Anda di halaman 1dari 11

Teori Perkembangan Kognitif

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Salmilah & Ramlah M.Siri

A. Pendahuluan
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan
selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6. Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Berbeda dengan teori behavioristik,teori kognitif lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seorang
ditentukan oleh presepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan
presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku

Halaman | 1
Teori Perkembangan Kognitif

yang nampak. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari


suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Memisah-misahkan atau membagi-membagi situasi / materi pelajaran
menjadi komponen-komponen yang kecil - kecil dan mempelajarinya secara
terpisah-pisah ,akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,retensi,pengolaan
informasi,emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan
aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki
dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Secara umum, teori kognitif
memandang bahwa belajar merupakan proses internal yang tidak dapat
diamati secara langsung. Adapun perubahan tingkah laku yang tampak
sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan interaksi persepsi dirinya
terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan. Menurut teori kognitif, belajar
diartikan sebagai proses interaksional seseorang memperoleh pemahaman
baru atau struktur kognitif dan mengubah hal – hal yang lama.

B. Hakekat Manusia dalam teori kognitif


Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan
baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan
pengalaman tersebut. Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena
memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan
sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman
fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif. Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan
perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan.
Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses. pada dasarnya setiap
orang (manusia) dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu
senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan
pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang (manusia) mengembangkan
kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur.

Halaman | 2
Teori Perkembangan Kognitif

Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemroses informasi yang


aktif. Informasi merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus
menerus, meski demikian beberapa informasi cepat terlupakan dan
sepabagian yang lain diingat sepanjang hayat. Perhatian utama psikologi
kognitif adalah upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menyimpan informasi.

C. Konsep Kunci Teori Kognitif


1. Teori Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif
individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus
disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang
secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya,
sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih
lengkap dari pada ketika ia masih kecil.
Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi dengan
lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran
tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik
pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari
skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua
cara, yaitua similasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian
stimulus baru kedalam skemata yang telah terbentuk secara langsung.
Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema
yang telah terbentuk secara tidak lansung.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu :
 Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori(koordinasi alat
indra).
 Tahap Pra Operasi (2 tahun sampai dengan 7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi
konkrit. Operasi konkrit adalah berupa tindakan tindakan kognitif
seperti mengklasifikasikan sekelompok objek, menata letak benda
berdasarkan urutan tertentu dan membilang.

Halaman | 3
Teori Perkembangan Kognitif

 Tahap Operasi Konkrit(7 tahun sampai dengan 11 tahun)


Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep
kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu
objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu
berfikir reversible.
 Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar
tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung,
dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif yang terdiri dari 4 periode
tersebut dipengaruhi oleh paling tidak 5(lima) faktor. Kelima faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kematangan
Kematangan perkembangan sistem saraf pusat, otak, koordinasi motorik,
perubahan fisiologis dan anatomis sangat berpengaruh pada
perkembangan kognitif seorang anak.
b) Pengalaman Fisik
Bila seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya, maka anak tersebut
akan memperoleh pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini memungkinkan
anak mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mereka akan
mentransfernya ke dalam bentuk suatu gagasan atau ide. Pengalaman fisik
ini kemudian dapat mereka kembangkan menjadi logika matematika.
Pengalaman fisik dapat berasal dari kegiatan seperti meraba, memegang,
melihat, mendengar, sehingga berkembang menjadi kegiatan berbicara,
membaca, dan berhitung.
c) Pengalaman Sosial
Ketika anak melakukan interaksi sosial, maka mereka akan memperoleh
pengalaman sosial. Interaksi sosial bisa dalam bentuk bertukar gagasan
atau pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman sebaya,
perintah yang diberikan orang yang lebih tua atau dewasa, membaca, atau
bentuk kegiatan lainnya. Bila anak berinteraksi dengan orang lain, maka
secara perlahan-lahan sifat egosentris mereka akan berkurang. Mereka
akan mulai menyadari bahwa suatu gejala dapat didekati dan dimengerti
dengan berbagai cara. Melalui diskusi dengan orang lain, anak akan
memperoleh pengalaman mental yang bagus. Lalu, dengan pengalaman
mental inilah otak mereka dapat bekerja dengan cara-cara baru untuk
menyelesaikan masalah. Pengalaman sosial juga sangat dibutuhkan oleh

Halaman | 4
Teori Perkembangan Kognitif

anak untuk mengembangkan konsep-konsep penting seperti kejujuran,


etika, moral, kerendahan hati, dsb.
d) Keseimbangan
Untuk mencapai suatu tingkatan kognitif tertinggi, maka anak
memerlukan keseimbangan. Sebuah keseimbangan akan dapat mereka
capai melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu
proses yang berkaitan dengan pemerolehan informasi dari lingkungan dan
menggabungkannya dengan bagan struktur konsep yang telah mereka
miliki. Sedangkan proses akomodasi di sini berkaitan dengan proses
pemodifikasian bagan struktur konsep untuk menerima informasi baru.
Dalam prosesnya, suatu stimlus yang didapat anak dari lingkungan dapat
mengganggu suatu keseimbangan, tetapi dengan suatu respon anak dapat
mengembalikan keseimbangan, yaitu melalui kedua proses tersebut di
atas: asimilasi dan akomodasi.
e) Adaptasi
Anak, sebagai hasil adaptasi dengan lingkungannya, akan secara progresif
menunjukkan interaksi dengan lingkungan secara lebih rasional.
Perkembangan kognitif menurut Piaget (1977) dipengaruhi oleh tiga
proses dasar: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah
pemaduan data atau informasi baru dengan struktur kognitif yang ada,
akomodasi ialah penyesuaian struktur terhadap situasi baru, dan
ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus-menerus dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi.

2. Teori Vygotsky
Yang mendasari teori Vygotsky adalah pengamatan bahwa perkembangan
dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang
penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir.
Ini berbeda dengan Piaget yang memandang anak sebagai pembelajar
yang aktif di dunia yang penuh orang. Orang-orang inilah yang sangat
berperan dalam membantu anak belajar dengan menunjukkan benda-
benda, dengan berbicara sambil bermain, dengan membacakan ceritera,
dengan mengajukan pertanyaan dan sebagainya.
Dengan kata lain, orang dewasa menjadi perantara bagi anak dan dunia
sekitarnya.Belajar lewat instruksi dan perantara adalah ciri inteligensi
manusia. Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan
memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak hanya belajar
sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal
Development (ZPD). ZPD memberi makna baru terhadap ‘kecerdasan’.
Kecerdasan tidak diukur dari apa yang dapat dilakukan anak dengan

Halaman | 5
Teori Perkembangan Kognitif

bantuan yang semestinya. Belajar melakukan sesuatu dan belajar berpikir


terbantu dengan berinteraksi dengan orang dewasa.
Vigotsky memberikan pandangan tentang pentingnya faktor sosial, bahasa
dan orang lain dalam perkembangan anak. Perkembangan bahasa pertama
anak di dalam hidupnya dipercaya sebagai pendorong terjadinya
pergeseran dalam perkembangan kognitifnya. Teori Vygotsky didasarkan
pada pengamatan bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi di
dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang
berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Dengan pertolongan orang
dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal
dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang
disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD
memberi makna baru terhadap ‘kecerdasan’. Kecerdasan tidak diukur dari
apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan yang semestinya. Belajar
melakukan sesuatu dan belajar berpikir terbantu dengan berinteraksi
dengan orang dewasa.
Lingkungan sosial yang menguntungkan anak adalah orang dewasa atau
anak yang lebih mampu yang dapat member penjelasan tentang segala
sesuatu sesuai dengan nilai kebudayaan. Sebagai contoh, bila anak
menunjuk suatu objek, orang dewasa tidak hanya menjelaskan tentang
obyek tersebut, namun juga bagaimana anak harus berperilaku terhadap
objek tersebut. Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :
a. Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum menguasai
verbal, pada saat itu anak berhubungan dengan lingkungan
menggunakan bahasa tubuh.
b. Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini, anak
akan berhubungan dengan lingkungan secara verbal.
Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :

Batas kemampuan potensial


Batas kemampuan aktual
The zone of proximal development

Gambar. Ilustrasi Teori Vygotsky

Konsep Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli
psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu

Halaman | 6
Teori Perkembangan Kognitif

proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui


zona perkembangan proksimalnya. Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner
terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith et al. (1998) yaitu :
1) Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang
lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak
daripada peran yang diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung
pengajaran didaktis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah
menyatakan, walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran
aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-
anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi
anak selama melalui ZPD.
2) Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru,
teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif
anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu
(individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif
(cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan
anak.
3) Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi
pengajaran pribadi oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang
anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran.
Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati
ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga
bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
3. Teori-teori Perkembangan Kognitif Lainnya
 David P. Ausubel : Belajar Bermakna merupakan suatu proses untuk
mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
 Jerome Bruner : Perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap
perkembangan kognitif, perkembangan kognitif : Enaktif, Ikonik dan
Simbolik
 Robert Gagne : Kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan
oleh kemampuan belajar tingkat sebelumnya. (Signal Learning,
Stimulus Respon Learning, Chaining, Verbal Assosiation, Multiple
Discrimintaion, Concept Learning, Principle Learning dan Problem
Solving )

Halaman | 7
Teori Perkembangan Kognitif

D. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif


Implikasi teori perkembangan kognitif terhadap pembelajaran menurut Piaget
antara lain :
1. Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan
itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Ditambah cara berfikir
anak kurang logis dibanding dengan orang dewasa, maka guru harus
mengerti cara berfikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi
dengan guru.
2. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak,
artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran
merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru
penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang
salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi
jawaban yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
3. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini
adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif,
guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka
memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa
menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.

Sedangkan menurut Brunner, impilkasi perkembangan kognitif dalam


pembelajaran sebagai berikut :
1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru
perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek.
2. Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak SD kelas
rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek
yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan
sebagainya. Pendekatan pembelajaran diskoveri atau pendekatan
pembelajaran induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses
pembelajaran.
3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat
menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak. Oleh karena itu,
pengalaman baru yang dipelajari anak harus sesuai dengan pengetahuan
yang telah dimiliki anak.
4. Dalam pembelajaran, Bruner menggunakan cara belajar discovery
learning (belajar penemuan) yang digagas sesuai dengan pencarian

Halaman | 8
Teori Perkembangan Kognitif

pengetahuan atau ilmu secara aktif yang dilakukan oleh si pembelajar


atau siswa. Hasilnya adalah apa yang ditemukan akan memberikan
pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi si pembelajar. Dengan
menerapkan cara belajar discovery learning akan memberikan tiga
manfaat besar bagi si pembelajar atau siswa, antara lain:
a) Pengetahuan yang diperoleh akan dapat bertahan lama dan lebih
mudah diingat dengan dibandingkan dengan cara belajar
mendengarkan.
b) Hasil belajar yang didapat mempunyai efek ftransfer yang lebih baik
dari hasil belajar lainnya.
c) Dengan belajar menggunakan metode discovery learning, nalar si
pembelajar akan aktif bekerja dan memiliki peningkatan. Hal ini
terjadi karena si pembelajar dituntut berpikir secara bebas.
Dengan demikian, cara belajar Bruner dalam bingkai kognitif
melibatkan tiga proses yang bersamaa. Pertama, memperoleh informasi baru,
artinya adanya penghalusan dan penambahan dari informasi yang dimiliki
seseorang sebelumnya. Kedua, transformasi informasi, artinya cara yang
dilakukan oleh seseorang dalam menerapkan pengetahuan barunya yang
sesuai dengan tugasnya. Ketiga, menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Di sini adanya penilaian mengenai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan sudah cocok dengan tugas yang ada.

E. Problematika dan Solusi


Terdapat beberapa problem dalam penerapan teori perkembangan
kognitif ini, antara lain :
 Teori ini tidak dapat diterapkan menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan.
 Terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang
kurang tampak sukar diamati secara langsung.
 Terbatasnya pengetahuan guru terhadap kognitif peserta didik/siswa
 Jika pendidik tidak memahami dan mengenal perkembangan peserta
didik maka pembelajaran yang disajikan merupakan sebuah kesalahan
yang sangat fatal karena telah menghambat perkembangan peserta
didik, baik dari segi intelegensi, spiritual maupun emosional peserta
didik.
 Ketidakmampuan siswa untuk membangkitkan motivasi dalam
dirinya.
 Rendahnya minat siswa untuk melakukan proses pembelajaran seperti
observasi, discovery, dan lain-lain.

Halaman | 9
Teori Perkembangan Kognitif

Atas beberapa problematika tersebut dapat diberikan solusi antara lain :


 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu sebaiknya guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan cara berfikir anak.
 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.
 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
 Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak
didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang
sesuai dengan tahapannya
 Tenaga pendidik dalam menyiapkan atau merancang kegiatan
pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik
sehingga pelaksanaan pembelajaran yang diberikan sesuai dengan “apa
maunya peserta didik bukan apa maunya pendidik”.
 Mengenal perkembangan kognitif peserta didik, bahan ajar dan
contoh-contoh yang disiapkan akan membantu peserta didik untuk
memahami dan mencerna sesuai dengan pengalaman mereka
 Penggunaan metode yang tepat akan membantu peserta didik untuk
aktif dalam memberikan gagasan-gagasan yang inovatif dan kreatif
 Guru juga harus memiliki logika berfikir yang baik, agar dapat
memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan
yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang
logis dan mudah dipahami.

Halaman | 10
Teori Perkembangan Kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Agus Triyanto, M.Pd., Pendekatan-Pendekatan Dalam Konseling, Jurusan


Psikologi dan Bimbingan FIP UNY, 2012

Ratna Wilis, Teori-Teori Beajar dan Pembelajaran, Bandung, Erlangga, 2006

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta, Rineka


Cipta, 2010

Teori Perkembangan Kognitif Dari Jean Piaget, www.karyaku.web.id.

Yudhawati, Ratna & Dany Haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.


Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2011

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rosita%20Endang%20
Kusmaryani,%20M.Si./Perkembangan%20Kognitif.pdf

www.slideshare.net/iwk/5-tahap-perkembangankognitifmenurutpiaget

Halaman | 11

Anda mungkin juga menyukai