SOSIOLOGI HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai, tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dengan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar terjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..............................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................5
C. TUJUAN PENULISAN............................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN .......................................................................13
B. SARAN.....................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan dan hukum meruapakan hal yang memiliki relevansi yang kuat, jika
hukum tanpa kekuasaan adalah lumpuh namun kekuasaan tanpa hukum merupakan
kekuasaan belaka. Hukum dan kekuasaan sebagai dua sistem kemasyarakatan.
Hukum dan kekuasaan sangat erat kaitannya.
Kekuasaan adalah kewenangan yang di dapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang
diberikan,kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang di peroleh
1
Lili rasjidi,dasar-dasar filsafat hukum,(bandung: citra aditya bakti, 1996), hal. 11.
atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok sesuai dengan keinginan dari pelaku.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
Pengertian hukum
Mengenai kapan lahirnya hukum pada suatu bangsa ada dua macam pendapat yang
berbeda. Menurut Van Apeldoorn, tentang kelahiran hukum itu ada yang berpendapat
bahwa hukum lahir sejak ada pergaulan manusia, dimana terdapat diseluruh dunia,
dimana terdapat pergaulan manusia.
Hukum pada dasar nya berpijak Pada hubungan antar manusia dalam dinamika
masyarakat, yang terwujud sebagai proses sosial pengaturan cara bertingkah laku.
Hakikat hukum bertumpu pula pada idea keadilan dan kekuatan moral.2 Hukum
negara bertujuan tidak hanya untuk memperolah keadilan namun juga untuk
mendapatkan kebahagiaan (eudaimonia) bagi semua warga negara.
Hukum dapat dikemukakan bahwa ada perbedaan pandangan diantara para ahli
hukum tentang hukum. Perbedaan pandangan itu dapat di lihat dari pengertian hukum
yang mereka kemukakan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meskipun
ada perbedaan pandangan, namun pengertian itu dapat di klasifikasikan dalam 4
kelompok yaitu:
2
Lili rasjidi, dasar-dasar filsafat hukum,(bandung: cipta aditya bakti, 1985), hal. 123 dan 124.
2. hukum diartikan sebagai asas-asas fundemental dalam kehidupan
masyarakat. Definisi hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan Salmond
yang mengatakan “ hukum merupakan kumpulan asas-asas yang diakui dan
diterapkan oleh negara di dalam pengadilan”.
3. hukum diartikan sebagai kaidah atau aturan tingkah laku dalam kehidupan
masyarakat. Vinogradoff mengartikan hukum sebagai seperangkat aturan yang
diadakan dan dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan
pelaksaanan kekuasaan atas setiap manusia dan barang. Pengertian yang sama
diartikan oleh Kantorowich, yang berpendapat bahwa hukum adalah suatu kumpulan
aturan sosial yang mengatur prilaku lahir dan berdasarkan pertimbangan.
Kaidah hukum
Di dalam teori-teori ilmu hukum, Dapat dibedakan tiga macam hal mengenai
berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal ini diungkapkan sebagai berikut:
1). Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan
pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah
ditetapkan (kaidah mati).
2). Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif.
Artinya, kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun
tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan) atau kaidah itu berlaku
karena adanya pengakuan masyarkat (aturan pemaksa)
3). Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi (hukum yang dicita-citakan).3
Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan dalam arti sosiologi dan spikologi dimasa sekarang berarti suatu
potensi untuk mempengaruhi masyarakat.4 seseorang pemimpin dianggap mempunyai
kekuasaan jika para pengikutnya mentaati putusannya dan keinginannya yang
berdasarkan adanya motivasi untuk menikmati suatu keuntungan dari apa yang di
berikan.
3
Prof. Dr. H. Zainuddin Ali,M.A. sosiologi hukum. Hal.62.
4
Koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi, (jakarta: rineka cipta, 2009), hal.110.
5
Leo Agustino, perihal memahami ilmu politik.(yogyajakarta: Graha ilmu, 2007), hal. 70.
Hubungan Hukum dan Kekuasaan
Pertama: hukum adalah kekuasaan itu sendiri yang mana diartikan “ konstitusi
sesuatu negara bukanlah undang-undang dasar tertulis melainkan hubungan-
hubungan kekuasaan yang nyata dalam suatu negara. Hukum tidak bisa berdiri
dengan sendirinya, dan memerlukan perhatian dan pertimbangan umtuk
memberikannya kepada masyarakat. Untuk menjalankan suatu pekerjaan tersebut
hukum membutuhkan suatu kekuatan pendorong ia membutuhkan kekuasaan.yang
mana kekuasaan ini memberikan kekuatan untuk menjalankan fungsi hukum. Dan
apabila hukum tanpa kekuasaan maka hukum akan tinggal sebagai keinginan-
keinginan ide-ide belaka.
Pelaksanaan hukum dan kekuasaan tidak boleh keluar dari konteks nilai-nilai
sosial masyarakat dan perinsip jati diri bangsa. Pengertian jati diri bangsa adalah
pandangan hidup yang berkembang didalam masyarakat yang menjadi kesepakatan
bersama, berisi konsep, perinsip dan nilai dasar yang diangkat menjadi dasar negara
sebagai landasan statis, ideologi nasional, dan sebagai landasan dinamis bagi bangsa
yang bersangkutan dalam menghadapi segala permasalahan menuju cita-citanya. Jati
diri bangsa indonesia tiada lain adalah pancasila yang bersifat khusus, otentik,dan
orisinil yang membedakan bangsa indonesia dari bansa lain.6
Hukum itu sendiri sebenarnya juga adalah kekuasaan. Yang mana merupakan
salah satu sumber daripada kekuasaan, disamping sumber-sumber lainnya seperti
kekuatan ( fisik dan ekonomi), kewibawaan ( rohaniah, intelegensia, dan moral). Baik
buruknya suatu kekuasaan, tergantung dari bagaimana kekuasaan tersebut di
pergunakan. Kekuatan (force) yang diperlukan ini dalam kenyataanya dapat berwujud
sebagai berikut:
e. kombinasi dari faktor-faktor diatas, yang mana diatur secara eksplisit dalam
kaidah-kaidah hukum positif.
6
Lili rasjidi & Ira Thania Rasjidi, pengantar filsafat hukum, (bandung: mandar maju. 2010), hal. 76-77.
Undang-Undang, ada ditangan pemerintah dan Dewan Perwakilan Daerah.
Kekuasaan kehakiman antara lain mempunyai fungsi antara lain mempunyai fungsi
untuk membentuk hukum.7
7
Ibid...,Hal.113-114.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ditinjau dari sudut ilmu politik, hukum merupakan suatu sarana dari elit yang
memegang kekuasaan dan sedikit banyaknya dipergunakan sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaan, atau untuk menambah serta mengembangkannya. Secara
sosiologis, elit tersebut merupakan golongan kecil dalam masyarakat yang
mempunyai kedudukan yang tinggi atau tertinggi dalam masyarakat dan biasanya
berasal dari lapisan atas atau menengah atas. Baik burukya suatu kekuasaan,
tergantung dari bagaimana kekuasaan tersebut di pergunakan. Artinya, baik buruknya
kekuasaan senantiasa harus diukur dengan kegunaanya untuk mencapai suatu tujuan
yang sudah ditentukan atau disadari oleh masyarakat tersebut lebih dahulu. Hal ini
merupakan suatu yang mutlak bagi kehidupan masyarakat yang tertib dan bahkan
bagi setiap bentuk organisasi yang teratur. Akan tetapi, karena sifat dan hakikatnya,
kekuasaan tersebut supaya dapat bermanfaat harus ditetapkan ruang lingkup, arah,
dan batas-batasnya. Untukn itu diperlukan hukum yang ditetapkan oleh penguasa itu
sendiri yang hendak dipegang dengan teguh.8
8
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H.,M.A. (Pokok-Pokok Sosiologi Hukum).hal.15.