Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUP MATARAM

Oleh:
KELOMPOK II
Rifky Noviana Safitri 087 STYC 16
Ni Ketut Ika Mustika Suarnaya 068 STYC 16
Ni Luh Santini 070 STYC 16
Marisa Ainun Sani 055 STYC 16
Mulisah 063 STYC 16
Nurwahida Sarma Ningsih 080 STYC 16
Rani Yulianti 083 STYC 16
Sukran 097 STYC 16
Widia Wati 102 STYC 16
Yuni Kartina 106 STYC 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Keperawatan Kritis dan Gawat Darurat


Pokok Bahasan : Infeksi Nosokomial
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di Ruang Penyakit Dalam
RSUP Mataram
Waktu : 45 menit (09.00-09.45 WITA)
Tanggal : Kamis, 5 Desember 201
Pelaksana : Kelompok 2 Kelas A2 Prodi S1 Keperawatan
Tempat : Ruang Intensive Care Unit (ICU)
RSUP Mataram.

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, peserta penyuluhan mampu
memahami tentang infeksi nosokomial.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami tentang:
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial

C. MATERI (terlampir)
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial

D. METODE
1. Demonstrasi
2. Diskusi/tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Laptop
3. LCD

F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
5 menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkanMenjawab salam
salam.
b. Memperkenalkan diri. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
Memperhatikan
30 menit Pelaksanaan:
a. Pengertian infeksi nosokomial Memperhatikan
b. Rantai penularan infeksi Memperhatikan
c. Cara mencegah infeksi nosokomial Memperhatikan
8 menit Evaluasi:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya.
b. Menanyakan kepada peserta tentang materiMenjawab pertanyaan
yang telah diberikan.
c. Memberikan reinforcement positif kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan.
2 menit Terminasi:
a. Mengucapkan terimakasih atas peran sertaMendengarkan
peserta.
b. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUP Mataram
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan:
a) Pengertian infeksi nosokomial
b) Rantai penularan infeksi
c) Cara mencegah infeksi nosokomial

H. PENGORGANISASIAN
Moderator :
Pembicara :
Observer :
Fasilitator :
I. DAFTAR RUJUKAN
1. Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection.
Science Press limited, Cleveland Street, London; 2005
2. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of
Communicable disease, Surveillance and Response; 2002
3. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta; 2001
4. Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah
Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 2009. Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta;
2010
INFEKSI NOSOKOMIAL

A. DEFINISI
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72
jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross
infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini
pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi,
rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam dalam,
terdapat banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk
membantu diagnosa maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang
dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien
dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur
diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien
dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi,
dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia,
penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan
bahwa resiko terkena infeksi lebih besar. Sumber penularan dan cara
penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun
personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa
pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi
nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat
mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung dengan
pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.

B. RANTAI PENULARAN INFEKSI


1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia
rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
a. karakteristik mikroorganisme,
b. resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
c. tingkat virulensi,
d. dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit
dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan
disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada
manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada
orang normal.
a. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya
dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya:
1) Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat
menyebabkan gangren
2) Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi
parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan
pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
3) Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya
Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini
bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di
rumah sakit.
4) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada
luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
b. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh
berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan
media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang
ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.
Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan.
c. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,
Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,


berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan
bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput
lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.

3. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi: saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana
mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara
penularan yaitu:
a. Kontak (contact transmission)
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman
penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan
pasien.
2) Indirect/Tidak langsung: kontak melalui objek (benda/alat)
perantara: jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
b. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak
sebar pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada
mukosa bibir, hidung, mulut.
c. Airborne: partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara,
jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium
tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam
mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk
(tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air,
darah, tinja, makanan.
e. Melalui Vektor: Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau
menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan.
Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
4. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput
lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
5. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya
tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah
infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun
adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-
anak dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit.
Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum
sempurna.

C. PENCEGAHAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah
dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat
diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang mengakibatkan
kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan
infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus
darah. Orang yang mempunyai masalah kesehatan seperti kencing
manis atau sistem ketahanan buruk atau yang kulitnya terbuka
karena luka, baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih cenderung
terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi kulit
seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah
pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Sedangkan penularan yang melibatkan virus, contohnya HIV.
Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti
leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi
agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat
penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi
udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam
satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa
dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu
ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang
sama (Suwarni, 2001).

b. Gaun
Menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan.
Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan
pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah
percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses, serta melindungi
pasien dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.

c. Batasi kontak saat memindahkan pasien.

d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat
mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi
infeksi nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan
merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang digunakan
adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik,
dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk


mencegah transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke
orang). Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan
menunjang penurunan insiden MRSA. Waktu mencuci tangan:
1) Segera setelah tiba di rumah sakit
2) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
3) Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien
4) Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
5) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
6) Sesudah ke kamar kecil
7) Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
8) Bila tangan kotor
9) Sebelum meninggalkan rumah sakit
10) Segera setelah melepaskan sarung tangan
11) Segera setelah membersihkan sekresi hidung
12) Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi
makanan

Cara mencuci tangan 6 langkah:

1) Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan


sabun atau cairan antiseptik ke telapak tangan, lalu gosok
dengan cara memutar berlawanan dengan arah jarum jam.

2) Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri


dengan tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

3) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

4) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling


digosokkan.

5) Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam


genggaman tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

6) Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak


tangan kiri dengan cara memutar. Dan lakukan sebaliknya.
Bilas tangan denga air mengalir. Keringkan dengan tisu
sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup keran.
2. Kewaspadaan transmisi udara
a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang
ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita
infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat
keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan pengunjung,
pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara untuk
mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.

b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju.
jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain
Etika batuk:
1) Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah
berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar
2) Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan
tissue/sapu tangan atau lengan dalam baju
3) Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat
sampah;
4) Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
gel pembersih tangan; dan
5) Bila perlu gunakan masker.

Anda mungkin juga menyukai