasionalisme Agama
ialah nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan Agama. Walaupun begitu, lazimnya Nasionalisme etnis
adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

3. Nasionalisme Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan
agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa
Indonesia, tinggi ataupun rendahnya rasa Nasionalisme Indonesia
ditimbulkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya rasa Nasionalisme tersebut antara
lain pengaruh budaya-budaya Barat yang dengan sangat mudahnya masuk
dan mempengaruhi Budaya Indonesia yang jati dirinya adalah Budaya Timur.
Adapula faktor ekonomi yang mempengaruhi rasa Nasionalisme bangsa
Indonesia. Terlepas dari faktor-faktor tersebut sebenarnya dalam sejarah
Bangsa menyebutkan bahwa rasa Nasionalisme pada jaman penjajahan lebih
tinggi dari pada saat ini, memang tidak bisa dipungkiri hal tersebut membuat
bangsa Indnesia dapat terlepas dari penjajahan Belanda yang tentu saja dulu
dapat dibilang di pelopori oleh para Pahlawan Reformasi Indonesia.
Nasionalisme sendiri banyak jenisnya, di Indonesia sendiri saat ini lebih
mengarah pada jenis Nasionalisme Kontrarevolusioner yang transparan dapat
dilihat oleh kaum awam, karena elit Politik kita selalu saja merasa dirinya
benar dan apabila melihat sesuatu tidak sesuai dengan kepentingannya
mereka tidak akan sungkan untuk melawan musuhnya. Selama ini
Nasionalisme yang digunakan oleh penguasa adalah jenis Nasionalisme
artikuaris, yaitu Nasionalisme yang selalu mengkaitkan dengan masa
sekarang terlebih masa depan.
Nasionalisme yang selalu mengagung-agungkan sejarah dan kebudayaan
bangsa, namun pelaksanaannya pada keadaan aktual justru nol atau
sebaliknya, menginjak – injak Budaya dan sejarah Bangsa serta
memanfaatkannya untuk kepentingan kekuasaan. Maka jual beli ideologi dan
penghianatan atas kepercayaan rakyat tidak dihindarkan. Hubungan antara
15
nilai-nilai antik yang dimuliakan itu dan tingkah laku sosial-politik kian
serba tidak jelas, seringkali sambil membanggakan kebudayaan bangsa,
dengan mudahnya mencabut nyawa orang. Atau sambil menyerukan
toleransi, tanpa malu-malu menculik orang – orang yang berbeda pendapat
dan mencuri uang milik rakyat serta merampas tanah penduduk.
a. Nasionalisme Pancasila milik Indonesia
Pada prinsipnya Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip Nasionalisme Bangsa
Indonesia dilandasi nilai – nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa:
1. Menempatkan persatuan-kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan.
2. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan
Negara.
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air indonesia tidak
rendah diri.
4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
sesama manusia dan sesama bangsa.
5. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia.
6. Mengembangkan sikap tenggang rasa
7. Tidak semena – mena terhadap orang lain
8. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
10. Berani membela kebenaran dan keadilan.
11. Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat
manusia.
12. Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan lain.

16
4. Krisis Nasionalisme
Indonesia selama ini tengah menghadapi krisis Nasionalisme di berbagai
wilayahnya. Pemberontakan terjadi di beberapa wilayah Indonesia hingga
perpecahan yang terjadi sejak awal kemerdekaan Bangsa Indonesia hingga
sekarangDI/TII Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan, pemberontakan di daerah seperti, APRA, ANDI AZIS,
RMS, PRRI/PERMESTA, OPM, Pemberontakan Timor Leste yang akhirnya
terlepas dari NKRI merupakan pangkal soalnya adalah krisis nasionalisme
yang melanda bangsa ini. Pada hal sesungguhnya di tengah-tengah dunia yang
semakin mengglobal di mana batas-batas negara melebur Nasionalisme
tetaplah penting terutama untuk mempererat dan mempertegas kohesi Sosial,
cita – cita politik, sekaligus mengkonsolidasi cita – cita bersama.
Nasionalisme tidak hanya berkaitan dengan batas – batas negara ( batas
fisik maupun psikis ). Nasionalisme justru bermula dari “ rasa kebangsaan “
yang dapat menimbulkan kepekaan dan keprihatinan serta tanggung jawab
bersama senasib sepenanggungan. Dari situlah pentingnya membangun rasa
kebersamaan itu.
Solidaritas sosial yang kuat gotong – royong dan saling membantu. Dan
semuanya runtuh akibat krisis Nasionalisme dimana semua bermuara dari
hilangnya “rasa kebangsaan”.
Dihadapkan pada krisis masalah bangsa seperti yang diuraikan diatas,
Bangsa Indonesia ditantang untuk merefleksikan kembali komitmen awalnya
membentuk dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para
pemimpin seharusnya berusaha memahami hakekat masalah yang dihadapi,
menemukan berbagai alternatif solusi yang mungkin dikembangkan untuk
menjawab dan menyelesaikannya, memobilisir dukungan bagi keberhasilan
dari solusi-solusi yang dipilih serta melakukan pemertaan pembangunan di
seluruh nusantara agar tidak timbul kecemburuan sosial yang berujung pada
perpecahan atau pemberontakan.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah
bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia.Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan buah
pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara
sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara.Pancasila
sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan ide dan gagasan
serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan
bernegara, sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau
totaliter. Keduanya juga cenderung menutup mata akan adanya dampak
individualisme dan persaingan. Selain itu, jika dibandingkan dengan
Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme, yang
tingkah laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh
keuntungan maksimal lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah Negara ( dalam bahasa Inggris “ nation” )
dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa “
kebenaran politik ” ( political legitimacy ).

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Marsudi, Subandi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma


Reformasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Alfian dan Oesman O. 1992.Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai


Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Jakarta:
BP7.

Deliar Noer. 1997. Pemikiran politik di Negeri Barat. Mizan Pustaka.

Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.

L. Andriani Purwastuti,2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press,

Setiadi, Elly M.2003. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

19
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nevi Nia Agusningtias yang dilahirkan


di Tunas Jaya, 18 Agustus 2001, anak ke 1 dari 2
bersaudara.
Pendidikan yang pernah di tempuh penulis :
2007 – 2013 SDN 02 Tunas Jaya
2013 – 2016 SMP 01 Gunung Agung
2016 – 2019 SMAN 01 Gunung Agung
Dan sekarang sedang menempuh Pendidikan Strata 1 di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Metro, Lampung. Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam ( BPI )
Tahun Angkatan 2019.
Organisasi yang saat ini di ikuti adalah UKM Lembaga Keagamaan Kampus
(LKK).

20

Anda mungkin juga menyukai