Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Satuan Acara Penyuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan
Medikal Bedah yang Dibimbing Oleh :

Ns. Ni Luh Gede Intan Saraswati, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh kelompok 4:

A11-B

1. Ni Kadek Dwi Nita Purnamayanti (17.321.2728)


2. Ni Ketut Nopia Antari (17.321.2731)
3. Ni Nyoman Desy Candra Sari (17.321.2732)
4. Ni Luh Desy Purwaningsih (17.321.2737)
5. Ni Luh Juliantari (17.321.2740)
6. Ni Nyoman Desy Candra Sari (17.321.2748)
7. Ni Putu Hepina Tresnayanti (17.321.2749)
8. Ni Wayan Wena Wardani (17.321.2757)
9. Putu Bagus Warsa Wardana (17.321.2758)
10. Putu Kola Indriani ( 17.321.2760)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2018/2019
Satuan Acara Penyuluan

Pokok Pembahasan : Anemia

Sub Pokok Pembahasan :

Sasaran : Mahasiswa

Hari / Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2018

Jam / Waktu : 13.00-14.40 (30 menit waktu presentasi)

Tempat : Ruangan 404

Penyuluh : Kelompok 4

A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hamtokrit atau hitung erittrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan massa erittrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan.
Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia
tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umummnya berbeda pada
laki-lakidan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita hemoglobin kurang dari 12,0
gram/100ml.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk
kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia dan membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang desi,
maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan
Anemia sebenernya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan penyakit itu sendiri.
Hal ini biasanya digolongkan baik kronis atau akut. Anemia kronis terjadi dalam jangka
waktu yang panjang.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuuhan selama 20 menit, diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui tentang penyakit anemia serta cara penanganannya.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Anemia
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari Anemia
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala Anemia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi
2. Ketidakeseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
4. Nyeri akut
5. Ketidakefektifan pola nafas
6. Deficit perawatan diri
7. Intoleransi aktivitas

D. ISI MATERI
1. Definisi Anemia
2. Klasifikasi dari Anemia
3. Etiologi Anemia
4. Patofisiologi Anemia
5. Tanda dan Gejala Anemia
6. Komplikasi dari Anemia
7. Penatalaksanaan Anemia
8. Pemeriksaan Penunjang Anemia

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. MEDIA
1. Laptop dan LCD (Power Point)

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN RESPON


1. 5 Menit Pendahuluan
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Menyiapkan pokok bahasan Menyimak
c. Menyampaikan tujuan Menyimak
2. 15 Menit Isi
Penyampaian materi tentang:
a. Definisi ( pengertian ) Memperhatikan
b. Klasifikasi Memperhatikan
c. Etiologi ( penyebab ) Memperhatikan
d. Patofisiologi Memperhatikan
e. Tanda dan Gejala Memperhatikan
f. Komplikasi Memperhatikan
g. Penatalaksanaan Memperhatikan
h. Pemeriksaan Penunjang Memperhatikan

310 Menit Penutup :


3. a. Diskusi Aktif bertanya
b. Kesimpulan Memperhatikan
c. Evaluasi Menjawab pertanyaan
d. Memberikan salam penutup Menjawab salam

H. ORGANISASI

Fasilitator : Ns. Ni Luh Gede Intan Saraswati, S.Kep.,M.Kep

Moderator : Ni Luh Juliantari

Penyaji : Ni Ketut Nopia Antari

Operator : Ni Kadek Dwi Nita Purnamayanti

Notulen : Putu Kola Indriani

Observer : Ni Komang Linda Rahmayanti

Anggota :

1. Ni Luh Desy Purwaningsih


2. Ni Nyoman Desy Candra Sari
3. Ni Putu Hepina Tresnayanti
4. Putu Bagus Warsa Wardana
I. SETTING TEMPAT

MEDIA PENYULUHAN

MODERATOR
PENYAJII

NOTULEN

OBSERVER

ANGGOTA

PESERTA PENYULUHAN

FASILITATOR
J. EVALUASI
1. Struktur
a. Penyuluhan berlangsung sesuai dengan rencana dan tepat waktu.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilksanakan pukul 13.00-14.40 Wita.
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang 404
2. Proses
a. Peserta penyuluhan menyimak dengan baik
b. Peserta hadir di tempat penyuluhan
3. Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan definisi dari Anemia
b. Peserta mampu menyebutkan penyebab Anemia
c. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala Anemia
d. Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan Anemia
K. MATERI PENYULUHAN

1.1 DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb),hamtokrit atau hitung erittrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan massa erittrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan.
Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia
tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umummnya berbeda pada
laki-lakidan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita hemoglobin kurang dari 12,0
gram/100ml.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk
kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia dan membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang desi,
maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan
Anemia sebenernya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan penyakit itu sendiri.
Hal ini biasanya digolongkan baik kronis atau akut. Anemia kronis terjadi dalam jangka
waktu yang panjang.
1.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
1.Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV ,< 80 fl dan MCH 27-34 pg
- Anemia defisiensi besi
- Thalassemia major
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
2.Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
- Anemia paska perdarahan akut
- Anemia aplastik
- Anemia hemolitik didapat
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia pada gagal ginjal kronik
- Anemia pada sindrom mielodisplatik
- Anemia pada keganasan hemotologik
3.Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl
a. Bentuk megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi B 12, termasuk anemia pernisiosa

b.Bentuk non-megaloblastik
c. Anemia pada penyakit hati kronik
d. Anemia pada hipotiroidisme
e. Anemia pada sindrom mlelodisplastik

1.3 ETIOLOGI
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit yang tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya
anemia disebabkan oleh karena :
1. Gangguan pembentukkan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya( hemolisis )

Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:

Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis


1. Anemia karena gangguan pembentukan eriotrosit dalam sumsum tulang
a. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
b. Gangguan penggunaan ( utilisasi ) besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
c. Kerusakan sumsum tulang
- Anemia aplastik
- Anemia mieloptisik
- Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia diseritropoietik hematologi
- Anemia diseritropoietik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
2. Anemia akibat kekurangan eritropoietin : Anemia pada gagal ginjal kronik
a. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik

b. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrkorpuskular
- Gangguan membrane eritrosit ( membranopati)
- Gangguan esim eritrosit ( enzimipati ) : anemia akibat
defisiensi G6O
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
2. Anemia hemolitik esktrakorpuskular
- Amenia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroangiopatik
c. Anemia dengan penyebab tidak diketaahui atau dengan pathogenesis yang
komplek.

1.4 PATOFISIOLOGI

1.5 TANDA DAN GEJALA


1. Manifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing Anemia :
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
b. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol atau makin buncit
pada anemia hemolitik
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda anemia umum : pucat, takikardii, pulsus celer, suara pembuluh
darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung
b. Manifestasi khusus pada anemia
- Defisiensi besi : spoon, nail, glositis
- Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai
- Hemolitik : Ikterus, spenomegali
- Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

1.6 KOMPLIKASI & PROGNOSIS ANEMIA


Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh
bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida kembali ke
paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu
rendah, proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang
rendah (hipoksia).
Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin
dapat disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada
penyebab anemia, tingkat keparahan, dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia
yang parah dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital
seperti jantung, dan dapat menyebabkan serangan jantung.

1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksana ananemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalakasanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
1. Anemia aplastic
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika tranplantasi sumsum tulang belakang
berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan
platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetinrekombinan.
3. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada penyakit kronis
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan bika kadar Hb kurang dari 5 gr%.

5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
defisiensi disebabkan oleh efek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin b12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganan dengan diit dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hematolik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang
hemolysis.

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes Penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk rmorfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi penngkajian
pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit
(MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit
c. Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informas
mengenai keadaan sistem hematopoiesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengoma
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
- Anemia defisiensi besi serum iron, TIBC, saturasi transferin dan fet
serum.
- Anemia Megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb
- Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
4. Pemeriksaan sitogenetik.
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR polymerase chain reaction, FISH
fluorescence in situ hybridization).

Anda mungkin juga menyukai