Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah Negara yang sedang berkembang. Negara


dengan penduduk lebih dari 200 juta ini termasuk Negara Agraris, karena
sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Dengan keadaan alam
yang subur curah hujan yang tinggi dan memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan, maka pertanian tepat dikembangkan di
negara ini. Oleh sebab itu sektor pertanian di Indonesia akan sangat
penting bagi perkonomian bangsa Indonesia.

Pertanian adalah suatu kegiatan pembudidayaan tanaman yang


diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi. Dalam hal ini dititik
beratkan kepada pertanian tanaman makanan pokok sebagian besar
mayarakat Indonesia yaitu padi (padi sawah). Padi sawah merupakan
tanaman yang dalam hidupmya memerlukan penggenangan air selama 3,5
bulan untuk varietas biasa dan 2,5 bulan untuk varietas unggul. Untuk
memenuhi kebutuhan air tersebut maka diperlukan jaringan irigasi yang
dapat mendistribusikan air dari sungai secara kontinyu dan dengan debit
tertentu. Akan tetapi tidak semua daerah dapat langsung dialiri air dengan
jaringan irigasi tersebut, hal ini disebabkan oleh terbatasnya debit air
disungai tersebut. Oleh karena itu perlu adanya sebuah bangunan air yang
dapat mengatasi masalah tersebut. Bangunan yang dimaksud adalah
bangunan bendung.

Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai


atau sudetan sungai untuk meninggikan muka air shingga air sungai dapat
disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Oleh
karena itu bendung merupakan salah satu elemen yang terkait dalam

Bangunan Air Page 1


pembangunan wilayah. Mengacu pada pentingnya fungsi bendung dalam
perencanaan suatu wilayah, diperlukan upaya untuk dapat memahami
permasalahan dan potensi yang terkandung dalam suatu sistem bendung.
Tidak hanya itu saja, perlu adanya identifikasi dan analisis yang berkaitan
serta menjadi masukan berharga bagi perencanaan pembangunan dari
bendung. Oleh karena itulah diperlukan orientasi ke kondisi riil lapangan
tentang sistem pembangunan dari bendung itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Bardasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang


dibahas dalam laporan ini adalah “Bagaimanakah cara merencanakan
elevasi mercu bendung ?”

1.3 Tujuan

Berdasrkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,


tujuan penulis laporan ini adalah agar mahasiswa mampu merencanakan
elevasi mercu bendung.

1.4 Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan pe nelitian yang telah


dirumuskan, maka manfaat penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat teoritis

Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang


pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran bidang
teknik sipil laporan ini juga diharapkan bermanfaat dalam dunia
kerja.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bangunan Air Page 2


1.4.2.1 Bagi Mahasiswa

Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat


bagi mahasiswa untuk membantu dalam
pembelajaran mata kuliah bangunan air. Sehingga
dengan adanya laporan ini mahasiswa dapat dengan
mudah merencanakan elevasi mercu bendung sesuai
dengan prosedur.

1.4.2.2 Bagi Dosen

Manfaat dari laporan ini bagi dosen adalah


dapat digunakan sebagai bahan refrensi untuk
memperbaiki pemblajaran dikelas dengan
pembelajaran yang efektif dan menarik mahasiswa
untuk merencanakan suatu elevasi mercu bendung.

Bangunan Air Page 3


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bendung

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk


meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan
salah satu bagian dari bangunan utama.

Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang


terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak
(diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment
trap structure).

Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka


air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi
kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui
sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini
berbeda dengan fungsi bendungan dimana sebuah bendungan berfungsi
sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air
sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan. Air
yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk keperluan
irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kelebihan
dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung tersebut,
sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam
waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai
dengan kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.
Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang
dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air
sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai
tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi
kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991: 37).

Bangunan Air Page 4


Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan
batu kali, dan bronjong atau beton.

Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi


utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level
atau tingkat muka air di bagian hulu. Sebelum membangun sebuah
konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan lokasi atau di bagian
sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait dengan wilayah
atau luas petak-petak sawah yang aliran air irigasinya akan dibantu oleh
adanya konstruksi bendung tersebut.

Pemilihan lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa


hal-hal seperti, wilayah atau topografi daerah yang akan dialiri, topografi
lokasi bendung, keadaan hidrolis aliran sungai, keadaan tanah pondasi, dan
lain sebagainya. Selain hal-hal utama yang telah disebutkan tadi, terdapat
pula hal-hal khusus yang harus tetap diperhatikan sebelum membangun
sebuah konstruksi bendung, misalnya konstruksi bendung harus
direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri secara
proses gravitasi, tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh
meter, saluran induk tidak melewati trase yang sulit, letak bangunan
pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada
pada alur sungai yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak
menimbulkan genangan yang luas di udik bendung serta tanggul banjir
sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit dan biaya pembangunan
tidak mahal.

Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi


bendung, diperlukan pula data-data yang nanti akan dipergunakan untuk
menentukan dimensi, luasan, dan bagian-bagian bendung yang perlu
dibangun. Data-data tersebut, misalnya data topografi, data hidrologi, data
morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar perencanaan (PBI,

Bangunan Air Page 5


PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi. Selain itu, diperlukan
juga data-data terkait tentang curah hujan di derah tersebut, data debit
banjir, dan data-data lain yang terkait dengan keadaan hidrologis daerah
tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk perencanaan dan
pembangunan sebuah konstruksi bendung.

2.2 Bagian-Bagian Bendung

Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu.


Bagian-bagian ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian
memiliki detail dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan
bekerja agar operasional suatu bendung dapat berjalan dengan baik.
Bagian-bagian dari konstruksi bendung secara umum, yaitu

2.2.1 Tubuh bending


Tubuh bendung merupakan struktur utama yang
berfungsi untuk membendung laju aliran sungai dan
menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian
ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali,
dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat
melintang pada aliran sungai.

2.2.2 Pintu air (gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang
berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup aliran
air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian
yang penting dari pintu air adalah
a. Daun pintu (gate leaf) Adalah bagian dari pintu air yang
menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk
membuka, mengatur, dan menutup aliran air
b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame). Adalah
alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam

Bangunan Air Page 6


beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari
daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
c. Angker (anchorage). Adalah baja atau besi yang
ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan
rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan
muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d. Hoist. Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air
agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

2.2.3 Pintu pengambilan (intake)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya
air yang masuk saluran dan mencegah masuknya benda-
benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan
dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak
daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah,
menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya
kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di
buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak
perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
2.2.4 Kolam peredam energy
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada
aliran sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka
pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk
meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi
peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan
suatu bentuk pertemuan antara penampang miring,
penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis

Bangunan Air Page 7


besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat)
tipe, yaitu

a. Ruang olak tipe Vlughter


Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial
dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar.
Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi
energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di
hulu dengan muka air banjir hilir.
b. Ruang olak tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis
yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe
Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis
kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan
tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
c. Ruang olak tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe,
yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau dentated
roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai
bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan.
Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai
membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk
menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat
lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan
yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya
d. Ruang olak tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang
lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki
berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe
yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan

Bangunan Air Page 8


konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan
tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana
peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran
dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe
USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-
blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di
dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk
aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m,
ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan
yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar
ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir
dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan
yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung
hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud
antara 2,5 - 4,5.
e. Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint
Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium
yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana
ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis
tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar
antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini
dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi
loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh
perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih
ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel
Hidraulics, V.T.Chow : 417-420) Pemilihan tipe kolam
peredam energi tergantung pada beberapa faktor atau

Bangunan Air Page 9


beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau
kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan muka air hulu dan
hilir, dan sedimen yang diangkut aliran sungai.

2.2.5 Pintu penguras


Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau
sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada pada kiri
dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu
pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah
kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri
pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan
pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua
buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini
terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak
sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara
pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50
meter tergantung konstruksi apa yang dipakai.

Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-


bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut.
Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama
kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya
dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian,
sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda
hanyut dapat lewat diatasnya

2.3 Jenis Bendung :


a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)

Bangunan Air Page 10


Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi
pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu
bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah


sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa
diatur naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada
daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing
sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi
banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang
dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak
membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya
yang curam.

b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir,barrage)

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi


pembendungannya dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki.

Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat


dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan
membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak biasanya
dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai
atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih
landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir,
maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di
daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate)
sehingga air tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah
yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah terbuka kea
rah hilir (downstream).

2.4 Penentuan Lokasi Bendung:

Bangunan Air Page 11


Lokasi bendung harus dipilih di tempat yang optimum dengan
memperhatikan :
Bagian sungai yang lurus dengan bentang terpendek ( jarak antara
tebing kiri-tebing kanan).
a. Terdapat alur yang stabil di dekat lokasi bangunan pengambilan
(intake structure).
b. Air sungai yang akan disadap mencukupi meskipun pada saat musim
kemarau.
c. Sedikit sedimen yang masuk pada saat penyadapan.
d. Dampak pembangunan bendung adalah kecil baik ke arah hulu dan
hilir.
e. Stabilitas bendung bisa tercapai seiring dengan biaya yang ekonomis.
f. Mudah dalam saat pelaksanaan Operasi dan pemeliharaan.

2.5 Data-Data Yang Dibutuhkan Untuk Perencanaan:

a. Peta topografi (skala 1 : 25000, 1 : 1 : 2000 dan skala 1 : 100),


untuk menentukan tata letak bendung.
b. Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan
karakteristik pondasi bendung.
c. Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
d. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan
sedimen.
e. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara
besaran debit sungai dengan elevasi muka air banjir.
f. Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi
bendung dan bangunan intake.
g. Bangunan-bangunan yang sudah ada (exsisting structure) atau
bangunan yang sedang direncanakan pada sungai tersebut, baik di
hulu maupun hilir calon bendung.

Bangunan Air Page 12


2.6 Pemilihan tipe bendung

Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak)


didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back
water). Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak
pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung berpintu)
merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak
pada daerah yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung
tetap merupakan pilihan yang tepat.

Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir,


maka peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu
muka pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk
mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas
pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat
banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling
basin).

Bangunan Air Page 13


BAB III

STUDY LITERATUR

A. Data Hidrologi
No Tahun pengamatan Curah hujan ( R) (mm/24 jam)
1 2003 227.4
2 2004 190.0
3 2005 228.6
4 2006 106.3
5 2007 133.5
6 2008 105.3
7 2009 84.4
8 2010 156.8
9 2011 138.5
10 2012 142.1
11 2013 161.7
12 2014 138.8
13 2015 151.7
14 2016 203.5

B. Perhitungan Curah Hujan Rencana


1. Metode Gumble

No Tahun pengamatan Curah hujan ( R) (mm/24 jam) X2


1 2003 227,4 51710,76
2 2004 190 36100
3 2005 228,6 52257,96
4 2006 106,3 11299,69
5 2007 133,5 17822,25
6 2008 105,3 11088,09
7 2009 84,4 7123,36
8 2010 156,8 24586,24

Bangunan Air Page 14


9 2011 138,5 19182,25
10 2012 142,1 20192,41
11 2013 161,7 26146,89
12 2014 138,8 19265,44
13 2015 151,7 23012,89
14 2016 203,5 41412,25
Hasil 2168,6 361200,48

N = 14
Yn = 0,5100 (Tabel 4.2)
n = 1,0095 (Tabel 4.5)
a. Hujan Rata – Rata
 X = ( X/N ) = ( 2168,6 / 14 ) = 154,9
 X2 = ( X2/N ) = (361200,48 / 14 ) = 25800,03
 X = ( X2 – (X)2 ) = 25800,03 – (154,9 )2 =
1806,29

b. Sehingga
 1/a = x/n = 1806,29 / 1,0095 = 1789,29
 b = X14 – (1/a) – y14
= 154,9 – 1789,29 x (0,5100)
= –753,54

c. Curah Hujan Untuk Periode Tertentu


 XT = (1/a) x YT + b
= 1789,29 x YT + (–753,54)

 Untuk T = 50 tahun
o Y50 = 3,9019 (Tabel 4.1)
o X50 = (1/a) x Y50 + b
= 1789,29 x 3,9019 + (–753,54)
= 6628,09

Bangunan Air Page 15


 Untuk T = 100 tahun
o Y100 = 4,6001 (Tabel 4.1)
o X50 = (1/a) x Y100 + b
= 1789,29 x 4,6001 + (–753,54)
= 7477,37

2. Metode Hasper

No Tahun pengamatan Curah hujan ( R) (mm/24 jam) X2


1 2003 228,6 52257,96
2 2004 227,4 51710,76
3 2005 203,5 41412,25
4 2006 190 36100
5 2007 161,7 26146,89
6 2008 156,8 24586,24
7 2009 151,7 23012,89
8 2010 142,1 20192,41
9 2011 138,8 19265,44
10 2012 138,5 19182,25
11 2013 133,5 17822,25
12 2014 106,3 11299,69
13 2015 105,3 11088,09
14 2016 84,4 7123,36
Hasil 2168,6 361200,48
X = 2168,6 X2 = 361200,48
X = 154,9 X2 = 23994,01
R1 = 228,6
R2 = 227,4

R1 = 228,6

Bangunan Air Page 16


R2 = 227,4
X = 154,9
n = 14
T1 = (14 + 1) / 1 = 15
T2 = (14 + 1) / 2 = 7,5

curah hujan (mm) rangking (m) T = (n+1)/m standar variabel (m)


228,6 1 15 1,63
227,4 2 7,5 0,945

 S = ½ ( ( R1 – X ) / M1 ) + ( ( R2 – X ) / M2 )
= ½ ( (228,6 – 154,9) / 1,63) + ( (227,4 –
154,9) / 0,945)
= 99,33
 Standar deviasi = 99,33
 RT =X+Sxμ

 R50 = μ = 2,75
= 154,9 + 99,33 x (2,75)
= 428,06
 R100 = μ = 3,43
= 154,9 + 99,33x (3,43)
= 495,6

3. Metode Weduwen

Rumus = RT = (Mn / Mp) x R2


n50 = Mn = 0,948 (Tabel 4.4)
n100 = Mn = 1,050 (Tabel 4.4)
p20 = Mp = 0,811 (Tabel 4.4)
p25 = Mp = 0,845 (Tabel 4.4)

Bangunan Air Page 17


 p21 = 0,811 + ((0,845 – 0,811)/5)
= 0,8178
 R50 = (0,948 / 0,8178) x 227,4
= 263,6
 R100 = (1,050 / 0,8178) x 227,4
= 291,97

Resume Perhitungan Probability Curah Hujan


No Metode R50 R100
1 Gumble 6628,09 7477,37
2 Hasper 428,06 495,6
3 Weduwen 263,6 291,97

C. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Untuk merencanakan bendung, perhitungan debit banjir rencana


berdasarkan data curah hujan yang berpengaruh terhadap daerah aliran
rencana.
1. Metode Hasper – Hasper
2. Metode Rasional – Gumble
3. Metode Melchior – Gumble

Adapun data – data daerah aliran sungai adalah :


 Catchmen area (F) = 450 km2
 Panjang sungai (L) = 20 km
 Panjang sungai teoritis (L) = 90 x L = 18 km
 Elevasi hulu = 550 m
 Elevasi hilir = 540 m
 Beda tinggi hulu – hilir = 550 – 540 = 10 m
 Kemiringan dasar sungai = I = H / (1000 x L)
= 10 / (1000 x 20)

Bangunan Air Page 18


= 0,0005
H adalah beda tinggi permukaan dasar sungai hulu
sampai titik yang bersangkutan.
 Ukuran elips DPS sisi panjang = a = 20 km
 Ukuran elips DPS sisi pendek = b = 20 km >
2/3 a

1. Metode Hasper – Hasper

Rumus Q = α x β x q x A

 Koefisien Run Off


α = (1 + 0,012 x A0,7) / (1 + 0,075 x A0,7)
α = 0,291

 Waktu Pengaliran Banjir


t = 0,1 x L0,8 x I-0,3
t = 10,74 jam

 Koefisien Reduksi
β = 1 + ((t + 3,70 x 10-0,4t) / (t2 + 15)) x (A3/4 / 12)
β = 1,67

 Hujan Selama t Jam < 2 Jam


R50 = 428,06 mm

r = t x RT / ( t + 1 – 0,0008 x (260 – RT) x (2 – t)2)


r = 223,16

R100 = 495,6 mm

r = t x RT / ( t + 1 – 0,0008 x (260 – RT) x (2 – t)2)

Bangunan Air Page 19


r = 241,38

 Intensitas Hujan Diperhitungkan

r50 = 428,06
q50 = 428,06 / ( 3,6 x t )
= 11,07 m3/det.km2

r100 = 495,6
q100 = 495,6 / ( 3,6 x t )
= 12,81 m3/det.km2

 Debit Air Banjir Maksimum


q50 = 11,07 m3/det.km2
Q50 =αxβxqxA
= 0,291 x 1,67 x 11,07 x 450
= 2420,86 m3/det

q100 = 6,24 m3/det.km2


Q100 = α x β x q x A
= 0,291 x 1,67 x 12,81 x 450
= 2801,37 m3/det

2. Metode Rational (Gumble)

𝛼𝑥⍴𝑥𝐴
Rumus Q = 3,6

 Koefisien Run Off


Koefisien run off direncanakan di area perbukit, dipilih 0,8
(Tabel 4.6)

 Kecepatan Perambatan Banjir

Bangunan Air Page 20


V = 72 x ( H / L )0,6
= 72 x ( 10 / 20 )0,6
= 47,5 km/jam

 Waktu Penambatan Banjir ( Time Of Cencentratin )


t =L/V
= 20 / 47,5
= 0,421

 Intensitas Hujan Selama Waktu Perambatan Banjir


𝑅 24 2/3
r = 24 ( )
𝑡

 Intensitas Hujan Diperhitungkan


R50 = 6628,09
6628,09 24
r50 = (0,421)2/3
24

= 4090,69 mm/jam

R100 = 7477,37
7477,37 24
R100 = (0,421)2/3
24

= 4614,84 mm/jam

 Debit Banjir Maksimum


𝛼𝑥𝑟𝑥𝐴
Q = 3,60

r50 = 4090,69 mm/jam

0,8 𝑥 4090,69 𝑥 450


Q50 = 3,60

= 4090,69 m3/det

R100 = 4614,84 mm/jam

Bangunan Air Page 21


0,8 𝑥 4614,84 𝑥 450
Q100 = 3,60

= 4614,84 m3/det

3. Metode Melchoir – Gumble


Perhitungan banjir maksimum atau banjir rencana yang
sampai sekarang belum ditinggalkan oleh dinas pengairan ialah
dengan memakai cara Melchior untuk luas daerah penatusan
sampai tak terhingga luasnya.
Dasar perhitungan menurut cara Melchior ialah perumusan :
 Q = q . f ( a + 1)
 (F +3690 – 1720 x β) (β – 0,12) = 1970
F = adalah luas bidang elip yang mengelilingi daerah
penatusan dengan sumbu pendek b > 2/3
a = panjang sumbu ellips
 Kurva Intensitas Hujan Relative
1000 𝐿
 T= 60 𝑥 𝑉


5
V = 1,31 √𝐵 . 𝑞 . 𝑓 . 𝐼 2
𝐻
 I = 0,9 .𝐿

 F =¼xπxaxb
= ¼ x 3,14 x 20 x 15
= 235,5 km2

 I = H / (0,9 x L)
= 10 / (0,9 x 20)
= 0,5555

 Intensitas Hujan Diperhitungkan


R50 = 6628,09 mm/24jam

Pendekatan secara coba – coba.

Bangunan Air Page 22


o q = 4 m3/det/km2 , f = 216 (Tabel 4.7)
o fxq = 4 x 216 = 864
5
o V = 1,31 √22,09 . 864 . 0,55552
= 7,44 m/det

 Nomogram A
Untuk keperluan ini diambil angka 300 mm/24jam

o T = 1000 x L / ( 3600 x V )
= 1000 x 20 / ( 3600 x 7,44 )
= 0,747 jam = 44,82 menit

o F = 235,5 km2
o q = m3/det/km2 (Tabel 4.7)
perhitungan diulangi lagi dengan q = 3,6 m3/det/km2

 Nomogram B

o q = 3,6 m3/det/km2
o fxq = 3,6 x 288 = 1036,8
5
o V = 1,31 √22,09 . 1036,8 . 0,55552
= 7,72
o T = 1000 x L / ( 3600 x V )
= 1000 x 20 / ( 3600 x 7,72 )
= 0,72 jam = 43,2 menit

Untuk T = 44,82 menit = 0,747 jam dan luas ellip F


= 216 km² terdapat q = 4 m³/det/km². Setelah diulangi lagi
terdapat harga praktis sama q = 3,6 m²/det/km² adalah yang
tepat. Dengan mengingat bahwa R = 6628,09 mm untuk T
= 44,82 menit = 0,747 jam ada tambahan 4% serta memakai
α = 0,3.

Bangunan Air Page 23


o Q =αxβxqxf
= 0,3 x 22,09 x 3,6 x 288 x 0,72
= 5128,43 m3/det

R100 = 7477,37 mm

Pendekatan secara coba – coba.


o q = 4 m3/det/km2 , f = 216 (Tabel 4.7)
o fxq = 4 x 216 = 864
5
o V = 1,31 √24,92 . 864 . 0,55552
= 7,61 m/det
o T = 1000 x L / ( 3600 x V )
= 1000 x 20 / ( 3600 x 7,61 )
= 0,73 jam = 43,8 menit

Dengan T = 43,8 menit = 0,73 jam dan luas ellips


o F = 235,5 km2
o q = 3,6 m3/det/km2 (Tabel 4.7)
o fxq = 288 x 3,6
= 1036,8
5
o V = 1,31 √24,92 . 1036,8 . 0,55552
= 7,9 m/det
o T = 1000 x L / ( 3600 x V )
= 1000 x 20 / ( 3600 x 7,9 )
= 0,7 jam = 42 menit
Setelah diulangi terdapat harga yg praktis
sama q = diambil q yang besar. Untuk F=235,5 km2
ada tambahan 4% serta memakai α = 0,3.

o Q =αxβxqxf
= 0,3 x 24,92 x 3,6 x 288 x 0,73
= 5658,32 m3/det

Bangunan Air Page 24


 Rangkuman Debit Air
Metode Q50 (m3/dt) Q100 (m3/dt)
Hasper – Hasper 2420,86 2801,37
Rational – Gumble 4090,69 4614,84
Melchior – Gumble 5128,43 5658,32

D. Menentukan Elevasi Mercu

Untuk menentukan elevasi mercu bendung pada dasarnya


diambil peil
Sawah, saluran drainaseia yg tertinggi yg akan diairi atau yg akan
digunakan untuk pengelontoran kota serta tambah dengan
kehilangan tekanan akibat bangunan – bangunan pengambilan,
kemiringan sal dan pintu akur adapun standart perhitungan adalah
sebagai berikut :
a. Elevasi saluran drainase tertinggi = 544
b. Tinggi air di saluran drainase = 0,4
c. Kehilangan tekanan di saluran = 0,2
d. Kehilangan tekanan karena kemiringan sal drainase = 0,2
e. Kehilangan tekanan di alat ukur = 0,3
f. Kehilangan tekanan dari sungai ke sal drainase = 0,2
g. Persediaan tekanan karena untuk bangunan lain-lain = 0,2
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
––– +
Elevasi mercu = 545,5

Menentukan Tinggi Mercu


 Elevasi Mercu Bendung = 545,5
 Elevasi Dasar Sungai = 542,5
––––––––––––––––––––––––––––––– –
Tingi Mercu =3m

Bangunan Air Page 25


E. Menentukan Lebar Efektif Bendung

Rumus yang dipakai :

BE =B – Σt – 0,20 x Σ b (perencanaan bendung tetap, Ir. Soekarno


1972 hal 220) dimana :

BE = lebar efektif bendung

B = lebar seluruh bendung

Σt = jumlah tebal pilar

Σb = jumlah lebar pintu pembilas

Untuk bendungan Simongan (BKB ) direncanakan menggunakan :

 Pilar 1 buah dengan tebal a = 1,5 m

 Untuk pembilas 1 buah lebar = 1,5 m

 Lebar seluruh bendung = 80 m

BE = 80 – 1,50 – (0,2 x 1,50)


= 78,2 m

F. Menentukan Tipe Mercu Bendung


Dalam perencanaan bendung dipakai mercu ogee dengan
kemiringan mercu hulu 1 : 0,33 (KP 02 1986 hal 48)

Bangunan Air Page 26


G. Perhitungan Hidrolik Bendung

 Menghitung Tinggi Air Banjir Di Atas Mercu


2
Q = cd x 2/3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 Hi2/3 (KP 0,2 1986 hal 47)

Dimana :
Q = debit rencana ( Q50 = 4090,69 m3/det )

Bangunan Air Page 27


cd = koefisien debit ( cd = c0 x c1 x c2 )
p = tinggi mercu
g = grafitasi = 9,8 m/dt2
Be = lebar efektif bending (m)
K = kehilangan energy
Hi = tinggi energy di atas mercu (m)
Hd = tinggi air normal

Perhitungan :
Karena belum diketahui H1 maka untuk ed diasumsikan 2
Asumsi = cd = s (grafik kp 02 hal 45 lampiran 57)
2
Q = cd x 2/3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 H13/2

2
4090,69 = 2 x 2/3 √3 𝑥 9,8 𝑥 78,2 𝑥 H13/2

4090,69 = 30,14 x H13/2

H13/2 = 4090,69 / 30,14

H13/2 = 135,72

H1 = (135,72)2/3

H1 = 26,41

Checking cd

H1 / r = 26,41 / 1 = 26,41 C0 = 1,30

P / H1 = 3 / 26,41 = 0,114 C1 = 0,76

P / H1 = 3 / 26,41 = 0,114 C2 = 1,04

(Untuk c0 konstanta adalah 1,30. C1 dan c2 dapat dilihat di grafik


lampiran 5.3 dan 5.4)

Jadi cd = c0 x c1 x c2 = 1,3 x 0,76 x 1,04 =1,03

Bangunan Air Page 28


Hd = H – V02 / 2g K = V02 / 2g

Vo =Q/A

Vo = 4090,69 / (450 x 26,41)

= 0,344 m/det

hd = 26,41 – (0,3442 / (2 x 9,8))

= 26,39 m

K = 0,3442 / (2 x 9,8)

= 0,006 m

Jadi tinggi muka air di atas mercu :

EL mercu + (Hi – K )

545,5 + (26,41 – 0,006) = 571,904

Untuk dimensi mercu ogee

Besarnya R1 = 0,21 x hd = 0,21 x 26,41 = 5,5461 m

R2 = 0,68 x hd = 0,69 x 26,41 = 17,9588 m

0,237 x hd = 0,237 x 26,41 = 6,2592 m

0,139 x hd = 0,139 x 26,41 = 3,671 m

Kemiringan mercu dibagian hilir

X 1,836 = 1,936 hd 0,36 x Y

X 1,836 = 1,936 (26,41) 0,36 x Y

X 1,836 = 6,9213 x Y

Misalnya untuk :

X = 1,5 m Y = 0,3 m

Bangunan Air Page 29


X=2m Y = 0,52 m

 Menentukan Tinggi Banjir Di Hilir Bendung


Diketahui : Q = 4090,69 m3/dt
I = 0,0017 ( asumsi )
B = 80 m (lebar bendung)

Rumus Chezy :

V = C√𝑅 . 𝐼 C = 87 / (1+1,5 / √𝑅 )

Q=AxV A = ( b+ m x h ) h

O = b + 2h √𝑀2 + 1

R=A/O

m=1 r = 1,5

Dimana :

V= kecepatan aliran

Q = debit

A = luas penampang

O = keliling saluran

R = jari – jari

elevasi dasar hilir + 540 H (m) A (m2) O (m) R (m) C V (m/det) Q (m3/det)
540,5 0,5 40,25 81,4142 0,4944 27,7660 0,8050 32,399
541 1 81 82,8284 0,9779 34,5672 1,4094 114,163
541,5 1,5 122,25 84,2426 1,4512 38,7496 1,9246 235,288
542 2 164 85,6569 1,9146 41,7456 2,3816 390,589
542,5 2,5 206,25 87,0711 2,3688 44,0593 2,7959 576,655
543 3 249 88,4853 2,8140 45,9301 3,1768 791,015
543,5 3,5 292,25 89,8995 3,2509 47,4906 3,5305 1031,776

Bangunan Air Page 30


544 4 336 91,3137 3,6796 48,8224 3,8614 1297,432
544,5 4,5 380,25 92,7279 4,1007 49,9789 4,1729 1586,756
545 5 425 94,1421 4,5145 50,9973 4,4676 1898,727
545,5 5,5 470,25 95,5563 4,9212 51,9040 4,7474 2232,486
546 6 516 96,9706 5,3212 52,7190 5,0141 2587,296
546,5 6,5 562,25 98,3848 5,7148 53,4573 5,2691 2962,524
547 7 609 99,7990 6,1023 54,1308 5,5133 3357,619
547,5 7,5 656,25 101,2132 6,4838 54,7486 5,7480 3772,098
548 8 704 102,6274 6,8598 55,3184 5,9738 4205,539
548,5 8,5 752,25 104,0416 7,2303 55,8464 6,1915 4657,567
549 9 801 105,4558 7,5956 56,3375 6,4018 5127,851
549,5 9,5 850,25 106,8701 7,9559 56,7960 6,6052 5616,095
550 10 900 108,2843 8,3115 57,2256 6,8023 6122,036

Dari perhitungan di atas maka :

Hasil ynag mendekati dengan debit rencana adalah pada ketinggian 8 meter
dengan debit 4205,539 m3/dt pada elevasi + 548

H. Perhitungan Back Water


rumus yang dipakai :
metode langkah standart ( standart step metode Kp 02 1986 hal 164
)
ℎ 𝑎𝑥ℎ
for : 𝑎 ≥ 1 L= 𝑖
ℎ 𝑎+ℎ
for : 𝑎 ≤ 1 L= 𝑖

dimana :
a = kedalaman air di sungai tenpat bendung (m)
h = tinggi air berhubungan adanya bendung (m)
I = kemiringan sungai
𝑎 𝑥 𝐻1
L = 𝑖

L = 2 x 3,8 / 0,0017
= 4482,352 m

I. Perhitungan Hidrolik Gradiant


 Teori Bligh

Bangunan Air Page 31


Bligh berpendapat bahwa besarnya perbedaan di jalur pengaliran
adalah sebanding dengan panjang garis rayapan dan dinyatakan
sebagai berikut :
𝐿
Z=𝐶

Dimana :
Z = beda tinggi tekanan air dihulu dan hilir bending
L = panjang garis rayapan
C = creep ration / koefisien rayapan = 12

 Teori Lane’s
Lane’s dengan Weighted Creep theorinya memberikan koreksi terhadap
teori bligh dengan menyatakan bahwa energy yang diperlukan untuk
melewati jalan vertical lebih besar dari pada jalan yang horizontal
dengan perbandinngan 3 : 1 bahwa LV = 3LH untuk suatu panjang yang
sama.
Jadi sarat lane’s adalah :
LV + 1/3 LH ≥ CZ ( Ir Soenarno 1972 hal 45 )
Dimana :
LV = Panjang rembesan vertical (m)
LH = Panjang rembesan horizontal (m)
C = Creep ratio = 5 (pasir kasar)
Z = Beda tinggi tekanan air di hulu dan hilir bendung

 Perhitungan Rembesan Air (Tabel C)

Bangunan Air Page 32


o Total panjang rembesan = 30,499 m
o Pada saat air banjir = Z1 = 571,904 – 544,85 =
27,054 m
o Pada saat air normal = Z2 = 545,5 – 540 = 5,5
m

 Teori Bligh
Panjang rembesan saat air banjir
L = perlu = C x Z
L = 12 x 27,054 = 324,648
syarat 30,499 ≥ 324,648
panjang rembesan saat air normal 30,499 ≥ 66 m
jadi L perlu = 12 x 6,5 = 66 m

 Teori Lane’s
Panjang rembesan saat air normal 30,499 ≥ 5 x 27,054
= 135,27 m
≥ C x Z1
Panjang rembesan saat air normal 30,499 ≥ 5 x 6,5
= 27,5 m
≥ C x Z2
Dari perhitungan kedua di atas maka dengan teori lane’s panjang
bending rencana aman terhadap bahaya piping dan dimensi tetap.

J. Perhitungan Kolam Olakan


Q = 5128,43 m3/dt
Elevasi muka air hilir = 540 + 1,05 = 541,05
Rumus ( Kp 02 1986 hal 60)
3 𝑄
hc = √𝑞 2 /𝑔 q = 𝐵𝐶 = 5128,43 / 78,2 = 65,58 m3/dt
3
hc = √65,58 2 /9,8
= 7,6 m

Bangunan Air Page 33


untuk menentukan jari – jari R dan tinggi minimum (T) kalam
olakan dipakai perbandingan .
h / he dengan R m / he dan T m / he (Grafik 5.1 dan 5.2)
Menentukan jari – jari kolam olakan :
H1 / hc = 1,25 Rmin/hc = 1,55
Rmin = 1,55 x hc
= 1,55 x 7,6
= 11,78
K. Daya Dukung Izin Tanah ( qq ) Terzaghi
Asumsi :
qa = 1/n x qu/T
qu/T = 1,3a x Nc + 0,48 x ft x Nf + D x ft x Nq

Dimana :
qu = daya dukung tanah ultimit
qa = daya dukung tanah
B = lebar pondasi (1m)
t = masa jenis tanah (1,928 + 1)
a = shop faktor = 1
D = kedalaman pondasi (dipermukaan tanah)
q = sudut geser (250)
n = 2 pada waktu gempa
n = 3 pada waktu gempa

Didapat :
Nc = 25,1
Nq = 12,7
Nf = 9,7

Perhitungan
qu/T = 1,3a x Nc + 0,48 x ft x Nf + D x ft x Nq
= 1,3 x 25,1 + 0,48 x 1 x 1,982 x 9,7 + 0 x 2,982 x Nq

Bangunan Air Page 34


= 41,6068 t/m3

qa = 1/3 x 41,6068
= 13,869 t/m2
= 1,3869 kg/cm2
Terhadap Daya Dukung Tanah
(EV/B) (1 ± Be/B) < f

o 517/33 x (1 + 0,427 / 33) < 15,5 t/m2


= 15,869 < 13,869 t/m2 (aman)
o 517/33 x (1 – 0,427 / 33) < 15,5 t/m2
= 15,464 < 13,869 t/m2 (aman)

L. Perhitungan Pintu Pengambilan (Intake)

Efisiensi jaringan irigasi = 20 %


Luas daerah yang akan diairi = 20 ha
Kebutuhan air untuk salluran induk = 1 l/dt/ha

Debit rencana Q = NFR x A / T


= 1,5 x 20 / 0,8
= 0,0375

Rumus :
Q = cd x b x a x √2 𝑥 𝑔 𝑥 𝑧 ( KP 02 )
Dimana :
Q = debit air m3/dt
cd = koefisien debit (0,8)
a = tinggi bukaan
b = lebar bukaan
g = gravitasi

Bangunan Air Page 35


z = kehilangan tinggi energi pada bukaan

Mencari kehilangan tinggi energi pada bukaan


v = cd x √2 𝑥 𝑔 𝑥 𝑧
1,5 = 0,8 x √2 𝑥 9,8 𝑥 𝑧
z = 0,18 m
= 0,2 m
Debit :
o Tinggi muka air dan mercu selisih 10 cm
o Tembok sedada dengan muka air = + 0,25 m
o Elevasi ambang minimum = + 540
a = 545,5 – 0,25 – 542,5
= 2,75
Q = Vn (a x b)
0,044 = 1,5 x n (2,75 x 1)
n = 0,011 bh (1 bh)

M. Perhitungan Saluran Penangkap Lumpur

Data :
 Direncanakan luas daerah yang dialiri = 20 ha
 Direncanakan kebutuhan air untuk tanaman pada saluran induk = 1,5
l/dt/ha
 Q pengambilan = 20 x 1,5 / 0,8
= 37,5 m/dt
= 0,0375 m/dt

Dengan adanya kantung lumpur, maka debit air ditambah sebesar 20%

Jadi Q pengambilan = 0,0375 + (20% x 0,0375)


= 0,045 m/dt

Bangunan Air Page 36


Direncanakan :
 Lebar saluran b = 3,2 m
 m =1m
 kecepatan = 1,2 m/dt

N. Perhitungan Kemiringan Normal Saluran Induk

Rumus menurut strikler


Vn = Kn x R2/3 x In1/2
An = Qn / Vn
= 0,0375 / 1,2
= 0,0312 m2
An = (B + m x hn) x hn
0,0312 = (3,2 + 1 x hn) x hn
hn = 0,086 m
On = ( b + 2hn √𝑀2 + 1 )
= 3,2 + 2 x 0,086 √12 + 1
= 3,443 m
Rn = An / On
= 0,0312 / 3,443
= 0,00906
In = (Vn)2 / ( Kn x R2/3 )2
= (1,2)2 / (40 x 0,009062/3)2
= 0,022

O. Menentukan Saluran Penguras

Kantong lumpur direncanakan


Vs penguras = 1,5 m/dt
Qs penguras = 0,045 m3/dt
Ks = kekosongan saluran
Is = kemiringan saluran

Bangunan Air Page 37


P. Panjang Kantong Lumpur

Rumus :

L = (V / W) x h

Dimana :
L = panjang kantong lumpur
V = kecepatan aliran di kantong lumpur (1,5 m/dt)
W = kecepatan endapan (0,01)
h = kedalaman air (0,8 m)

L = (1,5 / 0,01) x 0,8


= 120 m

Bangunan Air Page 38


AS = Qs / V5
= 0,045 / 115
= 0,03 m2
AS = ( b + m x hs ) x hs
hs = 0,0714
Os = ( b + 2hs √𝑀2 + 1 )
= ( 3,2 + 2 x 0,0714 √12 + 1 )
= 3,401 m
Rs = As / Os
= 0,03 / 3,401
= 0,088
Ks = 60 pasang batu
Is = (Vs)2 / ( Ks x Rs2/3 )2
= (1,5)2 / ( 60 x 0,0882/3 )2
= 0,0162

Dimana :
As = luas sauran
hs = tinggi saluran
Os = keliling saluran
Rs = jari – jari saluran

Bangunan Air Page 39

Anda mungkin juga menyukai