Anda di halaman 1dari 30

Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

PENDAHULUAN

Hidraulika adalah bagian dari “hidrodinamika” yang terkait dengan gerak air atau
mekanika aliran yang terdiri dari dua aliran yaitu aliran saluran tertutup dan aliran
saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam banyak hal mempunyai kesamaan
tetapi berbeda dalam kesatuan penting. Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan
permukaan bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan
bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Dengan demikian aliran saluran
terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedangkan aliran
saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer.
Aliran Saluran Terbuka

Aliran saluran terbuka ( open channel flow) memiliki permukaan bebas ( free surface)
yang dipengaruhi oleh tekanan udara. Dengan adanya permukaan bebas pada saluran
terbuka, aliran air bergantung pada gaya gravitasi dan daya inersia alirannya. Jika pada
aliran tidak terdapat permukaan bebas dan aliran dalam saluran penuh, aliran yang
terjadi disebut aliran dalam pipa (pipe flow) atau aliran tertekan(pressurezed flow).
Aliran dalam pipa tidak terdapat tekanan atmosfer akan tetapi tekanan hidraulik.
Secara umum persamaan dasar yang dipakai untuk menganalisa debit aliran pada
saluran terbuka yang berlaku untuk suatu penampang saluran dapat dilihat dalam
rumus berikut.

Debit pada suatu penampang saluran untuk sembarang aliran dinyatakan dengan :

Q = V . A .................................................... (1-1)

Dimana :

Q = Debit (m3/detik)

V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas penampang saluran (m2/detik)

Untuk menghitung luas penampang saluran, dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:

A = b.h ....................................................... (1-2)

Dimana :

1
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

A = luas penampang saluran (m2)

b = lebar saluran (m)

h = Tinggi saluran (m)

Untuk kecepatan rata-rata digunakan rumus :

V = Q/(b.h) ................................................ (1-3)

Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas. Berdasarkan asal saluran dapat digolongkan menjadi saluran alamiah (natural)
yang meliputi semua alur yang terdapat secara alamiah di permukaan bumi dan saluran
buatan (artificial) yang meliputi semua alur air hasil buatan manusia, seperti drainase,
gorong-gorong, terusan, dan lain-lain.

Pada saluran terbuka, saluran alamiah (sungai), variable aliran sangat tidak teratur
terhadap ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran,
kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit, dan lain sebagainya. Zat cair yang
mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada dinding dan
dasar saluran.

Berdasarkan keadaan aliran, terdapat aliran laminar dan turbulen, yaitu jika partikel
zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak seperti gerakan serat-
serat atau lapisan-lapisan tipis yang parallel, maka alirannya disebut aliran laminar.
Sebaliknya jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan baik
ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya disebut aliran turbulen.
Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relatif antara gaya kekentalan
(viskositas) dan gaya innersia. Jika gaya viskositas dominan, alirannya laminar, jika
gaya innersia yang dominan, alirannya turbulen.

2
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Nisbah antara gaya kekentalan dan innersia dinyatakan dalam bilangan Reynold (Re),
yang didefinisikan sebagai :

Re = (V . D) / v : v = μ/ρ ......................... (1-4)

Dimana :
Re = bilangan Reynold

V = kecepatan aliran (m/dt)

D = diameter pipa visualisasi (m)

v = kekentalan kinematik air (m2/dt)

μ = kekentalan dinamis air (kg/m. dt)

ρ = kerapatan massa (kg/m3)

3
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL I

TEKANAN HIDROSTATIS

1.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman terhadap tekanan hidrostatis.
2. Untuk mengetahui pengaruh massa jenis zat cair terhadap tekanan hidrostatis
1.2. Ringkasan Tiori
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan dalam zat cair yang disebabkan oleh berat zat
cair itu sendiri. Sifat tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut :
a. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekananya semakin
besar
b. Pada kedalaman yang sama, tekanannya juga sama
c. Tekanan zat cair ke segala arah sama besar.

Gambar 1.1 Tekanan zat cair ke segala arah sama besar

Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis yaitu besarnya tekanan hidrostatis


zat cair dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kedalaman, massa jenis zat cair, dan
percepatan gravitasi. Persamaan tekanan hidrostatis dapat dirumuskan sebagai
berikut.

P = ρ. g. h ............................................ (1-5)
Dimana :
P : tekanan hidrostatis (Pascal)
ρ : massa jenis zat cair (kg/m3)
h : kedalaman dari permukaan zat cair (m)
4
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Hukum utama Hidrostatis yang menyatakan bahwa” semua titik yang berada pada
bidang datar yang sama dalam fluida homogen memiliki tekanan total yang
sama” . Jadi walaupun bentuk penampang tabung berbeda, besarnya tekanan total
di titik A, B, C , dan D adalah sama. Persamaan hukum utama hidrostatis dapat
diturunkan dengan rumus sebagai berikut.

P1 = P2

P0 + P1gh1 = P0 + P2gh2

P1gh1 = P2h2

1.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Tangki tandon air utama
2. Pompa air
3. Pipa Penyalur
4. Alat ukur tekanan
5. Mistar

Gambar.1.2. Instalasi Hidrostatis

1.4. Prosedur Kerja


2. Mengisi air ke dalam tandon sebanyak ¾
3. Dinyalakan pompa air yang berfungsi untuk mengalirkan air ke instalasi
pengukuran tekanan.
4. Diatur elevai muka air pada tabung pengukur dengan ring elevasi 10 s/d 50 cm
dengan cara membuka dan menutup kran regulator.
5. Dicatat ketinggian elevasinya air di tabung saat melakukan pengukuran tekanan
6. Dicatat besarnya skala ukur pada alat ukur yaitu dengan mengontrol pipa air
raksa sebagai penunjuk sekala tekanan.

5
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

7. Di ulangi proses pengukuran dengan beda-beda elevasi sampai 3 (Tiga) kali


dalam koridor Ring Elevasi di atas, agar dapat diketahui apabila terjadi
kesalahan pengukurannya.

1.5. Tugas
2. Hitung tinggi air penampang (H) Cm pada diameter 3cm, 5,5 c, dan 8,5 cm
3. Hitung tinggi air raksa (H)
4. Hitung volume air raksa

6
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL II

PERCOBAAN REYNOLD

2.1. Tujuan

1. Untuk memahami prinsip dasar bilangan Reynold

2. Untuk memahami fenomena aliran fluida dalam pipa

2.2. Ringkasan Tiori

Fluida sendiri adalah suatu zat yang dapat mengalir dan biasanya berwujud gas dan
cair. Pengelompokan jenis aliran fluida ini dapat dilakukan dengan memahami
prinsip dasar bilangan reynold. Berdasarkna bilangan reynold terdapat dua jenis
aliran yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliren laminar adalah aliran yang
pola alirannya lurus teratur dan berlapis-lapis, sedangkan aliran turbulen adalah
pola aliran yang pola alirannya tidak beraturan. Aliran laminar memiliki streamline
yang halus, sedangkan aliran turbulen memiliki bentu profil kecepatan yang acak
atau tidak beraturan. Aliran transisi berada di antara aliran laminar dan turbulen
sehingga dapat terlihat seperti aliran laminar maupun turbulen tergantung pada
konidisi pipa. Bilangan reynold atau Re untuk aliran incompressible dalam pipa
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Re = (V . D) / v : v = μ/ρ ........................... (1-6)


Dimana :

Re = bilangan Reynold

V = kecepatan aliran (m/dt)

D = diameter pipa visualisasi (m)

v = kekentalan kinematik air (m2/dt)

μ = kekentalan dinamis air (kg/m. dt)

ρ = kerapatan massa (kg/m3)

pada umumnya apabila Re<2000 disebut aliran laminar, dan Re>4000 aliran
turbulen dan jika 2000<Re<4000 disebut aliran transisi. Lebih spesifiknya seperti
pada fluida yang mengalir pada pipa turbular, untuk aliran laminar nila Re<2300

7
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Dan untuk aliran turbulen nilai Re>2300 dan aliran transisi ketika nila Re berada
pada 2300.

Gambar 2.1. Elemen Fluida Disebuah Pipa

2.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Meja hidraulika
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Termometer
5. Alat peraga “Osborne Reynold”

Gambar 2.2. Osborne Reynold

Keterangan :
1. Katup pengalir zat pewarna
2. Reservoir zat pewarna

8
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

3. Sekrup pengatur tabung halus


4. Pelimpah
5. Injektor pewarna
6. Corong pemulus aliran ke pipa. Kelereng peredam aliran
7. Pipa aliran keluar
8. Katup pengatur aliran melalui pipa kaca
9. Tangki tekanan
10. Pipa aliran masuk
11. Pipa kaca peraga aliran

2. 4. Prosedur Kerja
1. Tutup katup pengatur aliran pada pipa kaca peraga aliran dan ukur diameter pipa
peraga (visualisasi) aliran.
2. Hubungkan pipa aliran masuk dengan suplai meja hidraulika
3. Injektor pewarna diatur sampai tepat diatas corong pemulus aliran
4. Isilah tangki tekanan secara perlahan dengan membuka katup pengatur aliran pada
meja hidraulika sampai airnya melimpah melalui bagian pelimpah
5. Buka dan kemudian tutup kembali katup pengatur aliran pada pipa kaca peraga
aliran setelah pipa peraga tersebut terisi air
6. Hentikan suplai dari meja hidraulika dan diamkan dulu alat percobaan sedikitnya
selama sepuluh menit
7. Ukurlah dan catat temperatur air dengan termometer
8. Tutup katup pengalir zat pewarna dan isilah reservoir zat pewarna
9. Buka katup pengatur aliran pada meja hidraulika sedikit sehingga air mengalir
kecil dari pipa aliran keluar
10. Buka katup pengatur aliran pada pipa peraga secara perlahan, dan atur katup
pengalir zat pewarna sehingga terbentuk aliran perlahan yang hanya garis alir
berwarna tampak jelas
11. Bila garis alir telah tampak jelas, catatlah kondisi aliran zat pewarna secara visual,
volume air yang keluar dari pipa peraga dan waktu pengalirannya pada lembar
data yang tersedia dan ulangi sekali lagi pengukuran dalam keadaan aliran yang
tetap
12. Rubah untuk kondisi aliran yang lain dengan membuka katup pengatur aliran pada
pipa peraga secara perlahan. Bila garis alir telah mengalami perubahan dari
sebelumnya, catatlah kondisi aliran zat pewarna visual, volume air yang keluar

9
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

dari pipa peraga dan waktu pengalirannya pada lembar data yang tersedia dan
ulangi sekali lagi pengukuran dalam keadaan aliran yang tetap.

2.5. Tugas
1. Dari data pengukuran volume dan waktu, hitung dan buat tabulasi debit dan
kecepatan
2. Dari perhitungan di atas hitung dan buat tabulasi bilangan Reynolds masing-
masing kondisi aliran
3. Bandingkan kondisi aliran cucuran pewarna dengan harga bilangan “Reynold“
yang diperoleh.

10
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL III

PERCOBAAN BERNOULLY

3.1. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh tekanan terhadap laju air.

2. Menghitung laju air yang keluar

3. Membuktikan hukum Bernouly.

3.2. Ringkasan Tiori

Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi
yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan,
energi kinetik per satuan volume dan energi potensial per satuan volume memiliki
nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika m adalah massa
zat cair yang berpindah, ρ ( rho) adalah massa jenis zat cair, dan m/ρ adalah volume
zat cair yang berpindah, maka jumlah semua usaha yang menggerakkan zat cair
adalah sama dengan bertambahnya energi kinetik dan energi potensial. Hukum
Bernouly yaitu “ Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada
setiap titik dari suatu aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga konstan “.
Sehubungan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan Bernoully
tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

V12/2g + P1/ρg + Z1 = V22/2g + P2/ρg + Z2 ............................... (1-7)

Dimana :

V2/2g = tinggi kecepatan

P/ρg = tinggi tekanan

Z = tinggi tempat

Indeks 1, 2 = menunjukkan titik tinjauan

V = kecepatan aliran

g = percepatan gravitasi

11
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Pada alat percobaan / peraga ini :

Z1 = Z2 (pipa benda uji terletak horizontal)

P = ρ . g . h .......................................... (1–8)

Jadi bila mengikuti teori Bernoully, maka :

Total head (H) = V2/2g + h ………………………………………….. (1–9)

Konstan pada semua penampang sepanjang pipa uji.

3.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Stopwatch
2. Meja hidraulika
3. Alat peraga teori Bernoully

Gambar 3.1. Alat Peraga Teori Bernoully

Keterangan :

1. Pipa aliran masuk


2. Sekrup penghubung benda uji
3. Tabung manometer
4. Katup masuk untuk pemompaan
5. Bagian benda uji
6. Sumbat
7. Hipodermis untuk mengetahui total head pada setiap potongan melintang pipa
8. Kaki penyangga

12
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

9. Base board
10. Pompa tangan
11. Outlet dari benda uji
12. Katup pengatur aliran
13. Pengukur tekanan tambahan

3.4. Prosedur Kerja


1. Letakkan alat percobaan horizontal pada saluran tepi di atas meja hidraulika
dengan mengatur kaki penyangga
2. Hubungan alat dengan aliran suplai dari meja hidraulika dan arahkan aliran
yang keluar dari ujung outlet pipa benda uji ke dalam gelas ukur
3. Isi dengan hati-hati semua tabung manometer dengan air, hingga semua
kantung-kantung udara pada sambungan pipa keluar
4. Atur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup pengatur
aliran alat dan katup suplai pada meja hidraulika, sehingga diperoleh
kombinasi aliran tekanan yang sangat baik dan perbedaan tekanan tampak
jelas pada tabung manometer
5. Untuk menurunkan permukaan air dipakai pompa tangan guna menaikkan
tekanan udara di atas, cairan dalam pipa manometer
6. Catat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer dengan mistar
ukur. Ukur dan catat debit yang melewati benda uji dengan bantuan
stopwatch dan gelas ukur
7. Ulangi sekali lagi pembacaan volume dan waktu untuk mencari debit dalam
keadaan aliran yang tetap
8. Amati posisi pararel dari manometer, lalu alirkan air hingga diperoleh
perbedaan tinggi (kenaikkan) 1 cm.

3.5. Tugas
1. Dari data pengukuran dan waktu, hitung dan buat tabulasi debit, kecepatan,
pembacaan head statis pada tabung manometer serta total head masing-masing
pipa tekanan
2. Apa komentar anda mengenai kebenaran teori “Bernoully” pada sistem benda
uji tersebut.

13
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL IV

PERCOBAAN PINTU AIR

4.1. Tujuan

1. Menganalisa besarnya koefesien pengaliran, debit aliran, kecepatan aliran, dan


tekanan air .

2. Menggambarkan profil muka air dan grafik hubungan sifat-sifat aliran.

3. Menganalisa sifat aliran pada saluran tesebut baik secara perhitungan maupun
secara visual.

4.2. Ringkasan Tiori

Pintu air yang airnya mengalir melauli bagian bawah struktur dinamakan pintu air aliran
air aliran bawah, contohnya pintu air gesek tegak. Sebaliknya jika air mengalir diatas
struktur dinamakan pintu air aliran atas. Secara hidrolis contoh pintu air aliran atas adalah
sekat dan sejenisnya. Dengan menggunakan persamaan energi dapat ditunjukkan bahwa
besarnya debit pelepasan yang melalui pintu air aliran bawah adalah:

 V 
Q = C . d . b . a. 2.g y1   1  . ................................................. (4-1)
 2.g 

Dimana:
Cd = Koefisien debit
B = Panjang pintu air (m)
A = Tinggi bukaan pintu (m)
G = Gravitasi (9,81 m/dt)
Y1 = Kedalaman hulu aliran (m)
V1
 = Tinggi energi kecepatan aliran (m)
2. g

14
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

2
V1
2.g

 
2
V3
2.g

2
V2
y1
2.g y3

a
y2

Gambar 4.1 Pintu air aliran bawah

Aliran pelepasan dari pintu, mungkin (terendam) atau bebas, tergantung pada
kedalaman air bawah. Untuk keperluan studi eksperimen, pemakaian istilah tinggi
energi kecepatan tersebut dimasukkan dalam koefisien debit (Cd), jadi:

Q= Cd . d . b. a 2.g. y.2 .................................... (4-2)

Dimana:
Cd = Koefisien debit yang tergantung pada geometri struktur, koefisien konstruksi
(Cc) :

Cc = y2 / a ......................................................... (4-3)

Dimana:
Y2 = Kedalaman hilir aliran (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
Perbandingan e dengan Y1 merupakan fungsi dari besaran koefisien kecepatan
(Cc) :

Cv = a/Y1. ............................................................. (4-4)


Dimana:
a = Kedalaman hilir aliran (m)
Y1 = Kedalaman hulu aliran
Koefisien debit (Cd) untuk saluran terbuka dapat dinyatakan sebagai berikut:

15
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Cv.Cc
Cd  . .................................................. (4-5)
 a.Cc 
1  
 Y1 
Dimana:
Cv = Koefisien kecepatan
Cc = Koefisien kosraksi
a = Tinggi bukaan pintu (m)
Yi = Kedalaman hulu air (nn)
Untuk aliran tenggelam yang melalui pintu air dimana kedalaman hilir aliran lebih
besar dari pada tinggi bukaan pintu, persamanaan debit pada aliran tenggelamnya
tersebut dapat dinyatakan :

Q = Csf . b . a . 2.g. y1 . ................................................................ (4-6)

Dimana:
Csf = Koefisien debit untuk aliran tenggelam (dapat diperoleh dari gambar)
b = Panjang pintu air (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Gravitasi (9,81 m/dt2)
Y1 = Kedalaman hulu aliran (m)

free
flow
41 49
59
0.5 27
28
19 29
40 101
34
47 75
0.4 24 103
26
61
Csf 37
46
48
58
12 36 81
67
0.3 13
16 86

20
21
26
Exprimental data of
Rajaratnam & Subramanya 33
0,2 30

y1
Third parameter =
a

0,1 Curved due to hendry


6

8
2

12
3

18
0'
0 2 4 6 8 10 12 14 16
y1 / a

Gambar. 4. 2 Koefisien debit untuk pintu air gesek tegak vertikal aliran tenggelam

16
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Gaya – gaya yang bekerja pada pintu air ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini

2
V1 1' 3'
2.g

F3 F3'

y1 F1

2'
3
F2 y2
1 2

Gambar 4. 3 Gaya – gaya yang bekerja pada pintu air

Pada aliran tetap suatu saluran terbuka berlaku persamaan linier yaitu penjumlahan
aljabar dari semua gaya horisontal yang terjadi pada suatu massa zat cair. Pada
aliran tetap suatu saluran terbuka berlaku persamaan momentum linier yaitu
penjumlahan aljabar dari semua resultan gaya horisontal yang terjadi pada suatu
massa zat cair. Untuk sebuah debit aliran persamaan momentum linier dengan arah
horizontal dapat dinyatakan:

F1 = F2 – F2 – F3 ......................................... (4-7)

Dimana:
F1 = Gaya horizontal aliran sebelum pintu air
= ½ . ρ . g . y 22
F2 = Gaya Horizontal aliran setelah pintu air
= ½ . ρ . g . y 22
F3 = Gaya reaksi dari pintu terhadap aliran
Y  y1 
3

=½.ρ.g.
y 
2

1  y2

Dengan adanya gaya reaksi dari pintu terhadap aliran maka akan terjadi gaya tolak
dari pintu akibat aliran  F31  yang merupakan distribusi tekanan non hidrostatis:

 F  = ½ . ρ . g .  y12  y22  ..............................


3
1
(4-8)

17
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Dimana:
Ρ = Berat satuan air (kg/m3)
g = Gravitasi (9,81 m/dt2)
y3 = Kedalaman hulu aliran (m)
y3 = Kedalaman hulu aliran (m)
Untuk harga debit yang konstan, persamaan energi spesifik dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Q2
E=y+ atau ........................................................................ (4-9)
2.g.a 2

Q2
E =y+
2.g

g = Gravitasi (9,81 m/dt2)


Persamaan energi spesifik tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kurva para bola
sebagai berikut :

y
E
=
y

y' 2

y2

y0

y1

y1'
45
0 1 E

Gambar 4. 4 Kurva energi spesifik


Harga energi spesifik (E) akan minimum pada kedalaman aliran kritis (yc) untuk
harga E minimum dan Q konstan maka persamaan:

Vc 2
Emin= Yc + (4-10)
2.g ....................................................

18
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

Dimana :

Vc 2
= ½ . yc maka persamaan (2-10) menjadi :
2.g

3
Emin = 2 . yc ....................................................... (4-11)
Dimana :
Yc = Kedalaman aliran kritis (m)
Vc = Kedalaman aliran kritis (m/dt)
G = Gravitasi (9,81m/dt2)
Sedangkan kedalaman aliran kritis (yc) dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q2
Yc= 3 (4-12)
g.b 2 .......................................................

Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt)
g = Gravitasi (9,81 m/dt2)
b = Lebar dasar saluran (m)
Loncatan hidrolis merupakan jenis aliran tidak beraturan yang kedalaman airnya
berubah secara cepat, terjadi apabila aliran superkritis berubah menjadi sub kritis
melalui kedalaman air kritis pada jarak horizontal yang relatif pendek. Loncatan
hidrolis yang terjadi pada dasar horizontal, terdiri dari beberapa tipe yang berbeda –
beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Biro Reklamasi Amerika Serikat,
tipe – tipe tersebut dapat dibedakan berdasarkan bilangan Froude aliran
Bilangan Froude:

V2
F=
 g.y 
2 ....................................................
(4-13)

Dimana:
V2 = Kecepatan aliran setelah pintu (m/dt)
G = Gravitasi (9,81 m/dt2)
Y2 = Kedalaman hilir aliran (m)
Panjang loncatan dapat didefinisikan sebagai jarak antara permukaan depan
loncatan hidrolis sampai suatu titik pada permukaan gulungan ombak yang segera
menuju ke hilir. Para meter panjang loncata sangat penting didalam perencanaan

19
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

untuk menentukan ukuran perendam energi yang diakibatkan adanya loncatan


hidrolis. Suatu loncatan hidrolis akan terbentuk pada saluran, jika memenuhi
persamaan :

y3
y2
 1
2
1  8F   1 ............................................
2
(4-14)

Dimana:
F = Bilangan froude
Y2 = Kedalaman hilir aliran (m)
Y3 = Kedalaman aliran yang segera menuju keadaan Konstan

L
Gulungan
ombak
Loncatan berombak

5 1/3
y3
1/2
c

Loncatan lemah
4
Loncatan Loncatan
Loncatan kuat
berisolasi tetap
sifat-sifat sifat-sifat Kolam otakan yang mahal dan
Gelombang
yang terbaik yang masih dapat diterima keadaan permukaannya kasar

3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

permukaan yang mengalami


turbulensi

Gambar 4. 5 Panjang loncatan pada saluran horizontal.

4.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Pintu air
2. Saluran terbuka dengan dinding fiber glass.
3. Tandon air sebagai bak tampungan air sementara.
4. Pompa air untuk memompa air dari tandon air.
5. Motor listrik untuk menjalankan sirkulasi (pompa air)
6. Meteran taraf untuk mengukur tinggi muka air.
7. Seperangkat alat current meter untuk mengetahui jumlah putaran baling
– baling.
8. Kabel untuk menghubungkan alat current meter dengan aliran listrik.
9. Penggaris untuk mengukur dimensi pintu air dan tinggi bukaan pintu.

20
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

4.4. Prosedur Kerja


1. Ukur tebal pintu air (t) dan panjang pintu air (b) dengan menggunakan
penggaris kemudian pasang pintu air dengan kuat di saluran posisi alat yang
ditentukan.
2. Ukur tinggi bukaan pintu aiar (a) dengan menggunakan penggaris.
3. Tentukan posisi pengamatan yang dilakukan pada bagian hulu dan bagian
hilir alat ukur.
4. Alirkan sebuah harga debit dengan menekan tombol On pada motor listrik
dan atur katup pengatur aliran, kemudian tunggu sebentar sampai aliran
dalam keadaan konstan.
5. Ukur keadaan aliran pada posisi pengamatan yang telah ditentukan dengan
menggunakan current meter taraf, dimana dasar saluran untuk setiap posisi
pengamatan sama dengan nol.
6. Tentukan jumlah putaran baling – baling persamaan waktu dengan
menggunakan current meter untuk setiap posisi pengamatan yang telah
ditentukan. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah, artinya letak baling
– baling current meter tetap pada 0,6 kedalaman aliran dari muka air.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 untuk kondisi debit yang berlainan dengan memutar
katup pengatur aliran, namun terlebih dahulu tunggu sebentar sampai aliran
dalam keadaan konstan.

4.5. Tugas
1. Hitung besarnya koefisien debit (Cd)
2. Kontrol hasil perhitungan Cd dengan menggunakan persamaan dari
Rechbock dan beri kesimpulan.
3. Hitung kedalaman kritis dan energi spesifik dengan menggunakan rumus
pada pintu air
4. Gambar kurva energi spesifik yang terjadi
5. Gambar profil memanjang aliran
6. Gambarkan grafik hubungan Cd pada ordinat dengan y1/p sebagai sumbu
absis
7. Lakukan perhitungan 1 s/d 6 untuk debit berikutnya

21
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL V

PERCOBAAN AMBANG LEBAR

5.1. Tujuan

1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.

2. Menentukan pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir terhadap


muka air di hulu saluran.
3. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air
yang melimpah di atas ambang.
5.2. Ringkasan Tiori
Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis aliran
pada saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan
(flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini
dianggap mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan
bawah tirai luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya. Namun,
pengudaraan di bawah tirai luapan kurang sempurana. Hal ini berarti terjadi
pengurangan tekanan di bawah tirai luapan akibat udara yang tergantikan oleh
pancaran air. Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Perbedaan tekanan meningkat di ambang
2. Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan
3. Peningkatan debit, disertai fluktuasi –Bentuk hidrolik yang tidak stabil
Pelimpah ambang lebar disamping merupakan sarana pengukur aliran saluran
terbuka. Juga merupakan bentuk pelimpah yang paling sederhana. Pelimpah
ambang lebar biasanya dibuat dari suatu plat tipis dengan ujung lebar.
Dengan demikian gesekan pada bidang dapat diabaikan sehingga aliran akan
terbebas dari pengaruh kekentalan zat cair dan kehilangan energi.

22
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

V12
y 2g Vc2
2g

y1
Yc

P
1/2

Gambar 5-1 Bentuk aliran dan penampang pelimpah ambang lebar

Dengan asumsi kedalaman kritis terjadi pada penampang 2, maka perhitungan


debit yang mengalir pada pelimpah dapat dinyatakan sebagai berikut :
2
Vc 3
Y = yc   yc . ..................................... (5-1)
2.g 2

Maka :
2
Vc 3 3
 . yc  yc dan y = yc
2.g 2 2

1
Vc2 = yc .2 g
2

Vc = g. yc

Untuk debit persatuan lebar (q) adalah :

q = Vc . yc

2
= g . yc y
3

2 2
= g. yc y
3 3
3
2 2
q= g. y 2 ................................................... (5-2)
3 3

Untuk kondisi sebenarnya, debit dipengaruhi oleh koefisien debit, maka


persamaan umum untuk debit pada pelimpah ambang lebar :

23
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

2 2 3
Q= Cd g. y1 2 .b ................................... (5-3)
3 3

Dimana :

Cd = Koefisien debit

g = Gravitasi (9,81 m /det2)

y1 = Tinggi muka air diatas ambang pada hulu pelimpah (m)

b = Lebar dasar saluran (m)

Penentuan harga Cd menurut Govida Rao dan Muralidhar dimana Cd


tergantung pada batasan besarnya perbandingan y1/L, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Untuk Long-crested weir, dengan y1/L < 0,1

Maka :

Cd = 0,561 (y1 / L)0,022 ....................................... (5-4)


2. Untuk Broad-crested weir, dengan 0,1 < y1/L < 0,4

Maka :

Cd = 0,028 (y1 / L) + 0,521 ................................... (5-5)


3. Untuk Narrow-crested weir, dengan 0,4 < y1/L < 1,5

Maka :

Cd = 0,120 (y1 / L) + 0,492 ................................. (5-6)

Gambar 5.2 Bentuk aliran pelimpah ambang lebar dengan variasi harga y1 / L

5.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Alat ukur pelimpah ambang lebar
2. Saluran terbuka dengan dinding fibre glass

24
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

3. Tandon air sebagai bak tampungan air sementara


4. Pompa air untuk memompa air dari tandon air
5. Motor listrik untuk menjalankan sirkulasi air (pompa air)
6. Meteran taraf untuk mengukur tinggi muka air
7. Seperangkat alat current meter untuk mengetahui jumlah putaran baling-
baling
8. Kabel untuk menghubungkan alat current meter dengan aliran listrik
9. Penggaris untuk mengukur dimensi alat ukur pelimpah ambang lebar

5.4. Prosedur Kerja


1. Ukur tinggi (p), panjang (L) dan lebar alat ukur pelimpah ambang lebar
dengan menggunakan penggaris
2. Pasang alat ukur pelimpah ambang lebar dengan kuat di saluran pada posisi
alat yang ditentukan dengan bantuan penjepit secukupnya
3. Tentukan posisi pengamatan yang dilakukan pada saluran yang dilakukan
pada posisi pengamatan pada bagian hulu ambang lebar dan posisi
pengamatan dibagian hilir ambang lebar
4. Alirkan sebuah harga debit dengan menekan tombol on pada motor listrik
dan atur kutup pengatur aliran, kemudian tunggu sebentar sampai aliran
dalam keadaan konstan.
5. Ukur kedalaman aliran pada posisi pengamatan yang telah ditentukan
dengan menggunakan meter taraf, dimana dasar saluran untuk setiap posisi
pengamatan sama dengan nol
6. Tentukan jumlah putaran baling-baling per satuan waktu dengan
menggunakan current meter untuk setiap posisi pengamatan yang telah
ditentukan. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah, artinya letak baling-
baling current meter tepat pada 0,6 kedalaman aliran dari muka air

7. Ulangi langkah 5 dan 6 untuk kondisi debit yang berlainan dengan memutar
katup pengatur aliran, namun terlebih dahulu tunggu sebentar sampai aliran
dalam keadaan konstan

5 5. Tugas
1. Hitung besarnya koefisien debit (Cd)

25
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

2. Kontrol hasil perhitungan Cd dengan menggunakan persamaan dari


Rechbock dan beri kesimpulan.
3. Hitung kedalaman kritis dan energi spesifik dengan menggunakan rumus
pada pintu air
4. Gambar kurva energi spesifik yang terjadi
5. Gambar profil memanjang aliran
6. Gambarkan grafik hubungan Cd pada ordinat dengan y1/p sebagai sumbu
absis
7. Lakukan perhitungan 1 s/d 6 untuk debit berikutnya

26
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

MODUL VI

PERCOBAAN AMBANG TAJAM

6.1. Tujuan

 Menganalisa debit dan koefesien debit yang melalui ambang tajam.

6.2. Ringkasan Tiori

Jenis peluap ambang tajam ini merupakan salah satu konstruksi pengukur debit
yang banyak dijumpai di saluran - saluran irigasi maupun laboratorium.
Pelimpah ambang tajam di samping merupakan saran pengukur aliran saluran
terbuka juga merupakan bentuk pelimpah yang paling sederhana. Pelimpah
ambang tajam biasanya dibuat dari suatu plat tipis dengan ujug tajam. Dengan
demikian gesekan pada bidang dapat diabaikan sehingga aliran akan terbatas
dari pengaruh kekentalan zat cair dan kehilangan energy. Debit aliran yang
terjadi pada ambang tajam dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :

2 3
Q= C d 2.g . by1 2 ...................................... (6-1)
3

Dimana :

Cd = Koefisien debit

g = gravitasi (9,81 m/det)

b = lebar dasar saluran

y1 = kedalaman (tinggi muka air) di atas ambang pada hulu pelimpah (m)

Rechbock memberikan harga pendekatan untuk Cd dengan pendekatan untuk


y1/p < 5,0

y1
Cd = 0,611 + 0,08 ............................................................. (6-2)
p

Dimana :

y1 = Tinggi muka air di atas ambang pada hulu pelimpah (m)

27
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

p = Tinggi pelimpah

Berikut gambar bentuk aliran dan penampang ambang tajam.

Gambar 6.1 Bentuk aliran dan penampang pelimpah ambang tajam

6.3. Peralatan Yang Dipakai


1. Alat ukur pelimpah ambang tajam
2. Saluran terbuka dengan dinding fibre glass
3. Tandon air sebagai bak tampungan air sementara
4. Pompa air untuk memompa air dari tendon air
5. Motor listrik untuk menjalankan sirkulasi air (pompa air)
6. Meteran taraf untuk mengukur tinggi muka air
7. Seperangkat alat current meter untuk mengetahui jumlah putaran baling-
baling
8. Kabel untuk menghubungkan alat current meter degan aliran listrik
9. Penggaris untuk mengukur dimensi alat ukur pelimpah ambang tajam.

6.4. Prosedur kerja

1. Ukur tinggi (p) dan panjang (b) alat ukur pelimpah ambang tajam serta tebal
ujung dan pangkal pelimpah ambang tajam (t) dengan menggunakan
penggaris.
2. Pasang alat ukur pelimpah ambang tajam dengan kuat disalurkan pada posisi
yang ditentukan dengan bantuan penjepit secukupnya.
3. Tentukan posisi pengamatan pada saluran yang dilakukan, posisi
pengamatan pada bagian hulu ambang tajam, dan posisi pengamatan bagian
hilir ambang tajam.

28
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

4. Alirkan sebuah harga debit dengan menekan tumbuh on pada motor listrik
dan atur katup pengaturan aliran, kemudian tunggu sebentar sampai aliran
dalam keadaan konstan.
5. Ukur kedalaman aliran pada posisi pengamatan yang telah ditentukan dengan
menggunakan meter taraf, dimana dasar saluran untuk setiap posisi
pengamatan sama dengan nol.
6. Tentukan jumlah putaran baling-baling per satuan waktu dengan
menggunakan current meter untuk setiap posisi pengamatan yang telah
ditentukan. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah, artinya letak baling-
baling current meter tepat pada 0,6 kedalaman aliran dari muka air.
7. Ulangi langkah 5-6 untuk kondisi debit yang selanjutnya dengan memutar
katup pembuka aliran.

6.5. Tugas

1. Hitung analisa koefisien debit (cd) melalui ambang tajam.


2. Kontrol hasil perhitungan Cd dengan menggunakan persamaan dari Rechbock
dan beri kesimpulan.
3. Hitung kedalaman kritis dan energi spesifik dengan menggunakan rumus pada
pintu air
4. Gambar kurva energi spesifik yang terjadi
5. Gambarlah profil memanjang aliran
6. Gambarlah grafik hubungan Cd sebagai sumbu ordinat dengan y1/p sebagai
sumbu absis
7. Selesaikan tugas 1 – 6 untuk debit berikutnya.

29
Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil ITN Malang

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, (1985), Drainase Perkotaan, Jakarta : Univ. Guna Dharma


2. Chow, Ven Te, (1985), Open Channel Hydraulic, Terjemahan Suyatman, Sugirato,
Kristanro VFX dan Rosalina Nensi E.V., Jakarta : Erlangga.

30

Anda mungkin juga menyukai