Anda di halaman 1dari 27

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang tergolong Arthropod-borne Virus, Genus Flavivirus dan Famili

Flaviviridae. Demam berdarah dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk dari

genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.1

World Health Organization(WHO) melaporkan 2.5 miliar orang mempunyai

resiko terinfeksi dengue, dengan estimasi 50 juta kasus infeksi dengue terjadi di

seluruh dunia setiap tahun. Dengue ini endemik di lebih dari 100 negara di Afrika,

Amerika, Mediteranian Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. WHO mencatat

negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi

di Asia Tenggara.2
Di Indonesia penyakit Demam berdarah dengue pertama kali ditemukan pada

tahun 1968 di Surabaya dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang

diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian : 41,3%). Dan sejak saat itu,

penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Pada tahun 2014 jumlah

penderita DBD yang dilaporkan tercatat 100.347 kasus dengan jumlah kematian

sebanyak 907 orang , Incidence Rate (IR) = 39,8 per 100.000 penduduk dan Case

Fatality Rate (CFR) = 0,9%).3

Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera

Utara sebagai Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitan dan kematian yang
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2

relatif tinggi. Pada tahun 2013, jumlah kasus DBD tercatat 4.732 kasus dengan IR

35 per 100.000 penduduk. Jumlah ini mengalami kenaikan bila dibandingkan

dengan tahun 2012 dengan jumlah kasus 4.367 kasus dengan IR sebesar 33 per

100.000 penduduk. Angka kesakitan DBD yang sangat tinggi dalam 3 tahun

terakhir umumnya dilaporkan oleh daerah perkotaan yakni Kota Medan, Deli

Serdang, Pematang Siantar, Langkat dan Simalungun.4

Data laporan Dinas Kesehatan Kota Medan menyatakan penderita DBD di

kota Medan sejak Januari hingga Oktober tahun 2014 yakni sebanyak 1.077

pasien dan 9 orang meninggal dunia. Penderita DBD di kota Medan mengalami

peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, adapun

total kasus yang ditemukan sejak Januari hingga Oktober 2014 mencapai 60 %.4

Berdasarkan Penelitian sebelumnya oleh Jefri S tahun 2013 diperoleh data

jumlah penderita DBD sebanyak 110 anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan. Distribusi proporsi anak penderita DBD yaitu: usia 10–14

tahun (37.3%), jenis kelamin perempuan (58.2%), DBD grade 2 (46.4%), bulan

rawatan tersering adalah Desember dimana 2011 (16.2%) dan 2012 (19%), hasil

yang di dapat 93.6% sembuh, dan terjadi penurunan angka kejadian dari tahun

2011 ke 2012 yaitu dari 68 menjadi 42 anak penderita DBD.5

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai karakteristik pasien Demam berdarah dengue di Rumah Sakit Umum

Haji Medan pada tahun 2015.


1.2 Rumusan Masalah

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


3

Berdasarkan Latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana Karakteristik pasien Demam berdarah dengue

di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode Januari - Desember 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Karakteristik pasien Demam berdarah dengue di Rumah

Sakit Umum Haji Medan Periode Januari - Desember 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi pasien Demam berdarah dengue berdasarkan

usia.

2. Untuk mengetahui distribusi pasien Demam berdarah dengue berdasarkan

jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui distribusi pasien Demam berdarah dengue berdasarkan

bulan yang sering terjadi penyakit Demam berdarah dengue.

4. Untuk mengetahui distribusi pasien Demam berdarah dengue berdasarkan

derajat penyakit.

5. Untuk mengetahui distribusi pasien Demam berdarah dengue berdasarkan

kadar trombosit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Peneliti

Menambah Pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian

pada pasien DBD.


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
4

1.4.2 Manfaat Institusi

1. Bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk

mengevaluasi keberhasilan program pencegahan DBD, dan untuk

perencanaan pemberantasan DBD secara optimal.

2. Bahan masukan kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji

Medan untuk memberikan informasi data mengenai angka kejadian

Demam berdarah dengue.

3. Dapat memberikan data untuk mendukung peneliti lain dalam

melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan karakteristik pasien

DBD.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


5

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi demam berdarah dengue

Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan

demam 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan manifestasi

perdarahan, penurunan jumlah trombosit < 100.000 / mm3, dan adanya kebocoran

plasma ditandai dengan peningkatan hematokrit ≥20 % dari nilai normal.6

2.1.2 Etiologi demam berdarah dengue

Demam berdarah dengue disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok

Arthropod borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus

Flavivirus, Famili Flaviviridae, dan mempunyai empat jenis serotipe yaitu DEN-1,

DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang terbanyak

berhasil diisolasi (48,6%), disusul berturut-turut oleh DEN-2 (28,6%), DEN-

1(20%), dan DEN-4(2,9%).7

2.1.3 Patogenesis demam berdarah dengue

Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori

yang banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary

heterologous infection). Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa

pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue

yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD.8

Dihipotesiskan juga mengenai Antibody dependent enhancement (ADE),

suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


6

sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi

mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.9

Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada

seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu

beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan

menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue.9

Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi

(virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem

komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari

ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti

dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan

terdapatnya cairan didalam rongga serosa (efusi pleura, asites).8,9

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


7

Gambar 2.1 Patogenesis demam berdarah dengue 9

2.1.4 Manifestasi klinis demam berdarah dengue

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Lebih dari 80%

orang yang terinfeksi virus dengue akan menularkan penyakit tanpa gejala

atau hanya menderita sakit ringan saja. Manifestasi Klinis DBD yaitu :

1. Demam yang terjadi selama terus-menerus hingga suhu tubuh mencapai

400 atau lebih. Tinggi suhu tubuh inilah yang membuat penderita juga

mengalami sakit kepala yang hebat.


2. Demam tidak dapat disembuhkan dengan obat penurun panas biasa.
3. Mual, muntah, dan nafsu makan minum berkurang.
4. Nyeri sendi atau nyeri otot yang ditandai dengan pegal-pegal seperti

reumatik serta nyeri kepala dan pusing.


5. Adanya konstipasi (sulit buang air besar) dan terjadinya diare.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


8

6. Bintik-bintik merah pada tangan yang tidak hilang jika dilakukan

penekanan.10

2.1.5 Diagnosa demam berdarah dengue

Dikatakan Demam berdarah dengue jika didapatkan minimal 2 gejala klinis,

ditambah satu dari hasil Pemeriksaan Laboratorium, berikut ini :

Gejala klinis DBD :

 Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, dan terus-menerus selama

2-7 hari.
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran hati.
 Adanya tanda perdarahan, termasuk uji bendung positif, adanya bintik-

bintik perdarahan di bawah kulit (petekie, purpura, dan ekimosis) adanya

bintik-bintik kemerahan pada kulit ini tidak hilang dengan dilakukannya

penekanan.
 Adanya perdarahan di mukosa, perdarahan dari hidung atau gusi.
 Muntah darah atau buang air besar kehitaman (hematemesis atau melena).
 Adanya tanda-tanda syok, seperti nadi cepat dan lemah, tangan dan kaki

teraba dingin, tekanan darah sangat rendah, dan gelisah.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

 Trombositopenia (≤ 100.000/mm3).
 Adanya tanda kebocoran plasma yang ditandai dengan nilai hematokrit

(Hct) yang meningkat 20% dari normalnya.11


2.1.6 Derajat keparahan demam berdarah dengue
Tabel 2.1 Derajat keparahan demam berdarah dengue 12

DD/DBD Derajat Tanda dan gejala Laboratorium

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


9

Demam Demam disertai minimal Leukopenia


Dengue dengan 2 gejala : (jumlah leukosit
 Nyeri kepala ≤ 4000 sel/mm3)
 Nyeri retro-orbital Trombositopenia
 Nyeri otot (jumlah trombosit
 Nyeri sendi/ tulang <100.000sel/mm3)
 Ruam kulit Peningkatan hematokrit
makulopapular ( 5 %-10 % )
 Manifestasi perdarahan Tidak ada bukti
Tidak ada tanda perembesan perembesaan plasma
plasma
DBD I Demam dan manifestasi Trombositopenia
perdarahan (uji bendung <100.000 sel/mm3,
positif) dan tanda perembesan peningkatan hematokrit ≥
plasma 20%

DBD II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia


perdarahan spontan (mimisan <100.000 sel/mm3,
dan bintik-bintik merah) peningkatan hematokrit ≥
20%

DBD III Seperti derajat I atau II Trombositopenia


ditambah kegagalansirkulasi <100.000 sel/mm3,
(nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 peningkatan hematokrit
mmHg, hipotensi, gelisah, ≥20%
diuresis menurun, dan
penurunan kesadaran ).
DBD IV Syok hebat dengan tekanan Trombositopenia
darah dan nadi yang tidak <100.000 sel/mm3,
terdeteksi peningkatan hematokrit ≥
20%

2.1.7 Komplikasi demam berdarah dengue :

 Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal

ginjal akut.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
10

 Edema paru dan gagal jantung sering terjadi akibat overloading pemberian

cairan pada masa perembesan plasma.


 Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik perdarahan

hebat dan kegagalan organ multipel.


 Hipoglikemia atau hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok

berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.13

2.1.8 Faktor risiko demam berdarah dengue

Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin

berkembangnya penyakit DBD adalah :14

1. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu.

2. Faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik,

semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk sangat

mudah.

3. Sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai.

4. Kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya

struktur kesehatan masyarakat dan lingkungan yang lembab serta daerah

pinggiran yang kumuh.

5. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status imunologi seseorang,

serotipe virus yang menginfeksi, usia (anak-anak terutama anak usia 4-10

tahun, menjadi sasaran empuk bagi nyamuk Aedes aegypti) dikarenakan

daya tahan tubuh belum sekuat orang dewasa.

6. Riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penularan penyakit.

7. Perubahan Iklim dari musim penghujan (musim hujan di Indonesia terjadi

pada bulan Oktober-Maret setiap tahunnya) ke musim kemarau (dengan


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
11

suhu udara 24-280) merupakan kondisi yang tepat untuk perkembang

biakan nyamuk Aedes aegypti.14

2.1.9 Vektor penular demam berdarah dengue

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari

penderita demam berdarah lain. Terdapat tiga faktor yang memegang peranan

pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.6

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia

menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viremia)

yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.14

Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita yang

sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya.

Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk

bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut

menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh

orang lain.6

Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata selama

4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam,

pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau

gejala lainnya.15

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


12

Gambar 2.2 Siklus demam berdarah dengue15

Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit

tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut

penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam

siklus penularan. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara

vertikal dari nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.15

2.1.10 Pengendalian vektor demam berdarah dengue

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan

penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan

penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M,

yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding

bak mandi.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


13

 Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang

memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.


 Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan

dijadikan tempat nyamuk bertelur.6,10

KERANGKA KONSEP

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Usia

Jenis Kelamin

Karakteristik Pasien Bulan terdiagnosa


DBD DBD

Derajat Penyakit
DBD

Kadar Trombosit

Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian

BAB 3

METODE PENELITIAN

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


14

3.1 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur
DBD Pasien DBD yang telah Rekam Mengecek + Terdiagnosa Nominal
terdiagnosa pada rekam medik data - Terdiagnosa
medik
Usia (tahun) Usia pasien DBD yang Rekam Mengecek a. ≤ 10 tahun Ordinal
tertera pada rekam medik medik data b. 11 – 20 tahun
c. 21 – 30 tahun
d. ≥ 30 tahun

Jenis Jenis kelamin pasien DBD Rekam Mengecek a. Pria Nominal


Kelamin pada rekam medik medik data b. Wanita

Bulan Waktu pasien terdiagnosa Rekam Mengecek Januari Nominal


DBD yang tercantum pada Medik data -Desember
rekam medik
Derajat Derajat DBD pada rekam Rekam Mengecek DerajatI Ordinal
Penyakit medik. Ditentukan dengan Medik data Derajat II
menggunakan kriteria Derajat III
WHO Derajat IV

Kadar Kadar Trombosit hari Rekam Mengecek Normal ; yaitu Ordinal


Trombosit pertama pemeriksaan Medik data kadar trombosit
laboratorium yang tertera 100.000-
pada rekam medik. 150.000/mm3
Rendah ; yaitu
kadar trombosit
< 100.000/mm3

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif yaitu

bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien Demam berdarah dengue di

Rumah Sakit Umum Haji Medan.

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
15

3.3.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Desember

2016 untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue.

3.3.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosis demam

berdarah dengue di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari–Desember

2015.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian yaitu pasien

yang terdiagnosis demam berdarah dengue di Rumah Sakit Umum Haji

Medan Januari – Desember 2015.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Besar sampel didapatkan dengan mengambil seluruh data rekam medik pasien

Demam berdarah dengue pada Januari – Desember 2015. Sampel yang

diambil adalah data rekam medik lengkap yang memiliki semuua variabel

yang dipilih.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


16

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data sekunder pasien yang

diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari –

Desember 2015.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

a. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data

rekam medik.
b. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada data untuk

mempermudah waktu tabulasi dan analisa.


c. Entry yaitu memasukkan data-data ke dalam program komputer.
d. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.


e. Tabulation yaitu data-data yang telah diberi kode selanjutnya di jumlah,

disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.16

3.7.2 Analisis data

Semua data yang terkumpul akan diolah dengan menggunakan perangkat

atau aplikasi komputer dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

3.8 Alur Penelitian

Data Rekam Medik Pasien DBD Tahun


2015

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


17

a) Usia
b) Jenis Kelamin
c) Bulan terdiagnosis
d) Derajat Penyakit
e) Kadar Trombosit

Mengumpulkan Data

Mengolah Data

Ditabulasi dengan
tabel distribusi
frekuensi

Gambar 3.1 Alur penelitian

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan berdasarkan

persetujuan Komisi Etik dengan Nomor: 600/KOMET/FK USU/2016. Jenis

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


18

penelitian ini adalah penelitian deskriptif terhadap status pasien yang terdiagnosis

demam berdarah dengue selama satu tahun dari Januari – Desember 2015.

Data yang diperoleh dari ruang rekam medik Rumah Sakit Umum Haji

Medan sebanyak 338 pasien yang terdiagnosis demam berdarah dengue.

Tabel 4.1 Distribusi pasien demam berdarah dengue berdasarkan usia

Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)


<10 tahun 80 23.7
11-20 tahun 97 28.7
21-30 tahun 68 20.1
>30 tahun 93 27.5
Total 338 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi adalah

usia 11-20 tahun sebanyak 97 orang (28.7%), dan kelompok usia terendah adalah

21-30 tahun sebanyak 68 orang (20.1%).

Tabel 4.2 Distribusi pasien demam berdarah dengue berdasarkan jenis

kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 157 46.4
Perempuan 181 53.6
Total 338 100.0

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


19

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan

lebih banyak terdiagnosis demam berdarah dengue daripada jenis kelamin laki-

laki. Dengan persentase jumlah perempuan 181 orang (53.6%) dan jumlah laki-

laki 157 orang (46.4%).

Tabel 4.3 Distribusi pasien demam berdarah dengue berdasarkan bulan

terjadinya

Bulan Frekuensi Persentase (%)


Januari 40 11.8
Februari 41 12.1
Maret 15 4.4
April 15 4.4
Mei 22 6.5
Juni 13 3.8
Juli 15 4.4
Agustus 17 5.0
September 25 7.4
Oktober 61 18.3
November 45 13.3
Desember 29 8.6
Total 338 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa bulan tersering terjadinya

demam berdarah dengue adalah bulan Oktober sebanyak 61 orang (18.3%) dan

bulan yang jarang terkena demam berdarah dengue adalah bulan Juni sebanyak 13

orang (3.8%).

Tabel 4.4 Distribusi pasien demam berdarah dengue berdasarkan derajat

demam berdarah dengue

Derajat DBD Frekuensi Persentase (%)


Derajat I 182 53.8
Derajat II 107 31.7
Derajat III 42 12.4
Derajat IV 7 2.1
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
20

Total 338 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa derajat penyakit demam

berdarah dengue tertinggi adalah derajat I sebanyak 182 orang (53.8%) diikuti

dengan derajat II sebanyak 107 orang (31.7%) , derajat III sebanyak 42 orang

(12.4%) dan derajat yang terendah adalah derajat IV yaitu 7 orang (0.8%).

Tabel 4.5 Distribusi pasien demam berdarah dengue berdasarkan kadar

trombosit

Kadar Trombosit Frekuensi Persentase (%)


Normal 150.000-450.000/ mm3 175 51.8
Rendah <100.000/ mm3 163 48.2
Total 338 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pasien yang masuk RS

dan tediagnosis demam berdarah dengue dengan nilai trombosit normal sebanyak

175 orang (51.8%) dan nilai trombosit rendah sebanyak 163 orang (48.2%).

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas didapati kelompok usia tertinggi penderita

Demam berdarah dengue adalah usia 11-20 tahun sebanyak 97 orang (28.7%) dan

kelompok usia terendah adalah 21-30 tahun sebanyak 68 orang (20.1%).

Hasil penelitian Lisa (2013) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

menunjukkan bahwa kelompok usia tertinggi adalah usia 15-19 tahun yang

berjumlah 16 orang (34.8%).17 Sedangkan hasil penelitian Khoirun (2012) pada


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
21

pasien DBD yang dirawat di RSUD Lubuk Pakam menunjukkan bahwa kelompok

usia tertinggi dari 138 pasien adalah usia ≥15 tahun (63%).18

Segala usia rentan terhadap penyakit DBD baik itu dewasa, remaja, anak-

anak dan balita, hal ini dimungkinkan karena aktivitas pada kelompok usia <20

tahun tersebut cukup tinggi, sehingga dapat menurunkan tingkat kekebalan tubuh

dan menyebabkan tingkat keterpaparan penyakit DBD juga cukup tinggi jika

dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.19

Jenis Kelamin terbanyak pada tahun 2015 adalah jenis kelamin perempuan

sebanyak 181 orang (53.6%) dan laki-laki sebanyak 157 orang (46.4%). Hasil

penelitan ini didukung oleh penelitian Dani, dkk (2012) di RSUD Prof DR W.Z

Johannes Kupang yang menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak pada kasus

Demam berdarah dengue adalah perempuan sebanyak 271 kasus (51.62%) dan

laki-laki sebanyak 254 kasus (48.38%).20

Menurut penelitian Artawan (2016) di RSUP Sanglah juga menemukan

dari 134 pasien penderita Demam berdarah dengue, terdapat jenis kelamin

terbanyak adalah perempuan yaitu 73 orang (54.5%) dan laki-laki sebanyak 61

(45.4%).21 Sedangkan hasil pemetaan penyakit DBD berdasarkan jenis kelamin

diketahui bahwa sebagian besar laki-laki ada 68 penderita (53.1%) dan

perempuan 60 penderita (46.9%) .22

Berdasarkan sebuah penelitian imunologi menunjukan bahwa sistem

kekebalan tubuh laki-laki lebih rentan terhadap DBD dibandingkan

perempuan, namun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


22

kelamin penderita DBD.23 Hal ini menggambarkan bahwa penyebaran infeksi

dengue di masyarakat tidak tergantung dengan jenis kelamin penderita.21

Bulan tersering terjadinya Demam berdarah dengue adalah bulan Oktober

sebanyak 61 orang (18.3%) dan bulan yang jarang terkena Demam berdarah

dengue adalah bulan Juni sebanyak 13 orang (3.8%). Berbeda dengan hasil

penelitian Idharmawan (2014) di RS Al-Ihsan Bandung yang memperlihatkan

bahwa angka kejadian kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan November yaitu

244 kasus (14.64%) dan terendah terjadi di bulan Maret yaitu 48 kasus (2.88%).24

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa transmisi penyakit

DBD berkorelasi dengan curah hujan, temperatur dan kelembapan. Dan secara

umum di Indonesia, musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret tiap

tahunnya.14

Derajat penyakit Demam berdarah dengue tertinggi adalah derajat I

sebanyak 182 orang (53.8%) dan derajat yang terendah adalah derajat IV yaitu 7

orang (0.8%). Dalam penelitian Ni Nyoman Ayu (2016) didapati dari 100 orang

sampel yang terpilih 50 orang (50%) tergolong derajat I, dan sebanyak 48 orang

(48%) tergolong derajat II dan 2 orang lainnya (2%) tergolong derajat III .25

Derajat klinis DBD digunakan untuk menentukan berat ringannya penyakit

DBD dan dalam menentukan terapi atau tatalaksana yang tepat pada pasien.

Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran

plasma yang terjadi. Pada kondisi DBD derajat 1 dan 2 cairan diberikan untuk

kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk mengganti cairan akibat kebocoran

plasma.26

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


23

Kadar Trombosit pasien pada saat masuk rumah sakit dan terdiagnosa

Demam berdarah dengue dengan nilai trombosit normal sebanyak 175 orang

(51.8%) dan nilai trombosit rendah sebanyak 163 orang (48.2%). Didukung oleh

penelitian Wiwik (2013) di Rumah Sakit Roemani Semarang yang menunjukkan

bahwa jumlah trombosit penderita saat masuk RS terbanyak adalah 100.000-

150.000/mm3 sebanyak 26 pasien (30.2%) dan yang terendah pada kelompok

<50.000/mm3 sebanyak 13 pasien (15.1%).27

Kadar trombosit pasien yang terdiagnosa DBD tidak semua berada di

bawah rentang normal, persentase terbesar menunjukkan bahwa pasien masih

menunjukkan nilai trombosit yang normal. Jumlah trombosit 100.000/mm3

biasanya ditemukan pada pemeriksaan laboratorium hari ke 3-7 sakit,

pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti adanya peningkatan

hematokrit yang menggambarkan hemokosentrasi (terjadinya perembesan

plasma).28

Hal ini didukung teori yang menyatakan bahwa diagnosa DBD tidak hanya

ditentukan oleh nilai trombosit yang rendah tetapi berdasarkan 2 gejala klinis

yang ada dan 1 hasil pemeriksaan laboratorium dapat berupa nilai trombosit

rendah ( Trombositopenia) maupun nilai Hematokrit rendah yang menandakan

adanya kebocoran plasma.11,12

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


24

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Karakteristik pasien demam berdarah dengue

di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – Desember 2015 dari 338 data

didapatkan:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


25

1. Kelompok usia terbanyak adalah usia 11-20 tahun sebanyak 97 orang

(28.7%).

2. Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 181 orang (53.6%).

3. Bulan terbanyak terjadinya Demam berdarah dengue adalah bulan Oktober

sebanyak 61 orang (18.3%).

4. Derajat penyakit terbanyak adalah derajat I sebanyak 182 orang (53.8%).

5. Nilai trombosit terbanyak adalah nilai trombosit normal sebanyak 175

orang (51.8%).

5.2 Saran

1. Kelengkapan data dalam pengisian rekam medis diperlukan untuk

mendapatkan informasi yang lebih jelas.


2. Penelitian ini masih belum sempurna oleh karena itu disarankan perlu

adanya penelitian lanjutan terhadap karakteristik penyakit DBD dengan

memperlihatkan faktor resiko atau variabel lain yang dapat mempengaruhi

terjadinya DBD seperti faktor nilai hematokrit dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI. 2015
2. World Health Organization (WHO) Regional Office for South-East Asia.
Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
hemorragic fever. 2014
3. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Depkes RI. 2014
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Pofil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara 2013. Medan: Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2013
5. Simatupang, J. Gambaran Klinis Penderita Demam Berdarah Dengue Pada
Anak di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2012. Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara. 2013
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
26

6. Ditjen P2M & PLP. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular


Penyakit Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2014.
7. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2. Topik Utama Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Pusat data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian
Kesehatan RI. 2012
8. Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi keempat. Jakarta:
Interna Publishing. 2014
9. Rezeki, S. Tatalaksana demam dengue/demam berdarah dengue Edisi ketiga.
Jakarta: Departemen Kesehatan. 2004
10. Handrawan, N. Kiat mengalahkan demam berdarah dan virus zika. Jakarta:
Kompas Media Nusantara. 2016
11. Prihaningtyas, R. Deteksi dan Cepat Obati 30 + Penyakit yang Sering
Menyerang Anak. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo. 2014
12. World Health Organization (WHO). Dengue for Diagnosis, Treatment,
Prevention, and Control. 2011
13. Karyanti, MR. Diagnosis dan Tatalaksana Terkini Dengue. Jakarta: Divisi
Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto
Mangunkusumo, FKUI. 2012
14. Mumpuni, Y. CEKAL (Cegah&Tangkal ) Sampai Tuntas Demam Berdarah.
Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2015
15. Adnani, H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
2013
16. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif.
Edisi ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011
17. Vebriani, L dkk. Karakteristik hematologi Pasien Demam berdarah dengue di
bagian penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode 1 januari
–31 Desember 2013. Jom FK Volume 3 No. 1. 2016
18. Tamini, K. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
Rawat inap Di RSUD Lubuk Pakam Tahun 2011. Sumatera Utara: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2012
19. Sabir, M dkk. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari-Desember
2010. Makassar: Inspirasi No. XIV. 2011
20. Dani, dkk. Karakteristik Penderita Dengue Hemorrhagic Fever di RSUD Prov
DR W.Z Johannes Kupang Tahun 2012. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Kristen Maranata. 2012
21. Artawan, I dkk. Karakteristik pasien anak dengan infeksi dengue di RSUP
Sanglah tahun 2013-2014. Denpasar Bali: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Pusat Sanglah Denpasar Bali. 2013
22. Fadly, R. Pemetaan Kasus Demam Berdarah Dengue di kabupaten minahasa
utara. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik Vol III No 2 . 2015
23. Anggun, P dkk. Faktor risiko demam berdarah dengue di kecamatan
wonosari kabupaten gunung kidul provinsi diy tahun 2010. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan. 2012

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


27

24. Idharmawan,BL. Gambaran Karakteristik dan Angka Kejadian Pasien Demam


Berdarah Dengue di RS Al-Ihsan Tahun 2014. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung. 2014-2015
25. Widyanti, A. Hubungan Jumlah Hematokrit dan Trombosit dengan Tingkat
Keparahan Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Sanglah Tahun
2013-2014. Denpasar: Fakultas Kedokteran Udayana. E-Jurnal Medika, Vol. 5
No. 8, Agustus. 2016
26. Raymond, R. Diagnosis dan Terapi Cairan Pada Demam Berdarah Dengue.
Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development and Medical
Application Vol 22 Maret-Mei No. I. 2009
27. Wiwik, D dkk. Karakteristik Demam Berdarah Dengue pada Anak di Rumah
Sakit Roemani Semarang. Jurnal Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Volume 1 Nomor 2. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2013
28. Heatubun, C dkk. Perbandingan Jumlah Trombosit Pada Demam Berdarah
Dengue Tanpa Syok dan Syok di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal
e-Biomedik (eBM), Volume 1 Nomor 2, Juli 2013, hlm 863-867. Bagian
Patologi Klinik Universitas Sam Ratulagi. 2013

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai