Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus

DIARE AKUT ec ROTAVIRUS TANPA


DEHIDRASI

Oleh:
Ayu Aprillisa Dahni Putri 04084811820002
Nurul Hayatun Nupus 04054821820044

Pembimbing:
dr. Achirul Bakri, Sp. A(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
DIARE AKUT ec ROTAVIRUS TANPA DEHIDRASI

Oleh:
Ayu Aprillisa Dahni putri
Nurul Hayaatun Nupus

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/ Rumah


Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode 14 April 2019 – 24 Juni 2019.

Palembang, Mei 2019

dr. Achirul Bakri, Sp.A(K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul "Diare Akut ec Rotavirus dengan Diare
Ringan Sedang”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang/Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya penyusunan laporan kasus ini, perkenankanlah penulis
untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada dr. Achirul Bakri,
Sp.A(K) sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, kritik, dan saran dalam pembuatan laporan kasus ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan berkat-Nya kepada pembimbing
penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga telaah jurnal ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Palembang, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................ 1


Halaman Pengesahan .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar ......................................................................................................................... iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... iv
BAB II STATUS PASIEN........................................................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................11
BAB IV ANALISIS MASALAH .............................................................................................. 35
DAFTAR ISI 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam), dimana kedua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering. Diare dapat disertai muntah dan
demam. Diare dengan masa onset kurang dari 14 hari disebut diare akut.
Berdasarkan etiologi, diare dikategorikan menjadi diare akibat infeksi dan
non- infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi
dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Sedangkan diare akibat penyakit non-
infeksi diantaranya disebabkan oleh intoleransi laktosa, invaginasi usus, dan
divertikuli Meckel.
Kematian akibat diare sering terjadi pada kelompok anak-anak dan golongan usia
lanjut. Sekitar 70% kematian balita diakibatkan oleh diare, pnemonia, malnutrisi,
malaria, dan campak. Dari sejumlah itu, 1 – 2% diantaranya disebabkan oleh efek
paparan diare yang berlanjut pada dehidrasi atau kekurangan cairan dan
keterlambatan penanganan medis.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, prevalensi diare di Indonesia
sekitar 9%, dengan angka kejadian paling tinggi pada anak balita (16,7%). Diare
menjadi penyebab kematian tertinggi diantara penyakit yang sering menyerang
anak usia kurang dari 5 tahun, sekitar 31,4% pada bayi dan 25,2% pada anak balita.
Mengingat tingginya angka mortalitas yang dapat diakibatkan oleh diare,
terutama di negara berkembang seperti Indonesia, maka pengetahuan mengenai
diare beserta pencegahan dan penatalaksanaannya menjadi sangat penting untuk
diketahui oleh tenaga kesehatan, terutama dokter umum.

1
BAB II
STATUS PASIEN

A. IDENTIFIKASI
Nama : An. A
Umur / Tanggal Lahir : 1 tahun 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. I
Nama Ibu : Ny. L
amat : Gandus Musi 2 Banyuasin III
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
MRS : 6 Mei 2019 (19.00 WIB)

B. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 7 Mei 2019)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : Muntah dan demam

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 2 hari SMRS, ibu pasien mengeluh anak mencret kurang lebih 10 kali
dalam sehari, banyaknya sekitar setengah gelas sekali BAB. BAB cair berisi air
tanpa ampas, terdapat lendir tanpa disertai darah, BAB berwarna hijau kecoklatan
dan berbau amis. Ibu pasien mengatakan anak juga mengalami muntah dengan
frekuensi 2 kali sehari dan banyaknya seperempat gelas. muntah, muntah berisi
makanan yang dimakan, tidak menyemprot, muntah setiap makan dan minum dan
muntah selama 2 hari berturut-turut. Anak juga mengalami demam, suhu tubuh
tidak pernah diukur. Demam terutama pada malam hari dan turun saat pagi hari,
tidak ada menggigil dan tidak ada berkeringat saat demam. Anak masih mau minum
susu dan minum air mineral, namun tidak mau makan. Anak dibawa berobat ke

2
Bidan dan diberi paracetamol dan oralit. Sejak ± 4 jam SMRS, ibu pasien mengeluh
anak masih mencret dengan frekuensi kurang lebih 7 kali sehari banyaknya ½ gelas,
BAB berisi air tanpa ampas, disertai lendir tanpa darah. Warna BAB kuning dan
berbau asam. Anak masih mengalami demam dengan suhu tubuh tidak terukur.
Muntah tidak ada. Anak mudah merasa haus dan tidak mau makan. Anak terlihat
lemas, ibu pasien membawa anak berobat ke RSMH Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Tidak ada riwayat batuk dan pilek
 Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, dingin dan debu
 Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari
 Tidak ada riwayat kejang
 Riwayat batuk lama disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga dan Lingkungan sekitar


 Keluhan yang sama pada keluarga dan lingkungan sekitar tidak ada
 Riwayat alergi dalam keluarga tidak ada
 Riwayat asma dalam keluarga tidak ada
 Riwayat TBC dalam keluarga tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien merupakan ibu rumah
tangga. Ayah pasien menanggung 1 orang anak.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan
Perawatan Antenatal : 3 kali kunjungan
Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Kelahiran (lahir dari ibu G1P0A0)
Tempat kelahiran : RS Graha Mandiri
Penolong persalinan : Dokter

3
Cara persalinan : Pervaginam
Masa gestasi : Aterm
Keadaan bayi
 Berat badan lahir : 3.500 gram
 Panjang badan lahir : 50 cm
 Lingkar kepala : ibu tidak tahu
 Langsung menangis : ya
 Nilai APGAR : ibu tidak tahu
 Kelainan bawaan : tidak ada
 Inisiasi Menyusu Dini : tidak ada
Kesan : riwayat kehamilan dan kelahiran cukup baik

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan:
Berat badan lahir 3.500 gram. Panjang badan lahir 50 cm.
Berat badan sekarang 8 kg. Tinggi badan 70 cm. Lingkar kepala 45 cm.
Perkembangan:
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan

Psikomotor
 Tengkurap dan berbalik sendiri : √
 Duduk : √
 Merangkak : √
 Berdiri : √
 Berjalan : -
 Berbicara :√ sudah mampu menyebutkan
beberapa kata, belum bisa merangkai kalimat
Motorik halus : sudah dapat memasukkan
benda ke mulut
Sosial adaptif : bermain cilukba

4
Kesan :pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia

Riwayat Makan
 ASI Eksklusif : ada
 ASI : diberikan dari lahir – 1 tahun
 Susu Formula : dari umur 13 bulan – sekarang
 Bubur tim : sejak umur 8 bulan

Kesan : Kualitas makanan dan kuantitas makanan baik.

Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN
HB0 
BCG 
DPT 1  DPT 2  DPT 3  -

HEPATITIS HEPATIT 
HEPATITIS -
B1 IS B 2 B3
Hib 1  Hib 2  Hib 3  -
POLIO 1  POLIO 2 POLIO 3  -
CAMPAK POLIO 4
Kesan :Imunisasi dasar PPI lengkap

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 7 Mei 2019
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 117 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 37,2°c
SpO2 : 99%
Data Antropometri
Berat Badan : 8 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Lingkar Kepala : 45 cm (0 s/d -2 SD pada kurva nellhaus)

5
Status Gizi : BB/U : -2 s/d -3 SD (underweight)
TB/U : 0 s/d -2 SD (normoheight)
BB/TB : -3 SD (severly wasted)
Kesan : Severly wasted

Keadaan Spesifik
 Kepala
Bentuk : Normocephali, UUB cekung (-)
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+,konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
mata cekung (-)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), edema (-), mukosa mulut kering (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

 Thorak
Paru-paru
- Inspeksi : statis, dinamis simetris, retraksi (-/-)
- Palpaasi : stem fremitus kanan = kiri
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : HR: 110 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, murmur
(-), gallop (-)

 Abdomen

6
- Inspeksi : datar dan simetris
- Auskultasi : bising usus (+) meningkat (7x/m)
- Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik (cubitan kulit perut kembali
< 3 detik)
- Perkusi : tidak dilakukan
 Lipat paha : pembesaran KGB (-)
 Genitalia : tidak ada kelainan
 Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Akral pucat -/- -/-
CRT <2 detik <2 detik
Oedem -/- -/-

7
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Pemeriksaan Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup Cukup Cukup
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -

Fungsi sensorik : belum dapat dinilai


Fungsi nervi kraniales : belum dapat dinilai
Gejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)

D. DAFTAR MASALAH
1. BAB cair
2. Muntah
3. Demam

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut ec. Rotavirus
2. Intoleransi laktosa
3. ETEC (Entero Toxigenic E.Coli)

F. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ec. Rotavirus dengan dehidrasi ringan sedang

8
G. TATALAKSANA
a) PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek darah rutin
Cek gula darah
Cek feses
Cek elektrolit

b) TERAPI
Pada diare dengan dehidrasi berat dilakukan rencana terapi A
 Rehidrasi
- KEN 3A 8l/j
- Oralit 60-80 cc/BAB cair

 Suplementasi
- Zinc, usia > 6 bulan = berikan 1 x 20 mg (selama 10 hari berturut-turut)

 Dukungan nutrisi
Berikan susu dan konsumsi air mineral
 Obat atas indikasi
Paracetamol 3x80 mg Po jika T>38,50C (antipiretik)
 Edukasi orang tua
- Memberitahukan orang tua mengenai penyakit anaknya
- Memberitahukan untuk memberi anak makan dan minum lebih sering
- Memberikan susu dan MP-ASI
- Penyediaan makanan yang bersih
- Penggunaan air bersih
- Mencuci tangan, terutama setelah membersihkan feses anak

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
I. FOLLOW UP

9
Tanggal
8 Mei 2019 S : BAB cair (+) 2x, demam (-), muntah (-) A : Diare akut ter-rehidrasi
O : BB = 8 kg P : - Zinc 1x1 tab
Sens: CM, N: 108x/m, RR: 28x/m, T: 37,0oC - Oralit 70 cc setiap berak
Kepala : mata cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,
BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik

9 mei 2019 S : BAB cair (-), demam (-), muntah (-) A : Diare akut ter-rehidrasi
O : BB = 8 kg P : - Zinc 1x1 tab
Sens: CM, N: 108x/m, RR: 30x/m, T: 36,5oC - Oralit 70 cc setiap berak
Kepala : mata cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,
BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.10 Menurut WHO tahun 1998, diare
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.6 Sedangkan
menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus
dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali,
sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.16

B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di
dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang
menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.4
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-
2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-
35 bulan (12,0).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada
tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40%
tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun
1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah

11
turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di
negara berkembang.

C. Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar
yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan.10,13
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan
air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.6,7,8
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain Rotavirus
(sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus
sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus
sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia dibawah 2 tahun.7,10
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
 E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan penyebab kedua
diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%. Subtipe E. Coli tersebut
adalah :
 Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
 Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
 Entero Invasive E. Coli (EIEC)
 Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
 Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
 Shigella
 Campylobacter yeyuni

12
 Salmonella sp.
 Yersinia
 Vibrio
C. Parasit
 Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
 Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
 Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering terjadi
pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
 Karbohidrat
Disakarida :intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
 Lemak
 Protein
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
 Alergi susu
 Alergi makanan
 CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease
dan Shor Bowel Syndrome.

D. Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.2,3,7

13
Penderita diare rotavirus dapat mengekskresi virus dalam jumlah besar,
yang dapat menyebar melalui tangan yang terkontaminasi. Rotavirus merupakan
virus yang tahan terhadap berbagai lingkungan, sehingga dapat ditularkan melalui
berbagai benda yang terkontaminasi, air, maupun makanan. Pada iklim tropis,
rotavirus pada tinja dapat bertahan hidup sampai 2 bulan.107,8

E. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbsi atau
sekresi.1,5,7
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan ganggaun
sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
 Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
 Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen
usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam
lumen usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian
akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal.
Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose,
sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan

14
yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak
yang sama.5,7,13
 Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein
kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein
sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta
keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam
lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada
aktivitas NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP
intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan
kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit
malabropsi seperti reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan
sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.5,6,7,12
 Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi perubahan
motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-
obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat
menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare
dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi.
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis,
malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.5,7,13
 Diare terkait imunologi

15
Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan
IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen
makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi
tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.5,7,13
Mekanisme terjadinya diare oleh infeksi rotavirus telah diketahui melalui
berbagai mekanisme yang berbeda. Mekanisme ini meliputi malabsorbsi akibat
kerusakan sel usus (enterosit), toksin, perangsangan saraf enterik serta adanya
iskemik pada vilus. Rotavirus yang tidak ternetralkan oleh asam lambung akan
masuk ke dalam bagian proksimal usus. Rotavirus kemudian akan masuk ke sel
epitel dengan masa inkubasi 18-36 jam, dimana pada saat ini virus akan
menghasilkan enterotoksin NSP-4. Enterotoksin ini akan menyebabkan kerusakan
permukaan epitel pada vili, menurunkan sekresi enzim pencernaan usus halus,
menurunkan aktivitas Na+ kotransporter serta menstimulasi syaraf enterik yang
menyebabkan diare.7,8 Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang
fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi
cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus
dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan
Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat
menyebakan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut
saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.3,5,7

F. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering
defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.

16
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.2,7,8,10
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran
turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, diuresis
berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).6,7,8

Tabel 2.1. Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab


Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp


kramp kolik kramp

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya sakit
1. hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10 >10 Sering Sering Sering Terus
kali/hari kali/hari menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

17
Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis khas

Warna Kuning Merah- Kehijauan Tidak Merah-hijau Seperti air


hijau hijau berwarna cucian
beras

G. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :3,5,7,10,13
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air.
Tabel 2.1. Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

18
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya
akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi

19
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan
perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan
bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

H. Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang berikan selama
diare. Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis
media,campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasi.7,8,10

2. Pemeriksaan Fisik
 Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:2,6,10
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan
bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

20
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut
dan bibir sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill time dapat menentukan derajat dehidrasi
yang terjadi.

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
 Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila

21
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.
histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC
terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada
infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
 Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang
mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya
kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin seperti Shigella, Salmonella,
C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan
Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN
kecuali pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare
dan pada penderita immunocompromised.

I. Penatalaksanaan
Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana
pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan Dokter
6,10
Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Memperbaiki kondisi
usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua
kasus diare yangdiderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang
dirawat di rumah sakit, yaitu:7,10

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini
yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,
yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan campuran garam

22
elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat
hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.6,10
Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.7,8 Berikan tatalaksana cairan
sesuai dengan derajat dehidrasi:

Tabel 2.3. Diare tanpa dehidrasi10

23
Tabel 2.4. Diare akut dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)

24
Tabel 2.5. Diare akut dehidrasi berat (Rencana terapi C)

25
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

26
Zinc adalah suatu mikronutrien esensial yang merupakan elemen dari
banyak metallo-enzyme dan bekerja sebagai koenzim dari berbagai sistem enzim.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare.7,10
Peranan zinc pada diare merupakan pengaruh langsung pada sistem
gastrointestinal maupun peranannya pada sistem imun. Pemberian Zinc selama
diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.1 Zinc juga membantu pertumbuhan anak
dan meningkatkan nafsu makan.10 Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa
Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil
pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang
rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan.10
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare.

Pemberian Probiotik:
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau
jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang
bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi

27
bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus
telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan
mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea )
dan travellers’s diarrhea.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak. agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit
dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.7,8,10

4. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.7,8,10
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya
dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

28
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-
100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

5. Nasihat kepada orang tua


Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu atau pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa
anaknya ke petugas kesehatan jika anak:7,10
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari

J. Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah :
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur
6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.7,10

29
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme
lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara
penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai
mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). 7,8,10
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.7,8
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan.7,8
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:7,8,10
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau
lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

30
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak dengan
sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.7
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air
tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.7,8
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).7,10

5. Menggunakan Jamban

31
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan
keluarga harus buang air besar di jamban.7,8
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.7,8

32
BAB IV
ANALISIS MASALAH

Pasien PAD / 9 bulan/ laki-laki datang ke IGD RS Mohammad Hoesin


Palembang dengan keluhan utama BAB cair dan keluhan tambahan demam. Sejak
± 5 hari SMRS, ibu pasien mengeluh anak muntah. Muntah berisi apa yang dimakan
dan diminum dengan frekunsinya ± 15 kali/hari, sebanyak ¼ gelas belimbing, tidak
menyemprot, muntah setiap makan dan minum dan muntah selama 3 hari berturut-
turut (senin-rabu). Sejak ± 4 hari SMRS, ibu pasien mengeluh perut anaknya
kembung. Perut kembung selama 3 hari, tidak BAB dan flatus selama 3 hari. Ibu
juga mengeluh anak demam, demam dirasakan tidak terlalu tinggi namun tidak
diukur. Anak dibawa orangtua berobat ke RSIA Mutiara Aini Batam dan dirawat.
Dilakukan pemeriksaan USG didapatkan kesan volvulus. Selama perawatan anak
BAB dan flatus. BAB cair sebanyak ± 6 kali/hari, kurang lebih setengah gelas
belimbing setiap BAB, konsistensi cair lebih banyak dari ampas. BAB berwarna
kekuningan dan berbau asam. Tidak terdapat darah maupun lendir. Mual dan
muntah tidak ada lagi. Anak masih mau minum ASI dan anak aktif. BAK biasa. Ibu
mengeluhkan anak demam, demam dirasakan tidak terlalu tinggi, batuk, pilek,
sesak dan kejang tidak ada. Kemudian pasien dirujuk ke RSMH Palembang karena
dokter bedah tidak ada ditempat, untuk evaluasi dan tatalaksan lanjut.
Saat di RSMH Palembang, pasien tidak muntah lagi. BAB cair terakhir
selama 24 jam, frekuensinya ± 5 kali/hari, kurang lebih setengah gelas belimbing
setiap BAB, konsistensi cair lebih banyak dari ampas. BAB berwarna kekuningan
dan berbau asam. Tidak terdapat darah maupun lendir. Mual dan muntah tidak ada
lagi. Anak masih mau minum ASI dan anak aktif. BAK biasa, batuk, pilek, sesak
dan kejang tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis dan tidak
ditemukan tanda-tanda utama dehidrasi, yaitu mata cekung, air mata kering,
mukosa mulut kering, serta turgor kulit buruk. Pada pemeriksaan antropometri,
didapatkan kesan severly wasted.

33
Untuk etiologi dari diarenya itu sendiri, pada kasus didapatkan konsistensi
BAB yang cair (watery stool) serta tidak disertai darah dan lendir. Oleh karena itu,
etiologi diare berupa Shigella, Salmonella, dan EIEC dapat disingkirkan karena
konsistensi feses pada etiologi-etiologi tersebut adalah lembek, berdarah, dan
berlendir. Etiologi diare karena ETEC juga dapat disingkirkan karena diare yang
disebabkan oleh ETEC memiliki konsistensi BAB yang lembek pula. Sebagai
tambahan, pada kasus, BAB berbau asam dan berwarna kekuningan, yang
merupakan ciri khas dari Rotavirus. Sedangkan diare yang disebabkan oleh
Salmonella memiliki bau khas seperti telur busuk serta berwarna kehijauan,
sehingga etiologi Salmonella dapat disingkirkan. Kolera juga dapat disingkirkan
karena memiliki bau khas seperti air cucian beras. Berdasarkan anamnesis,
didapatkan gejala khas yang mengarah ke diare dengan penyebab virus. Virus juga
merupakan penyebab terbanyak diare pada anak. Maka dari itu, diagnosis pada
kasus ini adalah diare akut ec Rotavirus tanpa dehidrasi.
Pada kasus ini didapatkan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
diare. Pasien berusia 9 bulan, dimana episode diare banyak terjadi pada usia 6-11
bulan pertama kehidupan. Usia dimana anak mulai diperkenalkan terhadap
makanan pendamping ASI dapat memperbesar risiko terpaparnya anak dengan
makanan yang terkontaminasi. Sistem pertahanan saluran cerna anak juga masih
belum sempurna (sekresi asam lambung belum sempurna, barier mukosa belum
berkembang, jumlah flora normal masih sedikit, kurangnya kekebalan aktif). Risiko
lain yang terdapat pada kasus ini adalah tidak adanya pemberian ASI eksklusif,
sedangkan pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya diare karena
memiliki antibodi IgA yang merupakan komponen kekebalan untuk saluran
pencernaan. ASI juga dapat mengurangi kontaminasi dari makanan pendamping
ASI sebagai sumber patogen usus.
Tatalaksana pada diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang telah
terjadi. Pada kasus, pasien sudah memenuhi kriteria tanpa dehidrasi sehingga
ditatalaksana dengan rencana terapi A. Pada kasus, keadaan umum menunjukkan
anak aktif, masih mau minum dan turgor kembali segera, sehingga kita dapat
memberikan oralit dengan dosis 50 cc pada pasien setiap berak. Sebagai suplemen,

34
diberikan tablet Zinc sebanyak 1 tablet 20 mg per hari selama 10 hari berturut-turut
untuk mempercepat reepitelisasi mukosa usus.
Pada kasus diare karena virus sebenarnya tidak diperlukan antibiotik. Terapi
simtomatis penurun panas seperti parasetamol hanya diberikan apabila pasien
demam dan domperidone hanya diberikan apabila pasien muntah kembali. Edukasi
ibu dan keluarga untuk tetap memberikan ASI lebih sering dan tetap memberikan
makanan tambahan agar kebutuhan nutrisi anak tercukupi.
Penderita di follow up setiap hari untuk melihat perbaikan klinis. Anak
diperbolehkan pulang jika nafsu makan sudah baik, tanda dehidrasi sudah tidak
tampak, dan tidak ada tanda bahaya seperti muntah. BAB cair sudah tidak ada dan
keadaan umum anak sudah baik. Hal ini menunjukkan tatalaksana sudah diberikan
dengan baik. Edukasi harus diberikan kepada orang tua pasien untuk mencegah
terjadinya diare berulang. Edukasi yang dapat diberikan saat akan memulangkan
pasien adalah mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, memberikan
makanan bergizi pada anak. Orang tua juga diberitahu cara mengatasi diare saat
dirumah serta tanda-tanda bahaya dari diare dan kapan harus membawa ke rumah
sakit.

35
DAFTAR ISI

1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI 

2. Departemen Kesehatan RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI 

3. Departemen Kesehatan RI. 2009. Tatalaksana Penderita Diare. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI 

4. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:
Ditjen PPM dan PL 

5. World Health Organization . 2009 . Diarrhoea . (dalam http://www.who.int/)
6. World Health Organization. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children
Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses.
7. Juffrie. 2010 . Gasteroenterologi-hepatologi . Jilid I . Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
8. Ahlquist, DA; Camilleri, M . 2005 . Diarrhea and Constipation. In: Kasper, DL;

Fauci, AS; Longo, DL; Braunwald, E; Hauser, SL; Jameson, JL . Harrison’s
th

Principle of Internal Medicine, 16 Ed . USA: McGraw-Hill.
9. Crawford, JM; Kumar, V . 2013 . Rongga Mulut dan Saluran Gastrointestinal.
Dalam: Kumar, V; Cotran, RS; Robbins, SL . Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7,

vol 2. Jakarta: EGC. 

10. Suraatmaja, S . 2007 . Kapita Selekta Gastrointestinal Anak . Jakarta: CV Sagung

Seto.

11. Grace, P; Jerald, U; The Prevalence of Group A Rotavirus infectin and some risk

factors in Pediatric diarrhea in Zaria, North central Nigeria.African Journal of

Microbiology Research. 

12. Khalili, G; Khalili, M, Mardani, M; Cuevas, LE. 2006. Risk Factors for
Hospitalization of Children with Diarrhea in Shahrrekord, Iran . Iranian Journal of

Clinical Infectious Disease, 1(3), 131-136. 

13. Palupi . 2009 . Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare Akut pada

Anak di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta: Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, Vol. 6. No. 1. 

14. Priyanto, A; Lestari S. 2009 . Endoskopi Gastrointestinal . Jakarta: Salemba
Medika. 

15. Wilunda, C; Panza, A . 2009 . Factor Associated with Diarrhea Among Children

36
Less Than 5 Years Old in Thailand: A Secondary Analysis Thailand Multiple
Indicator Cluster Survey 2006 . J Health Res . 23 : 17-22.
16. P2PL . Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare: Kemenkes RI: 2013. 

17. Subagyo, B; Santoso, NB . 2012 . Diare Akut . Juffrie, M; Soeparto, P; Ranuh, R;
Sayoeti, Y; Sudigbia, I; Ismail, R; Subagyo, B; Santoso, NB; Soenarto, SSY; Hegar,
B; Boediarso, A; Dwipoerwantoro, PG; Djuprie, L; Firmansyah, A; Prasetyo, D;
Santosa, B; Martiza, I; Arief, S; Rosalina, I; Sinuhaji, AB; Mulyani, NS; Bisanto,
J; Oswari, H . Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jakarta: 
Badan Penerbit
IDAI. 

18. Simadibrata, MK. 2006. Pendekatan Diagnostik Diare Kronik . Di dalam: Sudoyo
Aru W et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 


37

Anda mungkin juga menyukai