Halusinasi
Halusinasi
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud halusinasi?
2. Apa saja klasifikasi halusinasi?
3. Bagaimana mekanisme Koping halusinasi?
4. Bagaimana Tahap-tahap terjadi Halusinasi?
5. Apa saja faktor predisposisi dan prepitasi halusinasi?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien halusinasi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud halusinasi.
2. Mengetahui klasifikasi halusinasi.
3. Mengetahui mekanisme koping halusinasi.
4. Mengetahui tahap-tahap terjadinya halusinasi.
5. Mengetahui faktor predisposisi dan prepitasi halusinasi.
6. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien halusinasi.
BAB II
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, pengelihatan, pengecapan,perbaan atau penghiduan, pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. ( Keliat, 2012)
Menurut Muhtih tahun 2015 Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologis.
Halusinasi terbagi menjadi 7 jenis halusinasi yang meliputi :
halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan (visual),
halusinasi penghidu (olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory),
halusinasi perabaan (tactile), halusinasi cenesthetic, dan halusinasi
kinesthetic.
Halusinasi merupakan suatu gejala sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara ,
pengelihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan tanpa stimulus yang nyata.
( Keliat, 2009)
B. Rentang Respon
Menurut Stuart tahun 2016, Respon perilaku klien dapat diidentifikasi
sepanjang rentang respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologis,
Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi
disajikan dalam table berikut:
C. Faktor Presdisposisi
Faktor presdiposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah yang dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Faktor ini
dipengaruhi oleh baik dari klien maupun keluarganya. ( Muhtih, 2015)
1. Faktor Perkembangan
Jika perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami kecemasan.
2. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masayarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien
dibesarkan.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya streess yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat haluzinogenik neurokimia
seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
4. Faktor Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi antara lain
anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas , terlalu melindungi,
dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak
dengan anaknya. Sementara itu hubungan interpersonal yang tidak
harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang
tinggi dan berahkir dengan gangguan orientasi realita.
5. Faktor Genetic
Secara genetik halusinasi dapat diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian.
D. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk koping. Faktor ini terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungan
seperti partisipasi klien dalam kelompok, suasana sepi / isolasi sering
sebagai pencetus adanya halusinasi karena hal tersebut dapat menyebabkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik. ( Muhtih, 2015)
E. Mekanisme Koping
Menurut (Stuart, 2016) mekanisme koping yang sering digunakan klien
dengan halusinasi melputi :
F. Tahap-Tahap
Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda-beda intensitas dan
keparahannya. Halusinasi dibagi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas
yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat
fase halusinasinya, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase tersebut adalah :
NON PSIKOTIK
G. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian menurut (Keliath, 2012) meliputi :
1. Jenis dan isi halusinasi
2) Tindakan Keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar/di
lihat) waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien
saat halusinasi mu ncul
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi , ada beberapa cara untuk
mengontrol yaitu
c. Menghardik halusinasi upaya untuk mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul, ada beberapa tahapan tindakan meliputi :
a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan cara menghardik
c) Meminta pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara ini dan menguatkan perilaku
pasien
d. Bercakap – cakap dengan orang lain
e. Melakukan aktivitas yang terjadwal
f. Minum obat secara teratur
BAB V
Kesimpulan
Hogan, M. (6 june 2008). Assesing the Economic Cost of Searious Mental Illnes.
American Journal Pshychiatry, 165.