Anda di halaman 1dari 5

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas


peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka
mendapat imbalan yang setimpal dari berbagai macam aspek situasi pekerjaan dari
organisasi tempat mereka bekerja. Jadi kepuasan kerja menyangkut psikologis individu
didalam organisasi, yang diakibatkan oleh keadaan yang ia rasakan dari
lingkungannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mila Badriyah (2015)
kepuasan kerja merupakan sikap atau perasaan karyawan terhadap aspek-aspek yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai pekerjaan yang sesuai dengan
penilaian masing-masing pekerja. Pendapat serupa juga disampaikan oleh T. Hani
Handoko (2000:193-194) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Waktu atau lama penyelesaian merupakan
pencerminan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dapat dilihat dari sikap
positif keryawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu di lingkungannnya.

2.1.3.1 Teori-Teori Kepuasan Kerja


Peningkatan produktivitas dapat ditingkatkan apabila karyawan memiliki
kepuasan kerja. Adanya ketidakpuasan yang dirasakan oleh seorang keryawan akan
menimbulkan hal yang kurang mnguntungkan bagi karyawan dan organisasi. Dalam
hal ini penulis menggunakan pendapat menurut Wexley dan Yulk (2007) dalam
Suhartoto (2005), yang mengemukakan tiga teori tentang kepuasan kerja, antara lain:
1. Teori Ketidaksesuaian
Seseorang akan merasa kepuasan kerja apabila tidak ada perbedaan antara yang
seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan, dalam hal ini batas minimal kebutuhan
telah terpenuhi. Jika kebutuhannya telah terpenuhi di atas batas minimal, maka
seseorang akan merasa lebih puas. Sebaliknya bila batas minimal kebutuhannya tidak
terpenuhi, maka seseorang akan merasa ketidakpuasan kerja.
2. Teori Keadilan
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya
keadilan atau tidak atas suatu situasi yang dialami dalam pekerjaan. Perasaan adil atau
tidak adil diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang
dinilai sekelas, jabatan sama dan masa kerja sama. Jika perbandingan itu dianggap
cukup adil, maka ia akan merasa puas, namun apabila perbandingan itu dianggap tidak
adil, maka ia akan merasa ketidakpuasan kerja.
3. Teori Dua Faktor
Pada dasarnya kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang
berbeda. Menurut teori ini kepuasan dan ketidakpuasan bukan merupakan titik yang
berlawanan dengan satu titik netral pada pusatnya, seperti pandangan teori sikap kerja
konvensional, tetapi dua titik yang berbeda. Salah satu faktor ketidakpuasan kerja tidak
dapat mengubah menjadi kepuasan tetapi hanya mengurangi ketidakpuasan.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja


Menurut pendapat Moh. As’ad (2004:115), faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
antara lain :
a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai
yang meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, perasaan kerja.
b. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan fisik lingkungan kerja
dan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja,
perlengkapan kerja, sirkulasi udara, kesehatan pegawai.
c. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan pegawai, yang meliputi sistem penggajian, jaminan sosial, besarnya
tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan lain-lain.
d. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karywan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
Menurut Murtiningrum (2012), bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan berdasarkan teori motivasi Hezberg antara lain dipengaruhi
oleh:
1. Kompensasi
2. Aktivitas Kerja
3. Pengawasan
4. Promosi Karir
5. Hubungan dalam Kelompok Kerja
6. Kondisi Kerja

2.1.3.3 Indikator Kepuasan Kerja


Triton PB (2009: 165) mengemukakan bahwa Job Descriptive Index (JDI)
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, yaitu:
1. Pekerjaan Itu Sendiri
Pekerjaan atau tugas yang diberikan kepada merupakan sumber utama dari kepuasan
kerja karyawan. Karyawan yang diberi tugas untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang tidak sesuai dengan bidangnya akan mengalami kesulitan sehingga output yang
dihasilkan tidak maksimal.
2. Pembayaran
Upah dan gaji merupakan faktor yang signifikan tetapi kompleks dan faktor
multidimensional dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya menolong orang memenuhi
kebutuhan mendasar tetapi juga memenuhi kebutuhan sekunder lainnya. Karyawan
seringkali memandang pembayaran sebagai bagian bagaimana manajemen melihat
kontribusi mereka kepada organisasi.
3. Promosi
Kesempatan promosi terlihat mempunyai efek yang berbeda-beda dalam kepuasan
kerja. Hal ini dikarenakan promosi mempunyai bentuk yang berbeda dan yang
menyertai penghargaan. Sebagai contoh, individu yang dipromosikan karena masa
kerja seringkali berpengalaman dalam kepuasan kerja tetapi tidak sebanyak mereka
yang dipromosikan dikarenakan performa kerja mereka. Sebagai tambahan, promosi
dengan kenaikan gaji sebesar 10% tidak sama puasnya dengan mereka yang mengalami
kenaikan gaji sebesar 20%. Perbedaan ini membuat penjelasan mengapa promosi
executive dapat lebih memuaskan daripada promosi pada karyawan tingkat bawah
organisasi.
4. Kepenyeliaan (supervisi)
Merupakan kepuasan karyawan terhadap perlakuan pimpinan. Terdapat 2 dimensi gaya
pengawasan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Pertama, employee centeredness
dimana diukur dari tingkat jabatan dan pengawas mempunyai keinginan individu
terhadap kesejahteraan karyawan. Pada umumnya hal ini ditunjukkan dalam berbagai
cara, misalnya memeriksa untuk melihat bagaimana kerja bawahan, menyediakan saran
dan bimbingan, serta berkomunikasi dengan pekerja secara pribadi sebagaimana
halnya dengan level atas. Dimensi lainnya adalah participation (partisipasi) atau
pengaruh, seperti yang diilustrasikan oleh manajer yang memperbolehkan orang untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka
sendiri. Dalam kebanyakan kasus, pendekatan ini memimpin dalam pencapaian
kepuasan kerja yang tinggi.
5. Rekan Kerja
Bersahabat, rekan yang mau bekerja sama dan saling mendukung merupakan sumber
yang paling sederhana dalam mencapai kepuasan kerja. Tim kerja yang kuat harus
mampu menjadi sumber dukungan, keamanan, saran dan bimbinngan bagi pekerja
individual. Kerjasama tim yang baik dan efektif akan membuat pekerjaan menjadi
nyaman untuk dilakukan. Kondisi seperti ini lebih memberikan kenyamanan pada
setiap karyawan untuk bekerja dengan giat karena merasa puas dengan lingkungan
tempat ia bekerja.

2.1.3.4 Manfaat Kepuasan Kerja


Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Robinson dan Corners dalam Zoeldhan
(2013), diperkirakan tidak kurang dari 3.350 buah artikel yang berkaitan dengan
kepuasan kerja, menyebutkan bahwa kepuasan kerja akan memberikan manfaat antara
lain, sebagai berikut:
a. Menimbulkan peningkatan kebahagiaan hidup karyawan
b. Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja
c. Pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan
d. Meningkatkan gairah dan semangat kerja
e. Mengurangi tingkat absensi
f. Mengurangi turnover
g. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
h. Meningkatkan motivasi kerja
i. Menimbulkan kematangan psikologis
j. Menimbulkan sikap positif terhadap pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai