Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak disetkitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Mubarak,dkk, 2012).

Pengertian lain dari fraktur :

a. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang

bersifat total maupun sebagian ( Zairin Noor Helmi, 2012).

b. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya di sebabkan oleh

rudapaksa ( R. Sjamsuhidajat, 2005 )

c. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan akibat dari.

(Lukman, Nurma Ningsih, 2009 )

d. Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau

tilang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (S.Jitowiyono,W.

Kristianasari, 2010).

1
2. Etiologi

Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma. yang terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Trauma langsung: berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan

fraktur ditempat itu.

b. Trauma tidak langsung: bila mana titik tumpu benturan dengan

terjadinya fraktur berjauhan.

3. Klasifikasi

Menurut Helmi (2012), klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam

klasifikasi berdasarkan penyebab, jenis, klinis, dan radiologi.

a. Klasifikasi berdasarkan penyebab

1. Fraktur traumatic

Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar.

2. Fraktur patologi

Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologi didalam tulang.

3. Fraktur stres

Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat

tertentu.

b. Klasifikasi berdasarkan jenis fraktur

Klasifikasi jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fraktur terbuka

2
2. Fraktur tertutup

3. Fraktur kompresi

4. Fraktur stress

5. Fraktur avulasi

6. Greenstick fracture (fraktur lentuk atau salah satu tulang patah

sedang disisi lainnya membengkok)

7. Fraktur transversal

8. Fraktur komunitif

9. Fraktur impaksi

Gambar 1.1 Tipe Fraktur

4. Anatomi Fisiologi

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat

badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan baiknya fungsi

system musculoskeletal sangat tergantung pada system tubuh yang lain.

Struktur tulang-tulang memberi perlindungan terhadap organ vital

termasuuk otak, jantung dan paru.

3
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga

struktur tubuh otot yang melekat ketulang memungkinkan tulang bergerak

metrik. Tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang

dalam tubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang

(missalfemur tulang kumat), tulang pendek (missal tulang tarsalia), tulang

pipih (sternum), dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang tersusun oleh

jaringan tulang konselus (trabecular atau spongius). Tulang tersusun atas

sel, matrik protein, deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar

osteoblas, osteosit dan osteoclas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan

tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks merupakan kerangka

dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Ostiosit adalah sel

dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak ostion.

Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam penghancuran,

resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membrane fibrus

padat dinamakan periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan

limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga

sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.

Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang

panjang dan dalam pipih. Sumsum tulang merah yang terletak disternum,

ilium, fertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada

produksi sel darah merah dan putih pembentukan tulang. Tulang mulai

terbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer 2000 : 347).

4
5. Patofiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka

periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya

rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.

Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan

jaringan-jaringan ikat tumbuh di dalamnya, menyerap hematoma tersebut,

dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang

berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium

dalam jaringan ikat yang disebut callus. Callus kemudian secara bertahap

dibentuk sebagai profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh

osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang (Smelter & Bare, 2001). Pada

permulaan akan terjadi perdarahan sekitar patah tulang, yang disebabkan

oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut

fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium

pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini

yang menyebabkan fregmen tulang-tulang saling menempel, fase ini

disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen

pada tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan

jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang

bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kordoblast yang

membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid

dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat

5
foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi pengulangan atau osfikasi.

Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.

6. Manifestasi Klinik

Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)

antara lain:

a. Deformitas

Daya Tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah

dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti:

1. Rotasi pemendekan tulang

2. Penekanan tulang

b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Ekimiosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness

f. Nyeri disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf

perdarahan)

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi

6
7. Penatalaksanaan Medis

Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan

stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur

femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara

reduksi tertutup dan imobilisasi. Adapun prinsip penanganan fraktur

menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi:

a. Reduksi fraktur

Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi

dan rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat

dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan

kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen

tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan

manipulasi dan traksi manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah

(reduksi terbuka) dengan pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi.

Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau

batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen

tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi.

Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen

tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Alat tersebut menjaga

aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

b. Imobilisasi fraktur

Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi,

atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai

7
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna

atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,

traksi kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat

digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna

untuk mengimobilisasi fraktur.

c. Fisioterapi dan mobilisasi

Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak

mengecil dan setelah fraktur mulai mobilisasi sendi dapat dimulai

samopai ekstremitas betul-betul telah kembali normal.

d. Analgetik

Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat

trauma. Nyeri yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai

dengan shock yang dikenal dengan shock analgetik.

8. Komplikasi

Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare) yaitu:

a. Komplikasi segera (immediate)

Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok

neurogenic, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan

kulit.

b. Early complication

Dapat terjadi seperti: osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome

compartement.

8
c. Late complication

Sedangakan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes

(kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu

(malunion).

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doengoes, Moorhouse & Geissler (1999) pemeriksaan

diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut:

a. X-ray menentukan lokasi/luasnya fraktur

b. Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak

c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan

vaskuler

d. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun

pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap

peradangan

e. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretininuntuk klirens ginjal

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfuse atau cedera hati

9
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-

masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

ini. Tahap ini terbagi atas:

1. Pengumpulan Data

a. Anamnesa

1) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah

rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan

lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

tentang rasa nyeri klien digunakan:

a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan

atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

10
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari (Ignatavicius, Donna D,

1995).

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit

tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan

bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui

mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang

lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur

dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

menyambung. Penyakit- penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering

sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di

kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan

11
juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius,

Donna D, 1995)

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

6) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat

serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D,

1995).

7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya

kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan

kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan

obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,

pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya

12
dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius,

Donna D,1995).

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C

dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan

penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi

dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein

dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor

predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia.

Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas

klien.

c) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada

kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)

d) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,

sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

13
Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,

suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta

penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).

e) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua

bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu

banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah

bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada

beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur

dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

f) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan

dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

g) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

14
h) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada

bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul

gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.

Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

i) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan

hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan

keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu

juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak,

lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).

j) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,

yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.

Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan

beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini

bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

15
8) Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status

generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan

setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care

karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya

memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam

a) Gambaran Umum

Perlu menyebutkan:

(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah

tanda-tanda, seperti:

(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

komposmentis tergantung pada keadaan klien.

(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,

sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan

baik fungsi maupun bentuk.

(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

(a) Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma

meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

(b) Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik,

simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

16
(c) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada

penonjolan, reflek menelan ada.

(d) Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada

perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris,

tak oedema.

(e) Mata

Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis

(karena tidak terjadi perdarahan)

(f) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.

Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

(g) Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

(h) Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.

(i) Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada

simetris.

(j) Paru :

- Inspeksi

17
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung

pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan

paru.

- Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

- Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan

lainnya.

- Auskultasi

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

(k) Jantung

- Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.

- Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

- Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada

murmur.

(l) Abdomen

- Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

- Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler,

hepar tidak teraba

- Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang

cairan.

18
- Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

(m) Inguinal-Genetalia-Anus

Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada

kesulitan.

2. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian

dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien.

Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif

yaitu data yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif yaitu data

yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien, dan kemudian

ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah yang

nyata maupun potensial berdasarkan data yang dikumpulkan (Sugeng,

Weni Kristianasari, 2010 )

1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang,

edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke

jaringan.

3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi(pen,

kawat, sekrup)

4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,

terapi restriktif(imobilisasi)

19
5. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur

invasive (pemasangan traksi)

6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma

( fraktur).

20

Anda mungkin juga menyukai