Laporan Pendahuluan Fraktur Klafikula
Laporan Pendahuluan Fraktur Klafikula
A. Pengertian
B. Klasifikasi
Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua - duanya.
Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
C. Etiologi
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak
langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi
sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada
bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh
sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang komplit,
walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya
karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah
hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 –
16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa
sekitar 2,6 – 5 %.
D. Manifestasi Klinis
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site, 2013).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan
Ca dan P meningkat di dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk
mengambil gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi
pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam
pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu
petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi
terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi
terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar
tulang selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama
MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah.
Pasien perlu berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-
ray dari kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
H. Penatalaksaan Medis
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien
juga mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat
luka robek di kulit.
Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah
klavikula patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan
dan digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk
mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang
meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit
berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan
kekuatan bahu dan lengan.
I. Komplikasi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Pain Level,
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, 1. Lakukan pengkajian nyeri
psikologis), kerusakan jaringan Pain Control, secara komprehensif
DS: Comfort Level termasuk lokasi,
Laporan secara verbal Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
DO: tindakan frekuensi, kualitas dan
Posisi untuk menahan nyeri keperawatan selama …. faktor presipitasi
Tingkah laku berhati-hati Pasien tidak mengalami 2. Observasi reaksi nonverbal
Gangguan tidur nyeri, dengan kriteria dari ketidaknyamanan
Terfokus pada diri sendiri hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga
Fokus menyempit 1. Mampu mengontrol nyeri untuk mencari dan
(tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
Tingkah laku distraksi,
mampu menggunakan 4. Kontrol lingkungan yang
Respon autonom
tehnik nonfarmakologi dapat mempengaruhi nyeri
Perubahan autonomic dalam untuk mengurangi nyeri, seperti suhu ruangan,
tonus otot mencari bantuan) pencahayaan dan
Tingkah laku ekspresif 2. Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
Perubahan dalam nafsu makan berkurang dengan 5. Kurangi faktor presipitasi
dan minum
menggunakan manajemen nyeri
nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
3. Mampu mengenali nyeri untuk menentukan
(skala, intensitas, intervensi
frekuensi dan tanda nyeri)7. Ajarkan tentang teknik non
4. Menyatakan rasa nyaman farmakologi: napas dala,
setelah nyeri berkurang relaksasi, distraksi,
Tanda vital dalam rentang kompres hangat/ dingin
normal 8. Berikan analgetik untuk
5. Tidak mengalami mengurangi nyeri: ……...
gangguan tidur 9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan: Joint Movement : Active Exercise therapy :
Gangguan metabolisme sel Mobility Level ambulation
Keterlembatan perkembangan Self Care : ADLs 1. Monitoring vital sign
Pengobatan Transfer Performance sebelm/sesudah latihan dan
Keterbatasan ketahan Setelah dilakukan lihat
kardiovaskuler tindakan respon pasien saat latihan
Kehilangan integritas struktur Keperawatan selama…. 2. Konsultasikan dengan
tulang Gangguan mobilitas fisik terapi fisik tentang rencana
Kurang pengetahuan tentang teratasi dengan kriteria ambulasi sesuai dengan
kegunaan hasil: kebutuhan
pergerakan fisik 1. Klien meningkat dalam 3. Bantu klien untuk
aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
Kerusakan persepsi sensori
2. Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah terhadap
Tidak nyaman, nyeri
peningkatan mobilitas cedera
Kerusakan muskuloskeletal dan3. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
neuromuskuler perasaan dalam kesehatan lain tentang
Intoleransi aktivitas/ penurunan meningkatkan kekuatan teknik ambulasi
kekuatan dan stamina dan kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien
Depresi mood atau cemas berpindah dalam mobilisasi
Penurunan kekuatan otot, 4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam
kontrol dan atau masa penggunaan alat Bantu pemenuhan
DO: untuk mobilisasi (walker) kebutuhan ADLs secara
Kesulitan merubah posisi mandiri sesuai kemampuan
Perubahan gerakan (penurunan 7. Dampingi dan Bantu pasien
untuk berjalan, kecepatan, saat mobilisasi dan bantu
kesulitan memulai langkah penuhi kebutuhan ADLs ps.
pendek) 8. Berikan alat Bantu jika
Keterbatasan motorik kasar dan klien
halus memerlukan.
Keterbatasan ROM 9. Ajarkan pasien bagaimana
Gerakan disertai nafas pendek merubah posisi dan berikan
atau tremor bantuan jika diperlukan
Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi